Disclaimer : Masashi Kisimoto
Warning : AU. First fic yang gagal.
TRAVEL
Mereka mengajarkanku untuk lebih menikmati hidup. Mereka diluar sana yang sudah menemaniku dalam perjalanan ini. Mengantarkanku ke pemahaman yang lebih baik. Membuatku lebih pandai menyikapi terkadang pemahaman itu datang sendirinya dari dalam diriku sendiri.
.
.
Sasuke menatap datar kepala sang kakak yang menyembul dari balik pintu ruang kerjanya. "Ada apa?" tanyanya ketus.
Itachi, sang kakak hanya terkekeh. "Sombong sekali," ia memasuki ruangan kemudian duduk di hadapan Sasuke. "Memangnya tidak kangen denganku?" Kursi putar yang didudukinya diputar-putar mengelilingi ruangan yang tak begitu besar itu. Norak, sungut Sasuke pelan.
"Hn. Katakan saja ada apa."
Itachi tersenyum simpul. "Tidak pulang? Ini sudah pukul 8 lho."
"Aku malas pulang." sahut Sasuke. Matanya terpaku pada laptop di atas meja kerjanya. Layar laptop itu menampilkan sebuah jejaring sosial khusus remaja, atau setidaknya mereka yang masih merasa seorang remaja. Seperti Sasuke.
"Malas kenapa? Bukannya ibu selalu menyiapkan makanan-berasa-tomat setiap kau pulang?" Kini Itachi mendorong kursinya menuju rak buku di sudut ruangan. Tangannya meraih satu buku, membuka sebentar, kemudian mengembalikannya lagi. Begitu seterusnya.
"Yah…." Sasuke menghela nafas, menyandarkan tubuhnya pada punggung kursi. Mata onyx-nya beralih memperhatikan setiap gerak-gerik sang kakak yang masih sibuk 'mengacak-acak' rak buku. "Kadang aku merasa kosong. Ada sesuatu yang kurang. Atau hilang? Entahlah. Semakin terasa jika aku sudah pulang ke rumah."
"Naruto pernah bilang, aku hanya bosan." Mengabaikan suara Itachi yang bertanya mengapa sebuah buku manajemen waktu ada di rak bukunya, mengingat dia adalah pemuda yang sudah disiplin luar biasa. "Entahlah Itachi. Tapi semenjak aku menyadari perasaan itu, aku jadi malas pulang." Pemuda itu menghela nafas sekali lagi.
"OH IYA!"
Tanpa peringatan, tiba-tiba pemuda yang berambut hitam panjang yang dikuncir di tengkuk itu berteriak. Ditambah dengan sedikit aksi berdiri-cepat-dari-kursi. Sasuke yang dibuat nyaris terjungkal olehnya, langsung melancarkan pandangan mematikan andalannya yang hanya dibalas kekehan ringan dari si empunya suara.
Seketika itu juga Sasuke merasa menyesal telah mencurahkan masalahnya pada sang kakak. Lihat, Itachi bahkan belum tentu mendengarkan kata-katanya, apalagi memberikan nasihat. Tidak memecahkan masalah sama sekali. Padahal, seingatnya Itachi selalu antusias terhadap segala sesuatu tentang dirinya. Dari urusan pekerjaan sampai jodoh. Selalu memainkan perannya sebagai kakak dengan baik. Mengapa sekarang tidak?
"Hey, Dik." panggil Itachi. Seringai yang konon mampu membuat tersipu para kaum hawa mengembang di bibir CEO Uchiha Corporation itu. Tapi, Sasuke tidak tersipu (tentu saja. Sejak kapan Sasuke masuk dalam jenis kaum hawa?). Ia bergidik ngeri. Selalu ada maksud dari seringai kakaknya itu, dan tiba-tiba firasat buruk melandanya.
Itachi mendudukan bokongnya kembali ke tempat semula. "Kemarin Kisame menawarkanku tawaran menarik. Mau tidak?"
"Tawaran apa?" Sasuke menyahut, tidak mengerti arah pembicaraan mereka.
"'Ekspedisi Mengelilingi Negara Hi'," jawab Itachi. "Katanya, akhir-akhir ini tranportasi seperti pesawat dan kapal sedang sepi pengguna, sehingga beberapa perusahaan transportasi memberikan potongan harga pada seluruh perjalanan." Ia melanjutkan, "Ia menawarkanku perjalanan ke Oto dengan pesawat, di sana ia akan mengawalku mengunjungi berbagai tempat wisata-kau tahu, disana banyak sekali tempat wisata-dan 3 hari kemudian bisa ikut kereta menuju Uzu, kota kecil dekat sana. Lalu, bla..bla..bla aku lupa lagi dia bilang apa."
