Hallo Minna-san! Ketemu lagi dengan Taira, ini fic Ra yang kedua dan mungkin juga yang terakhir karena setelah Ra menyelesaikan fic ini, Ra tidak tahu apa masih bisa bergabung di FNI atau tidak. Jadi untuk para senpai-senpai yang membaca fic Ra, Ra harap kalian mau memberikan tanggapan berupa review. Terima kasih sebelumnya, selamat membaca!


Naruto©Masashi Kishimoto

.

.

.

Dendam, Cinta dan Benci© Taira Shinju

.

.

Pairing: Itachi X Sakura X Sasuke

.

Warning: Ooc-nes, Gaje-nes,Typo(s), dll

.

.

.


Hi adalah sebuah negara yang terletak di wilayah bumi selatan, dimana negara Hi adalah negara yang subuh dan makmur. Ibukota Hi adalah Konoha yang merupakan kota terbesar dan tak pernah tidur. Saat ini Hi dipimpin oleh sebuah klan bernama Senju. Klan itu sangatlah di hormati akan kekuatan dan kekuasaan yang telah membangkitkan Hi dari keterpurukan setelah berperang melawan tiga negara besar. Tempat klan Senju tinggal berada disekitar pinggiran hutan dengan sebuah kastil besar berada ditengah-tengahnya. Klan Senju hidup dengan damai selama beberapa dekade belakangan ini, tapi kemudian sekelompok orang tak dikenal berpakaian serba hitam menyerang klan Senju dan membunuh seluruh anggota klannya. Pembantaian besar-besaran yang dilakukan hanya dalam waktu semalam itu menyisakan sebuah tempat yang awalnya tertata dengan rapi dan indah menjadi porak-poranda dengan darah yang berceceran dan mayat yang bergelimpangan disetiap sudut wilayah itu.

Tapi kemudian, selepas kepergian para pembunuh itu, seorang gadis cilik berusia sekitar tujuh tahun keluar dari sebuah lemari tempat penyimpanan perkakas dapur yang dijadikannya sebagai tempat persembunyian. Gadis cillik berambut merah muda sepunggung itu hanya bisa termangu melihat pemandangan dihadapannya, dijatuhkannya sebuah boneka beruang putih yang tengah di dekapnya ketika dilihatnya seorang anak laki-laki yang lebih tua tiga tahun darinya tengah terbujur kaku dengan luka yang melintang dari bahu hingga punggungnya. Gadis cilik itu memeluk tubuh anak laki-laki yang telah dianggapnya sebagai seorang kakak. Gaun tidurnya ternodai oleh darah, tapi dia tidak peduli dia terus memeluk tubuh anak laki-laki itu, berharap mata sang kakak terbuka dan memperlihatka onyx yang selalu membuatnya merasa teduh ketika dirinya melihanya. Kepala merah mudanya menggeleng-geleng, tidak sanggup menerima apa yang telah terjadi dan tanpa sengaja matanya melihat sosok tubuh lain yang terbujur kaku sekitar lima meter dari tempatnya duduk. Diapun melepaskan pelukannya dan menghambur kearah dua sosok yang sudah tak bernyawa itu. Dia Berlutut di hadapan kedua jenazah itu dengan tubuh bergetar hebat dan air mata yang terus mengalir. Ingin sekali dia menjerit melepaskan bebannya namun seolah ada yang tersangkut di tenggorokannya sehingga yang hanya bisa dia lakukan adalah terisak pelan.

"Ayah... Ibu..." lirihnya, dia terisak tak kuasa. Diusapnya kedua wajah orang itu yang sudah memucat kemudia mencium keningnya.

"Sakura menyayangi kalian, Sakura janji akan membalas apa yang terjadi pada malam ini. Terima kasih telah menganggap Sakura sebagai anak kandung kalian." Kata-kata itu meluncur dari bibir mungilnya, dari bibir seorang anak perempuan berusia tujuh tahun yang baru saja merasakan kembali indahnya memiliki sebuah keluarga. Namun takdir tidak selalu berpihak pada apa yang kita inginkan, tuhan telah mengambil apa yang baru saja dimilikinya dengan cara mengirim sekelompok orang berpakaian hitam itu. Dilihatnya sebuah kalung yang melingkari leher ibu angkatnya. kalung itu berbandul kristal berbentuk balok dan prisma pada bagian atasnya. Gadis itu mengambil kalung milik ibunya dan memakaikan pada lehernya. Kalung itu merupakan kalung yang diturun temurunkan oleh klan Senju. Dia mengambilnya sebagai bukti bahwa klan Senju belumlah musnah, meski dia hanyalah seorang anak angkat tapi dia berjanji akan membalaskan dendam keluarganya tidak peduli pada kenyataan dia hanyalah seorang gadis kecil yang cengeng mulai sekarang dia akan berubah menjadi kuat untuk mencapai tujuan hidupnya.

Dengan tekad dan keberanian gadis cilik bernama Sakura itu menyeret dua kaki mungilnya untuk pergi meninggalkan kastil yang telah ditinggalinya selama lima tahun. Kastil yang telah melindunginya, mengajarkannya apa itu kehangatan sebuah rumah, dan betapa berartinya sebuah keluarga. Sebelum dia benar-benar pergi ditengoknya kembali tiga wajah orang yang sangat disayanginya dan juga sangat berati untuknya. Ayah, Ibu, dan kakaknya.

