Beauty and the Beast

[bxb; ooc; rate t]

Air mata Donghyuck sudah beuraian sedari tadi dan Mark bingung harus apa. Donghyuck bukanlah tipe orang yang suka menangis, dan melihat Donghyuck yang begini membuat Mark menjadi frustasi.

Jika kalian berpikir mereka habis melewati pertengkaran yang besar—sampai adanya kekerasan fisik dan semacamnya, kalian salah. Sungguh, Mark tidak akan tega harus memukuli orang-orang terdekatnya, apalagi Donghyuck yang merupakan kekasihnya.

"Sudah dong, masa begitu saja kamu sampai menangis," Mark mengusap kepala Donghyuck pelan, tangannya yang lain merengkuh badan Donghyuck—membawa Donghyuck kepelukannya. Maksudnya memang baik, tapi menjadi salah di depan Donghyuck yang sedang emosional seperti sekarang.

"Aku tuh bukan nangis karena sedih! Masa gitu doang aku nangis."

Mark menatap Donghyuck bingung, sedang nangis saja masih sempat mengelak. Lagipula, jika bukan karena sedih, kenapa lagi?.

"Ayolah, Minhyung, itu terlalu romantis kau tau, dimana perasaanmu? Makanya, kamu jangan sibuk dengan club hip-hop dan basketmu saja sampai beginian saja kamu tidak peka!"

Donghyuck menatap sinis Mark. Oh, ayolah Donghyuck kan juga ingin Mark-nya berubah jadi romantis, itu sebabnya ia mengajak Mark untuk menonton film ini.

Ya, nyatanya daritadi mereka daritadi hanya sepasang manusia yang baru selesai menonton film baru keluaran Disney, Beauty and the Beast. Donghyuck tidak suka apapun yang bernuansa romansa, membuat Mark bingung karenanya.

Donghyuck yang melihat tidak ada reaksi dari Mark semakin gusar. Lebih baik ia pergi sekarang kalau kekasihnya begini terus. Jadi, Donghyuck segera beranjak dan pergi dari taman yang mereka kunjungi sebelum pulang tadi.

"Lho Hyuckie mau kemana?" Mark yang telah sadar dari lamunan panjangnya segera berdiri, mengejar Donghyuck yang belum terlalu jauh. Mark menghadang jalan Donghyuck yang otomatis membuat Donghyuck berhenti.

"Kamu sudah mau pulang? Kenapa tidak bilang?" Mark mendekat untuk meraih tangan Donghyuck, tetapi ditepis terlebih dahulu oleh Donghyuck. "Sudah sana, aku mau pulang sendiri saja!"

Walaupun Donghyuck juga tidak yakin berani pulang sendiri. Tapi, kan dia sedang marah sama Mark, ia terlalu gengsi untuk minta diantar pulang.

"Kamu marah sama aku, ya?"

Mark meraih tangan Donghyuck lagi, dan untungnya Donghyuck tidak melawan lagi.

"Maaf ya, kalo aku kurang peka sama kamu," Mark menghela nafas—bersiap untuk kembali berbicara kepada Donghyuck.

"Maaf kalau aku gabisa romantis seperti Jaehyun hyung dan Jeno. Lagipula aku tau kok, kenapa kamu ngajak aku nonton ini."

Donghyuck mendongakan kepalanya, menatap mata Mark dengan penuh harap.

"Nah, mulai sekarang aku janji bakalan peka terus. Aku juga bakal berubah jadi romantis. Jadi maafin aku. Dan yang terakhir,

kamu tidak perlu lagi berbicara pada dirimu yang aneh-aneh. Jangan bilang kamu jelek, gendut, dan sebagainya. Soalnya, kalau cinta sejati itu tidak mengenal fisik, melainkan hati."

Mark berkata begitu memang sungguh-sungguh. Sebenarnya terlalu cheesy. Tapi mau gimana lagi, cuma ini satu-satunya cara untuk memulai sesi romantis di antara keduanya. Jantung Mark berdegup keras sekarang, menanti tanggapan Donghyuck.

Lain dengan Donghyuck, wajahnya sudah panas dan memerah sekarang. Memang maunya Mark berubah menjadi sosok yang romantis, tapi ini terlalu cepat, oke. Dan dia tidak terbiasa dengan Mark yang seperti ini.

"Sudah, ah, kamu tidak usah jadi romantis saja. Aku ngga siap."

Dan Mark hanya bisa tersenyum hangat melihat kekasihnya jadi menggemaskan begini.

END

haloo! jadi aku buat ini karena habis nonton beauty and the beast, maaf kalau pendek. karena aku gabisa buat yang panjang-panjang. yaudahla segini aja wkwkw.

-winwon