©byuncrackers
Main Character: KaiHun with other(s)
Pairing: KaiHun, Sehun as uke
Disclaimer:
Aku cinta bgt sama para cast. Tp mereka milik Tuhan dan kedua orang tua mereka. Oiya, milik SM Entertainment juga. Tp percayalah, ide, plot juga alur cerita ini milik aku.
Warning! Typo bertebaran! BoysLove! Banyak kata-kata kasar yang tak patut ditiru.
Happy reading xoxo
ㅡBLUE ENVELOPEㅡ
Sehun. Pemuda yang memiliki nama lengkap Oh Se Hoon ini memiliki ciri khas khusus. Matanya yang sipit, bibir tipis dan dagu yang lancip. Jangan lupakan tahi lalat kecil yang ada dirahang sebelah kirinya. Hidungnya mancung. Rambutnya cokelat, juga berponi menutupi matanya. Sehun terkadang dipanggil 'nerd' karena bentuk rambutnya. Tapi ia tidak peduli.
Sehun saat ini kelas dua sekolah menengah pertama. Ia termasuk murid beruntung karena bisa masuk ke sekolah Internasional yangㅡpastinyaㅡ biayanya mahal, dikarenakan perekonomian keluarga Sehun yang kurang. Ia patut berterimakasih pada hobinya, juga gurunya yang terlalu baik hingga memberikan ia beasiswa.
Sehun jarang sekali tersenyum. Terakhir kali Sehun tersenyum dengan tulus juga manis itu saat ia mendapat beasiswa. Ia begitu bahagia pada saat itu. Tapi, memang pada dasarnya ia itu memiliki sifat labilㅡdinginㅡ dan bermuka datar, ia jadi jarang tersenyum.
Sehun masih betah menatap kosong pemandangan yang terlihat dari rooftop sekolahnya. Arlojinya menunjukan jam 14:00. Lima belas menit lagi, perpustakaan baru akan buka. Inilah kebiasaan Sehun. Pukul 13:15 bel pulang sekolah berbunyi, ia bergegas menuju rooftop. Membaca buku pelajaran hingga pukul dua lewat lima belas, setelah itu ia akan ke perpustakaan, membaca buku-buku cerita anak, atau novel yang ia ingin baca.
Tapi hari ini, Sehun sedang tidak mood untuk membaca buku pelajaran sehingga ia hanya duduk-duduk dirooftop. Sesekali tiduran, lalu bangun lagi. Memandang anak-anak yang sedang bermain dilapangan, entah permainan apa itu.
'5 menit lagi Sehun, sabar.' Batin Sehun dalam hati. Ia sudah bosan sekali. Entah kenapa ia tidak mood baca buku pelajaran kali ini.
Sehun menyerah. Ia bosan sekarang. Ia memutuskan untuk pergi ke kantin. Membeli minuman kesukaannya, bubble tea. Ditengah perjalanan, tanpa sengaja ia menabrakㅡditabrak oleh salah satu manusia yang masih berkeliaran disekolah. Sehun kenal manusia itu. Kim Jongin. Salah satu murid populer disekolah ini. Sekaligus, orang yang ia sukai saat ini.
"Maaf!"
Kim Jongin berucap kepadanya lalu kembali berlari, entah menuju kemana. Jantung Sehun berdegup kencang. Kim Jongin bicara padanya? Astaga itu sebuah keajaiban!
Kai, nama beken dari seorang Kim Jongin. Namja itu memiliki ciri khas tersendiri. Kulitnya terbilang gelap, namun tidak hitam. Matanya tidak sipit namun tidak sebesar milik Kyungsoo. Tulang pipinya yang terpahat sempurna. Hidungnya tidak terlalu mancung, namun tidak bisa dibilang pesek. Bibirnya yang berwarna merah muda dan tebal. Tubuhnya tinggi. Rambutnya cokelat berantakan. Benar-benar ciri-ciri orang yang tampan. Sehun menyukainya. Apalagi, walaupun Kai orang yang populer disekolahnya, Kai tetap belajar dengan rajin, murah senyum, tidak sombong. Kim Jongin adalah satu diantara pria idaman para yeoja dan uke.
Sehun menggelengkan kepalanya lalu bergegas menuju perpustakaan, melupakan tujuan utamanya menuju kantin untuk membeli bubble tea. Tapi, ia tak perlu sedih karena disebelah perpustakaan umum itu ada kantin, dan ada kedai bubble tea disana.
