Minna! kli ini saya kmbali lgi dgn fic baru. Fic ini diangkat dari sebuah komik yang saya beli sekitar beberapa bulan lalu, mncritakan ttg bullying yang trjadi d skitar kita, trmsuk slh satunya adl d skolah
Meet reading, Minna :D
Story start!
Chapter 1: First Friend
Disclaimer: Vocaloid belongs to Yamaha, Utauloid & Fanloid belongs to their creator, not my own
Genre: Friendship, Hurt/Comfort, School, Slice of Life
Warning: OOC, Typo, too dramatic, violence, harsh word
Cast:
Akita Neru
Kasane Teto
Sukone Tei
SeeU
Kuroneko Ayame
Miriam
Don't like, don't read it!
.
.
.
.
.
Ini adalah kisah yang mungkin saja terjadi di sekolahmu...
Seorang gadis bersurai pirang panjang yang model rambutnya dikuncir satu ala ponytail ke samping sedang berjalan memasuki gedung sekolah. Ia baru saja pindah ke Tokyo sekitar beberapa hari yang lalu karena ayahnya dipindahtugaskan dari pekerjaannya dan sekarang ia sedang mencoba untuk beradaptasi dengan lingkungan sekolahnya yang baru...
"Waahh! Jadi mulai sekarang ini adalah sekolahku. Sepertinya menyenangkan". Neru berkata, ia terlihat senang
Neru berjalan menuju koridor sekolah untuk mencari ruang staff, saat di jalan ia berpapasan dengan seorang gadis bersurai merah yang model rambutnya dikuncir dua seperti bor, Neru berjalan menghampiri gadis itu
"Permisi, apakah kau tahu ruang staff ada di mana?". Tanya Neru
Gadis itu yang mendengarnya langsung terkejut, lalu ia membalas perkataan Neru
"Ano, ruang staff yah?". Tanya gadis itu
Mereka berjalan di koridor sekolah dan saling berbincang-bincang satu sama lain...
"Perkenalkan, namaku Akita Neru. Aku adalah siswi baru di sekolah ini". Kata Neru
"Namaku Kasane Teto". Kata gadis itu
"Jadi, kau adalah siswi pindahan?". Tanya Teto
"Ya, begitulah. Ayahku mendadak dipindahtugaskan ke kota ini. Oh ya, ngomong-ngomong apakah kau tahu kelas 2-1 itu seperti apa?". Tanya Neru
Teto yang mendengarnya sedikit terkejut, ia pun kembali berbicara
"Kurasa itu kelas yang cukup bagus, aku juga di kelas 2-1". Kata Teto
"Benarkah?! Syukurlah kalau begitu". Kata Neru
"Tampaknya aku diantar ke kehidupan sekolah yang cukup menyenangkan". Neru berkata dalam hati
Setelah mengantar Neru menuju ruang staff, Teto segera kembali ke kelas. Beberapa menit kemudian bel sekolah pun berbunyi. Neru berjalan menuju kelasnya ditemani oleh seorang guru yang berjalan di belakangnya, ia pun mulai memperkenalkan dirinya...
"Watashi wa Akita Neru desu. Yoroshiku!". Kata Neru
"Kalau ada sesuatu yang tidak kau tahu, silahkan tanyakan pada dia. Dia adalah ketua kelas di sini". Miriam sensei berkata sambil memperkenalkan seorang gadis bersurai putih keabu-abuan yang panjang rambutnya sampai sepunggung, ia memakai bando di atas kepalanya
"Senang bertemu denganmu, Neru-san". Gadis itu berkata sambil tersenyum
Neru berjalan menuju kursi tempat duduknya
"Baiklah, kita mulai pelajaran hari ini. Buka buku matematika kalian halaman 64". Kata Miriam sensei
"Sensei, suara anda tidak terdengar jelas". Kata seorang siswi
Neru yang mendengarnya merasa sedikit terkejut, padahal ia mendengarnya lumayan jelas meskipun duduk di barisan belakang, ia pun menatap siswi yang berkata barusan. Ternyata dia adalah Kasane Teto, gadis yang ia temui tadi pagi di koridor sekolah
"Eh?! Bukankah dia adalah anak yang tadi?". Neru bertanya dalam hati
"Oh, masa sih? Maaf, lain kali aku akan hati-hati. Berikutnya kalian kerjakan soal ini". Miriam sensei berkata sambil menulis di papan, namun tiba-tiba saja Teto kembali berulah
"Sensei, suara anda tidak kedengaran. Apakah anda tidak niat untuk mengajar kami?". Tanya Teto
Miriam sensei yang mendengarnya merasa kesal, Ia pun langsung memarahi Teto
"Kasane-san, yang benar saja. Setiap hari ada saja ulahmu! Daritadi sensei sudah bicara dengan jelas kan?! Teman-temanmu saja yang duduk di barisan paling belakang bisa mendengarnya! Sebenarnya ada apa denganmu? Apakah telingamu sudah tuli?!".