Malam itu bulan dan bintang yang bersinar menerangi pekatnya malam, menjadi saksi bisu atas apa yang terjadi terhadap klan Senju yang agung. Waktu, kehidupan dan kematian akan terus berlanjut mereka tidak pernah berhenti untuk menunggu seseorang. Tidak peduli bagaimanapu keadaan manusia, takdir akan terus bergerak bagai bola yang tidak bisa berhenti berputar, bukankah begitu?


11 tahun kemudian...

Suasana di Kantin itu begitu riuh, cuaca yang menyengat membuat kebanyakan para siswa-siswi lebih suka menghabiskan waktu istirahatnya di dalam ruangan seperti di kantin. Jendela-jendela di kantin di biarkan terbuka agar ruangan tidak terasa pengap, kipas angin tua yang menghasilkan suara bising sejak tadi sudah dinyalakan namun tetap tak mampu mendinginkan ruangan. Tampak seorang wanita berbaju putih memakai celemek dan topi koki sedang sibuk melayani para siswa-siswi yang menjadi pelanggannya. Dia terus berusaha ramah dan tersenyum meski wajahnya menampakkan raut kelelahan.

Setiap meja dan kursi penuh yang ada di kantin itu telah penuh oleh anak-anak yang tengah menikmati makan siang ataupun hanya berkumpul untuk mengobrol sambil menyeruput jus atau minuman kaleng dingin. Disudut kantin dekat dengan jendela sebelah selatan, 10m dari pintu masuk, terdapat sebuah meja yang dikelilingi oleh dua orang siswa dan dua orang siswi. Tampak seorang siswa berambut bak duren tengah merajuk pada seorang siswi berambut indigo yang duduk disampingnya. Melihat perilaku konyol siswa berambut duren itu seorang siswi yang duduk dihadapannya tertawa terpingkal-pingkal hingga air matanya nyaris keluar, namun kegiatan mereka terinstrupsi dengan kedatangan seorang gadis cantik berambut blonde dengan aura kemarahan yang menguar dengan kuat dari tubuhnya.

"Sakura!" teriaknya sambil berkacak pinggang. "Apa sebenarnya yang sudah kau lakukan?"

"Memangnya apa yang sudah aku lakukan, pig?" jawab Sakura dengan santai. Sejak bel istirahat terdengar bukankah gadis berambut blonde itu yang sudah menyeretnya kemari dan mendudukkan tubuhnya di kursi tempat mereka berkumpul, lalu tak lama kemudian sahabatnya itu menghilang ke tempat yang sudah pasti tidak asing lagi untuknya, toilet. Dia tidak mengerti maksud dari pertanyaan sahabatnya itu. Tidak mau ambil pusing, Jemari tangannya yang lentik meraih gagang cangkir kemudian menyesap cappucino yang terdapat didalammya.

"Tidak! Kudengar beberapa hari yang lalu kau memukuli tiga ekor kucing yang terus mengeong kepadamu." Sindir Ino. Kemudian mengambil tempat duduk tepat disamping kekasihnya, Sai. Mendengar sindiran Ino, Sakura terbatuk-batuk karena tersendat kopi yang tengah dimimunnya.

"Bagus sekali perumpamaanmu kali ini, Ino-chan." Puji Sakura sambil setengah tersenyum. Ino mendelik mendengar tanggapan Sakura yang begitu santai seolah tidak peduli. Sementara ketiga temannya yang lain hanya manggut-manggut mengerti atas apa yang terjadi pada ketiga 'Kucing' itu. "Tapi, dari mana kau mendengar semua itu? Bergosip lagi?"

Sialnya, saat Ino akan membalas perkataan Sakura, suara bel yang nyaring mengharuskan mereka kembali ke kelas untuk mengikuti pelajaran selanjutnya. Ino yang bahkan belum menyentuh makanan sama sekali hanya menggerutu sebal, salahnya sendiri kenapa saat yang lain makan siang dia malah sibuk di depan cermin toilet dengan make up dan sisir. Tidak makan siang bukan merupakan pertama kalinya untuknya, tapi hari ini jam pelajaran setelah istirahata adalah olahraga sehingga dia harus memiliki cukup tenaga untuk menopang tubuhnya saat berlari nanti, berlari di tengah lapangan saat cuaca terik bukan merupakan hal yang menyenangkan. Tapi begitulah Guy-sensei yang penuh semangat masa muda itu senang sekali membuat murid-muridnya kepanasan dan terbakar matahari.

