Something Important

Jung Jaehyun X Lee Taeyong

NCT Members

Threeshot

NCT belong to GOD and SM entertainment

Cerita hanya delusi penulis~


Bagi Jaehyun, hanya medali emas yang terpenting dalam hidupnya.


Tangannya dengan sigap ingin meraih botol kedelapan malam ini, tetapi sebelum cairan berwarna dan beralkohol itu sempat menyentuh bibir gelas, sebuah tangan kini menggenggam erat pergelangan tangannya yang sontak membuat kepalanya mendongak, memandang seseorang disebelahnya dengan tatapan tajam.

"Aku tahu kau sedih, tapi minum terlalu banyak alkohol tak baik bagi tubuhmu." Jaehyun mengeringai, dengan sekali gerakan dia berhasil melepas genggaman tangan pria itu.

"Walaupun tubuh ini rusak, tak ada ruginya bagiku, hyung." Jaehyun memegang kepalanya perlahan, sebuah serangan listrik menghujani kepalanya. Mata hitam kelatnya kini tertuju tepat ke barisan botol yang tersusun rapi diatas meja dihadapannya.

Apa ini dirinya? Dia tak pernah minum sebanyak ini sebelumnya, bahkan suaranya kini telah berubah dan Jaehyun seolah tak bisa mengenali dirinya sendiri.

"Kau masih bisa pemulihan, Jaehyun. Prof. Han yang bilang begitu tadi."

Seringaian itu kembali, tangannya berhasil menuang cairan berwarna itu ke gelas kaca kecil sebelum sempat ditahan kembali.

"Dua tahun, Doyoung hyung. Dua tahun itu waktu yang lamaaaaaaa." Dia terkekeh perlahan sambil memainkan gelas yang isinya kini tengah lenyap, luput dari perhatian Doyoung, memutar-mutar seperti memainkan sebuah boneka lucu, matanya berbinar, sama seperti anak kecil.

"Kau pasti bisa melalui ini, Jaehyun. Aku yakin. Sekarang kita pulang, kau sudah mabuk." Serunya sambil mengalungkan lengan Jaehyun ke lehernya, sebelum pemuda Jung itu melakukan hal-hal yang gila.


"Aku sudah bilang, aku tak berminat, hyung." Jaehyun memandang kesal kearah Doyoung yang kini berdiri didekat jendela kaca besar tepat didepannya.

"Ini kesempatan yang luar biasa, Jaehyun. Kau bisa menyibukkan dirimu dengan kegiatan ini. Johnny, ceo dari perusahan ini yang langsung menawarkan ini padamu." Doyoung memutar badannya, menatap Jaehyun dengan pandangan memohon. "Kerjakanlah hal yang berguna saat pemulihanmu ini."

Rahangnya mengeras, dia mengepalkan tangannya perlahan, helaan napas terdengar, sebelum akhirnya dia kembali mendongak menatap pria Kim itu dengan masih berusaha menahan emosinya. "Aku atlet, hyung, bukan seorang artis."

"Wajahmu itu sangat 'sayang' jika dilewatkan." Jaehyun mendengus, membuat tawa riangan Doyoung terdengar.

Jaehyun sebenarnya mengerti apa yang tengah direncanakan oleh Doyoung, sangat mengerti, dia hanya ingin diriku tak bersedih lagi, serunya dalam hati tapi bukan ini yang dia inginkan. "Tapi bagaimana kalau?" Dia berhenti sejenak, tampil didepan publik seperti ini mungkin akan membuatnya semakin dicerca habis-habisan.

'Atlet yang sama sekali tak bisa menjaga dirinya, atau 'mungkin dia menjadi atlet hanya itu menjadi artis'.

Padahal bukan seperti itu. Dia selalu berusaha meraih medali emas, tetapi dia selama ini belum mengeluarkan semua kemampuannya sehingga mau tak mau dia harus menyerahkan medali tertinggi itu kepada rivalnya.

Jaehyun mendongak, menatap langit-langit, perlahan matanya tertutup. Tak pernah terpikir dalam hidupnya akan menjadi seperti ini. Apa yang pernah dia lakukan sehingga dia mendapat karma seperti ini.

Dulu, dia memang pernah melakukan sesuatu yang yang sangat dia sesali hingga sekarang. Dia telah meny-

"Maaf saya terlambat, kalian tidak menunggu terlalu lama, bukan?"

Matanya perlahan terbuka, tepat disana, dijalur pandangan matanya, ada seorang pria yang dulunya berambut hitam, tetapi surai itu kini berwarna pink. Tubuhnya masih kurus seperti dulu, tinggi badannya –Jaehyun yakin tak bertambah satu sentipun sejak mereka terakhir bertemu.

Matanya masih bulat dan berbinar seperti biasanya, senyumnya, Jaehyun refleks tersenyum ketika melihat senyum itu, senyum indah yang dulunya selalu berhasil membingkai indah setiap harinya.

"Ini Lee Taeyong yang akan menjadi photografer di project ini?"

Mungkinkah Tuhan telah mengatur semuanya?


"Jadi kalian sudah saling mengenal?"

"Kami-."

"Hanya kenal."

Jaehyun sontak memandang ke depan, tepat di kursi depan dirinya, menatap Lee Taeyong dengan pandangan terluka, tidak, marah, bukan ungkapan yang tepat, atau kecewa, entahlah, yang pastinya pandangannya lurus jatuh kearah bola kelereng hitam yang sama sekali tak menatapnya itu.

