Annyeong~
Author kembali lagi nih bawa ff JoTwins, couple fav author di Boyfriend... Kali ini author bawa ff 2shoot... Agak pendek sih yah, soalnya ini dibagi dua... Author mau liat komentar readers dulu apakah ff ini pantas untuk dilanjutkan atau engga...
Sekali lagi, author pernah post ff ini di facebook. Jadi kalau semisalnya readers pernah baca ff ini di fb (dengan nama author C Ryu) berarti itu memang adalah ff ini... ^^
Ok. Hope u like it~
.:The Reason Why I Hate You:.
.
Jo Twins (Boyfriend)
.
Warning: YAOI! Gaje. Typo(s) bertebaran.. Don't like, Don't read...
.
.
.
"Hei, hadang dia… Cepat.. lari… rebut bolanya… shoot.. shoot…"
#bruukk
"Uughh,"
"Bodoh! Kok cuma karna shoot begitu aja udah jatuh? Mana ga masuk pula. Ck,"
"Mianhae saeng,"
"Ah, sudahlah.. Kau memang tak bisa diandalkan dalam hal ini. Tidak usah bermain saja,"
"Tapi, aku.."
"Aku bilang tidak usah main! Dan satu lagi. Cepat pakai kacamatamu itu. Aku tidak suka melihat wajahmu yang sama persis seperti wajahku. Membuatku kesal saja,"
"Em, baiklah,"
.
-Kwangmin POV-
Permainan pun dilanjutkan. Dan sekarang tanpa namja itu. Aku heran kenapa dia ingin sekali ikut bermain padahal dia tidak bisa bermain sama sekali. Hanya bisa merepotkan saja. Apa-apaan itu tadi? Terjatuh seperti itu? Membuatku malu saja. Aku benar-benar heran melihat namja yang satu itu. Memang, permainan basket kali ini hanya sekedar 'bermain' biasa saja. Tetapi aku tetap tidak bisa terima kalau sampai tim kelasku kalah gara-gara namja itu. Bisa-bisa nama baikku sebagai salah satu pemain basket terbaik sekolah jadi tercemar. Dan aku akan menyalahkan ketidakbecusan namja itu dalam bermain basket. Kenapa bisa dia menjadi saudara kembarku? Kembar. Garis bawahi itu.
Lihat dia. Sekarang dia sedang duduk di pinggir lapangan dan… melihat kearahku? Heii.. Kenapa tatapannya seperti itu? Apa aku melakukan suatu kesalahan? Ah, lupakan pertanyaanku itu. Aku memang melakukan kesalahan dengan meneriakinya tadi. Tapi kan aku melakukan itu karena kebodohan dia juga. Kenapa dia harus menatapku dengan tatapan yang seperti itu? Dan wajah itu. Ah.. Hentikan itu. Jangan melihatku dengan wajah itu.
#priiit
"Skor yang tipis sekali ya.. Kau memang lebih hebat 'sedikit' dariku," ucap Jeongmin, kakak kelasku sekaligus kapten tim basket sekolah. Dia menghampiriku setelah pertandingan berakhir. Ya, kelasku bertanding melawan kelasnya. Skornya 37-36. Memang tipis sekali. Disaat terakhir aku berhasil merebut 3 poin sehingga kelasku bisa lebih unggul.
"Bukan hanya sedikit. Aku memang lebih hebat darimu hyung," balasku sedikit sombong.
"Besar kepala juga namja yang satu ini ya. Skornya cuma beda sangat tipis, Jo Kwangmin," ucap Jeongmin-hyung dengan menekankan pada kata 'sangat tipis'. Tapi aku tidak peduli. Menang tetap saja menang.
"Menang tetap saja menang, hyung,"
"Ok. Ok. Aku kalah kalau sudah berperang kata-kata denganmu. Kau hebat,"
"Ya, tentu. Haha,"
.
-Author POV-
Youngmin berjalan menghampiri adik kembarnya dan memberikan selamat sambil mengulurkan tangannya, "Selamat, kelas kita menang, saeng. Kau memang hebat."
"Ya, itu karena kau sudah tidak ikut bermain," balas Kwangmin dingin tanpa menjawab uluran tangan kakaknya. Ia langsung berjalan keluar lapangan meninggalkan Youngmin yang hanya bisa diam, menundukkan kepalanya, melihat tangannya yang masih terulur. Perlahan-lahan ia menurunkan tangannya itu lesu.
"Aku bodoh," ucapnya dan kemudian menyusul adiknya berjalan keluar lapangan.
"Hei, Jo Youngmin. Kau terlihat lesu sekali. Apa yang terjadi?"
