Disclaimer : Masashi Kishimoto

Warning : AU, Typo Maybe, OOC Maybe, Irrasional Maybe

.

.

.

UNEXPECTED LIES

Chapter 1

Married

~Happy Reading Minna~

.

.

.

"Tolong bacakan surat wasiatku!" perintah Sabaku Kayato kepada Hatake Kakashi si pria berambut perak sang pengacara Kakek Tua tersebut.

"Ya, Tuan." jawab Kakashi yang bersiap membuka surat wasiat yang telah ditulis oleh Sabaku Kayato untuk didengarkan oleh seluruh penghuni rumah ini.

Rumah yang begitu luas didominasi warna putih, seluruh anggota keluarga Sabaku sedang hadir di ruang tengah untuk mendengarkan wasiat penghuni tertua rumah itu.

Semuanya juga merasa aneh, kan Sabaku Kayato belum meninggal, kenapa membacakan wasiat itu sekarang?

Ya Sabaku Kayato memang belum meninggal, hanya saja kondisinya saat ini sedang lemah. Dia sedang sakit, sakit jantung dan sekarang sedang memakai kursi roda. Mata berwarna hijaunya begitu terlihat sayu. Sabaku Kayato akan pergi keluar negeri untuk berobat di sana. Kemungkinan sampai tiga bulan mendatang.

Untuk jaga-jaga kalau dia pergi meninggalkan dunia ini, dia keras kepala ingin dibacakan surat wasiatnya sekarang juga dan disaksikan oleh putra tunggalnyanya yaitu Sabaku Rei, Sabaku Karura menantunya, ketiga cucunya yaitu dari yang sulung sampai yang bungsu, Sabaku Temari, Sabaku Kankuro dan Sabaku Gaara.

"Selamat siang, sebenarnya ini hanya setengah wasiat dari Tuan Sabaku Kayato dan hanya diperuntukkan untuk Sabaku Gaara." ucap Kakashi.

"Gaara?" ucap Kankuro heran. Sementara yang disebut namanya hanya mengernyitkan dahinya padahal sebenarnya dirinya juga terkejut. Semua penghuni rumah yang hadir di ruangan tersebut juga terkejut.

"Jelaskan lebih jelas!" pinta Sabaku Rei kepada Kakashi.

"Ehm, jadi begini. Ini lebih tepatnya perintah Tuan Kayato. Memang untuk wasiat yang sebenarnya itu dibacakan kalau yang menulis surat tersebut sudah meninggal…" ucap pria bermasker tersebut.

"Ehem" deheman Kayato cukup keras. Karena dia masih hidup, Kakashi yang merasa kalau dirinya menyinggung perasaan pria itu langsung berkata "Gomenasai, bukan maksud saya Tuan!"

"Lanjutkanlah!" perintah Sabaku Kayato. Lagipula semua orang di rumah ini juga tidak menginginkan kepergian Sabaku Kayato. Entah kenapa walaupun mereka orang kaya, mereka tidak terlalu peduli dengan pembagian wasiat tersebut. Toh pada akhirnya mereka akan mendapat bagian masing-masing.

"Baik" Kakashi mengangguk "Seperti yang saya katakan kalau ini perintah untuk Sabaku Gaara. Sabaku Gaara akan menjabat sebagai direktur utama Sabaku Corp asalkan…" Kakashi menggantungkan kalimatnya.

Mata Karura berbinar karena putra bunsunya akan segera mendapatkan impiannya dengan begitu cepat. Padahal Gaara baru lulus S2 dan tinggal menunggu wisudanya saja, usianya juga masih muda yaitu 24 tahun.

"Asal apa?" Gaara juga penasaran walau mengucapkan kalimat itu dengan datar.

"Asal kau menikah dengan gadis pilihan Tuan Kayato." dan seketika itu semuanya membelalakan matanya dan Gaara mengatakan datar "Menikah?".

"Ya menikah, sebelum Tuan Kayato pergi ke luar negeri untuk berobat." ucap Kakashi.

"Wah cepat sekali, berarti itu 4 hari lagi dong." ucap Kankuro. Kankuro dan Temari berpikir, Gaara yang paling bungsu tetapi harus menikah lebih dulu dan dengan waktu yang cepat dan hanya menghitung jari saja. Ini konyol!