"Dia dulu sangat terkenal. Tak ada satu orangpun di sekolah yang tak mengenalnya." Suara Taeyong terdengar datar, dia tidak mengelipkan satupun emosi dalam perkataannya.

Sebesar itukah kau benci denganku, hyung?

"Seperti kau juga terkenal. Terlihat dar- Akhhh." Namja disamping Taeyong –yang Jaehyun tahu bernama Johnny, beberapa menit yang lalu dia kenal, memekik perlahan, dia sedikit menundukkan badannya, seperti memegang kakinya, matanya menatap marah kearah Taeyong –Jaehyun yakin itu hanya pura-pura.

Jadi hanya dirinya yang masih terduduk ditempat, sedangkan dia telah berlari jauh darinya.


Berputar, berputar, Jaehyun hanya berharap jari-jarinya tak melakukan kesalahan dan menyebabkan smartphone di tangannya jatuh. Sebenarnya walaupun jatuh dengan tak berbentukpun, Jaehyun masih bisa membeli yang baru. Matanya yang biasanya terlihat bersemangat kini terlihat seperti memiliki banyak pertanyaan yang sama sekali tak bisa disampaikan dengan baik oleh bibirnya –ralat, bukan tak bisa disampaikan hanya saja yang mempunyai masalah dengannya kini terus mengabaikannya dan pura-pura tak mengenalnya.

Seseorang kini membuka pintu ruang yang dikhususkan untuk rapat sehingga membuat Jaehyun menoleh dan bersiap mengeluarkan senyum dimplenya, walau ketika tahu seseorang yang kini tengah berbicara dengan Doyoung bukanlah seseorang yang dia harapkan.

"Maaf, Taeyong menyuruh kalian langsung ke studio pemotretan dibawah." Katanya sambil membungkukkan sedikit kepalanya lalu berlalu.

"Orang itu sepertinya memang mau menguji kesabaranku." Dengus Doyoung. Sepertinya bukan dirinya saja yang merasa bahwa Taeyong terlalu kejam dan dingin, bahkan sejak pertemuan pertama mereka, Doyoung sudah menjadikan Taeyong sebagai musuh besarnya.

"Benar-benar. Menghabiskan waktuku saja."


"Jaehyun-ssi."

Bukan, bukan Taeyong yang menyambutnya tetapi seorang namja berkewanegaraan Jepang, yang baru dia kenal beberapa minggu yang lalu, dia salah satu Tim Taeyong, Nakamoto Yuta. Namja dengan tubuh kurus yang selalu berjalan-jalan di kepala Jaehyun sejak dua minggu itu, tengah sibuk dengan kamera dan sama sekali tidak memalingkan mata indahnya hanya untuk melihat dirinya.

"Lewat sini langsung dan Doyoung-ssi, kau bisa menunggu disana."


Jaehyun melangkah percaya diri, walaupun Taeyong masih terus sibuk dengan kamera miliknya, tetapi Jaehyun yakin ketika dirinya sampai ditengah-tengah dan masuk kedalam jalur pandangan kameranya. Mata indah itu pasti menatapnya.

Seringaian itu kini menghiasi wajahnya, ketika langkah kaki kecil itu menuju kearahnya. Bahkan tanpa dikira, tangan itu terangkat, membenarkan sesuatu di pakaiannya.

"Kau masih mempesona seperti dulu." Taeyong tampak terkejut, gerakkan tangannya berhenti sebentar, walau sedetik kemudian Taeyong bisa mengendalikan dirinya. Dia menghela napas perlahan.

"Bukankah atlet panahan itu lebih mempesona?" Jaehyun berteriak pelan ketika Taeyong kini menarik kerah bajunya sedikit kencang hingga hampir saja mencekik lehernya. Jaehyun masih berharap dia masih mengetahui batas kekuataan Taeyong, tetapi entah mengapa tarikkannya sangat kuat sehingga bisa saja meninggalkan bekas merah yang berkeliling dilehernya.

"Aku sudah putus darinya." Jaehyun dapat melihat seringaian kini menguasai wajah Taeyong.

"Lalu apa urusannya denganku?" Ujar Taeyong dengan dingin, Jaehyun dapat merasakan tubuhnya yang dikelilingi oleh selimut dingin. Dia telah selesai dengan pekerjaannya yang membuatnya mendongak menatap Jaehyun bukan dengan mata indahnya. Mata indah itu kini telah disusupi oleh iblis.

"Kencan denganku." Taeyong hendak pergi tetapi Jaehyun berhasil menahan pergelangan tangannya, membuat mata bulat Taeyong menatap matanya. "Akan kujelaskan semuanya."

"Tak ada yang perlu kau jelaskan, Jaehyun-ssi."

"Ak-."

"Taeyong." Dia memutuskan kontak matanya dengan Jaehyun, dia juga menarik tangannya, ketika melihat seseorang yang kini tengah menatap mereka berdua dengan tatapan aneh atau cemburu.

"Johnny, kau disini?" Jaehyun kini tak bisa lagi menahan ketika Taeyong menjauh darinya.

"Aku membawa makanan itu kalian semua." Serunya sambil tersenyum, walau Jaehyun merasa bahwa Johnny seperti mengirimkan sebuah sinyal ketidaksukaan kepadanya.

Ada sebuah hubungan antara Johnny dan Taeyong, yang mungkin akan menghambat dirinya.


TBC


a/n: saya kembali dari pertapaan lol

enjoy~