No Minwoo, teman dekat si kembar sulung datang menghampirinya yang sedang tertunduk lesu ditempat duduknya.
Tetapi yang ditanya hanya diam saja.
"Biar kutebak. Pasti berhubungan dengan adik kembarmu itu. Benar kan?"
Masih diam.
"Heii, aku bisa kesal juga kalau kau diam seperti itu terus. Ayo cerita,"
"Aku tidak mengerti. Kenapa dia bisa begitu membenciku seperti itu," Youngmin mulai angkat suara.
"Ahh.. Jangan terlalu dipikirkan.. Aku juga dibenci olehnya kok, bukan hanya kau saja. Sepertinya dia membenci semua orang, haha.." ucap Minwoo sedikit bercanda untuk menenangkan Youngmin.
"Hhh.."
"Sudahlah… Ayo kita ke kantin, aku lapar.. Kau kutraktir deh,"
"Ha, benarkah? Ayo!"
Mendengar kata-kata 'traktir', Youngmin langsung semangat. Hei, pergi kemana sikapnya yg lesu tadi?
"Jiah, mendengar kata-kata traktir saja langsung semangat. Dasar,"
"Tidak juga kok. Aku juga tidak mau terlalu memikirkan masalah adikku itu," alihnya.
'Bohong. Tadi kau terlihat sangat-sangat memikirkannya . Sekarang pasti masih sama.' Minwoo berucap dalam hati.
.
Di kantin…
"Umm.. Kau pesan apa?" tanya Minwoo saat sudah sampai di kantin.
"Mie ayam,"
"Mie ayam," (Boyfriend cinta Indonesia. XD)
"Eh," Kwangmin tertegun.
"Ahahaha.. Kau memang lucu, Jo Kwangmin. Kesal sih kesal. Tapi kalian kompakan tuh," ucap Jeongmin tak bisa menahan tawanya. Secara kebetulan ternyata Jeongmin dan Kwangmin juga berada dikantin yang sama seperti Youngmin dan Minwoo.
"Saeng," ucap Youngmin sambil melihat kearah saengnya yang kini mengalihkan pandangannya kearah lain.
"Kebetulan nih. Kita duduk di meja yang sama saja yuk," ajak Jeongmin setelah mereka selesai memesan.
"Boleh-boleh saja," ucap Minwoo.
Lalu mereka pun duduk di meja yang sama. Tapi suasana berubah menjadi canggung. Kebisuan pun tak terelakkan.
"Wah wah wah… Kok jadi diam-diaman begini ya," ucap Jeongmin angkat suara.
"Siapa suruh menyuruhku semeja dengan orang itu," jawab Kwangmin santai.
"Sepertinya kami pindah kemeja lain saja hyung. Dia tidak menyukaiku," ucap Youngmin kemudian.
"Tidak bisa. Meja lain sudah pada penuh tuh," ucap Minwoo setelah memperhatikan meja yang lainnya di kantin itu. Mau tidak mau mereka harus duduk semeja.
Tak lama, makanan yang mereka pesan pun datang. Saat makan tidak ada satupun yang bicara. Mereka makan dengan damai(?).
.
-Kwangmin POV-
Apa sih tujuan Jeongmin-hyung mengajak makan semeja dengan namja itu. Aku tidak bisa menahan diri kalau seperti ini keadaannya. Aku harus segera menghabiskan makananku dan pergi secepatnya dari sini.
"Aku selesai. Aku pergi duluan," ucapku setelah selesai makan dan segera beranjak dari tempat itu.
"Hei, Kwang.. Aku belum selesai nih. Tunggu aku," terdengar Jeongmin-hyung memanggil tapi tidak kupedulikan. Aku tetap berjalan meninggalkan meja itu dan kemudian membayar makananku. Setelah itu aku pergi menuju ke kelas. Sebentar lagi pelajaran berikutnya akan dimulai dan aku belum mengerjakan pr-ku. Aku akan meminjam pr teman sekelas dan segera mengerjakannya. Gawat kalau guru killer itu tahu kalau aku (lagi-lagi) tidak mengerjakan tugas yang diberikannya. (Kwangmin anak nakal. Haha :p)
.
-Normal POV-
Di kantin…
"Ahh… Anak itu memang terkadang menyebalkan. Eh, salah. Selalu menyebalkan," ucap Jeongmin setelah ia selesai makan. "Ok. Sebentar lagi bel berbunyi. Aku kembali ke kelas duluan yah, saeng-saengku," lanjutnya seraya beranjak dari meja tempat mereka makan.
"Ne, hyung," ucap Youngmin.
"Ayo, kita juga harus segera kembali ke kelas. Setelah ini pelajaran Fisika. Guru killer itu akan membunuh kita kalau sampai terlambat masu kelas," ucap Minwoo kemudian.
