Two Hurt (nyontek judul lagunya DELUHI XDD *digeplak Juri*)

Genre : Angst, Romance, OOC, abal, Typo n Misstypo, menerjang EYD seenak jidat dan gajeness

Fandom : the GazettE

Pair : ReitaXRyuki (ajang author narsess XDD *ditabok Reader*)

Rate : T

Disclaimer : the GazettE punya PSC, tapi cerita angst nan abal ini punya Saia Colab with Jeng Ditakanori XDD

Spesial fic untuk ulangtahun hubby saia Reita tanggal 27 Mei kemaren, Aishiteru Hunny :* (di keroyok Reita Fc) *padahal ini fic yang sangat telat malah (ditabok bass)*

Note : di fic ini saia akan mencoba menulis cerita romance straight yang membosankan (udah tau membosankan masi nekat di publish juga *di hajar reader*) pokoknya di fic ini saia mencoba membuat para memba the GazettE menjadi laki-laki normal, dan sebenarnya tokoh utamanya saia sendiri sih *ditimpukin sendal* bagi yang berminat silahkan membaca m(_ _)m ini fic kedua saia di fandom the GazettE

.

.

.

happy reading minna

(ˆ▽ˆ) (ˆ▽ˆ)


"Dasar kaka tingkat sialan, awas aja kao nanti- " Gerutu seorang gadis yang meruntuki punggung seorang pria yang berjalan menjauh darinya. Tapi belum selesai dia mengumpat, tenggorokannya tercekat ketika ada seseorang yang menyentuhkan benda dingin, nan berkilat di lehernya dari arah belakang, sekilas dia dapat melihat benda apa yang kini bertengger di lehernya, 'pisau…..' batin gadis itu.


Hari ini sepertinya akan jadi awal yang buruk bagi gadis yang baru saja menjejakkan kakinya di depan universitas terkenal di jepang, ia adalah satu dari ratusan bahkan ribuan mahasiswa baru yang telah di terima di Tokyo Daigaku, baru saja dia akan melangkah dengan santai, dia langsung dapat teriakan dari pada senpai-nya

"untuk mahasiswa baru segera menuju lapanga, cepat ! dalam hitungan 10 kalian sudah harus berbaris….. 1…2….3….4-"

Kontan para mahasiswa langsung lari terbirit-birit menuju lapangan, tak terkecuali gadis berperawakan kurus, dengan rambut tanggung berwarna hitam pekat berwajah indo-jepang-inggris itu, mata birunya sontak membelalak ketika banyak orang berlari menabraknya dari belakang, kontan keseimbangannya goyah, dan terdorong ke depan, tapi sebelum gadis itu jatuh terjerembab mencium tanah ada seseorang yang menahan lengan atasnya yang membuatnya tidak jadi mempermalukan dirinya sendiri.

"a...ahhh terima kasih" jawabnya malu terlihat semburat merah muda muncul di kedua pipinya yang tembem

"makanya kalo jalan hati-hati jangan ngelamun aja, untung lo nggak nyungsep dan jadi bahan tertawaan semua orang" Cerca seorang laki laki berambut pirang dengan menggunakan masker, terdengar dari suaranya yang agak aneh bahwa saat ini dia sedang terserang flu, seketika itu juga senyum di wajah gadis yang biasa di panggil Ryuki itu pun langsung menghilang yang ada malah runtukan umpatan yang sekarang ini di ucap bibirnya, tapi untungnya orang yang sekarang ini sedang memegang lengan atasnya tidak mendengar, spontan Ryuki berbalik dan mereka langsung bertemu pandang, spahire biru Ryuki menatap mata sehitam malam seperti onyx di depannya, sehingga membuat sang empunya onyx menangakat sebelah alisnya

"hey, kau kenapa ?" pria yang tanpa ekspresi tadi kini menjadi agak bingung dia menggibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Ryuki. melihat sesuatu bergerak di depan wajahnya Ryuki terkesikap, kembali bangun dari lamunannya seolah dia tersihir oleh onyx yang ada di depannya

"eh..ohh apa ?" Ryuki Cengo

"ahhh kao ini, aku bertanya kao kenapa ? kenapa kau justru balik bertanya" Reita –pria pemilik mata onyx- itu mendengus kesal

