* THE SERE GEUNHWA *

Main Cast :

Prince Siwon

Princess Kyuhyun

Prince Changmin

Other Cast : Kangin, Leeteuk, Yunho, Jaejoong, Hangeng, Donghae, Yesung, Ryeowook, Heechul

Disclaimer : All belong to God, this fict belong to me, 100% my real idea

Genre : Drama, Colosal, Angst, Family, Royal Palace Conflic

Warning : Typo(s), Genderswitch, Bad Language

.

.

~*.*~

Aku, geunhwa yang layu.

Bunga indah yang bersemi dengan kelopak yang lebar tidak meninggalkan jejak satupun. Rusak, kering dengan air mata dan darah. Mati dalam dekapanmu.

Aku harap, harum yang tidak begitu semerbak ini, akan membekas dan mengingatkanmu,

tentang aku.

.

.

Ia memundurkan tubuhnya ke belakang seiring majunya tombak-tombak itu ke hadapan wajahnya. Banyak, begitu banyak prajurit yang mengepungnya. Para prajurit berpakaian warna jingga kecoklatan itu dengan beraninya menertawai dan menodongkan senjata ke hadapannya.

"Joesonghamnida, Wangjanim. Mengapa anda berada disini?" tanya salah seorang dari berpuluh prajurit itu. Dia terkekeh, mengejek.

Benar. Mengapa bisa seorang pangeran seperti dirinya sampai di tempat seperti ini? Kemanakah para pengawalnya yang sejak tadi mengikutinya?

"Tahukah anda, sedang di wilayah manakah anda sekarang ini?"

DEG

Sang pangeran terkejut dengan pertanyaan prajurit itu. Ya, ya, dimana dia sekarang? Wilayah manakah ini? Ini, warna seragam prajurit ini...

BAEKJE.

Benarkah dia tersesat sampai sejauh ini? Ini wilayah Baekje. Musuh bebuyutannya. Negara yang selalu berebut kekuasaan dengan kerajaannya. Bagaimana bisa?

"Rupanya anda sudah mengerti maksudku, Wangjanim. Betapa bodohnya anda pergi bertamu kemari tanpa seorang pengawalpun." Prajurit itu kembali tertawa, kali ini dengan suara menggelegar. Lancang sekali, menertawai pangeran agung seperti dirinya.

Ia berusaha meraih pedangnya, lalu mengacungkannya pada para prajurit itu. Tangannya bergetar, hanya sedikit keberanian yang berhasil di kumpulkannya. Ia tahu pasti, sekarang ini dirinya benar-benar ketakutan. Pedang ditangannya mungkin memang sengaja dirancang untuk melindunginya, terbukti dengan permukaan yang mengkilap dan begitu tajam.

Tapi... bagaimana cara menggunakan pedang dengan baikpun ia tidak tahu. Pangeran bodoh dan lemah ini sama sekali tidak mengerti cara bermain pedang, bagaimana mengayunkannya hingga menebas kepala musuh. Ia menyesal sungguh karena selalu tidak mematuhi perintah ayahandanya yang menyuruhnya berlatih pedang. Ia tidak tahu jika kejadian seperti ini akan menimpanya.

Salah seorang prajurit dengan badan yang agak besar dan baju perang yang lebih lengkap dibanding yang lain maju satu langkah semakin ke depan. Dia tersenyum meremehkan melihat acungan pedang sang pengeran yang bergerak-gerak tidak statis. Tanda jika pangeran itu merasa takut. "BAEKJE IMNIDA, WANGJANIM. I BAEKJE IMNIDA!"

Suara prajurit itu benar-benar seperti guntur di siang bolong. Hampir memecahkan gendang telinga sang pangeran. Pangeran itu sangat tahu jika ia sedang berada dalam bahaya besar. Jika para prajurit Baekje itu berhasil membunuhnya, sudah pasti perang akan terjadi. Negaranya akan goyah, dan konflik akan semakin memanas.

"BUNUH DIA! BUNUH PANGERAN SILLA INI! DIA HARIMAU SILLA! PENGKHIANAT BAEKJE!" Atas perintah pemimpin mereka, para prajurit itu menggerakan tombaknya dengan sebuah sentakan, menodongkannya semakin dekat dengan tubuh sang pengeran.

