All of the character belong to J.K Rowling.
It's Okay, It's Love
Chapter 1
DPOV
Ibuku selalu bilang bahwa apapun yang dilakukan atas nama cinta tidaklah salah.
Narcissa Malfoy dulu meminta Snape membantuku menyelesaikan tugas yang diberikan Voldemort padaku karena ia mencintaiku.
Ia juga berbohong pada Voldemort mengatakan bahwa Potter sudah mati padahal masih hidup karena ia mencintaiku.
Aku juga.
Aku akan melakukan apapun karena aku mencintai ibuku. Hanya saja belum ada kesempatan untuk aku membuktikan ucapanku itu. Tapi percayalah aku sangat mencintai ibuku.
Aku akan melakukan apapun untuk orang yang kucintai. Narcissa Malfoy dan Hermione Granger.
Jangan tanya! Aku juga tidak tahu kenapa.
Satu malam setelah dia memukulku di tahun ketiga tiba-tiba aku menyadari bahwa aku mencintainya. Iya, setelah di memukulku di wajah, menampar? Jangan bercanda, itu pukulan. Iya, PUKULAN.
Hermione Granger memukulku di tahun ke tiga dan aku jatuh cinta padanya.
Setelah si-bodoh-tanpa-hidung-Voldemort itu kalah, aku kembali ke Hogwarts untuk mengulang tahun ke tujuhku dengan satu alasan. Hermione Granger. Setelah aku membaca wawancara bodoh di koran yang menyatakan ia akan kembali ke Hogwarts, aku langsung memutuskannya.
Aku kembali ke Hogwarts.
Aku dan Granger kemudian di beri kehormatan menjadi Head Boy dan Head Girl, kalian percaya itu? Aku Head Boy, dan Granger Head Girl. Kami akan punya asrama kami sendiri, ruang tamu bersama, dan kamar mandi bersama. Merlin pasti sangat mencintaiku sampai-sampai ia memberikanku kesempatan emas ini.
Dan sekarang yang harus kulakukan adalah membuat Hermione jatuh cinta padaku.
Seperti yang ku katakan di awal, apapun yang dilakukan atas nama cinta tidak salah. Jadi apa yang kulakukan tidak salah. Lagipula aku seorang Malfoy. Malfoy selalu mendapatkan apa yang mereka inginkan. Dan aku juga seorang Slytherin, aku bisa melakukan apapun untuk mendapatkan keinginanku.
Aku mulai memblokir semua surat dari kedua teman bodohnya. Dari Scarhead dan Weasel. Kenapa? Tidak ada alasan khusus, aku hanya tidak menyukai mereka, dan tidak ingin Granger berurusan dengan mereka lagi.
Lalu aku perlahan mulai bersikap ramah padanya. Aku tidak sekalipun memanggilnya dengan Mudblood atau panggilan kasar lainnya, aku ingin memanggilnya Hermione, tapi untuk saat ini, memanggilnya dengan Granger kurasa sudah cukup.
Lagipula aku adalah pria yang sabar. Aku tahu aku harus melakukan ini dengan sabar dan tenang. Jika kau ingin mendapatkan ikan yang paling besar, maka umpanmu harus besar dan menggiurkan, pancinganmu harus kuat dan talinya tidak mudah putus, dan yang paling penting, kau harus sabar dan tenang.
Selama ini aku selalu memerhatikan Granger, selalu. Aku paling suka memperhatikannya saat makan di Great Hall. Dan bertahun-tahun aku sudah memperhatikannya makan di Great Hall, aku tahu ia begitu menyukai Strawberry.
Matanya akan membesar dan senyumnya akan langsung muncul begitu melihat strawberry di meja makan. Entah itu di tumpukkan keranjang buah, atau sebagai hiasan di makanan penutup.
Hermione Granger terobsesi pada strawberry.
Aku kemudian memerintahkan peri rumahku untuk membawakan strawberry tiga kali dalam seminggu.
Aku akan menunggu Granger datang dan masuk ke asrama kami lalu pura-pura membaca buku sambil memakan strawberry.
Hari pertama, Granger terpaku melihat strawberry di tanganku dan semangkuk penuh strawberry di meja. Ia seperti akan mengatakan sesuatu tapi kemudian menggelengkan kepalanya seperti menyadarkan dirinya sendiri lalu masuk kekamarnya.
Hari kedua, Granger menjilat bibirnya, ugh, apa dia sengaja melakukan itu? Ia membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu, tapi lagi-lagi ia menggeleng dan masuk ke kamarnya lagi. Menggumamkan sesuatu seperti jangan bercanda, itu Malfoy.
Hari ketiga.
"Granger? Kau mau?" Aku bertanya dengan nada sambil lalu, sambil mengangkat strawberry yang sedang kupegang.
"Boleh?" tanya Granger tidak yakin apa aku benar-benar menawarkan strawberry itu padanya.
"Tentu saja. Ambilah kalau kau mau." Kataku normal. Granger berjalan mendekat, ia lalu duduk di sofa tepat di depanku dan mengulurkan tangannya untuk meraih satu strawberry di mangkuk, di meja di depan kami.
"Aku tidak tahu kau suka strawberry Malfoy." kata Hermione memasukan satu strawberry bulat-bulat kemulutnya.
Ugh, aku menegakkan posisi duduk-ku dan mengambil satu bantal sofa dan menutupi sesuatu yang mulai berubah di celanaku.
Kami kemudian bicara lama sekali. Granger bicara sambil terus-menerus memasukkan strawberry ke mulutnya, aku bicara sambil terus-menerus memperhatikan bagaimana ia mengunyah strawberry- strawberry yang beruntung itu.
Kami membicarakan banyak hal, mulai dari rapat prefect besok malam, persiapan N.E.W.T, guru DADA yang badannya bau, dan beberapa materi pelajaran yang sebenarnya ingin kuhindari tapi tidak bisa karena aku sedang bicara dengan Hermione Granger.
Setelah tidak ada lagi strawberry tersisa di depan kami, Granger menyadari bahwa ia sudah memonopoli hampir semua strawberry ku sampai habis.
"Oh, Malfoy, aku minta maaf, aku tidak sadar dan tidak bisa mengontrol diriku jika sudah berhubungan dengan strawberry." Kata Granger tidak enak.
Aku tertawa, "Tidak masalah Granger." Kataku lagi.
"Benarkah?" tanya Granger ragu.
"Iya, tentu saja, lagipula aku mulai muak, peri rumahku terus menerus mengirim strawberry, bisa kau bayangkan? Aku bahkan bisa mencium aroma strawberry saat aku buang air besar."
Granger tertawa.
Hermione Granger tertawa karena leluconku.
Aku tidak akan pernah melupakan hari itu. Aku akan mengingat hari itu sebagai hari pertama Hermione Granger tertawa karena diriku.
Akhirnya setelah berjanji akan membantu menghabiskan kiriman strawberry berikutnya, Granger pamit dan kemudian masuk ke kamarnya.
Itulah malam pertama ritual kami dimulai.
Setelah malam itu, ada maupun tidak ada strawberry kami selalu mengobrol di common-room, terkadang sambil mengerjakan tugas atau sekedar belajar atau sekedar membicarakan tentang hal-hal di sekitar kami.
Aku dan Granger selalu mengobrol sampai larut malam, sampai ia menguap dan berkata ia mengantuk lalu pamit ke kamarnya.
.
Sekitar di bulan ke tiga di Hogwarts, saat aku baru kembali dari latihan Quidditch dan benar-benar butuh mandi, aku mendengar Granger menangis di kamar mandi. Siapa yang berani membuat Granger menangis? Aku akan menghancurkan kepalanya dan membuang otaknya ke danau hitam.
Aku mengetuk pintu kamar mandi kami. "Granger? Apa kau di dalam?" aku bertanya cukup keras agar ia bisa mendengarku.
"Granger? Ada apa? Kau sedang menangis?" aku bertanya lagi saat ia tidak menjawab.
Tidak lama Granger keluar, ia baru membasuh mukanya, tapi matanya terlihat merah dan bengkak.
"Ada apa?" aku bertanya ingin tahu apa yang menyebabkan Granger-ku menangis.
"Tidak ada apa-apa." Kata Granger kemudian beranjak pergi.
Aku menghalanginya. "Kenapa kau menangis?"
"Tidak ada apa-apa Malfoy!" Ia bersikeras dan berusaha pergi.
Aku tetap menghalanginya. Ia melangkah ke kiri aku juga ke kiri, ia melangkah ke kanan aku juga ke kanan. "Kalau tidak ada apa-apa kenapa kau menangis?"
Granger menghela nafasnya.
"Aku kira kita teman." Aku ingin sekali memeluknya dan bertanya apa yang membuatnya menangis.
Granger menghela nafasnya lagi.
"Kalau kau menganggap aku sebagai temanmu, maka sebaiknya kau menceritakan apa yang terjadi."
Granger menghela nafasnya lagi.
"Granger, aku bersumpah jika kau menghela nafasmu sekali lagi…"
"Mandilah dulu!" kata Granger pelan. "Aku akan menceritakannya setelah kau mandi."