ㅡBLUE ENVELOPEㅡ
Jemari lentik Sehun menyusuri rak yang berpapan 'Novel'. Tidak ada yang baru. Ia tidak terlalu menyukai Novel bergenre romance. Tapi Novel bergenre thriller/horror, friendship, dan family tidak ada yang baru. Semuanya pernah ia baca. Bahkan beberapa buku ada yang sudah ia baca berulang-ulang. Dengan sangat terpaksa, Sehun menarik buku bercover biru berjudul "Blue Envelope: Beautiful Letter on My Locker", danㅡtentu sajaㅡ bergenre romance. Sehun membaca cover belakang yang pasti ada sinopsis dari buku tersebut. Menarik, batin Sehun.
Buku tersebut ia pegang, lalu ia mencari buku-buku lain seperti buku kamus, misalnya? Tapi ia sedang mencari buku pelajaran, mengingat ada tugas tentang sejarah Korea.
Tiga buku ia pegang sudah, ia bergegas menuju Librarian untuk mencatat nama dan buku jenis apa saja yang dipinjam dibuku tamu, lalu mengambil kartu tanda peminjam. Sehun mengeluarkan beberapa won untuk Librarian tersebut.
"Terimakasih, anak muda!" Ucapnya. Sehun tersenyum tipis sekali sambil mengangguk. Lalu ia beranjak pergi. Sebetulnya, tidak dianjurkan membayar. Tapi, apa memberi itu salah?
Sebelum pulang, Sehun menuju kantin perpustakaan, membeli bubble tea pastinya. Ia sangat haus. Mengingat bubble tea, ia jadi ingat satu kata yang dilontarkan dari Kai untuknya.
"Maaf!"
Satu kata yang bisa membuat Oh Sehun berblushing ria.
ㅡBLUE ENVELOPEㅡ
Sesampainya dirumah, ia mengambil sereal cokelat di lemari es lalu berlari keatas, kekamarnya. Ia penasaran sekali dengan jalan cerita novel bergenre romance. Ia langsung membuka halaman awal yang pastinya hanya Intro. Lalu membaca halaman demi halaman Novel tersebut.
... Aku lelah mencintai dia. Aku berfikir, bagaimana caranya agar aku dapat mendekatinya. Aku bingung. AkuㅡAh! Bagaimana jika surat? Tanpa berfikir panjang, aku mengambil selembar kertas koleksikuㅡyang bermacam warna dan juga gambarㅡlalu menuliskan beberapa kata;
"Aku mencintaimu, tapi aku yakin, kau tidak akan mencintaiku. Aku sudah senang berada didekatmu, walau kau tidak menyadari aku. Jika kau ingin balas, balasannya taruh di lokermu saja.
Ysh"
Aku melipatnya, menaruh kedalam amplop biru kesukaanku. Aku memeluk amplop itu. Apapun yang terjadi aku harus siap ...
Sehun mengernyit. Sebetulnya ia tak mengerti benar tentang alur novel ini. Terlalu dramatis, pikirnya. Akhirnya ia memutuskan mencari Bab yang kira-kira sudah hampir klimaks.
... Menaruh surat didalam lokernya itu sudah menjadi jadwalku setiap harinya. Walau baru dua kali dibalas. Aku tetap senang. Terkadang aku melihat wajahnya yang menggerutu kesal karena suratku. Aku terkekeh kecil, lalu berbalik. Alangkah terkejutnya aku saat melihat Jihye, kekasih dari Andrew.
"Jadi kau, yang setiap harinya mengirim surat ke Andrew?!" Marah Jihye. Aku bungkam. Bagaimana ia bisa tahu yang mengirimnya aku? Apa dia punya kekuatan tersendiri? Tadi kan, aku bicara dalam hati!
"Aku tahu, kau yang mengirimnya, Nona manis! Yoon Song Hwa, siapa yang tidak tahu jika kau menyukai Andrew, hah?! Kau seharusnya sadar diri, wanita tak tahu diuntung!" Kata Jihye pedas. Aku menghela nafas dan menatapnya dengan senyum.
"Aku permisi dulu" ucapku lalu pergi dari hadapan Lee Jihye.
Seketika Sehun mengingat Kai. Apa Kai punya pacar? Aduh, bodohnya ia baru ingat. Dia 'kan, orang tampan, baik, idaman para wanita dan uke. Pastinya dia sudah punya pacar. Sehun menghela nafas lalu menutup kasar novel itu. Ia baru terfikirkan sekarang. Bagaimana jika ternyata Kai punya kekasih?
