Destiny
Story by A.P Walove
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Chapter 1
Langit pagi Tokyo terlihat sangat biru disertai awan putih yang jumlahnya tak seberapa. Suasana pagi pada awal musim semi ini benar-benar sangat cerah dan bersahabat. Para pejalan kaki yang mayoritas pelajar dan pekerja terlihat bersemangat sambil menikmati pagi sebagai pengawal hari yang mungkin akan sangat melelahkan. Sayang sekali, pagi yang sempurna ini tidak bisa dinikmati oleh gadis Hyuuga yang terlihat sedang tergesa-gesa mempersiapkan diri untuk berangkat ke kampus. Tidur larut untuk mengerjakan tugas berupa sketsa yang terlihat rumit yang deadline-nya adalah hari ini membuatnya tidak bisa bangun pagi seperti biasa. Ia bertambah panik kala melihat jam yang menuntukkan pukul 6.45. Waktu normal yang dibutuhkan untuk tiba di kampus adalah empat puluh lima menit. Dan kelas Mrs. Kurenai – yang terkenal sangat menjunjung tinggi kedisiplinan – dimulai pada pukul 7.30!
Setelah selasai menyisir rambut panjangnya, dia berdiri sebentar di depan cermin untuk memastikan penampilannya sudah cukup rapi. Yap, outfit sederhana ala Hinata. Celana jeans warna dark blue dengan t-shirt putih ditambah outer berupa cardigan warna abu - abu dipadukan dengan totebag polos berwarna coklat susu. Merasa penampilannya sudah pas, dengan berjalan agak cepat Hinata berjalan menuju ruang makan yang berada di lantai satu rumahnya. Di sana sudah terlihat ayah dan adiknya, Hanabi, yang mulai menyantap sarapan masing-masing. Ia menghampiri Ibunya di dapur yang jadi satu dengan ruang makan.
"Kaa-san, Aku berangkat dulu!" ujarnya sembari memperikan kecupan pada pipi ibunya dan segera beranjak untuk melakukan hal yang sama kepada ayah dan sang adik.
Setelah mengambil sandwich dan meminum susu miliknya secepat kilat, dengan terburu – buru Hinata keluar rumahnya.
"Dasar anak itu." Sang Nyonya Hyuuga, Hitomi, hanya menggelengkan kepala lalu ikut bergabung bersama suami dan anaknya untuk sarapan.
Sedangkan Hiashi dan Hanabi tetap bersikap tenang dan melanjutkan sarapan mereka. Hanabi yang merupakan siswi tahun kedua di salah satu sekolah menengah atas di Tokyo memang sudah terbiasa berangkat bersama ayahnya karena sekolahnya searah dengan kantor ayahnya.
...
Setelah turun dari bus di halte depan kampusnya, Hinata berjalan cepat memasuki gerbang kampusnya yang megah bertuliskan "Tokyo University". Seharusnya saat ini merupakan momen yang menyenangkan karena hari ini merupakan hari pertama masuk kuliah setelah liburan musim dingin sekaligus hari pertama untuk mengawali semester ganjil. Bunga sakura bermekaran di sepanjang jalan dari pintu masuk menuju gedung utama yang difungsikan sebagai gedung rektorat. Benar-benar sangat indah untuk dinikmati andai saja Hinata bangun lebih pagi.
Dengan tetap berjalan setengah berlari, mahasiswi semester tiga jurusan Desain Interior ini menyusuri koridor menuju ruang kelasnya yang berada di lantai dua. Ia agak melambatkan jalannya untuk melihat jam tangan hanya sekedar memastikan bahwa dirinya belum terlambat.
"Okay, kurang lima menit lagi!" ujarnya lirih untuk dirinya sendiri.
Kembali berlari kecil, Hinata mulai menaiki tangga menuju lantai dua. Baru saja menaiki seperempat tangga, karena kurang berhati – hati, Ia kurang tepat dalam memijakkan kakinya dan hampir saja terjengkang ke belakang andai saja tidak ada seseorang yang menangkapnya dari belakang.
Tunggu...
Menangkap?
Dengan gerakan lambat, Hinata menengok ke belakang untuk memastikan siapa yang telah menyelamatkannya.
Deg!