Youngmin mengangguk tanda meng-iya-kan. Lalu mereka pun segera pergi, tentunya setelah Minwoo membayar makanan mereka.
.
#teeett (ceritanya ini bel masuk)
"Haa~ Untung tepat waktu," ucap Minwoo setelah mereka sampai di kelas.
"Ya, guru killer itu belum masuk," balas Youngmin sambil berjalan menuju tempat duduknya.
2-A. Disanalah 3Min belajar. Bagaimana bisa Jo Kwangmin yang 'tidak menyukai' Jo Youngmin bisa tahan sekelas dengan namja itu? Jawabannya, tempat duduk mereka sangat berjauhan. Hal itu membuat si kembar jadi tidak pernah berbicara saat berada di kelas. Kecuali disaat-saat 'mendesak'.
Em, sebenarnya apa yang menyebabkan Kwangmin jadi bersikap seperti itu terhadap kakak kembarnya yang sudah hidup bersamanya selama hampir 17 tahun ini? Sebenarnya dia tidak membenci Youngmin sejak mereka lahir. (Tentu saja lah, author pabo!) Ia terlihat membenci kembarannya itu sejak mereka masuk SMA. Entah apalah yang menyebabkan ia menjadi seperti itu. Ia jadi tidak bisa melihat wajah kakak kembarnya itu lagi. Kalau berdasarkan ucapannya, katanya ia tidak suka melihat wajah itu karena wajah itu sama persis dengan wajahnya.
Mengetahui kalau adikknya tidak menyukai itu, Youngmin pun memutuskan untuk memakai kacamata. Walau sebenarnya tidak ada yang salah dengan mata kembar sulung itu. Ia melakukan itu demi adikknya. Agar adiknya tidak lagi membencinya. Tapi ternyata usahanya sia-sia saja. Tidak banyak yang berubah setelah ia mulai memakai kacamata.
.
Disaat perjalanan pulang…
"Kenapa kau begitu membenciku?" ucap Youngmin angkat suara. Ya, tentu saja mereka selalu pulang bersama karena mereka tinggal satu rumah.
"Aku tidak suka melihat wajahmu,"
"Tapi kenapa kau tidak menyukainya hanya sejak kita masuk SMA?" tanya Youngmin kembali sambil melihat kearah kembarannya itu.
"Aku tidak tahu," jawab Kwangmin tanpa menoleh ke arah Youngmin.
"Kenapa tidak tahu?"
"Entahlah,"
"Apa yang berubah dengan wajahku setelah kita masuk SMA?"
"No comment,"
"Kenapa?"
"Argh.. Hyung banyak tanya sekali!"
"Eh.. Apa kau bilang tadi.. ?"
"Apa? Kubilang kau banyak tanya,"
"Ah, bukan itu. Kau memanggilku hyung,"
Diam. Muka Kwangmin tiba-tiba saja berubah sedikit memerah. Apa penyebabnya?
"Ti..tidak kok. Apa-apaan sih," bantah Kwangmin. Ia mempercepat langkahnya.
Youngmin juga mempercepat langkahnya. "Jangan bohong. Kau mengatakan itu tadi."
"Apa istimewanya dengan itu?"
"Tentu saja. Kau sudah tidak pernah lagi memanggilku dengan panggilan 'hyung' sejak.. Sejak kau membenciku?"
"Su.. sudahlah," ucap Kwangmin terbata-bata. Heii, ada apa dengan kembar bungsu ini? Kenapa image-nya sama sekali berbeda dengan yang tadi. Bukankah pembicaraan mereka ini terlihat 'akrab'?
.
.
"Yo! Jo Youngmin.."
"Pagi, No Minwoo.."
"Waah.. Kenapa wajahmu terlihat cerah sekali hari ini? Apa yang terjadi nih?"
"Jiah, lesu salah, cerah juga ga boleh kah?"
"Ya..ya bukan gitu juga sih. Hanya saja.. terlihat sedikit mencurigakan," ucap Minwoo sambil memperhatikan Youngmin seperti seorang detektif yang sedang meminta kejelasan alibi tersangka dalam sebuah kasus.
"Tidak ada apa-apa. Biasa saja,"
"Bohong. Pasti ada hubungannya dengan adik kembarmu itu,"
"Heii, kenapa setiap yang terjadi padaku selalu kau hubungkan dengan Kwangmin?"
"Ya, karna itu kenyataannya. Benar kan?"
"Ah, itu…"
.
.
.
TBC
(Words: 1.420)
.
Jadi, gimana nih? Lanjut atau udahan aja?
Review juseyo~ ^^