Sementara itu hati Gaara sedikit jengkel, Kakeknya itu seenaknya saja. "Ya, kemungkinan Tuan Kayato berada di luar negeri sekitar 3 bulan. Setelah pernikahan Sabaku Gaara menginjak usia 3 bulan maka Sabaku Gaara akan diresmikan menjadi direktur utama Sabaku Corp."

"Wah, selamat ya Gaara, impianmu akan segera tercapai!" ucap Temari.

"Tunggu! Aku belum menyetujui ini." ucap Gaara dan semuanya seolah menunggu Gaara melanjutkan kalimatnya "Kenapa menjadi direktur utama, aku harus menikah? Aku tidak mengerti, apa hubungannya menikah dengan menjadi direktur utama? Lagipula Temari-Nee dan Kankuro-Nii juga belum menikah."

Semua terpana mendengar Gaara berbicara panjang lebar "Kakek pikir kau homo." ucap Kayato dan seketika itu pula tawa dari Kankuro dan Temari meledak mendengar Kakeknya mengucapkan kalimat tersebut kepada Gaara.

Ya Kayato khawatir karena dengan wajah tampan Gaara yang bahkan di atas rata-rata itu walaupun dengan tattoo 'Ai'nya justru menambah ketampanannya itu. Tubuh Gaara juga bagus dan tinggi, pekerjaan baik yaitu sebagai direktur pemasaran, pendidikan juga bagus tapi kenapa Gaara tidak pernah terlihat bersama dengan seorang gadis?

Sementara Temari yang usianya sekarang sudah 27 tahun sudah menjabat menjadi tunangan Nara Shikamaru. Lalu Kankuro yang wajahnya biasa-biasa saja dan berusia 26 tahun sekarang sudah punya kekasih yaitu Matsuri.

Gaara kesal, dia bukan homo. hanya saja dia terlalu mencintai bisnis dan tidak peduli terhadap perempuan dan dia juga sibuk mengejar impiannya menjadi direktur utama perusahaan keluarganya.

Sementara Kankuro tidak menginginkan menjadi direktur, dia lebih senang menjadi staf biasa saja di kantor. Dia tidak suka bekerja seharian di dalam ruangan yang hanya sendirian dan memegang posisi yang sangat penting itu, menurutnya seperti mendapatkan beban. Lebih baik hidup seperti ini, menjadi staf di perusahaan keluarganya sendiri.

Temari lebih suka mengajar dan tidak peduli terhadap perusahaan, sekarang dia menjadi dosen muda di Universitas Suna.

"Kalau aku menolak menikah, bagaimana?" ucap Gaara kepada Kakeknya dan justru Kakashi yang menjawab "Jabatan direktur utama akan diserahkan kepada orang lain."

"Siapa? Kankuro?" tanya Gaara "Oh, bukan…bukan." jawab Kakashi.

Gaara mengernyitkan dahinya heran, kalau bukan Kankuro, lalu siapa? Lagipula Kankuro juga lega karena itu bukan dirinya.

"Akan diserahkan kepada Kakak dari gadis yang akan kaunikahi." ucap Kakashi dan Kakashi meminum tehnya kemudian.

"Kenapa begitu?" tanya Kankuro penasaran. "Tuan Kayato berkata kalau Kakak gadis itu bernama Hyuuga Neji, dia orang yang genius dan sekarang sedang berada di luar negeri." jelas Kakashi.

"Siapa nama gadis itu?" tanya Gaara kali ini. "Hyuuga Hinata" jawab Kakashi.

.

.

.

.

Gaara menghempaskan dirinya di tempat tidurnya, dia duduk denga kesal. Ini begitu konyol, Gaara merasa ini rintangan yang paling sulit untuk meraih impiannya. Impiannya memang akan segera tercapai, di satu sisi Gaara merasa senang tapi di sisi lain Gaara juga merasa kesal.

Bagaimana bisa impiannya ditukar dengan hidup seumur hidup dengan seorang gadis yang baru ditemuinya tadi dan harus menikah besok?

Gaara mengingat gadis itu yang tadi datang ke rumah ini atas undangan Kakeknya, gadis itu terlihat biasa saja. Pakaiannya terlalu sederhana dengan rok span selutut dan kemeja polos seperti orang yang akan melamar pekerjaan saja.

Rambutnya berwarna indigo, warna yang aneh menurut Gaara. Yang lebih aneh gadis itu terbata saat memeperkenalkan dirinya "Se-selamat siang, sa-saya Hyuuga Hinata". Gadis itu terlihat lemah dan sering menundukkan wajahnya. 'Gadis lemah' pikir Gaara.