Sehun baru ingat. Ia menyukai Kai dari lima bulan lalu. Dan selama lima bulan itu, Sehun sama sekali tidak memiliki minat untuk dekat dengan Kai. Kemungkinan besar, Kai sudah memiliki kekasih. Sehun diam. Menatap kosong dinding bercat hijau tersebut.
"Kai..."
ㅡo00oㅡ
Sehun melangkahkan kaki menuju kelasnya, 8 A. Pagi ini, arlojinya menunjukan pukul 05:45. Terlalu rajin datang sepagi ini. Padahal kelas dimulai jam 06:45. Sehun menyukai keadaan sepi. Terkadang ia hanya mencoret-coret papan tulis dengan spidol. Bahkan jika ia sedang rajin, ia akan menata kursi teman-temannya dengan rapih. Tapi kali ini, Sehun menatap lemas papan tulis putih itu. Ia kurang tidur semalam. Pada akhirnya, ia tertidur.
Sehun tak ingat jelas berapa lama ia tidur, yang jelas, saat ia bangun dari tidurnya, teman-teman sekelasnya sudah banyak yang berada dikelasnya. Saat membuka mata, ia disuguhi wujud sang ketua kelasㅡXiuminㅡ dan sang wakilㅡChenㅡ tengah membopoh meja dan kursi lagi. Sehun mengernyitkan dahi, siapa yang akan masuk ke kelas ini lagi?
Sehun melirik arlojinya. Sudah jam 6:44 dan berarti sebentar lagiㅡ
KRINGG!
ㅡbel masuk berbunyi. Seluruh murid-murid masuk. Sehun menghela nafas lalu mengambil botol minumnya. Tenggorokannya terasa kering sekarang.
Tak lama, Yeon seonsaengnimㅡguru Matematika sekaligus wali kelas Sehunㅡ masuk kedalam kelas dan membawa murid yang asing dimata mereka.
"Selamat pagi, semuanya. Kelas ini akan kedatangan murid baru. Nah, Xi Luhan, silahkan perkenalkan dirimu."
Murid tersebut tersenyum lalu menundukan tubuhnya.
"Halo. Nama asliku Xiao Lu. Aku pindahan dari China. Tapi, kata ibuku, di Korea namaku berubah menjadi Xi Luhan. Kalian bisa memanggilku Luhan. Bangeupseumnida semua." Ucapnya sambil tersenyum manis. Ada beberapa orang yang bergumam 'Wow, dia manis sekali.' Tidak terkecuali Sehun. Sehun menatap kagum murid yang bernama Xi Luhan itu. Tatapan mata namja tersebut terasa tak asing bagi Sehun. Tapi, Sehun mencoba acuh terhadap hal itu.
"Ya, Luhan. Silahkan duduk disebelah Suzy, gadis yang sedang bermain ponsel tersebut. Hey, Suzy-ah! Simpan ponselmu sebelum aku sita!"
Suzy, yeoja yang dimaksud oleh Yeon seonsaengnim langsung terkejut dan menyembunyikan ponselnya. Yeon seonsaengnim hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Baiklah anak-anak, sekarang kita bahas Bab 2. Tentang fungsi dan relasi. Jadiㅡblablabla"
Yeon seonsaengnim menjelaskan tentang bab 2 dengan lancar. Sehun memerhatikannya dengan baik, karena menurutnya, Yeon seonsaengnim adalah guru teramah dan terbaik diantara semua guru-guru disini.
"Nah, untuk PR-nya, ada dibuku paket halaman 122. Baiklah, bagaimana jika sekarang kita ubah tempat duduk? Saya yakin kalian begitu penat dan bosan pada pasangan duduk kalian, ia bukan?"
Sehun reflek menoleh kearah Dasom, teman sebangkunya. Ia memang bosan sekaligus kesal duduk disebelah Dasomㅡyang notabenenya murid populer disekolah, sama seperti Kai. Tunggu. Ngomong-ngomong tentang murid populer, ia jadi mengingat Kai. Dan seketika, ia mengingat beberapa bagian dari novel 'Blue Envelope'.
Haruskah ia mengikuti cara karakter 'Yoon Song Hwa' dalam mendekati karakter 'Andrew'? Dengan surat yang ditaruh diloker? Terlalu idiot, pikirnya.
"Sehun!"
Sehun terlonjak kaget lalu menoleh kearah suara. Terlihatlah Yeon seonsaengnim yang memasang wajah betenyaㅡmengingat umurnya yang baru 22 tahunㅡdan berkacak pinggang. Sehun memandangnya datar, walau sebenarnya ia merasa takut.