"ahh gomen, gomennasai" spontan Ryuki membungkukkan badannya "maaf bukannya aku berniat tidak sopan kepadamu tapi aku harus segera pergi" sekilas dia menatap sebuah kartu identitas yang mengalung di lehernya sedikit tersembunyi di balik jas almamaternya 'hmm namanya Reita… ehh ke…ketua panitia' batin gadis itu shock

"ah sudahlah, kao pasti mahasiswa baru sebaiknya kao segera enyah dari hadapanku" jawabnya agak ketus, Ryuki yang mendapat perlakuan seperti itu dari senpainya, kontan membuatnya keki 'sombong sekali senpai yang satu ini' makinya dalam hati

"ha…hai" jawab Ryuki agak gelagapan, segera saja dia meninggalkan ketua panitia acara mos kali ini, secepat yang ia bisa Ryuki segera berlari ke lapangan tempat anak-anak lain telah berbaris dengan rapi, tapi terlambat Reita memang segaja mengerjainya, segera saja dia memanggil Ryuki untuk maju ke depan dan membentuk barisan sendiri karena dia terlambat gara-gara ulah Reita tadi, mulutnya masih dalam keadaan tertutup masker karena ia flu, suaranya yang agak serak tapi agak berat membuat para mahasiswa baru ini begidik ngeri, mereka membayangkan bahwa senpai-nya yang satu ini pasti galak sekali,

"hey kamu, yang baru masuk barisan, cewe berambut tanggung kemari kamu" teriaknya sambil menunjuk tempat tepat di depannya, Ryuki yang terkena pandangan tajam sang onyx sekaligus senpainya itu hanya bias meruntuki nasibnya yang akan jadi korban para senpainya pagi ini, dengan langkah gontai Ryuki segera menuju ke arah yang di tunjuk Reita, sontak sang senpai segera mencacimakinya habis habisan di depan seluruh mahasiswa baru, ia malu sekali saat ini, seandainya ia bias memutar waktu dan memberhentikanya sesuka hati, pasti saat ini dia sudah memberhentikannya tapi sayangnya itu hanya ada di fantasinya saja, wajahnya menunduk dalam, hingga bentakan sang senpai yang memaksanya untuk kembali bertemu dengan setengah lingkaran onyx yang telah menghipnotisnya tadi, jantungnya bedebar kencang ketika ia merasa sang onyx sedang menyelami lautan sapphire birunya, segera ia terkesikap ketika sang pemilik onyx mulai mendekat dan membentaknya untuk mengikuti langkah kaki sang pemilik, seperti terhipnotis, Ryuki hanya mengikuti Reita dari belakang, lalu Reita berhenti di depan tiang bendera yang panas, ia menghukum Ryuki untuk berdiri di bawah tiang bendera sambil menghadapnya, 'cih jika hanya hukuman seperti ini saja aku tidak akan kalah, aku sudah sering jika hanya begini saja' batin Ryuki dongkol, Reita yang tidak enak bada sedari tadi merasa bahwa suhu tubuhnya semakin meningkat, segera ia lepaskan syal dan jas almamater yang membalut tubuhnya, kini ia hanya menggunakan Kaos berkerah hitam dengan garis putih di ujungnya dan bagian dada yang agak terbuka, memperlihatkan sebuah kalung dengan liontin hamper seperti pedang bermata dua tapi bukan, liontin itu terbuat dari seperti perak dan ada sejenis ruby di pinggirnya, dia memakai celana jeans abu-abu dan sneaker yang senada dengan celana jeansnya dengan garis-garis putih di sampingnya, ia juga mengenakan gaspernya dengan asal, di tangan kanan dan kirinya ada banyak manik dan gelang melingkar manis disana dan kebanyakan warna hitam sangat kontras dengan kulitnya yang putih bersih, dan oohh otot bisepnya yang terlihat sempurna dan kekar ketika ia menyingsingkan sedikit lengan kaos pendeknya, Reita merasa pandangannya agak kabur, suhu tubuhnya makin meningkat, dan kepalanya pening, saat hendak berdiri salah seorang temannya datang menghampirinya