Pengkhianat. Oh ya, pengeran itu ingat bagaimana Yang Mulia Raja Jinheung berhasil menundukkan Baekje waktu itu, memperluas wilayah Kerajaan Silla. Mungkin Baekje merasa Silla adalah penipu busuk karena kejadian waktu itu. Baekje dan Silla yang awalnya bekerja sama untuk merebut wilayah sungai Han di Goguryeo, namun Silla balik menyerang Baekje setelah kemenangan itu di dapatkan.

"LANCANG KALIAN...!" Sang pangeran berusaha berteriak, dia pikir prajurit Baekje itu akan merasa gentar. Namun salah, pemimpin prajurit Baekje itu malah memberi aba-aba untuk mulai menyerang. Ia ketakutan setengah mati, kakinya lumpuh tidak bisa membawanya berlari. Para prajurit itu siap membunuhnya dengan tombak tapi ia masih diam tanpa gerakan atau perlawanan.

SLAP

BRUK

Satu prajurit tumbang. Tiba-tiba sebuah panah beracun menancap pada dadanya.

SLAP

BRUK

BRUK

Kali ini dua. Dua orang prajurit jatuh, ambruk ke tanah dan langsung tewas.

Sang pangeran dan para prajurit itu menoleh, mengarahkan pandangannya ke atas bukit di dekat tempat mereka berada. Seseorang sedang menggenggam busur panah dan siap meluncurkan panahnya kembali.

SLAP

Panahnya kembali terlepas, melayang dan kemudian menancap dengan begitu tepat pada jantung si pemimpin prajurit Baekje, yang berdiri di depan sang pangeran Silla. Seketika sang pengeran membelalakan matanya terkejut, sama seperti para prajurit yang ada disana.

Orang itu menyeringai, tiba-tiba melompat dari atas bukit ke depan sang pangeran Silla berdiri. "Changmin Wangjanim..." Ia membungkuk memberi hormat, lalu dengan tegas menyilangkan pedang di depan dadanya, melindungi pangeran junjungannya dari serangan para prajurit brengsek itu.

Changmin, sang pangeran Silla yang agung itu, akhirnya tersenyum lega setelah kedatangan orang asing ini. Ia tidak peduli ia tidak mengenal orang ini. Yang pasti, orang ini mungkin adalah orang Silla dan akan menyelamatkannya kamudian membawanya kembali ke istana.

SRET

Tebasan demi tebasan pedangnya akhirnya menggugurkan semua prajurit Baekje. Tidak menyisakannya sedikitpun. Wajahnya penuh cipratan darah, pedangnya juga. Changmin saja begitu tercengang dan terkagum-kagum dengan kemampuan berpedang orang itu. Begitu mahir dan tanpa kesalahan.

Orang itu menoleh, kembali membungkuk hormat pada Changmin. "Joesonghamnida, Wangjanim. Apa hamba datang terlambat? Apa anda terluka?" tanyanya penuh nada kekhawatiran.

"Gwae... gwaenchanda...," jawab Changmin agak tergagap. Ia lega dengan kehadiran orang ini, tapi juga merasa was-was dan takut setelah melihat orang ini berhasil melenyapkan nyawa para prajurit Baekje dalam hitungan menit.

"Anda tidak perlu takut, Wangjanim. Kyuhyun imnida, hamba hanya kebetulan lewat dan melihat anda sedang berada dalam kepungan para prajurit Baekje." Orang itu tersenyum ramah pada Changmin, membuat Changmin akhirnya merasa nyaman. Dibalik wajah kejam penuh darah dan seringaian iblis tadi, Changmin kini melihat sosok baik hati dan sebuah ketulusan. Ia merasa begitu dekat dan nyaman dengan orang ini, seperti ada sebuah ikatan. Changmin sendiripun sedikit bingung. Tapi melihat wajah orang itu, Changmin merasa ada kerinduan yang bergejolak di hatinya.