"Apa yang kau pikirkan, Sehun-sshi?" Tanya Yeon seonsaengnim. Sehun menggeleng. "Bukan apa-apa, saem. Maafkan saya." Jawab Sehun sopan. Yeon seonsaengnim mengangguk lalu menarik tangan Sehun. Sehun sampai lupa kalau sekarang ada pertukaran tempat duduk.
"Nah, kita mulai ya."
Yeon seonsaengnim mengambil buku absen.
"Kim Dasom bersama Lee Dasom disaf pertama. Lalu dibelakangnya dilanjut Kim Jongdae dengan Kim Minseok. Dilanjut dengan Bae Soo Ji bersama Jung Krystal. Lalu saf selanjutnya Jung Daeun dengan Kim Yeonjun. Dibelakangnya Oh Sehun dengan Xi Luhanㅡ"
Sehun yang mendengar namanya dipanggil segera duduk disaf kedua baris kedua bagian kanan karena murid yang bernama Xi Luhan sudah lebih dahulu duduk dibagian sebelah kirinya. Sehun menoleh sebentar kearah Luhan yang menatap buku tulisnya dengan serius. Dan Sehun yakin sekali, dibalik buku tulis itu, terselip ponselnya. Sehun menggeleng, ada-ada saja kelakuan murid baru ini.
"ㅡlalu disaf keempat, Huang Zitao bersama Park Luna. Dibelakangnya Lee Taemin dengan Choi Jinri. Dilanjut dengan Do Kyungsoo dengan Gong Min Ji. Baiklah itu semua. Karena waktu saya sudah mau habis, saya pamit lebih dulu saja, oke? Baiklah. Selamat pagi semua."
Yeon seonsaengnim menundukan tubuhnya sebentar lalu berlalu. Setelah itu, murid-murid dikelasnya langsung berisik. Sehun menghela nafas. Ini memang sudah menjadi kebiasaan kelasnya yang selalu berisik dan suka bergibahㅡwalau katanya kelas unggulan. Tapi, kali ini berbeda. Mereka semua bergibah tentang orang disebelahnya, Xi Luhan, tanpa malu. Malah, beberapa orang menatap sinis Luhan. Sehun menoleh kearah Luhan yang hanya memasang wajah datar, sama sepertinya. Tapi memang benar, mereka tidak usah dipedulikan, tidak penting, pikir Sehun.
"Ah, paling dia pake power of money buat masuk kesini!"
Sepertinya pikiran Sehun tadi harus ditarik. Kata-kata ini sungguh pedas. Sehun kembali melirik kearah Xi Luhan. Wajahnya tetap datar dan masih menatap ponselnya serius.
"Untuk seluruh guru, diharapkan menuju ke aula sekarang. Akan dilaksanakan rapat. Sekali lagi, untuk seluruh guru, diharapkan menuju ke aula sekolah sekarang. Terimakasih."
Kalimat yang dilontarkan di speakerㅡyang dipasang diseluruh ruangan disekolah tanpa terkecualiㅡtadi sukses membuat murid dikelas 8 A berteriak senang. Sehun juga merasa senang karena guru terkiller sepanjang masa, guru sejarahnya, Rong seonsaengnim tidak akan masuk kelas. Berhubung tugasnya belum kelar. Sehun segera mengambil tugas sejarahnya lalu menyelesaikannya.
"Ada tugas?"
Sehun menoleh kearah suara. Suara Luhan. Berat namun halus. Sehun mengangguk kecil.
"Boleh aku menyalin punyamu? Aku dengar, guru sejarah paling seramㅡ"
Omongan Luhan terpotong saat Sehun langsung menaruh bukunya ditengah-tengah meja sambil terus menulis dari buku paket.
"Terimakasih, ehnㅡ"
"Sehun. Oh Sehun."
"Oh, baiklah. Terimakasih Thehunnie!"
Sehun menoleh lagi, lalu menuliskan namanya dibuku tugasnya menggunakan pensil dengan ukuran yang besar. 'OH SEHUN'.
"Maaf, aku mendengarnya Thehun. Kalau begitu, terimakasih, Sehunnie!"
"Aku memang cadel. Dan jangan mengubah namaku seenaknya."
"Bukankah terdengar lucu, jika aku memanggilmu 'Sehunnie'? Aku sering dipanggil Luhannie oleh orang tuaku." Kata Luhan.