Kemudian aku memecahkan rekor mandi tercepat sepanjang sejarah keluarga Malfoy, lalu duduk di sampingnya di common-room.
"I'm sad." Kata Granger memulai.
"Aku tahu kau sedih, kalau kau gembira kau tidak akan membuat matamu bengkak di kamar mandi kan?"
Granger memutar matanya dan ia memulai ceritanya.
"Harry dan Ron, sepertinya mereka lupa kalau masih punya teman disini. Sepertinya mereka lupa kalau aku masih ada. Bisa kau bayangkan? Tidak ada satupun surat dari mereka selama tiga bulan! Tapi mereka –terutama Ron- muncul di koran hampir setiap hari. Aku tidak minta mereka mengirimkan surat setiap hari, satu kali seminggu sudah cukup, atau paling tidak satu kali sebulan juga aku masih bisa terima, atau paling tidak satu surat saja dalam tiga bulan ini, tapi tidak, mereka bahkan tidak membalas suratku. Apa mereka sibuk sekali sampai menulis surat singkat saja tidak sempat?"
Granger kemudian menumpahkan semua isi hatinya, sepertinya ia kesal dan sedih sekali karena kedua temannya itu seakan-akan melupakannya. Oh Granger, seandainya kau tahu kalau aku yang memblokir semua surat mereka.
"Paling tidak satu surat, satu surat saja. Tapi tidak, tidak ada surat dari The Choosen One ataupun King Weasley." Kata Granger sarkas.
Aku menahan diri untuk tidak menyeringai, aku memasang wajah paling sedih dan prihatin untuknya. "Mungkin mereka sibuk."
"Apa? Sibuk? Bagaimana mungkin mereka sibuk selama tiga bulan tapi sempat melakukan pemotretan untuk cover Witch Weekly? Bagaimana mungin mereka sibuk tapi Ron selalu terlihat berganti-ganti perempuan setiap malam? Bagaimana mereka sibuk tapi Ron bisa meluncurkan Autobiografi bodohnya? Harry bahkan sepertinya lupa memberitahuku tapi ingat memberitahu Skeeter bahwa ia akan menikah dengan Ginny setelah perempuan itu lulus. Mereka seharusnya bisa menyisakan sedikit waktu untuk mengirimiku surat. Apa susahnya menyediakan waktu lima menit sebelum tidur atau sebelum beraktivitas atau saat jeda makan siang untuk mengirim selembar surat bertuliskan ; Hermione, apa kabar?" Hermione kesal sekali.
"Atau mungkin mereka…" aku menggantung kalimatku sambil berusaha menahan seringaiku. "Mungkin mereka melupakanmu." Aku kemudian bisa melihat wajah Granger berubah dari marah menjadi sedih, menjadi sedih sekali. Ugh, aku tidak suka melihatnya sedih, tapi ini demi kebaikkannya, kedua temannya itu tidak penting.
"Sudahlah Granger, mungkin mereka melupakanmu karena terlalu terlena dengan popularitas baru mereka, lagipula mereka bukan satu-satunya teman yang kau miliki kan?" aku bertanya sedikit berusaha membuatnya tidak sedih lagi.
Wajah Granger berubah dan seketika itu aku tahu.
"Jadi mereka satu-satunya teman yang kau punya?" aku bertanya berpura-pura tidak percaya.
Aku selalu tahu kalau Hermione Granger tidak punya banyak teman, sahabatnya hanya Potter dan Weasley, ia bahkan tidak punya teman dekat perempuan. Aku mengerti kenapa tidak banyak yang ingin berteman dengan gadis di depanku ini.
Kebanyakan dari mereka merasa terintimidasi oleh Granger, mereka tidak tahan Granger terus-menerus memberitahu mereka apa yang harus mereka lakukan apa yang tidak boleh mereka lakukan, dan memarahi mereka jika mereka melakukan sesuatu yang salah, sehingga akhirnya tidak banyak orang yang mampu bertahan di dekat Granger.
"Well…" Granger memulai. "Aku tidak begitu pandai berteman." Katanya pelan.
"Oh My, Granger akhirnya mengakui ia tidak begitu pandai dalam suatu hal." Kataku sengaja bercanda dengannya agar ia tersenyum.
Granger tersenyum kemudian melemparkan bantal sofa ke arahku. "Sial."
.
Setelah malam itu, aku tetap memblokir semua surat dari Potter dan Weasley, Granger akhirnya berhenti mengirimi mereka berdua surat. Ia selalu menghindari membaca artikel di koran yang berhubungan dengan Potter dan Weasley.
Aku juga memerintahkan semua Slytherin untuk bersikap baik pada Granger, jika mereka tidak bisa tersenyum padanya, maka jangan tunjukkan wajah di depannya. Aku ingin menunjukkan padanya kalau Gryffindor tidak ada gunanya, mereka hanya membutuhkannya saat mereka terdesak, saat mereka butuh seseorang yang pintar dan bisa menyelesaikan masalah mereka.
Habis manis sepah dibuang.
Aku akan perlahan-lahan membuatnya bukan lagi menjadi Gryffindor Princess melainkan Slytherin Princess.
Kami mulai sering menghabiskan waktu bersama. Sepertinya memang Granger tidak begitu disukai oleh hampir semua Gryffindor, sehingga ia sering menghabiskan waktu sendirian di perpustakaan atau di pinggir danau.
Suatu siang aku pergi ke perpustakaan kemudian berdiri di depan meja di mana ia biasa duduk.
"Granger? Apa kau bisa membantuku mengerjakan tugas akhir DADA ini?" Aku bertanya. Tentu saja aku bisa mengerjakan semua tugasku tanpa bersusah payah, tapi aku hanya ingin menghabiskan waktu dengan Granger.
Granger tersenyum. "Apa kau sudah punya tema?" ia bertanya, dengan senang hati membantuku. Aku mengangguk lalu duduk di depannya. Akhirnya aku mulai menghabiskan hampir semua waktu senggangku dengan Granger, di perpustakaan, di pinggir danau jika cuaca sedang cerah, di common-room sambil makan strawberry, bahkan pertemuan mata pelajaran DADA minggu lalu aku duduk disampingnya.
Aku tahu Granger sedang mengalami masa datang bulannya, ia tidak sengaja meninggalkan bungkus pembalutnya di wastafel di kamar mandi kami. Setelah selesai mandi aku berteriak dengan santai dan mengatakan ia meninggalkan sesuatu di wastafel.
Granger keluar dari kamarnya dan setengah berlari ke kamar mandi dengan wajah merah.
Saat aku bertanya apa ia mau pergi ke kelas DADA bersama, ia menolak dan mengatakan perutnya sakit. Aku menawarkan untuk mengantarnya ke Madam Pomfrey tapi ia menolak dan berkata bahwa ia akan baik-baik saja.
Akhirnya Granger datang terlambat, aku bisa melihat wajahnya pucat, sepertinya perutnya benar-benar sakit. Well, aku tahu jika seorang perempuan sedang mengalami period-nya perutnya akan sakit atau kram, tapi aku tidak menyangka kalau sakitnya cukup parah.
Granger melihat kesekeliling kelas dan semua kursi sudah penuh selain kursi disamping Crabbe. Aku langsung menyuruh Goyle yang duduk disampingku untuk pindah ke samping Crabbe lalu melambaikan tangan pada Granger agar ia duduk disampingku.
Granger tersenyum lalu berjalan pelan dan duduk disampingku.
"Kau baik-baik saja?" aku berbisik.
Granger mengangguk, wajahnya pucat dan tangannya memegangi perutnya.
"Sepertinya kau harus pergi ke Madam Pomfrey." Aku menyarankan, mulai kuatir akan keadaanya.
"Aku akan ke madam Pomfrey setelah kelas ini selesai." Kata Granger keras kepala.
Aku hanya menggeleng. Hermione Granger akan menahan sakit perutnya agar tidak tertinggal pelajaran. Tentu saja, Ia kan Hermione Granger.
Granger berusaha memperhatikan penjelasan dan mencatat beberapa hal penting, tapi ia tidak bisa berkonsentrasi, ia juga mulai mengeluarkan keringat dingin, aku bisa melihat titik-titik keringat di sekitar keningnya. Aku mengeluarkan sapu tangan dari kantungku dan memberikan itu padanya.
Granger menerimanya dengan cepat dan menghapus keringatnya. Kemudian sesuatu terlintas dipikiranku. Aku harus melakukan ini. Tapi bagaimana responnya? Bagaimana jika ia berteriak? Bagaimana jika ia memukulku lagi? Ah, persetan.
Aku menggenggam tangannya. Granger kaget, ia melihat ke arahku dengan mulut terbuka, lalu pandangannya beralih ke tangannya yang berada di genggamanku. Aku hanya terus melihat kedepan berharap ia tidak akan melakukan sesuatu yang akan membuat kami berdua malu.
Granger kemudian membiarkan aku menggenggam tangannya, ia lalu kembali berusaha fokus menahan sakit perutnya. Saat tiba-tiba perutnya terasa terlalu sakit, ia akan meremas tanganku, aku balas meremas tangannya, memberinya semacam tanda bahwa aku peduli dan ia bisa meremas tanganku sesuka hatinya. Kemudian aku bisa melihat senyuman di ujung mulutnya.