"Gomapseumnida, Kyuhyun-ssi... Aku...-"

"Bukan masalah, Wangjanim. Ini adalah kewajiban hamba melindungi pangeran dari junjungan hamba, Silla yang Agung."

Changmin tersenyum bangga, beginikah yang rakyatnya rasakan? Rakyatnya begitu mencintai negaranya, bahkan keluarga kerajaan. Ditepuknya bahu Kyuhyun pelan, berterima kasih atas pertolongan yang sudah diberikan kepadanya. "Kyuhyun-ssi..."

"Panggil Kyuhyun-ah saja, Wangjanim, hamba seumuran dengan anda," potong namja itu. Namja? Benar dia seorang namja? Wajahnya begitu indah seperti seorang putri kerajaan. Aish, sudahlah.

"Kyuhyun-ah, ikutlah denganku ke istana. Aku akan memberikan hadiah untukmu. Anggap saja sebagai rasa terima kasihku."

Kyuhyun membungkuk menurut, ia berterima kasih atas kebaikan pangerannya ini. "Gamsahamnida..."

Ia mempersilahkan Changmin untuk menaiki kudanya menuju ke istana, sementara ia berjalan beriringan sambil memapah kendaraannya yang tadi dia tinggalkan di bawah pohon itu. Sementara, dari balik semak-semak, dua orang sedang berbisik-bisik sembari memperhatikan mereka.

"Sepertinya rencana Gongjunim berhasil..."

.

.

~*.*~

.

.

"Pyeha, utusan dari Tang mungkin akan tiba beberapa hari lagi. Ini akan menjadi kabar yang sangat membahagiakan bagi kita. Selain para pedagang yang akan mampir ke Seorabeol, kedatangan mereka juga dalam rangka memperkuat aliansi antara Silla dengan Tang. Ini kabar yang sangat baik." Perdana menteri Kim Jongwoon, membungkuk hormat pada Yang Mulia Raja.

Sang Raja, Yang Mulia Kim Youngwoon terlihat tersenyum mendengar penjelasan dari sangdedeung-nya itu. Di ruangan pertemuan ini, ia, perdana menteri, adik iparnya dan beberapa menteri kepercayaannya sedang merundingkan strategi untuk menyerang Baekje. Kerajaan itu akhir-akhir ini memang sering membuat ulah pada Silla. Belum lagi masalah ekonomi rakyat yang kembali menurun. Baguslah bantuan dari Tang akan segera tiba.

"Joesonghamnida, Pyeha. Kemarin aku dengar Wangjanim tersesat hingga ke wilayah Baekje," ujar salah seorang yang duduk berhadapan dengan perdana menteri. Adik ipar Raja, Kim Yunho. "Dan aku dengar ada seseorang yang berhasil menolongnya."

Yang Mulia mengangguk membenarkan. Putra tunggalnya memang mengalami kejadian itu. "Benar, dongsaengnim. Yang aku bingungkan, kemana para pengawal yang mendapingi Changmin. Harusnya mereka menjaganya."

"Mullonimnida, Pyeha. Tapi seharusnya juga, tanpa prajurit pengawalpun Wangjanim bisa menjaga dirinya sendiri. Seorang pangeran sudah seharusnya mampu menggunakan pedangnya sendiri, tidak selalu bergantung pada pengawalnya. Bukan begitu, Pyeha?" lanjut Yunho. Dibalik kepalanya yang menunduk, sebuah seringaian yang seolah mengejek sang kakak sengaja dibuatnya.

"Yunho Goong... Bagaimana mungkin kau bisa berkata seperti itu? Bukankah kau sudah tahu dengan jelas, Wangjanim belum begitu pandai memainkan pedang," bantah Jongwoon cepat. Melihat sang perdana menteri yang kembali berseteru dengan adiknya, membuat Youngwoon menghela napas. Ia terbiasa melihat pertengkaran mengenai hal kecil seperti ini. Ia tahu, adik iparnya tidak begitu menyukai dirinya, bahkan saat ia naik tahta. Dan hanya Jongwoonlah yang menjadi pengikut setianya.

