Angel's Heart : Who Knows?
Chap 1 : The First
Anak kecil itu berlari keluar dari rumahnya. Peluh dan darah membasahi bajunya yang robek dan membasahi jalan yang ia lewati. Dari rumah tersebut terdengar teriakan penuh amarah dari sang ayah yang mencoba untuk menyiksa tubuh kecil anaknya sendiri, tidak, lebih tepat mencoba untuk membunuh anaknya sendiri. Dengan segera sang ayah keluar mengejar anaknya sambil membawa pisau dapur.
"Hei! Sini kamu! Dasar MONSTER!"
"Tidak ayah, tidak!! Kumohon ayah, jangan siksa aku!" Anak berambut merah itu lari sekencang-kencangnya, dia takut ayahnya berhasil mengejarnya. Dia terus berlari, bahkan sampai ke pinggiran kota.
Malam itu sudah larut sehingga tidak ada yang mendengar kejadian itu, orang-orang sudah lelah dan terlelap di rumah mereka masing-masing, lagipula hampir setiap hari kejadian tersebut terulang, jadi tidak ada yang bisa menolong anak berambut merah itu. Kedua kakaknya juga takut, meskipun mereka sudah membela adiknya, tapi mereka juga kena amukan ayahnya. Kakak perempuannya bahkan sampai pingsan dengan kepala yang berdarah dilempar oleh ayahnya ke tembok rumah karena berusaha melindungi adik kesayangannya itu. Kakak laki-lakinya sekarang sedang berusaha menyadarkannya.
"Kak, sadarlah, kak kita harus menolongnya, kak bangun" Anak laki-laki berambut coklat tua itu menggoyang-goyangkan tubuh kakak perempuannya. Kakaknya tidak bangun, segera dia berlari keluar mengejar ayahnya.
Setelah berlari cukup jauh dan anak berambut merah itu pun mulai merasa lelah, dia berhenti sebentar memperhatikan keadaan. Aman. Dia lalu berjalan pelan menuju Oase yang jernih tak jauh dari tempat ia berhenti.
Sejak ibunya tiada, oase adalah tempat pelarian dari ayah tirinya yang kejam. Di sana dia seperti melihat ibunya dan berbicara dengan ibunya, mengutarakan seluruh isi hatinya, dan menceritakan hari-hari yang ia lalui. Dia tidak pernah menceritakan soal ayah tirinya, karena dia tahu, ibunya sangat mencintai ayah tirinya itu bahkan hingga menghembuskan nafas terakhir. Namun, malam itu sangat berubah
"Ibu"
whuss….. Hanya angin semilir yang menjawabnya.
"Ibu, kenapa ibu sangat mencintai ayah? Kenapa Ibu? Padahal ayah itu jahat, kejam. Baru saja ayah mau membunuhku."
Anak itu mulai menangis. Airmatanya jatuh ke luka-luka yang berdarah. Perih sekali, tidak hanya lukanya, hatinya juga. Ia ingin berteriak, tapi tenaganya sudah terkuras cukup banyak. Menangis membuatnya bertambah lelah, hingga akhirnya dia tertidur.
Na, na, na
Boy's POV
Hangat
Apakah ibu yang memelukku?
Nyanyian
Apakah ibu bernyanyi?
Ibu
Aku kangen ibu
End of POV
Mata hijau yang sedari tadi tertutup karena lelah mulai terbuka, mencari-cari sumber suara yang dia dengar sampai menemukan sepasang mata biru cerah yang tersenyum manis melihatnya.
"Hai! Kamu sudah bangun?"
Diam, tidak bergeming, hanya saling menatap.
"Haloooo! Sudah bangun?"
Tetap diam
Splas!
"Aduh!" Anak laki-laki itu mengedip-ngedipkan matanya, sedangkan tangannya mengusap mata yang terkena cipratan air
"Rupanya sudah bangun. Kenapa dari tadi kamu tidak menjawab? Oh iya, ngomong-ngomong badan kamu hangat ya! Padahal udaranya dingin begini."
Anak laki-laki itu terkesiap mendengarnya. Dia langsung bangun dari pelukan gadis kecil aneh itu dan memandangnya dengan muka curiga.
"Ada apa? Kenapa kamu melihatku seperti itu? Mukamu jadi aneh!" Gadis kecil itu menahan tawanya melihat wajah curiga yang menatapnya.
"Siapa kamu?"
"Aku?"
"Ya, kamu. Siapa lagi kalau bukan kamu? Tidak ada orang lain selain kita berdua."
"Namaku Naruto Uzumaki"
"Kamu anak baru? Aku belum pernah melihatmu."
"Aku, hmm, maukah kamu menjaga rahasia?"
"Rahasia? Rahasia apa?"
"Sudah janji saja dulu"
"Baiklah, aku janji"
"Aku adalah seorang malaikat"
"Malaikat? Apa itu malaikat?"
"Kamu tidak tahu malaikat? Aneh, tapi tidak masalah, aku akan menjelaskannya. Malaikat adalah utusan dari Tuhan. Malaikat akan memenuhi permintaan orang-orang yang baik"
"Memangnya kamu atas permintaan siapa?"
"Kamu!" Tangan Naruto menunjuk kepada anak berambut merah di hadapannya dengan muka bingung.
"Aku?" Mukanya merautkan wajah yang bingung.