Sehun mengangguk saja. "Terserah kau saja."
Setelah benar-benar selesai, Sehun menaruh bukunya tepat didepan Luhan. "Terimakasih lagi, Sehun-ah!"
"Ya."
ㅡBLUE ENVELOPEㅡ
Seperti biasanya, Sehun menuju kantin sendirian. Temannya memang banyak, hanya saja mereka tidak dekat dengan Sehun. Perlu kuingatkan lagi, Sehun itu termasuk kategori orang yang dingin.
Ia memesan satu cup bubble tea dan satu muffin cokelat. Setelahnya, ia memakan muffin-nya dengan tenang, lebih tepatnya menatap kosong bubble tea yang ada dihadapannya. Ia melamun. Masih memikirkan buku novel yang kemarin ia baca, juga Kai. Pertanyaan seperti "Apakah Kai sudah punya pacar?" itu terus terngiang dikepalanya.
"Hei."
Lamunan Sehun buyar saat mendengar suara berat namun lembut memanggilnya. Ia tahu suara siapa. Itu suara Luhan.
"Ya?"
"Kau melamun?"
Sehun mengangguk jujur. Luhan tersenyum.
"Kenapa kau ke kantin sendirian? Kenapa tak mengajak temanmu?"
"Sendiri lebih baik menurutku, jika kau perlu tau." Jawab Sehun pelan sambil melahap suapan terakhir muffin cokelatnya. Lalu, ia meminum bubble tea-nya.
"Eum, kau suka bubble tea?" Tanya Luhan.
"Menurutmu?" Jawab Sehun datar.
"Kau dingin sekali, tersenyumlah sedikit." Kata Luhan. Sehun menatap mata Luhan datar.
"Aku tidak dingin. Aku tidak akan tersenyum jika aku tidak dalam keadaan senang."
"Lalu, bagaimana dan kapan kau akan senang?"
Sehun tampak berfikir. Skak mat! Kenapa ia harus berkata jujur sekali pada Luhan? Sehun memutar kedua bola matanya.
"Aku tak tahu." Jawab Sehun.
Luhan mengangguk mengerti. Ia ingin mencoba berteman dengan baik bersama Sehun.
"KAI!"
"YA TUHAN! DIA KE KANTIN!"
"TAMPAN SEKALI ASTAGAA!"
Suara-suara yeoja berteriak menggetarkan gendang telinga Sehun dan Luhan, mereka berdua langsung menutup telinga mereka.
"Kai itu siapa? Kenapa mereka meneriakan namanya?" Tanya Luhan sambil menepuk-nepuk telinganya. Sakit.
"Kai itu, murid populer disini. Ia pintar, berprestasi."
"Kau kenal dekat dengannya? Apa dia tampan?"
"Aku kenal dia, tapi dia tidak mengenalku. Ia bahkan sangat tampan." Sehun terlalu jujur.
"Ohh.. Ya sudah, kita ke kelas saja yuk." Ajak Luhan sambil mengulurkan tangannya. Sehun memandang Luhan bingung, tapi ia tetap mengambil uluran tangan Luhan, berjalan menuju kelasnya.
ㅡo00oㅡ
Sehun mati-matian meminta kertasㅡyang berwarna feminim dan bercorak hati, dengan gambar teddy bear kecil di bagian bawah sebelah kiriㅡdari Krystal yang notabene-nya suka mengoleksi buku bergambar lucu. Krystal awalnya menolak dan memarahi Sehun, tapi, Sehun tetap berusaha dan mengeluarkan jurus 'cute' nyaㅡyang harus Sehun akui, Krystal adalah orang pertama yang pernah melihat jurusnya itu selain kedua orang tuanyaㅡhingga akhirnya Krystal luluh dan memberikan dua lembar kertas lucu itu.
Setelahnya, Sehun beralih menuju Kim Hyelyn yang duduk disebelah Suga. Hyelyn itu, suka mengoleksi amplop-amplop berwarna-warni, entah itu ia beli atau ia buat sendiri.
"Terimakasih, Hyelyn-ah!"
"Ne, sama-sama, Sehun."
Sehun langsung mengambil tasㅡkarena bel pulang sekolah sudah berdering sedari tadiㅡmenuju keluar kelas, lebih tepatnya menuju perpustakaan sekolahnya. Ia duduk, lalu mengambil pena biru kesukaannya lalu menuliskan kata demi kata hingga membentuk beberapa kalimat. Keputusannya sudah bulat. Ia akan mengirim surat untuk Kai. Apapun yang terjadi, ia akan siap menerima akibatnya. Yang jelas, ia ingin Kai tahu perasaannya.