"Memang begitu keadaannya Jongwoon Goong. Wangjanim... bukannya belum pandai memainkan pedang, tapi dia memang tidak bisa. Pantaskah dia menjadi seorang pangeran? Menjadi putra mahkota?"

Kuping Jongwoon memanas. Sudah cukup penghinaan yang dilakukan oleh Sangjanggun ini. "YUNHO GOONG~ KAU!" geramnya sambil bangkit dari tempat duduknya.

"Cukup, Sangdaedeung." Dan perintah sang Raja membuat Jongwoon menahan emosinya. Matanya terpejam, namun dalam hati ia benar-benar mengumpat untuk Yunho. Andai saja, ada pedang di tangannya, mungkin sudah ia bantai lelaki berkumis tipis itu.

Yunho bertambah tersenyum lebar. Ini yang ia nikmati dari kemarahan seorang Kim Jongwoon. Kakak iparnya akan selalu menghentikannya dan mengalah. "Tidak perlu marah begitu, Sangdaedeung. Aku hanya bercanda," katanya sembari beranjak lalu membenarkan baju perangnya. "Aku permisi, Pyeha..." Ia membungkuk dan mulai meninggalkan ruang pertemuan itu.

Jongwoon kembali duduk, nafasnya masih memburu menahan marah. Dilihatnya kini sang Raja tengah termenung, terlihat sedih mungkin. Pandangannya kini mulai melembut, ia iba dengan sahabatnya ini. Dulu, Youngwoon yang dikenalnya begitu ceria dan tanpa beban, namun kini, dia hanya seorang Raja yang tertekan. Apalagi sejak kejadian dua puluh tahun lalu, dimana Youngwoon kehilangan putrinya –akibat ulah brengsek Yunho.

Segera saja diraihnya tangan sang Raja, membelainya lembut untuk menenangkan kegelisahan yang dirasakan Rajanya itu. "Jangan berpikir yang macam-macam, Pyeha. Fokuslah untuk melakukan perang dengan Baekje. Pikirkan saja rakyat yang begitu kau cintai. Aku selalu berdiri di belakangmu."

Youngwoon menoleh, ia tersenyum lembut pada Jongwoon. "Gomawo, Yesung-ah."

Kekehan kecil meluncur dari Jongwoon, saat mendengar nama kecilnya dipanggil oleh Yang Mulia Raja. "Pyeha..." Nama panggilan yang ia gunakan saat ia bermain dengan Youngwoon, temannya.

"Aku rindu saat aku bisa tertawa denganmu, bermain seperti dulu, tanpa beban."

"Begitu juga hamba, Pyeha. Namun sekarang, yang kita mainkan adalah sebuah pemerintahan. Menangkan permainan ini dari Yunho. Kalahkan dia, miliki Silla seutuhnya tanpa ada duri yang mengganjal."

Nasehat Yesung –Jongwoon- memang bagai cambuk bagi Youngwoon. Selalu Yesung yang ada saat ia terasingkan dari dunia kejam istana. Yesung, Changmin putranya, istrinya, dan rakyatnya. Sumber kekuatannya untuk bertahan.

"Oh iya, Jongwoon Goong," bahasanya kembali formal. "Dimana Changmin sekarang?"

.

.

"Siwon-rang..."

"Ye, Wangjanim."

Siwon, pungwolju –komandan hwarang yang sangat terkenal dengan ilmu beladirinya kini sedang membungkuk hormat di depan sang pangeran negaranya. Tadi pagi Pangeran Changmin memanggilnya dan memintanya datang ke Balai Yeolseon –tempat pertemuan para pejabat istana dan hwarang.

Ia tidak tahu untuk apa dia di panggil. Tapi setelah memasuki balai pertemuan itu, dia melihat seseorang telah berdiri di samping sang pangeran. Seorang –yang bisa dikatakan- namja itu, berdiri dengan mata yang tidak berhenti menelisik setiap detail ruangan itu dengan tampangnya yang lusuh, ikat kepala dan pakaian yang kotor, serta rambutnya yang panjang dan berantakan.

"Siwon-rang, aku memanggilmu kesini karena aku memiliki satu permintaan untukmu," Changmin berkata dengan penuh kewibawaan, berbeda dengan Changmin yang ketakutan saat para prajurit Baekje mengepungnya di daerah perbatasan Silla dan Baekje.