Hal pertama yang menjadi fokus Hinata adalah mata hitam kelam yang juga menatapnya dengan tatapan bisakah-kau-segera-berdiri-tegak-karena-kau-cukup-berat-nya. Sadar akan hal itu Hinata segera menegakkan badannya lalu membungkukkan badan tanda permintaan maaf dan rasa terimakasih.
"S-summimasen, Uchiha-senpai!" katanya agak terbata.
Tentu saja Ia agak (re : sangat) shock! Pria yang sedang berdiri di hadapannya ini – yang sekitar empat puluh lima detik yang lalu menangkap tubuhnya yang tidak bisa dikatakan ringan – merupakan seniornya di Fakultas Teknik sekaligus seniornya saat di sekolah menengah dulu yang terkenal akan ketampanan dan kecerdasannya yang dipuja oleh hampir seluruh kaum hawa baik di kampus maupun sekolahnya dulu, UCHIHA SASUKE!
"Ada apa, Sasuke?" belum sempat Sasuke menanggapi Hinata, muncul sesosok perempuan berparas cantik dengan rambut berwarna merah muda beserta pemuda berambut pirang di sampingnya.
"Oh hai, Kau adiknya Neji kan?" celetuk si rambut pirang, Uzumaki Naruto.
"Iya, Senpai." Hinata yang sejak tadi menundukkan kepalanya menjawab dengan lirih. Kakak sepupunya, Neji, merupakan teman sekelas senpai-senpainya ini dan juga selalu menganggap Uchiha Sasuke sebagai rival terkuatnya karena Neji selalu gagal merebut peringkat pertama paralel dari Uchiha tersebut. Saat ini Neji memilih untuk kuliah di Negeri Paman Sam untuk mendalami bidang bisnis yang kelak akan menjadi bekal untuk mengembangkan bisnis keluarga.
"Lalu kenapa Kau dan Sas-"
"Ck, sudahlah, Dobe. Kita sudah telat lima menit." Pada akhirnya Sang Uchiha bersuara.
"Aku hampir lupa! Ayo cepat!" dengan terburu – buru Sakura menarik tangan kedua sahabatnya.
Dan Hinata masih mematung sambil memerhatikan ketiga senpainya berlalu. Kalau dipikir – pikir tidak salah jika ketiga senpainya tadi dijuluki Trio Gen Super. Selain paras yang menawan, ketiganya juga sama – sama berotak cemerlang serta berasal dari keluarga yang berada. Sosok yang pertama adalah Uchiha Sasuke. Sudah tidak diragukan lagi pesona dari seorang Uchiha Sasuke. Wajah yang bisa dikatakan sempurna serta sikap dinginnya yang justru dapat melelehkan hati para kaum hawa ditambah titlenya sebagai anak bungsu dari keluarga Uchiha yang perusahaanya sudah sangat bepengaruh dalam perkembangan teknologi di Jepang bahkan Asia, merupakan perpaduan yang sangat sempurna. Lalu ada Uzumaki Naruto. Dengan sikap ceria dan agak konyolnya, ia seakan dapat membawa energi positif di setiap tempat yang didatanginya. Itulah salah satu daya tariknya selain seringnya ia didapuk sebagai wakil universitas untuk mengikuti lomba perakitan alat – alat elektronik yang Hinata tidak terlalu mengerti. Keluarga Uzumaki juga memiliki perusahaan yang bergelut di bidang perakitan alat elektronik yang bekerjasama dengan perusahaan milik keluarga Uchiha yang lebih fokus pada pengembangan software. Yang terakhir adalah Haruno Sakura. Satu – satunya perempuan dalam persahabatan itu. Tak sedikit kaum hawa yang iri terhadapnya karena merasa ia sangat beruntung bisa dekat dengan Sasuke dan Naruto. Parasnya yang menawan serta pribadinya yang baik dan mudah dekat dengan siapapun juga menjadi nilai tambah baginya. Ketiganya merupakan mahasiswa tingkat tiga yang sekarang menjalani semester kelima.
Kalau dipikir – pikir, bukannya senpai – senpainya tadi merupakan mahasiswa Fakultas Teknik? Sasuke yang merupakan mahasiwa di Jurusan Teknik Informatika dan Naruto berada di Jurusan Teknik Elektro sedangkan Sakura merupakan mahasiswi Jurusan Teknik Industri. Untuk apa mereka berada di gedung Fakultas Seni sepagi ini? Dan mereka bilang kalau mereka terlambat. Untuk kuliah?