"Rei, kau tidak apa-apa ?" Kai melihat sahabatnya sekaligus teman satu band-nya ini agak aneh hari ini, wajahnya pucat, kemarin memang Reita mengeluh padanya tidak enak badan tapi tak disangkanya bahwa Reita hari ini memaksa masuk padahal Kai sudah menyuruhnya untuk beristirahat saja dirumah

"hn ? tidak, aku tidak apa-apa hanya saja kepalaku terasa agak pening" Reita melihat gurat-gurat kecemasam meliputi wajah sahabatnya itu, Reita tidak ingin membuat sahabatnya ini bertambah khawatir

"baiklah kalau begitu, jika kau tidak enak badan sebaiknya saat istirahat makan siang nanti sebaiknya kau pulang saja, biar aku yang menggantikan tugasmu di sini"

"tidak aku ketua panitia di sini, udah seharusnya aku yang mengawasi kegiatan ini sepenuhnya, ini semua tanggung jawabku"

"ta… tapi"

"sudahlah kau urusi saja tugasmu Kai, aku masih harus member pelajaran kepada junior kita yang tidak menghargai waktu ini" jawab Reita dengan nada sarkatis terhadap Ryuki, sedangkan Ryuki hanya bisa bersungut-sungut tidak jelas meruntuki senpainya itu

"hey, kamu ! kenapa ? nggak suka ya ?" bentak Reita

"ehh…. Engg.. enggak ko… ka" Ryuki di bikin gelagapan saat menghadapi Reita dengan wajah marah dan deathglare yang mengerikan

"sebutin nama lo siapa ?"

"R…Ryuki"

"asal ?"

"dari Indonesia kak"

"ck, mahasiswa asing baru sehari masuk aja udah bikin ulah gimana nanti belakanganya ?" Reita dongkol "sini mana kartu punishment lo"

Ryuki menyodorkan kartu punishment-nya dengan tangan gemetaran, segera saja Reita meraih kartu itu dengan kasar dan menghujamnya dengan stempel merah berbentuk silang di salah satu kotaknya

"baru hari pertama udah bikin kesalahan, fatal sekali kau" Reita makin dongkol karena kondisi tubuhnya yang semakin tidak enak, baru saja dia berjalan beberapa langkah hendak meneriakin gadis yang ada di depannya, Reita merasakan kakinya tidak sanggup menopang beban tubuhnya, lalu ambruk kedepan, tapi anehnya kenapa dia tidak roboh di tanah, tubuhnya serasa melayang, meski kesadarannya hilang, tapi tidak untuk alam bawah sadarnya, ia merasa sulit sekali menggerakkan tubuh dan membuka matanya.

Ryuki yang melihat senpai-nya ambruk di depannya sontak segera berlari ke arah senpainya dan bruukk Reita jatuh kepelukannya, Ryuki yang tidak bisa menahan tubuh Reita jatuh terduduk di tanah, ia kesulitan untuk membawa tubuh senpainya yang jelas-jelas lebih besar darinya itu masuk ke Ruangan, Kai yang tidak sengaja melihatnya segera menghampiri Ryuki yang kini dalam posisi terududuk dan Reita ada di pelukannya dlaam keadaan tidak sadarkan diri, segera ia meminta tolong Kai untuk mengangkat tubuh Reita yang kini ada di pelukannya

"Kai Senpai, bisa tolong aku, Reita senpai tiba2 pingsan"

"baiklah bantu aku membawa Reita ke ruang kesehatan"

Ryuki mengangguk, lalu Kai segera memapah Reita karena tidak mungki dia sanggup mengangkat tubuh kekar Reita sendirian, sekarang Ryuki berjalan berdampingan sambil memapah Reita yang tidak sadarkan diri, sampai di ruang kesehatan, petugas kesehatan sedang cuti jadilah Kai dan Ryuki saling bertukar pandang

"bagaimana ini, petugas kesehatan kampus tidak ada " Kai tampak bingung

"bagaimana jika kita antarkan Reita senpai pulang"

"tidak, jangan di rumahnya sedang tidak ada orang di rumahnya,"

"eh tidak ada orang ?" Ryuki tampak bingung

"yah, Reita tinggal sendirian di apartemennya, hmm bagaimana jika aku minta tolong kepadamu untuk merawatnya sementara di sini, aku janji aku tidak akan memberimu hukuman untukmu, tenanglah aku wakil ketua disini, jadi aku mohon" Kai mulai melemparkan senyum maut dan lesung pipitnya kepada Ryuki, terang saja semburat merah muda kembali menghiasi pipi tembemnya