Hai, Jongin.
Aku tahu kau tidak terlalu menyukai jika ada orang asing yang memanggilmu Jongin. Aku hanya ingin memanggilmu Jongin, itu saja.
Oke, tadi itu tidak penting. Direspon atau tidak, aku tidak peduli. Tapi aku menyukaimu. Tidak, aku mencintaimu.
Dibalas? Aku bersyukur. Tidak juga tidak apa-apa. Jika dibalas, taruh saja di tempat dimana aku mengirim ini.
S
Ia melipat kertas yang bewarna pink lembut itu dengan rapih, memasukannya dalam amplop cokelat bercorak bulat-bulat putih, dengan gambar pita pink di sudut penutupnya. Terlalu girly? Memang! Ia sengaja, agar tidak bisa diketahui oleh orang lain.
Sehun melirik jam. Jam 14:25. Seharusnya ia sudah berada di perpustakaan kota sedari tadi. Tapi, ia lebih tertarik dengan misinya satu ini. Ia yakin sekali, sekolah masih ramai. Jadi, bagaimana caranya ia menaruh surat ini diloker Kai tanpa ketahuan?
Ia tak mungkin meminta tolong orang lain. Bisa mati dia, digebukin fans Kai yang katanya hampir seluruh sekolah. Mungkin ralat. Para semeㅡKris misalnya, tidak mungkin ngefans sama Kai, kecuali jika Kris ngefans Kai dalam kepentingan prestasi, bukan wajah. Toh, Kris juga tak kalah tampan.
Ia memutuskan keluar perpustakaan, mengintip keadaan sekolah. Benar 'kan! Memang masih ramai. Kelas Kai, 8 C yang berada di lantai tigaㅡsama sepertinya. Hanya beda ruangan. Perpustakaan berada dilantai dua. Jadi, ia mengintip keadaan lorong kelas 8 C. Sepi. Mungkin semuanya menghabiskan waktu dilapangan atau dikantin.
Sehun berlari kecil menaiki tangga menuju koridor lantai tiga, mengintip suasana kelas 8 C lewat jendela. Kosong! Baiklah, ia manfaatkan kesempatan ini.
Sehun masuk kedalam ruangan kelas 8 C, melihat loker yang ada disudut ruangan, lalu mengumpat. Shit! Bagaimana bisa ia mengetahui dimana loker Kai, jika tanpa nama di bagian pintunya? Bodoh, tak terfikirkan oleh Sehun sebelumnya. Satu-satunya cara adalah mengecek satu persatu loker. Tapi itu akan membuang waktunya.
Ia mendengus, lalu menghampiri loker. Satu persatu ia buka, mengecek label pada buku yang ada didalam loker tersebut. Ketemu! Loker Kai berwarna biru laut yang gelap. Di seluruh kelas, loker-loker memang bewarna-warni. Bahkan, loker Sehun saja berwarna pink.
Ia segera menaruh surat yang tadi ia tulis di loker Kai. Menutupnya lalu segera bergegas pulang. Ia sedang tidak ingin keperpustakaan kota sekarang.
ㅡTBCㅡ
Haii semuaa! Byuncrackers is back! Membawa fiksi abal yang ga jelas alurnya. Hfft!
Dan byun perlu tekanin, ini fiksi based on true story. So, aku ga plagiat sana sini. Ini kisah aku. Tp sedikit dilebih-lebihin, seperti biasa hwhw.
Oiya, aku udah ngapus 'Pengorbanan' sama 'Love Journal'. Kemungkinan besar yang 'Love Journal' di cancel. Kalo 'Pengorbanan' aku mau remake. Entah kenapa setelah aku baca-baca lagi malah kayak fiksi humor gagal -_- Mau aku ketik ulang, biar feelnya kerasa. Tenang aja, gabakal aku ubah plotnya, paling cuma bahasa-bahasanya aja, biar dramatis /ew
Udah ah, aku terlalu banyak cingcong hwhwhw.
Oiya, HAPPY NEW YEAR SEMUANYA! ESPECIALLY KAIHUN SHIPPER AND PARA READERS SETIA BYUNCRACKERS! Is there a wish for me? /ngarep
Okelah, segitu aja cuap-cuapnya.
Akhir kata,
MIND TO REVIEW?
Semakin banyak Review, semakin kilat update. Muach/?
1 January 2014, byuncrackers