Neru tidak bisa mempercayai apa yang baru saja dilihatnya
"Tidak mungkin! Masa sih dia melakukan hal menyebalkan seperti itu? Ini bohong kan?!". Seru Neru dalam hati
Teto menundukkan kepalanya. Ekspresi wajahnya terlihat sedih, bulir-bulir air mata sudah mengumpul di pelupuk matanya
.
.
.
Saat jam istirahat, beberapa siswi ada yang berjalan keluar kelas. Neru beranjak dari kursi tempat duduknya dan menghampiri Teto...
"Teto, kenapa tadi kau bicara seperti itu pada Miriam sensei?". Tanya Neru
"Ah, itu karena.. a-aku...". Teto berkata
"Hari ini pun aku merasa sangat senang". Kata seseorang
Teto menatap orang itu, ia terkejut saat melihatnya. Seorang gadis bersurai putih keabu-abuan yang panjang rambutnya sampai sepunggung dan memakai bando di atas kepalanya sedang berdiri di depan mejanya, diikuti oleh beberapa orang temannya
"Kali ini Miriam sensei benar-benar membencimu, Teto". Kata gadis itu
"Tei, kumohon hentikan!". Seru Teto sambil beranjak dari kursi tempat duduknya dan menatap Tei
"Apa-apaan kau? Apakah kau ingin melawanku? Jika kau tidak mau melakukannya, maka tidak akan ada seorang pun di kelas ini yang mau berteman denganmu". Kata Tei
Neru yang daritadi mendengar pembicaraan mereka langsung berjalan menghampiri Tei
"Hei, apa maksudmu?! Apa maksudnya kalau kau yang telah menyuruh dia?!". Seru Neru, ia terlihat marah
"Kau ini seperti ingin tahu saja. Itu karena aku telah melakukan bullying padanya. Singkat kata, ada satu peraturan di kelas ini bahwa anak yang mendapat nilai terendah di semua mata pelajaran harus melakukan apapun yang telah kuperintahkan. Tidak ada seorangpun yang boleh mengeluh atau melawan. Lebih baik kau diam saja, anak baru". Tei berkata sambil menatap Neru
Neru yang mendengar perkataan Tei barusan merasa sedikit kesal
"Ini benar-benar bodoh!". Neru berseru dalam hati
Neru mengajak Teto menuju atap sekolah. Di sana mereka sedang membicarakan sesuatu...
"Hei, Teto. Kenapa kau tidak melaporkan semua ini pada sensei?! Jika kau tidak ingin melapor, maka biar aku sendiri saja yang bertindak!". Kata Neru
"Tidak bisa, Neru. Jika aku melakukannya, maka kau juga akan mengalami hal yang kejam. Lagipula memang benar akulah yang paling bodoh di kelas". Teto berkata sambil menundukkan kepalanya
"Tenanglah, aku baik-baik saja. Jangan khawatirkan aku". Teto berkata sambil mencoba untuk tetap tersenyum
"Teto...". Neru berkata dalam hati
Masa sih, di depan mata ada orang yang menderita tapi mereka pura-pura tidak bisa! Aku tidak bisa membiarkan semua ini terus berlanjut!
.
.
.