"Lelah sekali, kenapa materi olahraga kali ini harus lari? Tapi seingatku sejak masuk ke sekolah ini, olahraga pertama yang selalu dilakukan adalah berlari mengelilingi lapangan, Guy-sensei itu senang sekali menyiksa kita." Gerutu Ino sebal, rambut pirangnya yang selalu diikat ponytail bahkan sudah dibuat sanggul sehingga memperlihatkan leher jenjangnya yang putih dan mulus, tampak keringat membasahi tengkuknya. Sakura dan Hinata hanya tersenyum tipis mendengarnya, Ino selalu mengatakan hal yang sama ketika mereka selesai berolahraga karena dia tidak menyukai olahraga outdoor sebab itu akan merusak kulit yang selalu di rawatnya dengan baik. Merasa kelelahan dan kehusan mereka bertigapun meneguk air dalam botol secara bersamaan setelahnya mereka tertawa bersama menyadari kekompakan mereka.

Disaat para murid kelas 2.A yang baru saja mengikuti pelajaran olahraga tengah beristirahat dengan cara duduk sambil meluruskan kaki agar tidak keram, datanglah Guy-sensei dengan seorang murid dibelakangnya. Wajah murid baru itu tampak asing bagi mereka, apakah dia seorang murid baru? Pemandangan langka itu membuat seluruh perhatian murid yang ada di lapangan teralih pada Guy-sensei.

"Baiklah semuanya, hari ini kita kedatangan seorang murid dari Oto. Silahkan perkenalkan dirimu." Kata Guy-sensei dengan suara yang lantang tak lupa dengan pose nice Guy-nya, tangan kiri di pinggang, kaki kanan jauh di depan dengan tangan kanan yang selaras bersama kakinya sambil mengacungkan ibu jari dan tak lupa senym lebar yang memperlihatkan deretan giginya yang cling. Seorang laki-laki yang dari tadi berdiri dibelakang Guy-sensei melangkah kedepan kemudian memperkenalkan dirinya.

"Perkenalkan nama saya Sasuke Uchiha, saya pindahan dari Oto. Mohon bantuannya." Kata murid baru itu kemudian membungkuk singkat. Selesai acara perkenalan itu, tidak ada satu orangpun yang bergerak seolah mereka telah menjadi patung, mereka hanya terdiam sambil memandang makhluk yang tengah berdiri di hadapan mereka.

Murid baru itu memiliki tinggi sekitar 168 cm, rambutnya berwarna hitam bergaya emo, kedua warna matanya pun berwarna hitam seperti batu onyx dan kulitnya berwarna putih mendekati sekilaspun para siswa-siswi yang tengah beristirahat itu tahu kalau si murid baru Sasuke memiliki sifat sombong dan anti sosial sifatnya itu tercermin dari bagaimana dia berdiri dan memandang orang lain. Para siswi yang menyadari sifatnya semakin tergila-gila karena sifatnya itu menambah kesan cool pada diri Sasuke sementara para siswa hanya mendengus kesal karena semua perhatian para siswi pasti akan teralih pada Sasuke apalagi wajah Sasuke itu di atas rata-rata. Kurang dari lima menit, fans club Sasuke pun sudah terbentuk.

Ino dan Hinata yang sudah mempunyai pacar masing-masing Sai dan Naruto hanya bisa diam disaat yang lain menjerit histeris ketika menatap Sasuke atau ketika seolah pandangan Sasuke mengarah pada para siswi yang tengah jatuh cinta padanya itu. Tapi walau begitu Ino sempat-sempat saja mengedip manja pada Sasuke. Tapi bagi Ino dan Hinata ada hal yang membuat mereka lebih penasaran ketimbang si Sasuke sendiri. Mereka berdua melirik Sakura melalui ekor mata, Sakura yang duduk di sebelah kiri sedang menatap pohon Sakura yang baru saja mekar dan bukannya menatap Sasuke seperti halnya kebanyakan siswi lain yang sedang menjomblo. Ino yang duduk di tengah melirik ke arah kanan ke arah Hinata kemudian berbisik kecil di telinga Hinata.

"Apa dia punya kelainan?" Ino bertanya kepada Hinata. Matanya mengerling kembali ke arah Sakura, namun Sakura msih tetap pada posisinya yang tadi.

"Hush... ja-jangan asal bicara. Ku-kurasa dia merasa tidak tertarik s.. ." Jawab Hinata kalem sambil mengarahkan pandangannya kembali ke depan. Sejujurnya diapun merasa sedikit janggal dengan sikap Sakura. Memang kurang apa murid baru Sasuke itu? Meski dia sudah memiliki Naruto tapi diapun mengakui kalau Sasuke itu memang tampan dengan wajah stoich, hidung mancung, bibir tipis, dan marganya sebagai Uchiha. Dia pasti sangat kaya raya. Apa jangan-jangan Sakura itu...? ah... dia buru-buru menepis pikiran buruk tentang sahabatnya itu, bagaimanapun Hinata tahu di masa lalu Sakura memiliki duka yang sangat dalam meski ditutupinya dengan sikap ceria dan terkadang sangar ketika ada yang mengganggunya.

"Baiklah kita akan melanjutkan kembali dengan olahraga bola basket" Kata Guy-sensei mencoba mencairkan suasana yang tiba-tiba di bagian siswi terasa aura berbunga-bunga sementara di bagian siswa terasa aura membunu yang sangat kuat. Rupanya kedatangan murid baru Sasuke mengundang pro dan kontra hohoho, pikirnya senang. Ini akan menarik bukan?