"Ya, kamu. Siapa lagi kalau bukan kamu? Tidak ada orang lain selain kita berdua." Jawab Naruto dengan nada canda. Mau tak mau anak itu ikut tertawa juga.
"Baguslah, akhirnya kamu ketawa juga. Susah ya buat kamu sedikit rileks" Naruto tersenyum melihat laki-laki yang dari tadi diam curiga menatapnya mau tertawa. Lagi-lagi anak laki-laki itu diam. Mukanya kembali murung.
"Kok murung lagi? Ada apa Gaara? Kamu bisa cerita sama aku" Naruto tersenyum lagi. Senyumannya kali ini lembut dan manis sekali, membuat Gaara sedikit tenang.
"Tidak, aku tidak apa-apa. Kamu tau darimana namaku?"
"Aku ini seorang malaikat. Tentu saja aku tau siapa orang yang permintaannya akan dikabulkan." Naruto berdiri lalu dia menarik-narik tangan Gaara. "Aku bosan, kita main yuk!" Gaara awalnya agak ragu dan enggan, dia belum pernah main dengan orang lain selain main dengan kedua kakaknya, tapi melihat Naruto yang memohon sambil tersenyum manisssss sekali (gula aja kalah), mau ga mau Gaara mengiyakan juga.
"Baiklah, tapi jangan jauh-jauh dari sini ya."
"Hore! Nah, sekarang kita main petak umpet ya! Kita suit dulu. Gunting!"
"Kertas!"
"Yei, Gaara kalah, jadi kamu yang jaga. Aku ngumpet dulu ya!"
Gaara lalu menutup matanya sambil berhitung. Naruto bersembunyi di balik pohon kaktus (?) terdekat.
"1,2,3,4,5,..100! Naruto? Kamu dimana?" Gaara mencari di balik batu, di dalam oase, di belakang pohon kaktus.
"Ketemu!"
"Yah, ketemu deh. Main yang lain yuk!"
Malam yang sungguh amat sangat dingin itu mereka lewati dengan bermain sambil belajar (emangnya BOBO?) hingga akhirnya mereka berdua kelelahan.
"Naruto, kita istirahat dulu ya. Aku capek nih" Gaara duduk kelelahan. Begitu pula dengan Naruto.
"Iya, aku juga capek"
Mereka berdua duduk sambil memandang langit yang berganti warna. Gelapnya malam digantikan cerahnya sinar matahari. Udara mulai terasa hangat. Mentari perlahan-lahan muncul dan menari-nari, menggantikan rembulan yang semalaman menari, menemani dua anak kecil yang bermain.
"Wah, sudah pagi ya.." Naruto membentangkan tangannya ke atas. Menghirup udara pagi yang segar. "Gaara?" Naruto melihat Gaara tertidur. "Wah tidur" Naruto menghampiri Gaara lalu mengambil salah satu bulunya dari sayapnya, ditiupkan ke atas Gaara dan seketika bulu tersebut berubah menjadi selimut. "Tidur yang nyenyak ya. Aku pulang dulu, besok aku akan kembali" Naruto mengecup kening Gaara dan terbang melesat ke langit.
"Gaara? Gaara? Kamu dimana? Gaara!" Kankuro langsung menghampiri adiknya yang tertidur lelap.
"Ehm, kakak? Kenapa kakak ada disini? Dimana Naruto?" Gaara terbangun setelah mendengar suara Kankuro.
"Naruto? Siapa dia? Ah itu tidak penting. Sekarang kita harus segera pulang!"
"Pulang? Ada apa kak?"
"Kemarin kepala nee-san terbentur tembok. Sekarang nee-san ada di rumah sakit."
"Nee-san! Kita ke rumah sakit?"
"Tidak, kita ke rumah dulu."
"Buat apa kak? Ngapain kita pulang?"
"Kita harus menyadarkan ayah"
XOXOXOXOXOXOXOXOXOXOXOXOXOXOXOXOXOXOXOXOXOXOXOXOXOXOXOXOXOXOXOXOXOXOXOXO
A/N: wah, udah lama nih. Ini fic kedua yang lama n pendek banget (aja) dibuat. Padahal udah lama diketik, cuma ditambahin dikit. Tadinya mau dibuat one shot, tapi akhirnya mungkin jadi 2 chapter, kenapa? Kalau aku buat one shot, bisa-bisa ga tau kapan bakal di submit. Yah… terimakasih buat yang mau baca n review, meskipun ceritanya diluar harapan. Berikan kritik dan saran yang membangun ya….
Untuk yang the truth about love akan secepatnya di submit. Banyak masalah datang T_T, salah satunya kebanyakan ide, sebagai berikut:
Heaven's Tear
I'm Alone
Nightmare
Sleeping Beauty
Moonlight Sonata
Midsummer Nightdream
L.I.F.E (Love, Innocent, Fate, Eternity)
The Beautiful is Mine!
Sunny Rain
Bitter Sweet Love
Sayap-Sayap Patah
Me VS Mom! Ala Akatsuki
Dll
Banyaknya (bengong, trus dilempar sepatu), ya, ide terus mengalir dan bermuara di danau yang sempit sampai pusing mau buat yang mana. Ada yang tau bagaimana caranya konsentrasi pada satu cerita?
Tolong review dan jawab pertanyaannya……..
CU 0