Neru menatap Teto yang sedang diganggu oleh Tei dan teman-temannya, ia pun berjalan menghampiri mereka
"Kalian semua, sudah hentikan! Ini namanya bullying. Kenapa kalian malah membiarkannya?!". Seru Neru sambil menatap semua orang yang berada di kelas, ia terlihat marah
"Apa-apaan sih kau ini, selalu saja berisik. Anak pindahan sepertimu lebih baik diam saja". Kata salah seorang diantara mereka
"Apakah kalian pikir aku bisa diam jika melihat situasi seperti ini! Kali ini aku benar-benar sudah tidak tahan lagi!". Seru Neru
"Sebelumnya bukankah aku sudah pernah mengatakannya padamu, Neru. Ini hanya permainan, kau tidak usah terlalu bersimpati". Tei berkata, ia terlihat santai
Neru yang mendengar perkataan Tei barusan merasa sedikit panas, ia pun kembali membalasnya
"INI BUKAN SIMPATI! TAPI TETO ADALAH TEMANKU!".
"Neru". Teto berkata, ia agak sedikit terkejut saat mendengar perkataan Neru barusan
Sementara itu Tei masih bersikap tenang seolah-olah tidak terjadi apapun
"Hmm, teman ya? Kalau begitu, cobalah kau gantikan dia. Jadilah target bully kami. Kalau kau mau, maka Teto akan kubebaskan dari semua ini". Kata Tei
Neru yang mendengarnya langsung terkejut, ia pun terdiam selama beberapa menit. Sementara itu Tei sudah tidak sabar menunggu jawaban Neru
"Kenapa kau malah diam? Tidak bisa yah? Persahabatan macam apa itu, jangan membuatku tertawa". Kata Tei
"Ugh, bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan? Jika aku menerimanya maka Teto akan dibebaskan, tapi jika aku menolak maka Teto akan terus-terusan menjadi target mereka... maafkan aku, Teto". Neru berkata dalam hati
Neru pun kembali membuka suaranya
"Boleh saja, akan kulakukan. Akan kubuat kau menghentikan semua permainan ini". Neru berkata sambil menatap Tei
Aku tidak akan kalah oleh mereka!
Hari berikutnya di sekolah...
Neru memasuki ruang kelas, ia melihat bahwa meja dan kursi tempat duduknya penuh dengan coretan tinta dan spidol, ada beberapa coretan yang tertulis di atas mejanya: PERGI KAU JELEK! BODOH!
Neru yang melihatnya hanya bisa bersabar
"Mereka kejam sekali". Kata Teto
"Minggir sana! kau menghalangi jalanku!". Tei berkata sambil mendorong Neru hingga ia terjatuh menabrak meja
Tei dan kedua temannya: SeeU dan Kuroneko Ayame, mereka bertiga menatap Neru sambil tertawa
"Dasar bodoh, kau ini sedang apa sih. Kebanyakan melamun yah?". Tanya SeeU
"Lihatlah dirimu, Neru. Kau itu benar-benar menjijikan seperti kecoa". Kata Ayame
Neru yang mendengar perkataan mereka merasa sedikit panas
"KAU BILANG APA BARUSAN, HAH?! LEBIH BAIK KAU JAGA MULUTMU!". Seru Neru, ia terlihat marah
"N-Neru, tenanglah". Teto berkata sambil mencoba untuk menenangkan Neru yang masih terbawa emosi
Hari demi hari telah dilalui oleh Neru. Tei dan kedua temannya masih terus-terusan melakukan bullying terhadapnya. Mereka tidak segan-segan mengotori , merusak semua barang-barang, mencoret buku-buku pelajaran, sepatu, serta seragam olahraganya, hingga menyuruhnya untuk mengenakan name tag bertuliskan : JELEK, CEWEK BODOH!