.
Aku kemudian mengantarnya ke Madam Pomfrey setelah kelas kami berakhir. Madam Pomfrey kemudian menyuruhku membaringkannya di kasur.
"Astaga Mr. Malfoy, apa yang terjadi dengan Miss Granger?" Madam Pomfrey kemudian melakukan pemeriksaan singkat.
"Aku tidak apa-apa, aku hanya sedang mengalami period-ku, dan perutku sakit sekali." Granger menjelaskan pelan.
"Ah, Miss Granger, aku kan sudah mengatakan bahwa kau tidak boleh terlalu banyak makan strawberry saat sedang datang bulan, tingkat asam-nya akan membuat sakit perutmu semakin menjadi-jadi." Madam Pomfrey kemudian mengambil sesuatu di lemari obatnya.
"Ugh.. Granger, kenapa kau tidak bilang kalau tidak bisa makan strawberry saat sedang datang bulan?" Aku tidak bisa menyembunyikan rasa kesalku, perempuan di depanku bahkan tidak bisa menahan dirinya sendiri.
"Mr. Malfoy kalian kan tinggal di asrama yang sama, tolong perhatikan dia sedikit, ini bukan yang pertama kalinya hal ini terjadi padanya." Kata Madam Pomfrey kemudian menyiapkan ramuan sederhana untuk Hermione.
Aku melirik Granger kesal, ia hanya tersenyum padaku, seperti anak kecil yang ketahuan melakukan sesuatu yang buruk tapi tahu orangtuanya tidak tega marah atau menghukumnya.
"Dulu Mr. Potter atau Mr. Weasley bisa mengantarnya kesini, tapi sekarang mereka sudah tidak disini, untung kau mau mengantarnya kemari." Kata Madam Pomfrey meracau. Aku bisa melihat wajah Hermione sedikit sedih saat Madam Pomfrey menyinggung tentang Potter dan Weasley.
Madam Pomfrey kemudian memberikan ramuan di gelas dan menyuruh Granger menghabiskannya.
"I'm not giving you any strawberry again." Aku memperingatkan Granger.
Granger hanya tersenyum.
"Mr. Malfoy, kau bisa meninggalkannya sekarang, ia harus beristirahat paling tidak sampai makan siang atau lebih." Kata Madam Pomfrey mengusirku pergi.
Aku sebenarnya tidak ingin meninggalkan Granger sendirian, apalagi aku tidak ada kelas lagi di sepanjang hari ini, tapi sepertinya aku tidak bisa menolak perintah Madam Pomfrey.
"Apa aku bisa beristirahat dikamarku saja?" Granger tiba-tiba bertanya.
Madam Pomfrey melirik kami berdua dengan curiga. "Well, jika Mr. Malfoy bisa membantumu menuju ke kamarmu kenapa tidak?"
Kemudian untuk pertama kalinya aku merasakan tubuh Hermione Granger. Aku menggendongnya sampai ke asrama kami, ia beberapa kali mengajakku bicara sepanjang perjalanan panjang menuju asrama kami yang jauh dan sedikit tersembunyi.
"Malfoy, kau tidak apa-apa?"
"Jangan banyak bicara Granger." Aku mulai merasa ia semakin bertambah berat setiap aku melangkah.
"Malfoy, kenapa kau tidak me-Levitating ku saja?" Granger dan otak jeniusnya tiba-tiba bicara.
Tentu saja, kenapa tidak? Dengan begitu Aku tidak perlu mengangkat Granger yang ternyata lebih berat dari kelihatannya ini sampai ke asrama kami. Tapi kemudian aku sadar jika aku membuatnya melayang maka aku tidak bisa merasakan hangat tubuhnya lagi.
"Tidak apa-apa, aku kuat, lagipula kau bukan barang." Aku berkata sambil berusaha mempercepat langkahku. Akhirnya kami sampai di depan pintu asrama dan aku dengan cepat menggumamkan password untuk masuk. Aku lalu menendang pintu kamar Granger dan masuk kekamarnya sambil mengendong Granger yang sudah tertidur di gendonganku.
Aku meletakkan Granger perlahan di kasurnya, kemudian melepaskan sepatunya, dengan bodohnya aku bahkan menarik selimutnya dan menyelimuti Granger yang sudah tertidur.
Aku kemudian memperhatikan kamarnya. Hampir semua isi kamarnya tidak terlalu berbeda dengan kamarku, kasur Queen-Size, meja belajar, lemari, dan furniture-furniturenya terlihat normal, well kecuali tirai di jendela yang berwarna merah, dan beberapa benda seperti karpet dan keset yang berwarna merah.
Mataku kemudian tertumbu pada beberapa foto bergerak dan tidak bergerak di dindingnya. Aku bisa melihat foto Granger dengan kedua orangtuanya, mereka tersenyum dan terlihat bahagia. Aku tidak akan mengambil kebahagiaan Granger dengan orangtuanya, lagipula untuk ukuran Muggle kedua orangtuanya tidak terlihat buruk.
Kemudian ada foto Granger dengan Potter dan Weasley. Aku tahu sekarang hubungan mereka sudah sangat renggang, dan tinggal masalah waktu sampai akhirnya Granger memutuskan kalau mereka tidak layak menjadi temannya.
Aku menyeringai kemudian keluar dari kamar Granger, seberapapun inginnya aku mengambil kesempatan, aku tidak ingin merusak kesempatan yang lebih besar. Aku bisa saja mencium Hermione atau membelai wajahnya, tapi seperti yang sudah ku katakan, aku pria yang sabar.
Aku tidak ingin mengambil risiko dengan membangunkannya saat posisiku sedang tidak baik.
.
Crabbe dan Goyle sedang berbicara tentang permen jenis baru yang diluncurkan Honeydukes, mereka sudah berencana akan pergi kesana akhir pekan ini.
"Malfoy, kau ikut kan?" salah satu dari mereka bertanya padaku.
Aku hanya mengangguk, mataku tidak bisa lepas dari Granger yang sedang makan di meja Gryffindor. Sepertinya Ginny Weasley sedang membicarakan sesuatu dengannya. Granger terlihat tidak setuju dan sekarang mereka berdebat.
Ginny memukul meja.
Hermione menggelengkan kepalanya dan mengambil bukunya lalu pergi. Aku dengan cepat berjalan mengikutinya keluar dari Great-Hall. Granger terus berjalan dengan cepat sampai ke dekat danau, ia lalu duduk di pinggir danau dan meletakkan bukunya di sampingnya.
Sepertinya ia tidak menyadari bahwa aku mengikutinya. Aku berjalan pelan lalu membersihkan tenggorokanku, memberitahunya akan keberadaanku.
"Ehmm…ehmm."
"Malfoy?" Granger kaget melihat aku berdiri tidak jauh disampingnya. "Apa yang kau lakukan disini?"
"Apa yang kau lakukan disini?" aku bertanya balik.
Granger menghela nafasnya, ia meluruskan kakinya. Aku kemudian duduk disampingnya. "Apa semua orang menganggap aku menyebalkan?" Ia bertanya, entah padaku atau lebih pada dirinya sendiri.
"Kau tidak menyebalkan." Aku memberitahunya.
"Lalu kenapa semua orang tidak menyukaiku?" Ia bertanya lagi.
"Tidak semua." Aku memberi tahu lagi.
"Aku bertengkar dengan Ginny." Ia memberitahu lagi.
"Karena apa? Apa ia melakukan sesuatu?" Aku bertanya ingin tahu, awas saja kalau Weasel sialan itu berani melakan sesuatu pada Hermione.
"Aku bertanya kenapa ia dan Harry tidak memberitahuku tentang rencana pernikahan mereka, Ginny malah marah dan bertanya apa urusanku, kenapa aku ingin terus mencampuri urusan Harry." Granger menghela nafasnya.
"Aku hanya ingin tahu, aku dan Harry sudah berteman dari tahun pertama, kenapa setelah semuanya berakhir, dengan mudahnya ia dan Ron melupakanku." Granger menangis.
Aku mendekatkan posisi dudukku dan merangkulnya, ia kemudian menangis di dadaku. Aku tersenyum.
"Sudahlah Granger, jika memang mereka tidak lagi ingin berteman denganmu maka kau tidak perlu sedih, aku yakin kau bisa mencari teman lain yang lebih baik." Aku menepuk-nepuk pundaknya.
Tidak lama Granger berhenti menangis, ia kemudian menghapus air matanya dan duduk tegak memandang ke danau.
"Bagaimana jika besok kau ikut aku dan beberapa temanku ke Hogsmeade?" aku menawarkannya.
"Apa teman-temanmu tidak akan marah karena aku ikut?"
"Tidak, tentu saja tidak." Aku memberitahu. "Mereka tidak akan keberatan jika kau ikut."
Granger melihatku dengan kedua mata cokelatnya yang besar. Seperti mencari-cari sesuatu.
"Kenapa kau jadi baik sekali Malfoy?" Ia bertanya, seperti meragukan sesuatu.