Atas dasar apa Kakeknya memilih gadis seperti itu untuk dijadikan istrinya?

Gaara tidak terima ini. Apa karena Kakak gadis itu yang genius? Tapi gadis itu terlihat lemah. Gaara tidak terima, Hyuuga Neji yang notabenenya bukan siapa-siapa justru menjadi ancaman terbesar baginya. Kalau Kankuro, masih bisa Gaara terima tapi ini…ah menyebalkan sekali.

Gaara merasakan ada seseorang duduk di sampingnya, duduk di tempat tidurnya.

"Kaa-san" Gaara terkejut. Ibunya itu tidak mengetuk pintu dahulu, justru sudah berada di samping Gaara sekarang. Bagaimana Gaara tidak terkejut? Ibunya memang suka seenaknya.

"Gaara-kun, kau tidak menyukainya kan?" tanya Karura.

Gaara tidak menjawab pertanyaan Ibunya. "Kaa-san mengerti perasaanmu." Karura mengusap rambut merah Gaara.

"Kalau begitu, jangan satu kamar dengannya!" ucap Karura sambil tersenyum.

Gaara terkejut dan menoleh kepada Ibunya "Maksud Kaa-san?"

.

.

.

.

Kalau bukan karena impiannya berada di depan mata, maka Gaara tidak mau melakukan ini "Ya, aku bersedia." ucap Gaara setelah Pendeta mengucapkan kalimat janji pernikahan dan dilanjutkan dengan Hinata yang mengucapkan "Y-ya akubersedia."

Hinata tampil cantik dengan gaun pengantin berwarna putihnya yang menjuntai melebihi mata kaki tapi tidak terlalu mengembang dan rambut indigonya disanggul. Tapi Gaara yang memakai tuxedo tidak peduli akan betapa cantinya Hinata. Terserah orang lain yang tahu hal ini berpikir kalau dia itu homo sekalipun.

"Sekarang silakan kepada kedua pasangan untuk bertukar cincin!" ucap Pendeta tersebut.

Gaara mengambil cincin dari kotak cincin yang berwarna putih. Cincin tersebut adalah cincin emas putih simple tapi ada hiasan batu permata kecil berwarna merah sewarna rambut Gaara. Gaara memasangkannya di jari Hinata.

Hinata menatap kagum cincin yang tersemat di jarinya. Kemudian mengambil cincin emas putih tanpa permata untuk dipasang di jari Gaara. Gaara malas-malasan mengangkat tangannya dan Hinata memasangkan cincin tersebut di jari manis Gaara.

Setelah itu "Sekarang silakan kedua pasangan berciuman!" ucap Pendeta.

Gaara menarik napasnya, begitu pula Hinata yang gugup. Gaara menarik napasnya sekali lagi dan menarik tengkuk Hinata.

Cup

Para saksi yang hadir terbelalak, ini adalah pernikah yang sepi. Pernikahan ini hanya dihadiri oleh keluarga inti Sabaku yaitu Sabaku Kayato, Sabaku Rei dan istrinya, Temari, Kankuro dan Kakashi. Karena Gaara yang memintanya.

Gaara kemarin mengajukan syarat kepada Kakeknya agar pernikahannya hanya dihadiri keluarga inti saja. Kemudian resepsinya nanti saja setelah dia diresmikan menjadi direktur utama. Juga pernikahan ini disembunyikan sampai acara resepsi. Mau tidak mau Kayato menyetujui hal ini.

Hinata merasakan keningnya mendapat sapuan benda lembut berupa bibir seorang pria bernama Gaara. Ya, Gaara mencium Hinata di kening bukan di bibir.

Keluarga Sabaku memakluminya walau tadi terkejut, karena Gaara dan Hinata baru saling mengenal. Ciuman kening saja sudah untung daripada Gaara menolak salah satu bagian ritual pernikahan itu.

Walau hanya di kening tetap saja Hinata berdebar, Gaara hanya mencium kening Hinata selama tiga detik saja. Tapi Gaara menyukai aroma yang dikeluarkan oleh tubuh Hinata, aroma lavender.

.

.

.

.

"Tanda tangan itu!" perintah wanita berambut coklat pendek yang sekarang disanggul yaitu Karura kepada Hinata.