Saat jam istirahat, Neru dan Teto sedang berada di atap sekolah. Teto merasa kasihan saat melihat keadaan Neru, kaki dan tangannya sempat terluka karena perbuatan Tei dan kedua temannya yang terus berlanjut
"Huh, mereka melakukannya hampir setiap hari. Aku sampai terluka seperti ini". Neru berkata sambil duduk bersandar dekat beranda
"Gomen, gara-gara melindungiku kau jadi seperti ini". Teto berkata sambil menundukkan kepalanya
"Teto, kau tidak perlu minta maaf. Mereka bertiga yang jahat. Aku baik-baik saja, jangan khawatir!". Neru berkata sambil mencoba untuk menyemangati dirinya sendiri
Teto menatap Neru yang masih menunjukkan senyumnya walaupun ia sudah ditindas dari hari-hari sebelumnya
"Kau kuat sekali ya, Neru. Aku jadi iri". Kata Teto
"Eh? A-Aku?". Tanya Neru
"Kau ini bicara apa sih? Yang seharusnya iri kan aku". Neru berkata sambil berlari mendekati Teto
"Eh?". Teto bertanya, ia terlihat kebingungan
Mereka masih bersandar di atap sekolah dan kembali melanjutkan pembicaraan
"Teto, apakah kau masih ingat? Beberapa hari yang lalu kau pernah bilang padaku seperti ini: "Kau memintaku membiarkanmu karena aku tidak ingin melihatmu mengalami hal kejam". Saat mendengarnya aku merasa kalau kau ini gadis yang kuat. Kau tahu? Aku bisa berjuang karena kau selalu mendukungku. Semua itu berkat kau. Karena itu... karena itu aku minta bantuanmu ya, Teto!". Neru berkata sambil mengenggam tangan Teto dan menatapnya
"N-Neru.. ya, baiklah kalau begitu". Kata Teto
"Ini benar, selama ada Teto. Apapun yang terjadi aku akan berjuang". Neru berkata dalam hati
Neru dan Teto tiba di depan ruang staff...
"Pokoknya kita coba bicarakan masalah ini dengan Miriam sensei". Neru berkata, ia terlihat bersemangat
"Uh.. ya..". kata Teto
Neru mengetuk pintu ruang staff dan masuk ke dalam untuk menemui Miriam sensei
"Kasane-san, Akita-san. Ada perlu apa kalian berdua datang kemari? Jam istirahat sudah hampir berakhir, cepatlah kembali ke kelas". Kata Miriam sensei
"A-Anu, sensei... s-sebenarnya...". Neru menceritakan semua kejadian yang ia alami pada Miriam sensei, setelah selesai menceritakan semuanya Miriam sensei menyuruh mereka untuk kembali ke kelas
.
.
.
Sementara itu di lorong kelas, Tei, SeeU dan Ayame sedang berbincang-bincang satu sama lain sambil menatap ke arah jendela...
"Huh, menyebalkan! Anak pindahan itu reaksinya terlalu berlebihan". Kata SeeU
"Apapun yang kita lakukan, dia bersikap seolah-olah tidak terjadi apapun. Bagaimana ini, Tei?". Tanya Ayame
Saat sedang berbincang-bincang, tiba-tiba saja Miriam sensei datang menghampiri mereka bertiga. Tei yang melihatnya amat terkejut
"Miriam sensei..?". tanya Tei
"Sukone-san, bisakah kita bicara sebentar di ruanganku?". Tanya Miriam sensei
Mereka berjalan menuju ruang konseling
Di ruang konseling kini hanya ada Tei dan Miriam sensei...
"Sukone-san, apakah benar kau telah melakukan bullying pada Akita-san?". Tanya Miriam sensei
"Ah,... i-itu...".
"Aku baru saja dengar informasi seperti itu, bisakah kau jelaskan apa maksud dari semua ini?". Miriam sensei bertanya sambil menatap Tei
Tei merasa terpojok, ia pun segera memikirkan suatu cara untuk membuat Miriam sensei tidak mencurigainya, sebuah ide terlintas di kepalanya
"Sukone-san, kau mendapat nilai tertinggi hampir di semua mata pelajaran. Sebagai siswi berprestasi, kau punya rasa tanggung jawab yang besar. Aku tidak habis pikir kalau kau melakukan hal seperti itu. Sekarang aku ingin mendengar penjelasanmu". Kata Miriam sensei
"Uh...". Tei berkata sambil menundukkan kepalanya
"Sukone-san, kau tidak mungkin melakukan hal seperti itu kan?". Miriam sensei berkata sambil mengguncangkan tubuh Tei
Tei mengangkat wajahnya, terlihat ada bulir-bulir air mata mengalir menuruni pipinya. Miriam sensei yang melihatnya langsung terkejut
"Kejam...". Tei berkata sambil menangis
Miriam sensei menatap Tei
"Apakah sensei percaya begitu saja? Saya... saya tidak mungkin melakukan hal semacam itu pada teman-teman sekelas saya... saya tidak tahu siapa yang telah melaporkan hal ini pada sensei. Bullying, saya tidak mungkin berbuat kejam pada mereka... ugh... hiks...". Tei berkata sambil mencoba untuk menghapus air mata yang mengalir menuruni pipinya
"Sukone...". Miriam sensei berkata, ia hanya terdiam saat melihat Tei menangis
"Maafkan aku. Aku percaya. Kau tidak mungkin melakukan itu". Miriam sensei berkata sambil mendekati Tei dan mencoba untuk menenangkannya
Tak lama kemudian, Tei berjalan keluar ruangan dan pamit pada Miriam sensei untuk kembali ke kelas
"Maaf telah menuduhmu yang tidak-tidak, Sukone-san". Kata Miriam sensei
"Tidak, tidak apa-apa. Asalkan tidak ada kesalahpahaman lagi, kurasa semua ini sudah cukup". Tei berkata sambil berjalan meninggalkan ruang konseling
Saat hendak kembali ke kelas, Tei bertemu dengan SeeU dan Ayame di koridor...