Para siswa dan siswi pun bersorak senang ketika mendengarnya, merekapun masuk ke ruang olahraga yang terletak di samping Aula, 20m dari ruang kesehatan yang terletak didepannya. Inilah saat-saat yang mereka tunggu. Para siswi dapat menyaksikan pertandingan bola basket sambil melihat 'wajah' para pemainnya, sedangkan para siswa dapat menunjukan kemampuan mereka untuk menarik hati sang 'hawa'.

Guy-sensei pun membagi siswa yang berjumlah tujuh belas itu kedalam dua tim. Sasuke yang sudah memakai pakaian olahraga di masukkan ke tim Naruto si rambut duren. Banyak siswa yang senang Sasuke ikut bermain basket dihari pertamanya sekolah, mereka mencoba untuk membuat Sasuke si murib baru yang datang siang itu merasa di permalukan. Pritttt... peluit tanda pertandingan dimulai sudah di bunyikan terjadi perebutan bola saat wasit melempar bola ke atas. Bola itu berhasil didapatkan oleh tim lawan, lawan terus menyerang dan tim naruto yang belum bisa menguasai pertandingan tidak bisa menahan lawan dan bolapun di shut prittttt... bola masuk ke ring, tim Naruto kalah 2-0.

Naruto mengambil bola kemudian melemparkan bola itu ke arah Sasuke yang tidak di jaga, Sasuke memanfaatkan kesempatan itu dengan baik diapun mendrible bola itu ke arah ring lawan, tim lawan berusaha menahannya namun dengan kecepatan yang luar biasa tak ada yang dapat menghentikannya dan diapun men-shut bola itu dan pritttt... three point. Naruto bersorak senang begitupun para fans girlnya yang semakin tergila-gila saja.

Kali ini giliran lawan yang melempar bola, terjadi perebutan bola yang sangat sengit kali ini. Rupanya tim lawan yang ingin mempermalukan Sasuke tidak mau kalah oleh seorang murid baru macam dia. Operan-operan pendekpun digunakan tim lawan sebagai strategi dan ini membuat tim Naruto kewalahan. Sasuke yang sudah geram dipermainkan meloncat tinggi berusaha memotong operan lawan namun naas dia malah bertubrukan dengan Naruto yang juga berusaha melakukan hal yang sama alhasil mereka terjatuh dan bola keluar dari lapangan. Naruto dan Sasuke saling mengumpat sementara bola basket itu terus bergulir meninggalkan lapangan dan berhenti tepat di kaki Sakura yang menonton sambil duduk di banch para pemain cadangan.

Sakura mengambil bola itu kemudian berdiri dan ketika dia akan melemparkan bola itu kembali ke lapangan, matanya bertemu pandang dengan keturunan Uchiha itu, Sakura mencibir dan melemparkan bola itu dengan kekuatan penuh berharap Sasuke tidak sangup memenerimanya tapi rupanya perkiraan Sakura salah, Sasuke dapat menerima lemparan bola itu dengan sempurna. Sakura mendelik ke arah Sasuke kemudian berbalik dan berjalan meninggalkan lapangan.

Sasuke yang memegang bola hanya termangu tidak mengerti dengan sikap gadis berambut merah muda itu. Sementara di belakangnya Naruto berteriak-teriak minta bola itu di operkan padanya tapi Sasuke seolah tidak mendengar dan malah memperhatikan punggung Sakura yang bergerak semakin jauh. Prittt... peluit panjang tanda berakhirnya pertandinganpun terdengar kali ini tidak ada babak kedua karena jam pelajaran olahraga sudah berakhir.

"Hei, Sasuke!" kata Naruto sambil menepuk pundak Sasuke pelan. "Kau tertarik, ya?

"Maksudmu? Dan kau siapa?" Sasuke balik bertanya sambil melemparkan bola itu ke keranjang yang di gunakan untuk menyimpan bola.

"Sakura, gadis itu tadi. Aku Naruto, Uzumaki Naruto" Jawab Naruto tak lupa dengan cengiran khas-nya. "Kenapa kau malah memperhatikannya, bukannya melanjutkan pertandingan."

"Bukan urusanmu." Jawab Sasuke sambil berlalu, meninggalkan Naruto sendirian dilapangan basket.

"Hey... Teme, tunggu aku!" teriak Naruto dengan suara cemprengnya sambil mengejar Sasuke yang malah berlari. Ingin main kejar-kejaran, eh?

Sisa jam pelajaran itu berjalan dengan lambat dan membosankan, sehabis olahraga mereka semua kelelahan menjadikan mereka tidak terlalu konsen pada pelajaran yang sedang berlangsung. Tapi beruntunglah suara bel pertanda jam pelajaran habis menyelamatkan mereka. Guru yang mengajar itupun keluar dari ruang keluas dan para siswa-siswi mulai membereskan alat tulis mereka kemudian memasukkannya ke tas. Satu-persatu orang mulai meninggalkan kelas hingga tidak ada siapapun lagi.