"Ye, Wangjanim. Perintah anda adalah titah bagi hamba," jawab Siwon penuh hormat.

"Tidak perlu seformal itu, Siwon-ah. Kita bersahabat sejak kecil, kau lupa?"

"Ah... ye, Wangjanim. Tapi bagi hamba anda adalah junjungan hamba. Salahkah hamba jika bersikap hormat kepada anda?"

Mendengar jawaban penuh kecanggungan dari Siwon, Changminpun tertawa terbahak-bahak. Hingga tawanya itu mengejutkan orang yang sedari tadi sedang mengamati dengan penuh saksama ruangan Balai Yeolseon yang begitu mewah itu.

"AHAHAHA, Siwon-ah... jangan seperti itu. Kau membuatku geli. Biasanya kau akan memanggilku Minnie saja. Wangjanim? Itu panggilan yang menggelikan. Lagi pula, kau sepupuku. Kau anak dari adik ayahku, tidak perlu seolah-olah kau hanya rakyat biasa."

Siwon mengusap lehernya, perilaku pangeran ini kadang membuatnya canggung, merasa resah, tidak enak hati, dan kadang juga membuatnya merasa malu.

"Eum... jadi ada apa kau memanggilku, Minnie?"

Seketika Changmin menghentikan tawanya. Ia bangkit dari tempat duduknya lalu merangkul bahu namja yang sejak tadi hanya menonton pembicaraannya dengan Siwon. "Namja ini, dia yang menolongku saat aku hampir di bunuh oleh prajurit Baekje."

"Mwo? Jinjja?" Lalu pandangan Siwon beralih menatap wajah namja itu yang balik menatapnya.

DEG

Sesaat pandangan mereka bertemu untuk waktu yang lama. Sorot mata mereka saling menarik satu sama lain. Siwon seolah terbius oleh mata indah itu. Ini baru pertama kali mereka bertemu, tapi rasanya Siwon sudah begitu nyaman dengan sorot mata itu.

Changmin memandang bingung Siwon dan Kyuhyun –orang yang sejak tadi berdiri di sampingnya. Kenapa mereka berdua berpandangan lama sekali? Jujur saja entah rasa apa yang ada di hatinya, mirip semacam rasa cemburu. Tapi masa iya ia cemburu hanya karena seorang namja yang baru dikenalnya?

"Ehm!" Akhirnya ia memutuskan untuk berdehem, menyadarkan Siwon dan Kyuhyun dan membuat mereka berdua terkejut.

"Siwon-ah, namanya Kyuhyun. Aku ingin kau menjadikannya sebagai hwarang. Aku dengar resimen Yonghwa Hyangdo kehilangan Hyukjae dalam perang. Aku pikir Kyuhyun bisa menggantikan posisi Hyukjae."

"Ta... tapi, Minnie. Menjadi seorang hwarang memerlukan latihan yang begitu lama. Aku takut para hawarang lain akan merasa iri dan menganggapmu pilih kasih."

Changmin terlihat berpikir sejenak. Benar kata Siwon, namanya akan tercemar jika ia benar-benar akan menjadikan Kyuhyun seorang hwarang, maka akan timbul pertanyaan di antara hwarang-hwarang lain.

"Jika begitu aku ingin kau melatihnya lebih dulu!"

"MWO?!" teriak Kyuhyun dan Siwon bersamaan. Keduanya saling memandang lagi satu sama lain, tapi kali ini dengan pandangan sinis.

"SHIRREO!" seru Kyuhyun. Dengan cepat Siwon melayangkan jentikan pada dahinya.

"Kau ini! Berbicaralah sopan di depan Wangjanim!" bentak Siwon.

Kyuhyun menundukan kepala sekilas, meminta maaf. Lalu dia mengomel, " Joesonghamnida, Wangjanim. Menjadi hwarang sih, hamba mau-mau saja. Tapi jika dia..." Tangannya menunjuk tepat di depan wajah Siwon, membuatnya tersentak. "... yang menjadi guru sementara untuk hamba, hamba tidak mau!"