"Tei! Tei! Kau tidak apa-apa?!". Tanya SeeU
"Huh, kalau Miriam sensei sih mudah. Tunjukkan saja air matamu, maka dia langsung percaya". Tei berkata, ia terlihat santai
"Kau memang hebat, Tei!". Seru Ayame, ia terlihat senang
"Tapi, siapa yang telah melaporkan hal ini pada sensei? Ini tidak bisa dimaafkan, ayo kita balas perbuatan mereka, Tei". Kata SeeU
Tei berkata sambil berjalan memasuki kelas menuju kursi tempat duduknya
"Mereka... pasti Akita Neru dan Kasane Teto, tidak salah lagi...". Tei berkata sambil menopangkan sebelah tangan di dagunya
"Lagipula mereka berdua selalu pergi bersama". Kata Ayame
"Kalau begitu, aku tidak akan memaafkan mereka... akan kubuat mereka berdua menyesal karena telah berani menentangku!". Tei berkata sambil mengepalkan tangannya, ia terlihat marah
Hari berikutnya pada saat jam istirahat pertama...
"Teto, aku mau ke toilet sebentar. Tunggulah di sini sampai aku kembali". Neru berkata sambil berjalan keluar kelas
Sepeninggal Neru, SeeU datang menghampiri Teto
"Hei, Teto". Kata SeeU
"Ya, ada apa?". Tanya Teto
"Teto. Akhir-akhir ini kau akrab sekali dengan Neru, kalian selalu saja pergi berdua. Tapi apakah kau tahu bahwa di belakangmu, sebenarnya dia pernah mengatakan sesuatu yang buruk mengenai dirimu". Kata SeeU
Teto yang mendengarnya sedikit terkejut
"Dia berkata seperti ini: "Dasar anak tidak berguna, selalu saja menempel di dekatku. Aku tidak ingin melindungi anak lemah seperti dia". Begitu katanya, dan tak lama lagi kau pasti akan dibuang olehnya. Neru hanya menganggapmu seperti sampah". Seeu berkata sambil berjalan meninggalkan Teto
Teto tidak bisa mempercayai perkataan SeeU begitu saja
"Bohong! Kau pembohong!". Seru Teto, ia terlihat marah
"Aku tidak bohong, tadi aku mendengarnya langsung saat ia sedang berada di toilet". Kata SeeU
.
.
.
Sementara itu di toilet, Neru sedang mencuci tangan di wastafel. Namun tiba-tiba saja seseorang memanggilnya...
"Neru!". Seru Ayame
"Hei, kenapa kau malah mengikutiku?". Tanya Neru, ia terlihat kesal
"Lebih baik kau berhentilah mencampuri urusan Teto. Barusan dia mengeluh, katanya dia sudah lelah berteman denganmu". Ayame berkata sambil menepuk bahu Neru
Neru tidak bisa mempercayai perkataan Ayame semudah itu
"Kau ini, mana mungkin Teto berkata seperti itu". Kata Neru
"Barusan dia juga bilang karena dia sudah keluar dari permainan ini, maka dia tidak ingin berurusan lagi denganmu". Ayame berkata sambil tertawa
Neru yang mendengarnya merasa sedikit panas, ia pun membalas perkataan Ayame
"Hei, kau! Aku tidak mengerti apa tujuanmu, tapi percuma saja! Semuanya itu akan sia-sia. Aku percaya pada Teto!". Neru berkata sambil berjalan pergi meninggalkan toilet
Neru berkata pada dirinya sendiri
"Tidak! Teto bukan anak seperti itu!".