"Oh! Dia juga bilang, kalau tidak mau ke Uzu, ia bisa mengusulkan kota lain yang indah dan wajib kau kunjungi." Itachi menatap Sasuke yang tampak berpikir. "Kau juga bisa meminta Naruto untuk menemanimu jika kau butuh teman. Dan lagi kau punya cuti tak terbatas, Sasuke. Jadi, tak ada alasanmu untuk menolak." Seringai kembali terkembang di bibirnya.
"Yak, baiklah." Itachi berdiri, tanpa aksi berdiri cepat kali ini. "Aku akan menghubungi Kisame bahwa kau akan pergi, menggantikanku. Adios, Sasuke." Berjalan menuju pintu, membiarkan kursi yang didudukinya teronggok di tengah ruangan.
Sasuke terbelalak. "APA? Enak saja. Aku kan belum memutuskan!"
"Tapi, kau tidak mengatakan 'tidak', Sasuke. Tandanya kau tertarik. Jangan tanya kenapa aku tahu, karena aku hafal mati seluruh sikap, tabiat, tingkah dan sifatmu." Sedetik kemudian, kakak Sasuke itu telah hilang dari ruangan.
Sasuke menggeram kesal, mengumpati kebiasaan buruk Itachi yang suka bersikap seenaknya. Kembali bersungut-sungut mengingat sang kakak ternyata setua itu masih mengingat segala tentangnya. Lupa sudah dengan curahan hatinnya yang tidak ditanggapi Itachi tadi.
Tak lama, tangannya meraih telepon genggam yang ia taruh di atas tumpukan berkas. Mencari kontak dari sahabat lamanya. Kemudian, menekan tombol call. Setelah beberapa kali terdengar nada sambung, sebuah suara menjawab.
"Hei, Dobe."
Uchiha Sasuke sudah memutuskan. Ia mengambil tawaran itu.
.
"30 menit setelah take-off kalian akan tiba di bandara Oto. Kisame akan menjemput kalian dan mengantarkan kalian menuju hotel yang telah dipesan. Tenang saja, kalian mendapat hotel yang nyaman dengan harga yang pas. Kemudian, kalian bisa istirahat sebentar jika mau. Setelah itu-"
"Kau sudah menjelaskan rinciannya tadi malam, Itachi. Dan aku masih ingat." sela Sasuke sembari memasukkan kopernya ke dalam bagasi mobil yang akan mengantarnya ke bandara.
Itachi yang tengah menyebutkan segala hal yang menyangkut perjalanan adiknya itu terdiam seketika. Detik berikutnya, tawa kecil meluncur dari bibirnya. "Ah, aku lupa." gumamnya di sela-sela tawa. Sasuke hanya memutar bola mata.
"SEMUA SUDAH SIAP!" seorang pemuda berambut pirang berteriak riang yang langsung dapat delikkan dari si bungsu Uchiha. Pemuda itu hanya nyengir lebar, membuat mata cerulean-nya menyipit.
Naruto. Namikaze Naruto. Seorang sahabat dari Uchiha Sasuke. Tepatnya, Naruto yang mengaku sebagai sahabat Sasuke, walaupun sang Uchiha tak pernah membantah ataupun menyetujui. Orang ketiga yang paling mengenal Sasuke, setelah ibu dan kakaknya. Telah bersama Sasuke semenjak menginjak kelas 2 SMP. Kini ia memiliki sebuah kedai ramen yang cukup sukses di daerah kota Konoha.
Setelah berpamit ria kepada ibu Sasuke, Uchiha Mikoto, dan Itachi, keduanya pun memasuki mobil. Namun sebelum Sasuke benar-benar menyentuh pintu, suara Itachi memanggilnya.
"Hei, Dik, dalam perjalanan ini, aku yakin kau akan menemukan banyak hal, banyak pelajaran. Aku juga yakin perjalanan ini sedikit-banyak akan merubahmu. Dalam perjalanan ini pula, kau akan dapat membedakan apa itu pulang dan apa itu rumah. Dan soal masalahmu itu…." Itachi menghela nafas. "Kau malas pulang karena tidak pernah merasakan rasanya rindu rumah, setidaknya itu anggapanku. Makanya aku mengirimmu dalam perjalanan ini."
Sasuke menatap wajah Itachi lamat-lamat. Jadi begitu cara kakak menyelesaikan masalahku, Sasuke membatin.
"Ah ya, lagipula ada pepatah yang berkata, anak nakal sebaiknya disuruh berpetualang." Bibirnya melengkung, membentuk sebuah senyum. "Nah, sekarang pergilah. Pulang-pulang bawa calon adik ipar ya." Pesannya, disertai kekehan.
"Hn. Akan aku bawakan yang cantik, melebihi kak Hana." balas Sasuke. Keduanya saling melempar seringai yang identik.
"Apakah perbincangan antara kakak dan adik sudah selesai? Kalau begitu kita berangkat!"
Mobil yang ditumpangi Naruto dan Sasuke pun meluncur, meninggalkan halaman mansion Uchiha.