Bicara soal terlambat, Hinata jadi ingat sesuatu.
"Baka!" sambil menepuk jidatnya, ia dengan sekuat tenaga berlari secepat mungkin menuju kelas Mrs. Kurenai dan dengan optimis memastikan bahwa dirinya akan mendapat pengurangan pada nilai aktifitasnya.
...
"Huaaaahhh, akhirnya selesai juga." Sambil merenggangkan tangannya lebar-lebar dengan wajah yang luar biasa lega karena kelas pagi yang sangat amat membuatnya ingin selalu memejamkan matanya akhirnya berakhir, Ten-Ten dengan cepat menoleh pada Hinata yang sedang memasukkan buku-buku kuliahnya ke dalam tas. "Hey, Hinata-chan, kenapa kau bisa sampai terlambat?"
"Hm, ada sesuatu yang terjadi di jalan. Nanti akan kuceritakan setelah makan. Aku sangat lapar." Ujar Hinata dengan menunjukkan wajah memelas, berharap agar Ten-Ten tidak berlanjut memaksanya bercerita.
"Okey, kita ke kafetaria sekarang." Akhirnya Ten-ten menyerah karena sebenarnya ia juga dari tadi menahan lapar karena belum sempat sarapan.
"APA? KAU DITANGKAP OLEH UCHI-" dengan kecepatan kilat Hinata segera membekap mulut Ten-Ten yang dengan spontannya hampir menyebutkan kejadian beserta nama keramat dengan keras di tempat umum. "Oh, maaf aku sangat terkejut." Lalu dirinya menyeruput es lemon tea yang ia pesan untuk sedikit mengurangi keterkejutannya.
"Yah, begitulah. Hanya begitu saja. Lalu teman-temannya datang dan mereka terburu-buru pergi."
"Kau yakin hanya itu?" tuntut Ten-Ten merasa tidak puas. "Eh, tapi kenapa mereka ke gedung fakultas kita pagi-pagi. Aku jadi penasaran." Sambil meletakkan tangannya di dagu, terlihat berpikir keras.
"Sudahlah, mungkin mereka ada urusan lain." Ucap Hinata yang tidak ingin mencampuri urusan orang lain walaupun sebenarnya ia juga penasaran.
"Emm, okey." Sambil mengendikan bahu, Ten-Ten berusaha melupakan kejadian yang menimpa Hinata tadi dan mulai bercerita tentang betapa menyebalkannya sepupunya yang selalu meniru gaya rambut cepol duanya.
Saat sedang asyik mendengarkan Ten-Ten bercerita, dengan posisi yang menghadap pintu masuk kafetaria, Hinata dapat melihat ketiga senpainya yang baru ia temui tadi pagi berjalan masuk sambil berbincang seru bersama seorang wanita cantik dan juga fashionable berambut pirang yang mungkin warnanya setingkat lebih pucat dari milik Naruto.
"Hinata-chan, Kau lihat apa, sih?" tanya Ten-ten heran sambil mengikuti arah pandangan Hinata dan seketika terkejut "Wow, bukannya itu Yamanaka-senpai? Dia sudah kembali?"
"Memangnya dia siapa?" tanya Hinata bingung.
"Kau tidak kenal? Dia senior kita di Jurusan Fashion. Aku dengar tahun lalu dia mengikuti program pertukaran pelajar di Perancis." Jelas Ten-Ten dengan antusias.
Pantas saja Hinata tidak tau. Selain karena Ia masih mahasiswa baru saat Yamanaka-senpai berangkat ke Perancis, ia juga kurang mengikuti berita dan gossip terhangat yang beredar di kampus.
Hinata terus melihat senpai-senpainya yang mulai duduk di bangku yang jaraknya cukup jauh dari bangku yang diduduki Hinata dan Ten-Ten. Tanpa sadar, pandangan Hinata terpaku pada Uchiha Sasuke yang terlihat menatap Yamanaka Ino dengan... hangat?
...
..
.
To Be Continued
Author Note :
Haii terimakasih sudah membaca ^^
Ini fanfiction pertama aku lho, karena itu aku minta kritik dan saran dari teman-teman ya biar aku bisa lebih baik dalam menulis
Support me by giving review to this story ^^