Sasuke tengah berdiri di depan gerbang sekolahnya KONOHA HIGH SCHOOL dengan memasang wajah angker yang membuat orang lain tidak berani mendekatinya. Sudah 20 menit dia menunggu kedatangan mobil jemputannya, tahu begini tadi pagi dia membawa mobil sendiri saja. Setelah cukup lama menunggu di cuaca yang semakin mendingin karena waktu hampir menjelang sore akhirnya datanglah mobil jemputannya itu, setelah pintunya dibukakan oleh sang sopir Sasuke yang sudah pegal sejak tadi terus berdi langsung masuk kedalam mobil BMW 630ci warna biru yang akan mengantarkannya kembali ke rumah dengan selamat.

Diperjalanan yang sunyi itu, tiba-tiba Sasuke melihat Sakura yang tengah mengayuh sepeda bututnya. Sejak pertemuan pertamanya saat dilapangan basket, Sasuke merasa terusik oleh keberadaan Sakura dengan sifatnya yang terkesan judes padanya. Seumur hidup belum pernah ada seorang gadis yang berani mencibir dan mendelik padanya dan hal ini tentu saja membuatnya penasaran. Ah... memikirkan Sakura membuat dirinya merasa gerah, diapun melonggarkan sedikit dasi sekolah yang di pakainya.


Di tengah kota Konoha yang gemerlap dengan lampu-lampu yang menerangi setiap sudut jalan dan bangunan-bangunan yang menjulang tinggi seolah menjadi pilar langit, terdapat sebuah bangunan yang tidak kalah mewah dengan bangunan lainnya, bangunan dengan dua puluh lantai itu milik klan Uchiha yang kaya raya, bangunan yang mirip hotel berbintang lima itu setiap sudutnya dihiasi dengan gambar berbentuk kipas dengan bagian atas berwarna merah dan bagian bawahnya berwarna putih, gambar kipas ini menjadi lambang klan Uchiha yang dipercaya sebagai pendiri Yakuza terbesar di Konoha namun tidak pernah ada bukti yang berhasil membenarkan semua itu.

Tempat inilah yang dituju Sakura, berbekal sepeda bututnya dia terus mengayuh pedal sepedanya dan akhirnya sampailah dia didepan tempat tinggal klan Uchiha. Sakura memarkirkan sepeda bututnya di tempat yang tidak terlihat oleh orang lain agar tidak mencolok kemudian mengambil tas ranselnya yang di taruh di keranjang depan, dia pun pergi ke toilet untuk berganti pakaian. Kemeja putih yang dipadu dengan blazer hitam dengan lambang sekolah KHS dibagian dada kiri dan rok hitam di atas lutut dengan kotak-kotak putih yang menjadi seragam sekolahnya di ganti dengan jeans hitam, tank top putih, dan jaket hitam dengan lambang uchiha di punggungnya.

Dia menghampiri resepsionis kemudian memperlihatkan IDcard yang baru di terimanya seminggu yang lalu, resepsionis itupun mengangguk dan mempersilahkan Sakura masuk ke ballroom di sebelah kanan, sekitar 20 m dari lift terdekat.

Sakura memasuki ruangan itu dengan setengah wajah tertutup oleh masker hitam. Dia mengambil tempat duduk bersama 19 orang lainnnya yang memakai baju yang sama dengannya. Tidak lama kemudian datanglah dua orang laki-laki yang memiliki wajah hampir sama, atmosfer ruangan itu kemudian berubah menjadi tegang, Sakura tidak mengerti dengan apa yang ditakutkan oleh ke-19 laki-laki dewasa disampingnya itu ketika dua pria itu datang. Tapi setelah di amati baik-baik ternyata Sakura mengenal salah seorang dari kedua pria itu, Sasuke Uchiha si bungsu Uchiha yang sombong. Kemudian Sakura mengamati seseorang yang berdiri di sebelah Sasuke, Pria itu berusia sekita 22 tahun dengan tinggi sekitar 178 cm, memiliki mata berwarna abu-abu gelap dan rambut berwarna hitam yang membingkai wajahnya dan menggantung hingga ke dekat pipi, sisa rambutnya diikat ponytail. Dilihat dengan seksama Sasuke dengan laki-laki disampingnya yang diyakini Sakura kalau laki-laki itu adalah kakak kandung Sasuke, mereka memiliki banyak kesamaan hanya saja warna rambut laki-laki itu agak pudar dengan aliran rambut yang lebih halus ketimbang Sasuke. Sedangkan dalam soal kulit, kulit laki-laki itu tampak agak sedikit lebih gelap dari kulit Sasuke. Dan perbedaan yang paling mencolok adalah goresan panjang yang tampak jelas di bagian bawah matanya.

"Aku Itachi Uchiha." Kata laki-laki itu memperkenalkan diri dengan suara yang dingin dan gelap, membuat susana semakin terasa tegang. "Selamat kalian diterima disini setelah melewati begitu banyak rintangan. Mulai hari ini akulah pemimpin kalian."

Itachi mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan bercat merah dengan lampu hias besar yang menggantung di tengah-tengah ruangan itu dan mengamati satu-persatu wajah anggota barunya. Kegiatannya terhenti ketika melihat seseorang yang duduk dibarisan paling kanan, Itachipun mendekati orang yang memakai masker itu.