.
.
.
Saat sedang berjalan di koridor, ia berpapasan dengan Teto yang kebetulan lewat
"Teto... ada apa, apakah kau mau ke toilet juga?". Tanya Neru
"Neru... tentang diriku, benarkah kau berpikir bahwa aku ini memang tidak berguna?". Tanya Teto
"Eh?". Neru yang mendengarnya sedikit terkejut, ia hanya terdiam
Teto pun kembali melanjutkan pembicaraannya
"Jadi memang benar ya. Gara-gara melindungiku, kau sampai mengalami berbagai hal kejam". Teto berkata sambil menundukkan kepalanya
"Hei, Teto! Aku samasekali tidak mengerti, apa yang sebenarnya kau bicarakan?". Tanya Neru, ia terlihat kebingungan
"Selama ini aku selalu sendirian, tidak ada seorang pun yang mau menolongku hingga Neru datang ke sekolah ini. Aku bahkan tidak bisa percaya pada siapapun. Makanya saat kau datang menolongku, aku sangat senang. Aku mempercayaimu, tapi... tapi...". Teto berkata sambil menundukkan kepalanya, suaranya terdengar gemetar
"Aku tidak butuh persahabatan palsu!". Teto berteriak sambil menangis
"Teto!". Seru Neru
"Tidak apa-apa. Besok pasti akan kembali seperti semula, kita masih bisa tertawa bersama lagi". Neru berkata dalam hati
Keesokan harinya...
Neru menyapa Teto, namun Teto malah mengabaikannya. Ia pun kembali duduk di kursinya. Sementara itu, SeeU dan Ayame sedang mendekati Teto, mereka masih terus-terusan menghasutnya
"Teto, apa yang terjadi denganmu dan Neru? Pengkhianat itu memang tidak bisa dimaafkan yah, benar kan?". Tanya SeeU
"Bukan hanya kau saja, kita juga benci padanya". Kata Ayame
Ayame menatap sebuah tong sampah berukuran besar yang terletak di sudut ruang kelas. Sebuah serigai terukir di bibirnya
"Hei, Teto. Apakah kau tidak ingin balas dendam? Ayo kita lemparkan sampah-sampah ini padanya". Ayame berkata sambil menunjuk tempat sampah tersebut
Teto yang mendengarnya langsung terkejut, ia pun segera beranjak dari kursi tempat duduknya
"A-Apaaa?! Aku tidak bisa!". Seru Teto
"Dia sudah mengkhianatimu, Teto. Wajar saja kalau dia mendapat hukuman". Kata Tei
"Tapi...". Teto berkata namun tiba-tiba saja Tei malah menarik kerah baju seragamnya
"Sudahlah, lakukan saja. Kalau tidak, kau akan mengalami hal yang sama seperti dia". Tei berkata sambil menatap Teto
Ayame berjalan menghampiri Teto sambil membawa tong sampah besar lalu memberikannya pada Teto
"Nih, bawa yang benar ya!". Seru Ayame
Teto yang melihatnya amat terkejut, tiba-tiba saja air mata mengalir menuruni pipinya, ia pun menangis. Tangannya terasa gemetar saat memegang tong sampah tersebut
"Tunggu apalagi, ayo cepat lakukan!". Seru Ayame
"Ah... a-aku... aakuu...". Teto berkata sambil menangis
Pintu ruang kelas tiba-tiba saja terbuka, saat hendak masuk ke dalam. Neru benar-benar tidak menyangka dengan apa yang dilihatnya, Teto melempari isi tong sampah tersebut ke arahnya, seragam Neru pun kotor
"TIDAAAAKKKK!". Teto berteriak sambil menangis, sementara itu siswi-siswi lain yang berada di dalam kelas hanya menatap mereka, sedangkan Tei, SeeU, dan Ayame. Mereka bertiga tertawa terbahak-bahak
"Ah... tidakk... a-aku...". Teto berkata, tubuhnya terlihat gemetar. Ia pun berjalan meninggalkan kelas
"Hahahaha! Akhirnya dia melakukannya juga!". Seru Tei
"Ini sungguh hebat! Hahahahaha!". Kata SeeU
Neru berjalan menuju atap sekolah untuk menenangkan pikirannya, ia tidak menyangka bahwa Teto akan melakukan hal seperti itu terhadapnya...