"Entahlah, aku juga tidak yakin kenapa aku jadi baik padamu." Aku mengangkat bahuku. "Kurasa aku hanya lelah berpura-pura."
"Berpura-pura apa?" Granger bertanya.
"Berpura-pura membencimu."
"Jadi selama ini kau tidak pernah membenciku?" Ia bertanya
Aku menggeleng. "Kurasa aku tidak pernah benar-benar membenci siapapun. Setelah kupikirkan lagi, aku bahkan tidak pernah membencimu, kurasa aku hanya terpengaruh oleh ayahku yang sejak kecil mendoktrinku agar membenci Muggleborn. Tapi sebenarnya aku kemudian memperlakukanmu dengan tidak baik lebih karena aku iri."
"Iri? Kau iri padaku?" Granger bertanya tidak percaya.
"Yah, Well, kau seorang Muggle-born tapi kemudian kau jauh lebih pintar dari semua Pureblood, kau juga menguasai semua mantra dan mata pelajaran yang ada, kau lebih baik dari semua murid di Hogwarts, dan sepertinya karena itu aku iri padamu."
Granger tertawa. Ia tertawa geli, bukan tertawa menghina atau tertawa semacamnya.
"Malfoy, asal kau tahu saja. Sebenarnya aku juga iri padamu akan satu hal." Granger melihat ke arahku.
"Apa?" Aku bertanya, penasaran apa kira-kira yang membuatnya iri padaku.
"Rambutmu." Granger kemudian mencium pipiku cepat, mengambil bukunya lalu berlari kembali ke kastil.
Aku menyeringai sambil meraba pipiku. Jika hubungan kami terus berjalan dengan baik, mungkin aku akan mendapatkan Granger lebih cepat dari rencanaku.
.
Akhir pekan datang dengan cepat, aku sedang memakai sepatuku saat seseorang mengetuk pintu kamarku.
"Malfoy." Aku mendengar suara Granger di depan pintuku.
"Ada apa?" aku mempercepat mengikat tali sepatuku lalu berjalan menuju kepintu.
"Apa kita jadi ke Hogsmeade?" Ia bertanya pelan.
Aku mengangguk. "Tentu saja, apa kau sudah siap?" aku bertanya sambil memperhatikannya.
Granger mengangguk lagi.
"Ayolah kalau begitu." Aku kemudian menarik tangannya dan setengah berlari menuju pintu keluar asrama kami.
"Pelan-pelan." Granger juga setengah berlari dibelakangku. Kami kemudian sampai di depan pintu Gerbang Hogwarts dimana beberapa temanku -akan segera menjadi teman Granger juga- sudah menunggu.
"Hey Guys.." aku menyapa mereka dan mereka menyapaku balik, aku sudah memperingatkan mereka bahwa mereka harus bertindak sopan pada Granger, jika tidak mereka akan tahu akibatnya.
Crabbe dan Goyle tersenyum dan menyapa Granger sopan, Blaise tersenyum lalu mengulurkan tangannya menyalam Granger lalu mencium tangannya ugh, dasar. Daphne dan Pansy tersenyum canggung awalnya, tapi kemudian sesuatu yang aneh terjadi.
Pansy dan Daphne, juga Granger berjalan beberapa langkah di depan kami. Mereka tiba-tiba bicara dan mengobrol seperti teman lama.
"Parkinson, kalau kau belum pernah mencoba kopi luwak maka kau belum merasakan kopi yang sebenarnya." Granger berseru.
Daphne menganggukkan kepalanya dengan penuh semangat. "Aku tidak menyangka kau belum pernah mencoba kopi luwak Pansy, ugh, apa aku perlu mengajakmu minum kopi luwak libur natal ini?" Daphne juga berseru.
"Baiklah-baiklah, aku akan mencoba meminumnya, ugh apa kalian tidak jijik?" Pansy berseru.
Kami kemudian pergi ke Three Broomsticks Dan memesan beberapa butterbeer dan beberapa makanan. Anehnya Granger , Pansy dan Daphne terus-menerus membicarakan hal-hal yang tidak kumengerti, mereka mulai membicarakan tentang Oliver Wood yang lagi-lagi menjadi model cover witch weekly, mereka lalu membicarakan robe edisi terbaru Madam Malkin's ugh.
Mereka bertiga terus-menerus tertawa seperti sedang membicarakan sesuatu yang menyenangkan dan lucu. Blaise bahkan beberapa kali membuka mulutnya karena tidak menyangka Granger dan kedua wanita Slytherin di depan mereka lalu menutupnya saat Pansy menyuruhnya menutup mulutnya.
Aku beberapa kali berpikir untuk mengajak Granger pindah meja, tapi kemudian aku menyadari jika ia merasa nyaman dengan Pansy dan Daphne maka ia akan semakin cepat menjauh dari Gryffindor dan semakin cepat menjadi Slytherin Princess.
Akhirnya kami keluar dari Three Broomsticks, Crabbe, Goyle dan Blaise akan pergi ke Honeydukes dan membeli jenis permen baru yang mereka bicarakan selama seminggu ini.
"Malfoy, kurasa aku akan ikut Daphne dan Pansy ke Hairdressing Salon." Kata Granger memberitahuku.
Ugh, aku tidak ingin mengikutinya kesalon atau semacamnya, jujur aku pernah sekali menemani ibuku ke salon dan berjanji pada diriku sendiri tidak akan mengulang pengalaman burukku. Ugh. Aku ingat bagaimana rasanya duduk berjam-jam hanya dengan tumpukkan Witch Weekly untuk dibaca, belum lagi hampir semua perempuan disana tidak bisa berhenti melihat ke arahku.
"Tenanglah Draco, kami tidak akan melakukan sesuatu yang berbahaya atau semacamnya." Kata Pansy cepat-cepat menarik Granger.
"Headgirl-mu tidak akan kekurangan sesuatu apapun saat ia kembali nanti." Kata Daphne.
Aku bisa melihat wajah Granger memerah saat Daphe menyebut kata Headgirl-mu. Aku tersenyum lalu mengangguk.
Granger kemudian dengan cepat di seret oleh kedua perempuan itu menuju salon yang berada di ujung jalan. Aku melambai padanya dan berteriak akan menunggunya nanti di Madam Puddifoot's Tea Shop.
"Ugh, Draco kau membuatku ingin muntah." Kata Blaise saat kami berjalan ke Honeydukes.
Aku tidak menanggapinya.
"Aku tidak menyangka akan melihatmu tersenyum seperti seseorang yang punya perasaan." Kata Blaise lagi.
"Berhentilah Blaise." Aku mulai tidak nyaman.
Blaise tertawa terbahak-bahak. Kami kemudian masuk ke Honeydukes dan mencoba dan membeli berbagai macam permen.
Aku kemudian melihat strawberry yang sepertinya dimaniskan dan diberi toping di dalamnya. Haruskah aku membelinya untuk Granger? Aku melihat ada beberapa jenis topping yang tersedia, caramel, cokelat, jahe cair, susu, dan beberapa topping lainnya.
Setelah menghabiskan waktu cukup lama di Honeydukes kami kemudian pergi ke Spintwitches, aku harus membeli beberapa perlengkapan Quidittch begitu juga Blaise, Crabbe dan Goyle.
Pansy mengirim Blaise pesan lewat –merlin-knows-what- bahwa mereka sudah selesai, dan menunggu kami di depan Madam Puddifoot's Tea Shop.
Aku bisa melihat Granger berdiri sambil tertawa dengan Pansy dan Daphne, sepertinya ia melakukan sedikit perawatan rambut. Rambutnya terlihat lebih berkilau dan ringan.
Pansy melambai pada kami.
"Apa kalian siap untuk kembali?" Blaise bertanya.
"Well, aku dan Pansy siap." Kata Daphne. "Tapi Hermione membutuhkan beberapa Quill baru, Draco kau bisa menemaninya kan?" Daphne bertanya. Aku bisa melihat ia seperti mengirim pesan rahasia lewat matanya.
Aku mengangguk. "Tentu saja."
"Baiklah, kalau begitu Hermione, Draco akan menemanimu, dan kami akan pulang duluan." Kata Pansy tersenyum lebar lalu menggiring semua orang pergi dan meninggalkan aku dan Hermione berdua.
"Kau mau langsung pergi membeli Quill atau kita bisa minum teh dulu?" Aku melirik Madam Puddifoot's Tea Shop yang cukup sepi.
"Kurasa teh tidak terdengar buruk." Granger tersenyum. Aku membukakan pintu dan membiarkan Granger masuk duluan, kami kemudian duduk di salah satu meja.
"Aku tidak menyangka kau, Pansy dan Daphne bisa bersikap baik satu sama lain." Aku memulai pembicaraan kami.
Granger tertawa keras, matanya tertutup dan kepalanya terangkat kebelakang, ia benar-benar terlihat cantik saat tertawa lepas.
"Entahlah, aku tidak menyangka ternyata mereka cukup menyenangkan." Granger menjawab, ia kemudian melirik barang bawaanku. "Kau baru memborong permen?" Ia bertanya
"Well…" aku membuka salah satu kantung mengeluarkan manisan strawberry yang baru kubeli. "Apa kau sudah selesai datang bulan?" aku menatapnya dengan curiga yang dibuat-buat.