"Kau siapa?" tanya Itachi dengan suara rendah, mata abu-abunya berubah menjadi merah. Melihat perubahan matanya itu, keringat dingin mulai keluar dari tubuh Sakura. Tubuhnya menggigil, suaranya tercekat tidak mampu menjawab pertanyaan pemimpinnya. Lama menunggu jawaban seseorang dihadapannya Itachipun menurunkan masker yang menutupi sebagian wajah orang itu.

"Pantas saja," desah itachi. "Jadi kau gadis yang banyak dibicarakan oleh para peserta itu?"

"Ya, Itachi-sama." Jawab Sakura sedikit gugup. Kepalanya menunduk, tidak sanggup menatap mata merah dengan pupil membentuk lingkaran hitam besar dengan tiga garis mencuat keluar sampai ketepi iris dan terdapat lubang di bagian tengahnya yang membentuk pupil berwarna merah bukan lagi hitam. Mata Itachi yang berbentuk seperti disebut sebagai mata mangekyou sharingan khas keluarga uchiha.

"Tak perlu menutupi wajahmu, karena tidak ada yang bisa disembunyikan dari klan Uchiha." Ujar Itachi dengan dingin kemudian berbalik menjauh dari Sakura. Sakura menghela nafas lega seolah pencabut nyawa yang menghampirinya tidak jadi mengambil jiwanya. "Meskipun kau satu-satunya peserta wanita yang bisa lolos, aku yakin tak akan ada seorangpun laki-laki disini yang berani mengganggumu. Mengingat keributan yang kau perbuat ketika ujian baru saja akan dimulai."

Sakura tersenyum dengan sedikit merasa malu mengingat kejadian itu, saat ujian baru saja akan dimulai tiga orang laki-laki menghampirinya dan mulai meengganggunya. Hal ini tentu saja membuat Sakura risih apalagi ketika ketiga laki-laki itu mulai mengatakan yang tidak-tidak tentangnya, dan tanpa ampun Sakura menghajar ketiga orang itu hingga tidak bisa bergerak dan berakhir diranjang rumah sakit.

"Ya, Itachi-sama." Jawab Sakura masih sambil kembali menegakkan kepalanya. "Dan maaf atas keributan yang telah saya perbuat."

Itachi tersenyum simpul. "Baiklah, tidak masalah. Dan kalian semua silahkan pergi ke kamar yang telah disediakan."

Mereka semua membubarkan diri dengan perasaan sangat lega. Berada di ruangan yang sama dengan kedua keturunan Uchiha itu mereka semua merasa terintimidasi. Tapi dengan begitu mereka merasa pantas dipimpin oleh seorang Uchiha Itachi.

"Cih... jadi dibalik sikapmu itu ternyata kaupun seorang kriminal, eh?" tanya Sasuke ketika Sakura berjalan melewatinya. Mereka saling menatap lewat ekor mata. Keduanya saling melayangkan pandangan tak suka.

"Kurasa itu bukan urusanmu." Jawab Sakura ketus kemudian kembali melanjutkan langkahnya.

"Mulai sekarang itu urusanku, karena..."

"Apa?" desis Sakura kaget ketika dia hendak membuka pintu kamarnya ternyata Sasuke pun hendak membuka pintu kamar disampingnya.

"Ya, jadilah tetangga yang baik." Ujar Sasuke dengan nada angkuh. "Mulai sekarang akan kupastikan kau menjadi budakku."

"Ada apa, Sasuke?" tanya seseorang yang baru saja datang.

"Tidak ada apa-apa, Nii-san." Jawab Sasuke. "Hanya saja aku merasa senang, karena mainan baruku ini tampaknya akan sedikit menyenangkan."

"Dasar kau ini!" kata Itachi lalu mengacak-ngacak rambut hitam Sasuke. Sasuke merasa kesal diperlakukan seperti itu dihadapan Sakura. "Kembalilah ke kamarmu." Sasukepun menggesekkan IDcardnya ke pemindai kartu yang ada disamping pintu kamarnya kemudian memutar knop pintu dan masuk ke kamarnya. Sakura pun melakukan hal yang sama, setelah membungkuk sopan kepada Itachi diapun masuk ke dalam kamar barunya.

Kamar baru Sakura tidaklah terlalu kecil dan tidak juga terlalu besar,dindingnya dicat dengan warna merah maroon dan bagian langit-langitnya berwarna putih. Dikamarnya terdapat satu buah lemari pakaian, satu buah ranjang berukuran sedang, satu buah meja rias dan satu buah meja belajar, Disudut ruangan sebelah kiri terdapat pintu munuju kamar mandi.

Sakura merebahkan tubuhnya di atas ranjang bersepray putih itu, berusaha melepas rasa lelah. Hari ini dia telah mengalami banyak hal, Ino yang mengetahuinya telah memukul tiga orang preman dan itu hampir membuka kedok dirinya, kemudian kedatangan murid baru Sasuke Uchiha yang membuatnya kesal setengah mati, dan yang terakhir pertemuannya dengan Uchiha Itachi yang membuatnya yakin dia bukanlah tandingan yang mudah. Kalau begini bagaimana dia bisa menjalankan rencananya? Sakura menghela napas, ini akan sulit sekali pikirnya. Dan entah apa yang akan dilakukan dua keturunan Uchiha itu yang telah menempatkan kamarnya bersebelahan dengan si bungsu dan berhadapan dengan si sulung. Apa yang akan terjadi besok?