Gelak tawa Changmin memenuhi ruangan Balai Yeolseon setelah mendengarkan kalimat Kyuhyun. Sementara Siwon sudah siap memukul Kyuhyun jika namja itu tidak berlari ke balik punggung Changmin.

"Arra, aku akan mulai melatih namja menyebalkan ini besok pagi. Aku permisi, Wangjanim," ujar Siwon dengan wajah datarnya yang ditekuk sambil meninggalkan Balai Yeolseon.

.

.

Ratu sedang menuju Istana Ingang petang itu. Ia yang ditemani putranya, Pangeran Changmin, terlihat bersenda gurau di perjalanannya. Tepat saat mereka hampir tiba di Istana Ingang, keduanya bertemu dengan Siwon dan ibunya –adik Yang Mulia Raja, Putri Jaejoong-.

"Hwanghunim...," sapa Putri Jaejoong, membungkuk hormat. Dibalas tundukan kepala oleh Ratu. Siwon dan Changmin hanya bungkam di belakang ibu mereka masing-masing. Memang, seperti biasanya, suasana canggung dan tegang seperti ini akan terjadi jika sang Ratu sudah bertemu dengan adik iparnya. Siwon dan Changmin tahu, hubungan ibu mereka tidak begitu mulus, tidak seperti mereka yang sudah bersahabat sangat baik.

"Jaejoong gongju, sedang apa kau berkeliaran di sekitar sini?" tanya Ratu.

Jaejoong meringis, kamudian tertawa terbahak-bahak. "Aigo... Leeteuk, sombong sekali kau sekarang. Tidakkah kau ingat aku adalah anak Raja? Aku berhak berkeliling istana ini."

Leeteuk –nama Yang Mulia Ratu- hanya tersenyum mendengar nada meremehkan Jaejoong. "Mullon, mullonimnida. Tentu saja aku ingat, adik ipar. Kau, anak Raja yang bahkan tidak pernah menunjukan perilaku kebangsawanannya. Bagaimana bisa aku melupakanmu, putri yang selalu mabuk-mabukan di tempat hiburan, putri manja yang memaksa ayahnya untuk menikahkannya dengan seorang cucu raja terdahulu karena telah mengandung lebih dulu sebelum menikah?"

"KAU..."

Siwon segera mencegat tangan ibunya yang hendak melayang ke pipi Ratu. "Eommoni, sudahlah. Joesonghamnida, Wangjanim, sebaiknya anda membawa Hwanghu pergi dari sini."

Atas saran Siwon, Changmin menarik ibunya segera memasuki Istana Ingang. Siwonpun sama, menggiring ibunya untuk kembali ke paviliunnya sembari menenangkan hati sang ibu yang berapi-api akibat omongan Ratu.

"Ratu brengsek! Dia pikir siapa dia? Jika saja kakakku tidak menikahinya, dia hanya seorang gadis jinggol rendahan!"

"Eommoni, sudahlah. Tidak ada gunannya bertengkar dengan Ratu, itu akan menambah konflik di dalam istana," ujar Siwon. Ia kembali berjalan, membawa ibunya yang sedang murka ini menjauh dari halaman Istana Ingang.

'Bagus sekali. Hubungan keluarga kerajaan tidak begitu baik. Pintu masuk telah terbuka...'

Seringaian itu muncul di wajahnya yang terlihat gelap terhalang oleh dinding pagar istana. Kyuhyun, semenjak tadi bersembunyi dan mendengarkan pembicaraan –pertengkaran- kecil antara Ratu dan sang adik ipar. Ia kemudian berbalik dan melangkah pergi, masih dengan senyum mengerikannya.

.

.

Malam sudah mulai menyelimuti Seorabeol. Dengan langkah tenang dan tangan yang bertengger di belakang tubuhnya, Kyuhyun berjalan keluar istana menghampiri kudanya lalu dengan cepat meninggalkan ibu kota.

Seringaian di wajahnya kembali tercetak di bibirnya, di balik wajahnya yang dibuat sepolos mungkin di depan Changmin.