"Tentu saja sudah, kenapa kau bertanya seperti itu?" tanya Hermione sedikit malu.
Aku kemudian membuka kotak berisi manisan strawberry dan menyodorkannya pada Granger.
"Apa ini manisan?" Granger melihat kotak berisi strawberry di depannya lekat-lekat.
Aku mengangguk.
Granger mengulurkan tangannya, mengambil satu strawberry dan memasukkannya langsung kemulutnya, ia tidak tahu kalau strawberry itu berisi cokelat.
"Mmmhhhh…. Dra…cohhf" Granger berseru dengan mulut penuh strawberry. Ia kemudian merasakan asam dari strawberry itu dan cokelat cair yang meluap keluar. "Ada cokelat di dalamnya." Granger berseru sambil menatap mataku senang.
"I know you gonna like it." Aku berkata penuh percaya diri. Granger beberapa kali menyiapkan cokelat cair untuk mencelupkan strawberry yang kami makan, jadi ia pasti menyukai strawberry dan cokelat.
"Draco…" Granger tersenyum dan menarik kotak strawberry di meja mendekat lalu mulai mengunyah strawberry berisi cokelat di depannya. "Aku boleh menghabiskannya kan?"
"Tentu saja, aku membelikannya untukmu."
"Terimakasih Draco."
"Anytime Granger, Anytime"
Tidak lama teh pesanan kami datang, aku meminum teh ku perlahan sambil memperhatikan Granger mengunyah strawberrynya, setiap ia menggigit sebuah strawberry ia akan menggidikkan badannya saat rasa asam menyerang lidahnya dan cokelat membuatnya mendesah. "Mmmhh.. Draco kau harus mencoba ini."
Aku menggeleng. "Habiskan saja, aku sudah mencobanya tadi." Ugh, bagaimana Granger bisa membuat acara makan strawberry menjadi erotis sekali?
"Yasudah kalau tidak mau." Granger memasukkan strawberry lagi kemulutnya.
"Draco, apa kau tahu kalau Daphne menikmati Muggle Opera?" Granger bertanya.
"Tidak, aku tidak tahu kalau ia menyukai Muggle Opera, tapi aku tahu kalau ia memang menyukai banyak hal yang berhubungan dengan Muggle."
"Kami bertiga berencana menonton Muggle Opera saat libur natal, kau ingin ikut?" Granger bertanya lagi.
Kami menghabiskan waktu cukup lama di Madam Puddifoot's Tea Shop, membicarakan banyak hal, kebanyakan memang membicarakan Pansy dan Daphne, dan sepertinya kedua temanku itu berhasil membuat Granger nyaman dan senang hari ini, aku sepertinya harus memberi mereka hadiah, kurasa jubah baru keluaran Madam Malkin's tidak buruk.
Ketika hari sudah agak sore kami pergi ke Scrivenshaft's dan membeli beberapa Quill kemudian berjalan kembali menuju ke kastil.
Granger terus tertawa mendengar ceritaku tentang masa kecilku dengan Pansy dan Blaise, ia tertawa lepas sambil menggenggam lenganku sambil menggerak-gerakkannya saat tertawa.
Ketika sampai di kastil beberapa orang memperhatikan kami dengan aneh, beberapa orang bahkan melihat kami sinis, dan semua orang yang melihat kami aneh adalah Gryffindor.
Aku bisa mendengar beberapa orang berkata sesuatu seperti pengkhianat dan semacamnya. Aku bisa merasakan Granger merasa tidak nyaman, aku menggenggam tangannya, kemudian menariknya berjalan lebih cepat ke asrama kami.
Aku mendudukkan Granger yang sebentar lagi terlihat akan menangis di sofa, meletakkan barang bawaan kami dan kemudian duduk disampingnya.
"Granger!" aku memaksanya menghadapku. "Kau tidak boleh menangis!" aku merengkuh wajahnya dengan kedua tanganku. "Kalau mereka tidak bisa menerima dirimu apa adanya atau orang-orang disekitarmu bukankah berarti mereka yang tidak cukup baik untukmu?" Aku berusaha meyakinkannya kalau segerombolan Gryffindor yang tidak bisa menghagainya tidak pantas untuk ditangisi.
Aku menghapus air matanya dengan ibu jariku.
"Kenapa kau begitu baik padaku?" Ia berbisik.
"Kau ingin jawaban jujur atau jawaban bohong?" Aku tersenyum, berusaha mencairkan suasana.
Granger tersenyum. "Kalau jawaban bohong?"
"Karena aku hanya ingin berbuat baik?" aku jelas-jelas bebohong.
"Lalu jawaban jujurnya?" Granger bertanya lagi.
Aku meraih kedua tangannya dan menggenggamnya dengan tanganku, aku melihat kemata cokelat di depanku. "Aku menyukaimu Granger."
Granger terlihat kaget atas ucapanku, ia membuka mulutnya, kemudian menutupnya kemudian membukanya lagi, kemudian menutupnya lagi.
"Kau terlihat seperti ikan." Aku meledeknya.
"Kau menyukaiku?" Granger bertanya pelan.
Aku mengangguk.
Granger tersenyum.
Aku tersenyum.
Granger menciumku.
Kalian tidak percaya?
Granger menciumku cepat, ia menempelkan bibirnya di bibirku, aku bahkan belum sempat mengedipkan mataku dan ia sudah menarik bibirnya lagi. Hermione Granger baru saja menciumku.
Wajahnya langsung berubah merah. Ia melihatku seperti tidak percaya apa yang baru saja dilakukannya, Ia lalu akan berdiri dan pergi, sepertinya karena malu, ia baru akan berjalan pergi saat aku menahan tangannya.
Aku menariknya agar duduk lagi, dan menciumnya kali ini. Aku mencium Granger kali ini. Aku menutup mataku dan membiarkan diriku merasakan bibirnya yang lembut di bibirku.
Granger kemudian melingkarkan tangannya di leherku. Aku tersenyum dan ia juga tersenyum. Aku menarik bibirku dan kemudian kami saling menatap.
"Draco." Granger berbisik.
"Hermione." Aku memanggil Granger Hermione.
"Kiss me again." Granger berbisik dan tersenyum sambil melihat mataku, dan aku tidak perlu diberitahu dua kali. Aku menciumnya lagi.
.
Hermione Granger resmi menjadi kekasihku.
Hampir seluruh Hogwarts memandang kami aneh, Mayoritas Slytherin tersenyum setiap melihat kami berdua, dan seluruh Gryffindor melirik garang jika kami lewat. Tentu saja, tidak akan ada Slytherin yang berani menunjukkan rasa tidak suka mereka atas hubungan kami. Dan tentu saja semua Gryffindor akan marah karena Gryffindor Princess mereka direbut oleh Slytherin Prince.
Aku sedang duduk di meja makan Slytherin, Pansy dan Daphne sedang membicarakan apa yang harus mereka lakukan untuk membuat rambut Hermione lebih rapih.
"Apa kita harus membuat rambutnya lurus?" Pansy berseru.
"Tidak, kurasa kita harus tetap mempertahankan rambut keritingnya, hanya saja mungkin kita bisa membuat volumenya lebih kecil dan membuat warnanya lebih keemasan." Daphne memberi pendapat.
Aku tersenyum, sepertinya mereka berdua menganggap Hermione sebagai boneka baru mereka, aku tidak akan mencampuri urusan ini, jika mereka bisa membuat Hermione lebih cantik lagi kenapa tidak?
Granger kemudian muncul di depan pintu. Aku tersenyum melihatnya, Granger kemudian melihat ke arah meja Gryffindor yang hampir semua penghuninya melihat sinis ke arahnya.
Aku baru akan melambaikan tanganku untuk mengajaknya duduk di meja kami saat Pansy terlebih dahulu melakukannya.
"Hermione…" Pansy melambaikan tangannya dan memberi isyarat agar ia duduk dengan kami. Granger tersenyum dan berjalan ke arah meja kami.
Pansy dan Daphne menggeser posisi duduk mereka untuk membiarkan Granger duduk di tengah-tengah mereka dan tepat di hadapanku.
"Kenapa kau lama sekali?" Daphne bertanya.
"Aku harus membantu Professor…. Dengan beberapa tugas murid tahun ke empat." Granger menjelaskan dan mulai mengambil roti di meja dan memasukkannya ke dalam mulutnya.
"Ugh, Hermione berhentilan merepotkan dirimu sendiri." Blaise yang duduk disamping kananku berkata sambil mengunyah.
Hermione menunjukkan ekspresi bingung.
"Well, kau tidak perlu membantu semua orang kau kenal, biarkan saja mereka melakukan tugasnya sendiri." Kata Theo yang duduk disamping kiriku menjelaskan maksud Blaise.
Pansy dan Daphne mengangguk. "Kau bahkan hampir melewatkan makan siang, bagaimana jika kau melewatkan makan siang? Kau akan lapar sampai makan malam." Kata Daphne menjelaskan.