Paginya Sakura bangun dengan kondisi yang sama ketika tadi malam dia tidak sengaja tertidur dengan pakaian khusus Yakuza Uchiha dan sepatu yang belum dicopot. Dia hendak pergi ke kamar mandi begitu selesai mengucek-ngucek matanya dan meregangkan otot tubuhnya tapi dia ingat dia tidak membawa pakaian ganti, seharusnya tadi malam setelah melihat kamar barunya Sakura kembali ke rumahnya untuk mengambil beberapa pakaian tapi dia begitu lelah dan tanpa sengaja tertidur. Dia pun memutuskan pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya dan menggosok gigi, ternyata semua peralatan mandi sudah di siapkan oleh klan Uchiha sekalian saja Sakura mandi dengan begitu begitu ketika dia pulang dia tinggal mengganti bajunya.

Sakura yang sudah selesai mandi dan merapikan pakaian yang dikenakannya melihat jam yang tergantung di dinding sebelah barat tepat diatas meja belajar, ternyata waktu baru menunjukkan pukul 6.30, diapun keluar dari kamar. Sakura terhenyak melihat pemandangan dihadapannya, lorong di depan kamarnya di penuhi dengan orang-orang dewasa yang saling berseliweran, ada yang bertelanjang dada, ada yang hanya menutupi tubuh bagian bawahnya dengan handuk dan ada pula yang hanya memakai underwear, tapi keadaan mereka semua sama, mereka dalam keadaan mabuk berat. Sakura hanya berdiri terpaku di ambang pintu kamarnya dengan ekspresi terkejut dan mata melotot. Tapi kemudian sebuah benda menghalangi penglihatannyanya, ada seseorang yang menaruh sebuah handuk dikepalanya.

"Pemandangan disini tidak cocok dilihat oleh gadis dibawah umur." Bisik orang itu tepat di telinga kanan Sakura. meski terhalangi oleh handuk, Sakura masih dapat merasakan hangatnya hembusan nafas yang menerpa daun telinganya. Sakura pun menurunkan handuk itu dari atas kepalanya agar dapat melihat orang yang telah berbisik kepadanya. Dia pun terkejut mendapati Itachi tengah berdiri di hadapannya dengan setelan khasnya, kemeja hitam dipadu dengan celana jeans. cepat-cepat Sakura membungkuk sopan.

"Ah... ya, Itachi-sama." Jawab Sakura dengan pipi bersemu merah. "Ini baru pertamakalinya, saya jadi terkejut melihat pemandangan seperti ini dipagi hari."

"Hn." Respon Itachi singkat, kemudian dengan tiba-tiba Itachi meraih pinggang Sakura dan menarik tubuh mungil gadis itu ke dalam dekapannya. "Seorang gadis yang tanpa pertahanan tinggal di tempat orang-orang kriminal yang notabene-nya adalah laki-laki, bagaimana bisa kau membalaskan dendammu bahkan kau tidak bisa melindungi dirimu sendiri?"

Sakura terkejut mendengar perkataan Itachi, membalaskan dendam? Apa Itachi tahu tujuan utamanya masuk ke klan Uchiha? Pemikiran seperti itu membuat jantungnya berdetak tidak karuan apalagi kini Itachi sedang mendekapnya, Sakura merasa syok tiba-tiba di perlakukan seperti itu, begitupun Sasuke yang baru saja keluar kamar masih dengan pakaian tidur lengkap tiba-tiba melihat kakaknya sedang mendekap seorang gadis.

"Ehem..." Sasuke berpura-pura batuk. Itachi yang mendengarnya langsung melepaskan tubuh Sakura dengan santai seolah tidak terjadi apa-apa.

"Ohayou, Baka-Otouto." Sapa Itachi sambil mengambil handuk yang terjatuh ke lantai, mungkin handuk itu terjatuh saat Sakura kaget ketika dirinya tiba-tiba memeluk tubuh mungil gadis itu, pikirnya.

"O-ohayou, Sasuke-sama." Sapa Sakura. Lidahnya tersa kelu ketika harus menyebut nama Sasuke dengan embel-embel –Sama. Sasuke yang mendengarnya tersenyum mengejek. Seandainya dia bukan keturunan Uchiha, bukan adik dari Itachi, dan bukan atasannya, mana sudi Sakura memanggilnya begitu. "Dasar pantat ayam!" jerit Inner-nya

"Hn." Respon Sasuke kemudian berlalu dari hadapan Itachi dan Sakura berjalan ke lorong sebelah selatan menuju kolam renang, tempat yang selalu dipakai Sasuke untuk menghabiskan waktu sebelum dia berangkat sekolah.

"Itachi-sama saya permisi ijin pulang dulu untuk mengambil beberapa pakian ganti." Kata Sakura berusaha sesopan mungkin.

"Ya. Tapi ngomong-ngomong tentang sepedamu, seorang OB sudah membuangnya." Jawab Itachi dengan wajah tak berdosa. dia hendak berlalu dari hadapan Sakura tapi...