Setelah melewati Benteng Hwangsanbeol, akhirnya derap langkah kudanya sampai di... GERBANG ISTANA BAEKJE?! Mau apa dia kesana?

Kyuhyun turun dari kudanya, beberapa pengawal menyambut kedatangannya. Dia menyerahkan kudanya pada si pengurus, lalu dengan langkah kaki cepat memasuki istana. Segala atribut berbau Silla yang diberikan Changmin kepadanya segera dilepas, termasuk ikat kepalanya.

"Yang Mulia Tuan Putri tiba..." Suara kasim menghentikan perbincangan antara Raja dan para menteri yang sedang berunding malam itu. Sang Raja tersenyum lega mendengar kedatangan putrinya yang sejak kemarin dikhawatirkannya. Begitu pula dengan sang putra mahkota yang langsung beranjak dari singgasananya, menyambut sang adik dengan perasaan bahagia.

Dan masuklah sosok Kyuhyun dengan rambutnya yang terurai panjang. Dia berhenti di tengah-tengah puluhan menteri yang menyambutnya dengan bungkukan hormat. Tepat dihadapan Raja dan putra mahkota, dia memberi salam dan membungkuk hormat.

"Pyeha, Kyuhyun Gongju ingin melaporkan jika rencana yang kita susun sudah berhasil memasuki tahap awal." Senyumnya yang manis, membuat sang ayah ikut tersenyum bangga pada putri satu-satunya ini yang telah sukses melaksanakan perintah.

Yang Mulia Raja Hankyung. Sang penguasa Baekje. Ialah, ia ayahanda Kyuhyun, putri Baekje.

"Kyunnie..."

"Donghae orabeni, rencana kita memang rencana yang sangat bagus," ujar Kyuhyun sambil mengambil anting yang disimpan di sakunya lalu memasangkannya ke telinga.

Sang kakak kini datang memeluknya, adik perempuan yang sangat dirindukan. Sejak kemarin ia mengkhawatirkan keadaan sang adik yang dengan berani mengusulkan dirinya sendiri untuk menyusup ke wilayah Silla.

"Kita akan meruntuhkan mereka. Hancurkan harimau Silla. Hancurkan pengkhianat Baekje!" serunya sembari mengacungkan pedangnya ke atas, disambut sorakan semangat dari para menteri yang hadir di ruangan itu.

"I BAEKJE, MANSE! I BAEKJE, MANSE! KEMENANGAN UNTUK BAEKJE!"

Melihat itu, Kyuhyun tersenyum puas. Dan tahap kedua rencananya akan segera ia laksanakan, demi kemenangan negaranya, ayah dan kakaknya yang begitu dia cintai.

.

~*.*~

TBC

~*.*~

.

ANNYEONG... YEORROBEUN... JOJO IS BACK. Ini ff kolosal yang saya janjikan. Review sangat dibutuhkan untuk kelanjutan ff ini. Inspirasi The Great Queen Seondeok, dan drama saeguk lainnya. Jalan cerita dijamin beda.

Istilah-istilah dalam ff ini juga diambil dari The Great Queen Seondeok. Ini saya kasih tahu artinya

Wangjanim : Pangeran

Gongjunim : Tuan Putri

Pyeha : Yang Mulia Raja

Hwanghu : Permaisuri

Hwarang : pemimpin nangdo (pasukan elit yang sengaja dibentuk dengan kemampuan tersendiri)

Pungwolju : hwarang terbaik, pimpinan hwarang

Sangdaedeung : perdana menteri

Goong : bangsawan

Eommoni : ibu

Abeoji / abeonim : ayah

Jinggol : keturunan tulang murni (kerabat kerajaan)

Seonggol : keturunan tulang suci (keluarga Raja)

* Kosa kata

Mullonimnida : tentu saja.

Ye : Ne : iya

Joesonghamnida : maafkan saya

Manse : hidup (hore)

Nama-nama tempat mungkin akan berbeda fungsi dengan yang ada dalam drama.

Mohon reviewnya... Ini ff yang benar-benar author idamkan. Kalo readers pengin lanjut mohon reviewnya...

GAMSAHAMNIDA...