Draco tertawa pelan. Sejak kapan semua temannya jadi perhatian sekali pada Hermione.
Hermione tersenyum. Aku tahu ia senang mendapat perhatian dari teman-teman barunya.
Tiba-tiba aku melihat sebuah apel melayang dari meja Gryffindor ke arah punggung Hermione.
"Reducto."
"Bombarda."
"Confringo."
Aku mengarahkan tongkatku bersamaan dengan Theo dan Blaise ke arah apel yang akan segera mengenai punggung Hermione.
Semua orang kemudian melihat ke arah apel yang hancur berantakan tak tersisa.
"Ada apa?" Hermione tidak menyadari apa yang terjadi. Aku berdiri akan segera menghampiri Seamus Finnigan yang melemparkan apel itu pada Hermione.
"Draco." Blaise menahanku.
"Apa Blaise? Kau tidak lihat si brengsek itu melemparkan apel ke arah Hermione." Aku marah dan melepaskan cengkraman Blaise lalu dengan cepat menuju ke arah meja Gryffindor.
"Siapa yang melemparkan apel?" Hermione bertanya lagi pada Blaise.
"Finnigan." Blaise memberitahu dan dengan cepat mengikutiku dari belakang.
Aku berjalan dan menghampiri Finnigan yang tertawa dengan teman-temannya. Aku menarik kerahnya dan memaksanya berdiri.
"Apa maumu?" aku harus menahan diriku agar tidak meng-Avada-nya sekarang juga.
"Aku hanya melempar apel ke arah si pengkhianat." Kata Finnigan santai diiringi gelak tawa seisi meja Gryffindor.
"Draco…" Hermione sudah berdiri disampingku dan menahan tanganku yang sebentar lagi akan menyodorkan tongkatku ke tenggorokan Finnigan.
"Draco, sudahlah." Hermione berkata pelan.
Aku mempererat tanganku di kerah kemeja Finnigan, aku benar-benar ingin membunuhnya atau paling tidak meng-crucio-nya. Ugh. Aku menaikkan tongkatku tepat di depan tenggorokkannya dan seketika itu senyumnya menghilang.
Hampir semua orang disekitar situ sudah mengeluarkan dan menggenggam tongkat mereka erat-erat, kalau-kalau aku melakukan sesuatu.
"Draco sudahlah, sudah." Hermione berusaha menurunkan tongkatku dari leher Finnigan.
"Kau lihatkan? Kau baru saja melempar apel ke arahnya dan ia masih menahanku untuk tidak membunuhmu. Hermione memang terlalu baik untuk sekumpulan sampah macam kalian." Aku kemudian pergi dan menarik Hermione bersamaku.
Aku menuju common-room dan Hermione berjalan disampingku. Aku tidak tahu apa yang terjadi, jantungku berdegup kencang, rasanya aku harus menghancurkan sesuatu.
Hermione menggumamkan password asrama kami dan kemudian menyuruhku duduk, ia kemudian mengambil air putih dan menyuruhku minum. Sepertinya ia tahu aku sedang berusaha keras mengontrol amarahku.
Setelah menghabiskan air yang diberikan Hermione, ia duduk di atas meja di depanku dan melihat kearahku.
"Draco." Hermione memanggil namaku, nadanya terdengar seperti sedang menyadarkan seseorang yang kerasukan.
Aku tidak bergeming, aku berusaha mengatur nafasku dan memikirkan hal lain, aku tidak ingin tiba-tiba lari dari sini dan mencari Finnigan kemudian membunuhnya. Aku tidak bisa terima ia dengan sengaja ingin melukai Hermione, bahkan dengan sebuah apel.
"Draco, tenanglah!" Hermione berseru lagi.
Ia kemudian melakukan sesuatu yang tidak pernah kukira akan dilakukannya. Ia duduk di pangkuanku, kedua kakinya berada di kedua sisi kakiku. Ia kemudian melingkarkan tangannya dileherku dan menciumku.
"Draco…" Hermione berseru saat aku belum membalas ciumannya, ia kemudian menggerakkan bokongnya yang ada tepat di atasku dan memperdalam ciumannya.
"Mmmhh…" aku menyahut, kemudian melingkarkan tanganku di pinggangnya kemudian membalas ciumannya. Hermione kemudian memindahkan bibirnya ke rahang bawahku dan mencium daguku.
"Kau masih marah?" Ia berbisik di telingaku pelan.
"Tidak." Kataku kemudian meraba bokongnya pelan.
"Kau masih ingin melampiaskan kemarahanmu?" Ia mendekatkan tubuhnya, aku bisa merasakan payudaranya di dadaku.
"Tidak." Aku mulai kehilangan kata-kata. Aku menyelipkan tanganku kebawah roknya. "Granger…" aku menciumi lehernya, menghirup aroma strawberry dari parfumnya.
"Dracohh…" Hermione mulai mendesah saat aku meremas bagian belakangnya pelan. Tangannya kemudian bergerak dan melepas kancing bajuku.
Ugh, Hermione Granger is a Minx.
Aku kemudian melepaskan kaitan roknya dan menurunkan resletingnya. Hermione tiba-tiba menghentikan aktivitasnya.
"Granger…" aku baru akan protes saat ia berdiri di depanku. "Kenapa kau melakukan ini jika tidak menyelesaikannya?" aku kesal. Apa ia tidak bisa melihat ereksiku?
Granger tertawa pelan. "Tenanglah…" katanya berbisik. "Aku berencana menyelesaikannya." Katanya lagi kemudian membiarkan roknya jatuh kelantai, ia kemudian melepas dasinya, kemudian sweaternya dan kemejanya.
Aku kehilangan kata-kata. Hermione Granger berdiri di depanku hanya dengan bra dan panty-nya.
Ia kemudian berjalan menuju ke kamarku. Kekamarku! Kalian percaya itu? Hermione berjalan ke kamarku hanya dengan menggunakan Bra dan Panty. Ugh, aku bisa melihat bokongnya bergoyang ke kiri ke kanan.
"Cepatlah Malfoy." katanya kemudian menghilang di balik pintu. Aku berlari secepat kilat masuk ke kamarku dan menemukan Granger sudah berbaring di kasur.
"Are you sure Granger?" aku bertanya sebelum melompat ke kasur. Granger tersenyum dan mengangguk.
Ugh. We're having sex.
I love it, setiap detiknya, aku tidak akan pernah melupakan bagaimana mendegar suara desahannya, erangannya, tidak akan pernah lupa. Bagaimana merasakan halusnya permukaan kulitnya di kulitku, wajahnya yang memerah, keringat yang melapisi sekujur tubuhnya, rambutnya yang melekat di wajahnya, bagaimana ia menutup matanya, bagaimana mulutnya terbuka saat ia mencapai puncak.
Hermione Granger adalah wanita paling indah di seluruh muka bumi.
Tidak akan ada yang bisa mengambilnya dariku.
.
Kami tidak terpisahkan sampai akhir tahun ajaran Hogwarts. Hermione tidak pernah berada jauh dari jangkauanku, paling tidak ada satu Slytherin di dekatnya, jika aku harus berlatih Quidittch paling tidak ada Pansy atau Daphne yang berada disampingnya. Aku kuatir salah satu dari gerombolan Gryffindor bodoh itu melakukan hal yang buruk pada Hermione.
"Draco, kau harus pergi sekarang!" Daphne dan Pansy muncul di depan common room kami, mereka bersikeras untuk membantu Hermione bersiap-siap untuk menghadiri pesta kelulusan.
"Iya… iya…" aku mengambil jasku di kamarku dan keluar dari common room, aku akan bersiap di asrama Slytherin dengan Blaise dan Theo.
Pansy dan Daphne membawa tas-tas yang aku tidak bisa menebak isinya apa, mereka tertawa dan sepertinya benar-benar tidak sabar untuk pesta nanti malam.
"Tenanglah Draco, kami akan membuat Hermione menjadi perempuan paling cantik malam ini, kau hanya perlu menunggunya di depan pintu Hall." Kata Daphne mendorongku agar lebih cepat keluar.
Aku memutar mataku dan menghela nafasku, lalu berjalan pergi menuju asrama Slytherin.
Angin berhembus kencang, aku melihat keseluruhan kastil yang sudah menjadi tempatku selama tujuh tahun ini, memandang lapangan Quidittch, memandang seluruh pohon-pohon yang ada di sekitar kastil, aku akan merindukan Hogwarts.
"Draco…" Crabbe berlari dari arah lapangan Quidittch.
"Ada apa?" aku bertanya, sekarang kami berjalan bersama menuju asrama Slytherin.
"Aku mendengar pembicaraan beberapa murid Gryffindor tahun ke enam di Quidittch pit." Kata Crabbe berusaha mempercepat langkahnya agar menyamaiku.
"Apa yang mereka bicarakan?" aku bertanya.
"Mereka sepertinya ingin menyabotase sesuatu dan merencanakan untuk menghancurkan pidato Hermione." Crabbe berbisik.
"Kau yakin?"
Crabbe mengangguk yakin.