"ba…baiklah" akhirnya Ryuki kalah akan senyuman dan pesona Kai

"aku tinggal dulu ya, aku harus mengurus yang lain"

"baik"

Setelah kepergian Kai, Ryuki memandangi wajah yang kini telah pingsan yang ada di pangkuannya, Ryuki menempelkan telapak tangannya pada kening Reita,

"astaga, panas sekali, pasti dia sedang demam" Ryuki segera meletakkan kepala Reita di sebuah bantal, lalu melepas masker yang menutupi separuh wajahnya, lalu terlihatlah wajah Reita yang sesungguhnya, -aahhh tampan sekali dia- batin Ryuki melihat wajah damai Reita, seulas senyum tersungging di bibir Ryuki, segera dia menepis angan-angannya yang tenggelam dalam onyx hitam Reita, dia melepaskan sneaker Reita dan segera mencari handuk dan air es untuk menurukan suhu tubuh Reita, lalu di kompresnya dahi laki-laki yang kini masi pingsan di pangkuannya, setelah 1 jam berlalu, akhirnya Reita memperlihatkan onyx hita yang sejak tadi tersembunyi di balik kelopak matanya

"ngghhh….."

"ahhh senpai, kau sudah bangun"

"nghhh dimana aku ?"

"ahh kau di ruang kesehatan, tadi kau pingsan"

"pingsan ?" Reita lalu terlunjak dari pangkuan Ryuki "sudah berapa lama aku pingsan, lalu kenapa kau yang ada di sini ? ahh-" tanya Reita mengerang tertahan ketika rasa pening yang luar biasa kembali menyerang kepalanya, Ryuki tampak cemas melihatnya

"senpai Kau tidak apa-apa ?" Ryuki tampak panik melihat kondisi Reita

"aku tidak apa-apa"

"sebaiknya kau tidur saja dulu, suhu tubuhmu masih tinggi, kau juga belum minum obat, lagi pula-"

Belum selesai Ryuki berbicara tiba-tiba seorang perempuan, masuk dan langsung memeluk Reita

"Reita-koi kau tidak apa-apa ? ya Tuhan, kau panas sekali, ayo segera ke ruah sakit" cerocos perempuan itu seolah melupakan kehadiran Ryuki, Ryuki hanya cengo melihat kejadian di depannya

"Erina, bukannya sudah aku bilang kau tidak usah berlebihan seperti itu" Reita berkata dengan nada dingin dan tidak suka

"tapi Reita-koi aku ini pacarmu" rengek gadis itu dibuat-buat

"cih sejak kapan aku berpacaran denganmu, anak manja, aku tidak pernah merasa begitu, kau saja yang merasa ke-GR-an"

"tapi Reita-koi"

"berhenti memanggilku dengan nama menjijikkan itu !" bentak Reita seram, dia melempar death glare yang mengerikan kepada gadis yang sekarang ini bergalyut manja padanya, sedangkan Ryuki hanya terbengong melihat mereka berdua tapi ehh… tunggu sebentar gadis itu memanggil Reita senpai dengan Koi, apa mungkin Koibito maksudnya Ryuki menaikkan alisnya sebelah bingung, ah entahlah, bukan urusanku, terserah Reita kan mau punya pacar siapa saja, tapi ahh kenapa ada sesuatu yang berdesir di hati ini melihat gadis itu begitu dekat dengan Reita, ada salah satu bagian yang paling dalam dan sangat kecil merasa sangat tidak rela melihat apa yang sedang terjadi di depan matanya, terbesit rasa ingin memisahkan mereka berdua dan hanya dia yang ingin bergelayut manja pada Reita, tapi Ryuki segera menepis fikiran ngawurnya itu dengan akal sehatnya, Reita sepertinya masih mencintai gadis itu, sebersit rasa cinta masih muncul dari onyx sekelam malam itu, Ryuki merasa Sesak…..


TBC

.

.

astagah ceritanya abal sekali m(_ _)m romance yang bener-bener tidak bermutu TT^TT mohon ripiuw yak, kurang apa di fic ini

~(‾▿‾~)