"Teto, kenapa? Kenapa kau jadi seperti itu? Apakah jangan-jangan Teto, dia benar-benar membenciku? Teto... kalau sendirian, aku tidak akan bisa tertawa". Neru berkata pada dirinya sendiri, ia pun menangis
.
.
.
Jam istirahat telah usai, Neru berniat untuk kembali ke kelas. Namun ia seperti merasakan firasat buruk...
"Aku tidak ingin masuk ke kelas, tapi aku harus". Neru berkata pada dirinya sendiri
Saat hendak membuka pintu, tiba-tiba saja seseorang menarik lengan Neru dan menjatuhkannya ke lantai
"A-Ada apa ini?!". Seru Neru
Neru menatap orang yang tersebut, mereka adalah SeeU dan Ayame. Neru amat terkejut saat melihat Tei sedang berdiri di hadapannya dengan ekspresi wajah yang dipenuhi oleh amarah. Sementara itu SeeU dan Ayame masih memegangi Neru supaya ia tidak memberontak
"Akhirnya kau sendirian juga, Neru. Terima kasih untuk yang waktu itu, karena kau telah melaporkanku pada Miriam sensei. Karena itu, sekarang aku jadi marah besar". Tei berkata sambil menatap Neru dengan tatapan membunuhnya
Teto dan para siswi lain yang melihatnya hanya terdiam, tidak ada seorangpun dari mereka yang berani protes ataupun membela Neru
"Minta maaflah padaku, berlututlah di lantai dan minta maaf sekarang juga!". Tei berkata sambil menjambak rambut Neru dengan kasar, mereka saling bertatapan mata
Tei kembali melanjutkan pembicaraannya
"Jika kau menolak, maka kain pel ini akan kumasukkan ke dalam mulutmu". Tei berkata sambil menunjuk sebuah ember kecil yang telah diisi oleh cairan pel. Ember tersebut terletak tepat di depan Neru
Neru yang melihatnya amat terkejut. Beberapa siswi lain yang melihatnya juga sama terkejutnya dengan Neru
"Hei... itu terlalu kejam". Kata seorang siswi
"Kalau tidak cepat dihentikan, maka dia akan...". kata seorang siswi lain
"Tapi, jika kita melakukannya, berikutnya kita akan...".
Teto dan beberapa siswi lain hanya bisa menyaksikan Neru ditindas oleh Tei dan kedua orang temannya
"Ayo cepat lakukan! Minta maaflah!". Seru Ayame sambil menendang tubuh Neru
"Ayo sujud!". Seru SeeU sambil memaksa Neru untuk tetap berlutut
"Sial! Ini sakit sekali... tidak! Sampai kapanpun, aku tidak akan pernah menuruti kemauan kalian. Aku hanya ingin melindungi Teto!". Kata Neru
Tei dan kedua orang temannya yang mendenga perkataan Neru barusan merasa sangat kesal
"Kau ini!". Seru SeeU
"Tei, ayo kita lakukan". Kata Ayame
"Baiklah". Tei berkata sambil mengenakan sebuah sarung tangan besar di sebelah tangannya lalu ia mulai mengambil kain pel yang berada di dalam ember dan mendekatkannya pada wajah Neru
Neru yang melihatnya amat terkejut, ingin sekali ia lari dari kelas sekarang juga. Namun ia tidak bisa karena SeeU dan Ayame menahan tubuhnya
"Tidak.. TIDAAAKKKK!". Seru Neru
Tiba-tiba saja Teto berlari mendekati Tei dan mendorong tubuhnya, Tei pun jatuh menabrak meja guru
"Sudah, hentikan semua ini!". Seru Teto
"Teto...". Neru berkata, ia amat terkejut dan tidak menyangka bahwa Teto akan menolongnya
"Lepaskan Neru! Jika kalian masih menganggunya, aku tidak akan pernah memaafkan kalian!". Teto berkata sambil memukul-mukul SeeUdan Ayame yang masih menahan Neru
"Teto, apa-apaan kau ini?!". Seru Neru
Ayame menjambak rambut Teto dengan kasar, sementara itu Tei yang terjatuh menabrak meja guru mulai bangkit berdiri dari posisinya dan bersiap-siap untuk membalas Neru dan Teto