"APA?" tanya sakura kaget. Sepeda kesayangannya yang dibelinya dengan uang hasil kerja part-time selama berbulan-bulan telah di buang seorang OB. Sakura hampir menangis, bagaimanapun dia hanyalah seorang gadis biasa. Pada akhirnya Itachi mengantar Sakura pulang sebagai tanda permintaan maaf yang telah membuat Sakura hampir merengek karena ketidak sengajaan OB itu membuang sepeda kesayangannya.

Diantar menggunakan mobil Koenigsegg CCR berwarna orange, mobil super Swedia membuat Sakura tercengang. Tentu saja ini pertama kalinya dia menaiki sebuah mobil mewah dengan harga sekitar US$575,000 di Eropa. Christian von Koenigsegg yang mulai merakit mobil sejak tahun 1994, telah membuat mobil ini lebih cepat dar Ferrari Enzo, ia menyertakan 4,7 liter V8 twin super charged yang di letakakkan di tengah dan sebuah rangkaian operasi gearbox. Sesampainya dirumah bututnya dia merasa mual karena dibawa dengan kecepatan tinggi oleh Itachi yang sengaja atau tidak tampaknya ingin sedikit mengerjai Sakura.

Mereka berduapun masuk ke rumah bobrok Sakura yang baru saja dia lunasi beberapa bulan yang lalu dengan gajinya bekerja di Pub dan kerja sampingan di restoran. Rumah yang baru lunas itu memiliki pekarangan yang sempit namun asri, dindingnya bercat cream dengan cat yang hampir terkelupas dan kaca jendela yang patah dibeberapa bagian, memiliki satu kamar tidur, satu ruang tamu, dan dapur lengkap dengan kamar mandi.

"Silahkan duduk Itachi sama. Maaf jika rumah saya kurang nyaman." Kata Sakura mempersilahkan Itachi duduk.

"Hn."

"Ini masih pagi, apa mau saya buatkan sarapan?" tanya Sakura. Dan Itachi yang kebetulan belum sarapan hanya mengangguk. Sakura terlihat senang mendapat persetujuan dari Itachi, diapun bergegas ke dapur untuk membuatkan sarapan.

10 menit kemudian Sakura datang dengan pakaian seragam sekolah lengkap dan satu buah nampan yang terdapat dua gelas susu dan dua piring nasi goreng di atasnya. Sakura menata sarapan sederhananya itu di atas meja kemudian mempersilahkan Itachi untuk memakannya.

"Maaf jika sarapannya hanya ada alakadarnya saja, saya belum sempat berbelanja kemarin. Dan saya tidak tahu apa Itachi-sama akan menyukainya atau tidak."

Itachipun mengambil sesendok nasi goreng itu dan memasukkannya ke dalam mulutnya, mengunyahnya perlahan kemudian menelannya. Itachi terkejut mendapati cita rasa masakan Sakura yang hampir sama dengan rasa masakan mantan kekasihnya. Itachi menatap Sakura sebentar dan terlihat ekspresi Sakura yang tegang menunggu respon Itachi tentang masakannya. Melihat ekspresi itu dan rasa masakannya membuat Itachi secara tak sadar memandang Sakura sebagai gadis lain yang memiliki rambut panjang sepunggung berwarna violet. Itachi menggelengkan kepalanya perlahan kemudian meraih gelas susu dan meneguknya sedikit.

"Hn." Komentarnya singkat dan tidak jelas. Tapi sakura menganggap jawaban 'Hn' itu sebagai tanda masakannya 'layak' untuk dimakan, Tidak sia-sia dia belajar memasak di tempanya bekerja sampingan. Diapun ikut memakan sarapannya bersama Itachi. Setelah semuanya habis, Itachi dan Sakura kembali melanjutkan perjalan ke sekolah.

Pagi ini pemandangan di gerbang sekolah tampak berbeda, terdapat banya para siswa-siswi yang berkumpul di depan gerbang dan terdengar sedikit keributan. Sakura memutuskan turun terlebih dahulu dari mobil Itachi sementara Itachi menunggu di dalam mobil. Sesampainya Sakura di depan gerbang sekolah tampak para siswa-siswi yang berkumpul itu memberikan jalan bagi Sakura untuk masuk kebagian tengah.

Sakura terkejut mendapati para preman yang dipukulnya beberapa minggu lalu datang mencarinya dan membuat keributan di sekolahnya.


TBC


Fiuhhh... akhirnya chap pertama selesai juga setelah melalui perjalanan yang berat. Ini fic itasakusasu pertama Ra, entah kenapa akhir-akhir ini Ra suka pairing itasaku. Ra akui Ra tidak terlalu pandai menulis dan di dalam keluarga Ra tidak ada yang pandai membuat tulisan atau sebuah cerita tapi entah kenapa Ra sangat hobi menulis jadi senpai mohon bimbing Ra yang masih dalam tahap belajar ini ^-^

Sampai ketemu di chap berikutnya yang insyaallah akan Ra update paling cepat tiga hari lagi. setelah selesai membaca fic ini mohon untuk memberi masukan kepada Ra, ok! Haha maksa.

Bye...