"Baiklah, Crabbe bisakah kau pergi ke Head-Room, peringatkan Pansy dan Daphne disana bahwa Gryffindor merencanakan sesuatu pada Hermione."
Crabbe mengangguk lagi, dan segera menuju ke Head-Room. Aku mempercepat langkahku ke asrama Slytherin dan meminta Goyle mengumpulkan semua murid dari tingkat empat keatas untuk berkumpul di common-room.
"Ada apa Draco?" Blaise bertanya saat aku meletakkan bawaanku di kamarnya, kamar ini tadinya kamar kami berlima, tapi sekarang tinggal empat orang yang menempatinya. Blaise, Theo, Greg, dan Vincent.
"Gryffindor, merencanakan sesuatu."
"Apa?" Theo yang sedang asik membaca dikasurnya langsung merespon.
"Entah, aku juga tidak yakin, karena itu aku mengumpulkan semua Slytherin di common room."
"Kudengar Potter danWeasley akan datang." Kata Blaise tiba-tiba.
"Apa?" Aku tidak yakin akan apa yang kudengar.
"Potter dan Weasley akan datang, kurasa mereka datang atas undangan McGonagall dan sebagai pasangan Weasley dan Brown." Blaise menjelaskan.
Aku mengepalkan tanganku, sepertinya konfrontasi tidak bisa dihindarkan malam ini.
Aku mengumpulkan semua Slytherin di ruang rekreasi dan memberi mereka satu perintah jelas. Pasang mata mereka pada Gryffindor. Mereka boleh dan tentu saja harus menikmati pesta, tapi mereka harus memperhatikan jika ada Gryffindor yang bertingkah aneh. Mereka juga harus memasang mata mereka untuk memperhatikan Hermione, dan jangan biarkan satu Gryffindor-pun mendekatinya.
Akhirnya langit mulai gelap dan sebentar lagi pesta akan dimulai, aku, Blaise dan Theo sudah siap dan sudah menunggu para gadis di depan Hall.
Aku dan Hermione sudah bekerja keras untuk pesta ini, well sebenarnya Hermione yang bekerja dan aku mengganggunya. Hermione merencanakan semuanya tentang pesta ini, acaranya, dekorasinya, pengisi acaranya, beberapa prefect Slytherin, Huffelpuff juga Ravenclaw membantunya.
"Kenapa mereka lama sekali?" Theo mulai tidak sabar. Orang-orang sudah mulai berdatangan dengan pasangan mereka dan memasuki Hall.
"Sabarlah, kau seperti tidak mengenal Pansy dan Daphne saja." Kata Blaise.
Aku memperhatikan hampir semua orang yang melewati kami dan memasukki ballroom, memperhatikan jika mereka menunjukkan perilaku yang aneh dan jika mereka membawa sesuatu yang aneh.
"Blaise…" Pansy memanggilnya dari atas tangga. Blaise tersenyum dan berjalan ke depan tangga, Pansy menuruni tangga dan menggapai tangan Blaise yang menunggunya.
Pansy dan Blaise tersenyum satu sama lain, mereka menggunakan baju yang senada, Pansy menggunakan gaun panjang berwarna biru gelap yang warnanya sama dengan jas yang dikenakan Blaise, mereka lalu berjalan memasuki Hall. Bahkan keduanya tidak lagi melihat ke arahku dan Theo, dasar.
"Sekarang, dimana Daphne?" Theo tidak tenang, ia memang paling tidak sabar dalam menunggu sesuatu.
Aku melihat Daphne muncul di ujung tangga dan memberi isyarat pada Theo untuk melihat ke tangga. Theo tersenyum dan menyambut Daphne.
"Kenapa kau lama sekali?" Theo bertanya sambil tertawa.
"Jangan banyak protes." Kata Daphne memukul lengan Theo pelan.
"Aku duluan mate." Kata Theo padaku dan berjalan menggandeng Daphne masuk ke ballroom
"Daph, dimana Hermione?" aku bertanya sebelum mereka makin menjauh. Daphne hanya tersenyum dan mengedipkan matanya sebelah.
Aku masih berdiri menunggu Hermione. Aku terus melihat ke arah tangga, kapan Hermione turun dan menunjukkan batang wajahnya. Aku mendengar suara dan melihat siapa yang muncul.
Ginny Weasley dan Lavender Brown. Kedua perempuan menyebalkan itu menuruni tangga sambil tertawa melengking satu sama lain. Dari arah pintu masuk Weasley dan Potter masuk.
Ginny melambaikan tangannya, Potter dan Weasley mendekat ke arah tangga. Keempat orang itu kemudian bercengkrama. Aku ingin muntah melihat mereka bicara dan tersenyum satu sama lain.
Potter kemudian menyadari keberadaanku, ia mengangguk pelan dan berjalan dengan Weasel perempuan memasuki ballroom, Weasel dan Brown juga memasuki ballroom dibelakangnya.
Sekarang dimana Hermione? Apa yang dilakukannya? Kenapa lama sekali? Apa terjadi sesuatu? Ugh. Apa aku harus mengecek ke ruangannya? Bagaimana jika terjadi sesuatu?
Tiba-tiba aku mendengar beberapa orang berdecak kagum.
Aku melihat ke atas tangga.
Hermione Granger berdiri di ujung atas tangga dan tersenyum ke arahku. Dan aku yakin aku sedang tersenyum lebar seperti orang bodoh.
Hermione menggunakan dress berwarna merah. Dan aku tidak pernah melihatnya lebih cantik lagi dari ini.
Aku kehilangan kata-kata dan bahkan tidak tahu harus melakukan apa, ia berjalan pelan menuruni tangga, aku baru menyadari aku seharusnya menunggunya di depan tangga saat ia hampir sampai ke bawah.
Aku kemudian berjalan dan mengulurkan tanganku.
"Hermione…" aku tersenyum.
"Draco…" Ia membalas senyumanku dan menggapai tanganku.
"Kau cantik sekali. " aku tidak punya pujian lain lagi.
Ia tersenyum dan pipinya memerah. "Terimakasih, kau juga tampan."
"Well, kalau itu semua orang juga sudah tahu."
Hermione tertawa pelan. "Prat."
Kami kemudian memasuki Ballroom diiringi tatapan orang-orang.
"Angkat wajahmu." Aku berbisik agar Hermione berjalan tegak dan mengabaikan semua orang disekeliling kami, aku kemudian menuntunnya ke meja kami di bagian paling depan.
Kami duduk dengan Blaise dan Pansy. Beberapa guru dan karyawan Hogwarts duduk di meja di sekitar kami.
Potter dan Weasley juga duduk tidak jauh dari kami. Dan dari semenjak kami masuk mereka tidak bisa melepaskan pandangan mereka dari Hermione, Hermione-ku.
Crabbe dan Goyle bersama pasangan mereka duduk tepat di meja Potter dan Weasley, mereka berdua memberi tanda padaku bahwa semuanya masih aman dan mereka akan memastikan Potter dan Weasley tidak akan membuat masalah.
Acara berjalan lancar dan tidak ada masalah sama sekali, bahkan saat Hermione sebagai lulusan terbaik memberikan wawancara tidak ada masalah, sepertinya Slytherin sudah melakukan pekerjaan baik untuk mencegah sabotase yang direncanakan Gryffindor.
Aku dan Hermione berdansa semalaman, meskipun beberapa kali Hermione mengeluh tentang Potter dan Weasley yang sepertinya ingin bicara dengannya.
"Abaikan saja mereka." Aku berbisik pelan.
"Aku masih sulit percaya kalau kita di sini sekarang, kau dan aku." Kata Hermione melihat kemataku sambil tersenyum.
Aku membalas senyumannya. "Hermione, terimaksih sudah memberiku kesempatan." Aku berbisik.
Hermione mengulurkan tangannya ke pipiku dan mengelus pipiku pelan. "Kau tidak tahu betapa senangnya aku telah memberimu kesempatan." Hermione berbisik. "Terimakasih sudah membiarkanku memberimu kesempatan."
Aku mencium keningnya, dan saat itu Potter berjalan mendekat dan menarik tangan Hermione.
"Hermione, kita harus bicara!" Potter berusaha menarik tangan Hermione.
"Potter, lepaskan tanganmu." Aku menarik tangan Hermione yang satunya lagi.
"Malfoy, aku ingin bicara dengan Hermione, jangan ikut campur." Potter memegang tongkatnya.
Aku baru akan memaki Potter saat Hermione menahanku. "Draco, aku akan bicara dengan Harry, tidak apa-apa." Hermione berkata pelan.
"Apa yang ingin kau bicarakan Harry?" Hermione bertanya.
"Kita tidak bisa bicara disini." Potter berkata. Hermione melihatku lagi kemudian diam. Sepertinya ia tidak ingin meninggalkanku tapi ia perlu bicara dengan Potter.
"Harry, aku akan bicara denganmu di luar, tapi Draco harus ikut." Hermione berkata lagi.
Aku menyeringai melihat ke arah Potter yang kesal.
"Fine." Potter kesal dan berjalan keluar. Aku menggandeng tangan Hermione dan kami berjalan keluar Ballroom dibelakang Potter.