Di sini, di ruang tengah rumah Sabaku sekarang sedang berada Sabaku Rei, Karura, Temari, Kankuro, Gaara dan Hinata. Kayato sudah pergi ke luar negeri setelah upacara pernikahan Gaara dan Hinata.

Hinata bingung, kenapa dia terjebak dalam situasi seperti ini sih?

Hinata menerima pernikahan ini karena keluarga Sabaku begitu baik kepadanya. Hinata dan Neji sudah menjadi yatim piatu semenjak Hinata kelas 1 SMA. Neji yang saat itu baru kuliah di semester 2 harus membiayai dirinya dan adiknya dengan bekerja sambilan.

Sampai dia bertemu dengan Sabaku Rei yang seorang presiden direktur Sabaku Corp yang melihat kegeniusan Neji dan meminta istrinya yang mengelola yayasan untuk memberi beasiswa kepada Neji sampai S2 dan membiayai kuliah Hinata.

Sekarang Hinata sudah berusia 22 tahun dan sudah lulus kuliah, dia sudah bekerja di perusahaan advertising dua minggu lalu. Neji sekarang sedang berada di Amerika bekerja sebagai konsultan perusahaan di sana.

Tadinya Hinata sengaja tidak memberitahukan Neji tentang pernikahan ini agar Neji tidak marah karena ini sama saja dengan balas budi. Neji mungkin akan membalas budi dengan cara lain seperti bekerja di perusahaan Sabaku seumur hidupnya asal adiknya bahagia.

Tapi Hinata juga ingin berguna dengan melakukan ini. Biar saja nanti setelah Neji kembali, Hinata akan memberitahukannya baik-baik.

Tapi Hinata sekarang bersyukur karena tidak memberitahukan tentang pernikahannya kepada Kakaknya itu. Karena Hinata berada dalam posisi seperti ini sekarang.

Posisi di mana dia harus menandatangani sebuah perjanjian. Di situ tertulis, pernikahannya dengan Gaara hanya berlangsung 3 bulan dan setelah itu mereka bercerai tapi atas kemauan Hinata sendiri.

Hinata meremas roknya dan menggigit bibir bawahnya. Hinata berharap pernikahannya hanya berlangsung satu kali seumur hidup tapi dia harus dihadapkan dalam posisi yang seperti ini.

"Kau tidak boleh satu kamar dengan Gaara." ucap Karura.

Temari dan Kankuro membiarkan saja Ibunya melakukan ini daripada mendapat omelan yang tidak henti-hentinya dari Ibunya. Sementara itu Rei suaminya juga sama seperti Temari dan Kankuro sama-sama menghindar dari omelan istrinya tersebut, nanti bisa-bisa Sabaku Rei tidak mendapat jatah selamanya dari istrinya.

Sementara itu Hinata berpikir kenapa tiba-tiba wanita yang begitu baik kepada Neji dan dirinya sekarang bersikap begitu jahat?

Hinata tahu alasannya, karena Gaara adalah anaknya. Hinata bukanlah siapa-siapanya, walau sekarang menjadi menantunya. Hinata menyadari satu hal, Karura akan melakukan apa pun agar anaknya mendapatkan impiannya dan juga bahagia, termasuk melakukan hal ini.

"Ayo, tanda tangan!" ucap Karura kepada Hinata karena Hinata belum juga meggoreskan tinta di surat perjanjian itu.

Hinta menarik napasnya, lavendernya dipejamkan sebentar kemudian Hinata membuka kembali lavendernya. Hinata mengambil pena berwarna emas, membuka tutupnya dan menandatangani surat perjanjian itu.

.

.

.

.

TO BE CONTINUED

.

.

.

.

A/N: Hai, Ryu kembali lagi setelah hiatus hampir dua bulan.

Ada yang kangen sama Ryu kah? *hehe narsisnya mulai ni* ok…ok…abaikan.

Ryu buat multichap lagi nih.

Kayato itu ngasal, anggap aja dia rambutnya udah putih semua karena udah tua.

Ayah Gaara namanya Ryu ambil dari marga asli Sabaku.

Oh ya, maaf ya buat Amu-san, Ryu ga ada rencana bikin sequel Sometimes. Soalnya emang Ryu ga bikin sequel buat fanfic multichap *maaf ya Ryu orangnya nyebelin*makasih ya buat reviewnya.

Gimana sih pendapat kalian tentang fic ini? Gaje kah? Seru kah? Ato ngebosenin kah?

Review ya…

Thanx