"Ugh... kalian kurang ajar...". Tei berkata sambil menahan sakit
Tei berlari mendekati Neru dan bersiap-siap untuk menamparnya
"Sudah cukup! Kalian berdua tidak akan kumaafkan!". Seru Tei
Saat Tei hendak menampar Neru, ia sangat terkejut karena tamparannya tidak langsung mengenai Neru. Teto melindungi Neru, pipi kirinya pun terkena tamparan dari Tei. Para siswi lain yang menyaksikan kejadian tersebut hanya bisa terdiam
"Ahh!". Teto berkata sambil memegangi pipi kirinya
"Teto! Teto! K-kau tidak apa-apa?". Tanya Neru, ia terlihat khawatir
"Maaf, Neru. Aku minta maaf. Aku ini memang menjijikan bukan? Padahal aku yang paling tahu betapa beratnya mengalami bullying". Teto berkata sambil menangis menatap Neru
"Teto...". Neru berkata dalam hati
"Mungkin kamu sudah tidak bisa memaafkanku, tapi apa kita masih bisa berteman?". Teto bertanya sambil menangis
"Itu kekuatan yang dahsyat, arigatou.. Teto". Neru berkata sambil menangis dan memeluk Teto. Para siswi yang menyaksikan kejadian tersebut langsung menatap Tei dan kedua temannya
"Teto, apa maksudmu melakukan semua ini?! Apakah kau ingin dijauhi lagi?!". seru Tei, ia terlihat marah
"Hentikan itu, ketua!". Kata seorang siswi
Tei pun membalikkan badannya dan menatap siswi tersebut
"Bagaimanapun juga itu terlalu berlebihan". Kata seorang siswi lain
"Akhir-akhir ini kau sangat kejam". Kata seorang lain
Tei yang mendengar perkataan siswi –siswi tersebut merasa sedikit kesal
"Kalian ini kenapa sih? Apa ada yang salah dengan kalian semua?!". Seru Tei
"Ya, kami memang salah karena pura-pura tidak melihat. Tapi kami juga tidak bisa terus-terusan bersamamu. Jika kau tidak ingin menghentikan semua perbuatanmu, maka kami yang akan jadi saksi dan melaporkanmu pada para guru supaya kau diskors dan sekalian dikeluarkan dari sekolah ini".
Tei yang mendengar perkataan siswi tersebut langsung merasa panas, ia merasa bahwa sebentar lagi kemarahannya akan segera memuncak
"Apakah kalian pikir semuanya akan selesai setelah kalian melakukan itu?! Boleh, coba saja. Sebagai gantinya kalian semua yang akan menjadi target berikutnya!". Seru Tei, ia terlihat marah
"Lakukan saja jika kau ingin melakukannya, aku tidak takut padamu". Neru berkata sambil menatap Tei, ditemani oleh Teto
"A-Apa katamu?!". Seru Tei
"Apapun yang akan kau lakukan, aku punya Teto. Asalkan ada teman yang bisa dipercaya dengan sepenuh hati, maka hal apapun yang terjadi akan bisa diatasi!". Seru Neru
Para siswi yang mendengar perkataan Neru barusan merasa sedikit tenang
"Begitu ya, benar juga". Kata seorang siswi
"Ya, kita juga!".
"Semua, ayo jangan takut!".
Sementara itu Tei dan kedua temannya benar-benar tidak menyangka bahwa situasi akan berbalik, tidak seperti yang mereka harapkan
"Tei...". kata SeeU
"Ini gawat". Kata Ayame
Neru berdiri bersama Teto, beberapa siswi lain pun ikut berdiri di belakang mereka sambil menatap Tei, SeeU, dan Ayame dengan penuh kemenangan
Dengan ini, bullying yang mereka lakukan telah diatasi
Saat suram, saat sedih...
Saat menderita, saat ingin lari...
Meskipun hanya seorang diri,
Asalkan ada seseorang yang mau tersenyum bersamamu,
Pasti...
Hari esok yang baru akan dimulai
.
.
.
First Friend – The End
Minna, bgaimana mnurut klian?
Mind to review please? :3