"Hermione, kenapa kau melakukan ini? Ada apa denganmu dan Malfoy?" Harry bertanya.
Aku mendengus menghina.
"Tidak ada apa-apa denganku Harry, aku menjalin hubungan dengan Draco, kenapa kau harus mempermasalahkannya?" Hermione bertanya.
"Hermione, Malfoy pasti melakukan sesuatu kan? Apa ia menggunakan imperius? Hermione sadarlah." Potter berseru.
Aku mempererat genggamanku ditangan Hermione, melihatnya, menunggu waktu yang tepat untuk berdiri dan menyembunyikan gadis ini dibelakang punggungku dan membalikkan semua argumen Potter.
Hermione melihatku, dengan matanya ia berkata kalau ia masih bisa mengurus ini.
"Harry, kau yang sadar." Hermione berkata, nada suaranya mulai tinggi. "Kau tidak bisa bersikap sesukamu, kau tidak bisa mengabaikanku berbulan-bulan kemudian datang dan bertindak seolah-olah aku bersalah padamu. Aku bukan anak kecil, dan aku tahu mana yang baik dan buruk." Hermione berseru.
Aku berusaha menahan senyuman kemenanganku.
"Hermione apa maksudmu? Aku tidak pernah mengabaikanmu." Potter membela dirinya.
"Tidak pernah mengabaikanku? Kau tidak membalas suratku selama berbulan-bulan, kau bahkan tidak memberitahuku kalau kau akan menikah dengan Ginny! Aku ingin tahu, apa karena sekarang kau sudah tidak perlu bantuanku untuk mengerjakan tugas dan menemukan Horcux maka kau membuangku Harry?" Hermione berkata pelan.
Ugh, aku bergidik, Hermione pasti terluka, tapi aku tidak peduli, meskipun sekarang Hermione sedih karena akan segera kehilangan teman baiknya secara resmi, ia tidak akan pernah kehilangan sosok teman dari teman-teman barunya. Lagipula penyihir bodoh seperti Potter tidak pantas berteman dengan Hermione, Hermione-ku.
"Hermione apa maksudmu? Aku tidak mengerti." Potter berseru frustasi.
Hermione menggeleng sedih. Aku merasa sepertinya ini saat yang tepat untuk bicara, maka aku menarik Hermione mendekat.
"Potter, Hermione benar, kau tidak bisa memperlakukannya seperti barang, yang setelah selesai digunakan maka dibuang. Jika kau memang menganggap Hermione sebagai temanmu, maka kau harusnya memperlakukannya dengan layak." Aku berseru, berusaha menambah dosa Potter saat itu.
Hermione memeluk lenganku. "Sudahlah Harry, kurasa jika memang kau tidak mau berteman denganku lagi, maka itu tidak masalah, selamat atas pernikahanmu dengan Ginny, dan semoga kalian bahagia." Ia lalu menarikku pergi dari situ.
Aku berjalan menggenggam tangan Hermione yang berada di lenganku, aku menoleh ke belakang, ke arah Harry Potter, dan tersenyum penuh kemenangan.
.
Aku sedang menikmati liburanku, aku berjanji akan membantu Ibuku mengurus perusahaan setelah setengah tahun, untuk setengah tahun ini aku ingin menikmati dulu masa-masa tanpa kewajiban.
Hermione menghabiskan waktu bersama kedua orangtuanya sekitar satu bulan, dan berjanji akan ikut denganku keliling dunia setelah itu. Ia sedang bingung, menentukan apa yang harus dilakukannya setelah ini, ia mendapat tawaran untuk bekerja di kementrian sihir, tapi aku tahu kalau ia tidak ingin bekerja bersama Potter dan Weasley.
Aku menawarkannya untuk membantuku mengurus perusahaan dan asset-asset Malfoy, tapi sepertinya ia lebih tertarik pada tawaran Pansy dan Daphne membuka line fashion mereka. Entahlah, selama ia tidak berurusan dengan Gryffindor maka tidak masalah.
Aku sedang membaca di kasurku saat burung hantu milik Hermione datang dan berdiri di depan jendelaku. Aku berjalan dan berharap ia memberitahu bagaimana keadaannya atau paling tidak memberitahuku kalau ia merindukanku.
Draco
Ugh, aku merindukanmu. Datanglah kerumahku, orangtuaku ingin bertemu denganmu, apa kau ada acara dalam jangka waktu dekat? Beritahu aku kapan kau bisa datang.
Aku mencintaimu.
-Hermione.
Aku tertawa pelan, paling tidak perempuan itu memberitahunya kalau ia menrindukan dan mencintaiku. Aku segera membalas pesan Hermione, berkata kalau aku bisa datang kapan saja, termasuk malam ini.
.
Hari sabtunya aku sudah siap berangkat ke rumah Hermione, Hermione bilang ia ingin memperkenalkanku pada kedua orangtuanya, kalau aku ingin mengajaknya berlibur paling tidak aku harus bisa mengambil hati kedua orangtuanya.
Hermione menjelaskan di suratnya kalau aku bisa datang siang atau sore hari dan menginap jika mau, mereka punya beberapa kamar kosong untuk ditempati, Haha, Granger, apa kau pikir aku akan bertahan di kamar kosong itu? Tentu saja aku akan menyelinap ke kamarnya setelah orangtuanya tidur.
Aku bertanya pada Blaise apa yang harus kubawa dan kulakukan, ia punya dua orang ayah Muggleborn dan sedikit banyak bisa memberiku saran. Entah darimana Pansy mendengar bahwa aku akan mengunjungi Hermione, karena itu ia mengirimkanku buku berjudul Bagaimana cara mengambil hati orangtua Muggle kekasihmu.
Aku hanya tertawa dan memberikan surat terimakasih padanya. Dasar menyebalkan.
Jadi aku disini sekarang, baru selesai membereskan barang-barangku yang akan ku bawa ke rumah Hermione. Daphne mengirimkanku beberapa barang Muggle yang tidak terlihat asing.
Ia mengirimkanku tas aneh yang disebut ransel yang terlihat mahal dan bagus, meskipun aku tidak terbiasa menggunakan ransel tapi aku pernah melihat bagaimana Hermione menggunakannya.
Aku mengisi tasku dengan beberapa pakaian Muggle yang juga kudapatkan dari Daphne, seperti Jeans dan sneakers, dasar perempuan.
"Hoggy." Aku memanggil peri rumahku, tidak lama Hoggy muncul dan menunduk memberi hormat.
"Apa hadiah untuk keluarga Granger sudah siap?" Aku bertanya.
"Sudah Master, Hoggy sudah membungkusnya."
"Bawa kemari kalau begitu." Aku memberinya perintah, tidak lama ia datang lagi dengan beberapa bungkusan-bungkusan besar.
Bungkusan pertama berisi beberapa Wine paling bagus yang bisa kudapatkan dari ruang penyimpanan Malfoy Manor, bungkusan kedua adalah catur sihir paling mahal yang bisa kutemui di pasaran, Hermione memberitahuku kalau ayahnya senang sekali bermain catur sihir.
Bungkusan ketiga berisi album foto yang berisi foto-foto Hermione selama di Hogwarts, aku harus sedikit bersusah payah mendapatkannya dari Colin Creevey, dengan sedikit acaman dan beberapa ratus Galleon aku bisa mendapatkan cukup banyak foto Hermione semenjak tahun keduanya.
Kedua orangtua Hermione pasti senang melihatnya, dari cerita Hermione, kedua orangtuanya suka mengoleksi foto, dan sepertinya mereka selalu merindukan Hermione yang hanya kembali saat libur musim panas dan libur natal, foto-foto ini pasti bisa membuat mereka senang.
Bungkusan ke empat berisi tas perempuan Muggle yang terbuat dari kulit, Pansy mengirimkannya padaku setelah aku mengeluh tidak tahu harus memberikan apa pada ibunya Hermione. Pansy bilang kalau ia menjamin bahwa ibunya Hermione akan menyukainya.
Sebenarnya aku bisa memberikan mereka lebih banyak lagi, tentu saja, tapi kemudian Theo menasihatiku kalau aku harus bersikap rendah hati dan menahan diriku di awal, jika hubunganku dan kedua orangtua Hermione berjalan baik setelah ini maka aku boleh lanjut memberikan banyak barang untuk mereka.
Aku membawa tas dan hadiah-hadiah itu kemudian ber-apparating ke rumahku di Muggle London, keluarga kami tidak begitu sering menggunakan rumah ini, hanya untuk menyimpan mobil atau tempat bersinggah jika baru menempuh perjalanan jauh.
Hermione, disurat terakhirnya bertanya, apa aku bisa membawa mobil dan datang dengan mobil ke rumahnya, aku menyanggupi, tentu saja, ia pasti sedikit banyak ingin menunjukkan pada kedua orangtuanya kalau kekasihnya sudah mapan.
Squib yang menjaga rumah kami itu menyapaku begitu aku muncul, aku tidak buang banyak waktu dan segera menuju ke parkiran mobil, mengeluarkan mobil paling baru dan mahal yang kami miliki dan menuju ke rumah orangtua Hermione.
-To Be Continued-
