Fukigen na mononokean (c) kiri wazawa
Merah itu mengalir, dari sebuah luka yang menganga di permukaan kulit sekitar pergelangan kaki milik pemuda yang tengah meringis menahan rasa nyeri. Duduk bersandar di sebuah kursi panjang di taman, pemuda berambut pirang tengah berusaha menahan rasa tak nyaman. Di bawahnya, seorang pemuda berambut lebih gelap dengan hati-hati membersihkan luka yang masih mengucurkan cairan merah kental.
"Argghh! Sakit sekali, gila! Ashiya, kau berniat membunuhku ya?"
"Ssshh.. jangan banyak bergerak Abeno-san, aku sedang membalut kakimu. Luka kecil seperti ini dalam sehari saja pasti langsung sembuh."
Abeno tersentil. Luka kecil katanya? Apanya yang luka kecil? Abeno bahkan harus dipapah Ashiya karena tak kuat berjalan. Belum lagi darah yang bercucuran, menetes di atas rerumputan yang mereka pijak saat berjalan menuju bangku taman untuk beristirahat dan mengobati luka. Lewat ekor matanya, sang Master Mononokean melirik Ashiya yang nampak telaten membalut kakinya dengan kain berwarna putih. Meski kadang menyebalkan, namun Abeno mengakui di saat-saat seperti ini Ashiya dapat diandalkan.
"Apa masih sakit, Abeno-san? Coba kau gerakkan,"perintah Ashiya.
Abeno mencoba menggerakkan pergelangan kaki kanannya. Rasa nyeri masih menjalar meski tak sesakit sebelumnya. Meski begitu, untuk beberapa waktu ke depan sepertinya ia tak akan bisa berjalan dengan baik. Dalam kondisi mengenaskan seperti ini, Abeno bahkan tak kuat untuk memanggil Mononokean.
"Mau kugendong?" tawar Ashiya sopan.
Jika hari-hari biasa dan Abeno tidak sedang dalam keadaan terluka, Ashiya tak akan berani memancing amarah sang majikan yang kini memasang tampang siap menerkam. Meski memasang tampang menyeramkan, seakan ingin menelannya bulat-bulat toh Abeno-san tak bisa menjangkaunya. Kapan lagi Ashiya memiliki kesempatan untuk membuat Abeno kesal?
"Senyum di wajahmu menandakan bahwa kau sangat gembira melihatku terluka, Ashiya."
"H-hah? Mana mungkin? Aku bukan manusia sekejam itu."
Memandang ke arah lain, Ashiya berusaha menghindari tatapan sepasang mata emas seperti madu milik Abeno yang tengah menatapnya tajam.
"S-salah Abeno-san sendiri kan? Bermain kejar-kejaran dengan Moja dan jatuh tersandung batu."
Krik.
"Woii!"
Wajah Abeno memerah, berusaha menahan malu. Dasar, yang namanya musibah tak ada yang tahu kan?
"Kalau begitu, mulai hari ini sampai aku sembuh dan bisa berjalan kau harus merawatku, mengerti? Kalau perlu kau menginap di tempatku. Jangan lupa siapkan sarapan dan makan malam. Kau juga harus menyalin catatan pelajaran untukku. Jika menolak, aku akan membunuhmu."
"Hheeeeee?"
.
.
End
.
.
a/n : fanfiksi fukigen na mononokean berbahasa indonesia pertama yeaaayy :''))) ku bingung awalnya pengen bikin cerita murni BL tapi ku belum siap(?) akhirnya bikin yang aman-aman aja dan super singkat. Next mungkin bakal bikin homo. Sejauh ini ku demen trisum Abeno x Ashiya x Legislator sama Legislator x Abeno wakakakakka /digantung/
