Didalam kamar dengan penerangan redup itu nampak dua siulet manusia(?) yang tengah making love.

Tentu kalian tau, hanya terdengar bunyi desahan dan beberapa kecipak basah juga derit kasur yang menambah kesan erotis bagi keduanya.

"Aah, Chuu... Chuu... A-aku..." sang pria berambut coklat tua tampak menambah ritmenya, mengejar pelepasannya yang semakin dekat.

"Unnhh~!" sedangkan sang wanita hanya bisa pasrah menerimanya, rambut orangenya sudah lepek karena keringat, tenggorokannya terasa kering karena permainan pacarnya kali ini terasa sangat kasar. Ia hanya bisa berharap bahwa besok selangkangannya tidak terlalu sakit untuk digunakan berjalan.

"Uun... Chuu~ im coming~!"

"Aaagh~ Osamu~!"

Mereka menghirup udara dengan rakusnya, ini ronde ke 5 malam ini. Sang wanita yang sudah terlalu lelah pun perlahan menutup matanya dan terlelap, begitupun sang pria yang mencabut juniornya dengan perlahan. Tersenyum puas saat melihat cairan berwarna putih merembes keluar dari vagina wanita yang baru saja melakukan seks dengannya, kemudian ikut merebahkan diri disamping wanita itu.

"Oyasumi, Chuuya~" gumamnya lalu menarik selimut dan tidur.

Bungou stray dogs fanfiction by Toxic_Apple14

Bongou stray dogs milik Kafka Asagiri dan Sango Harukawa

Pembuatan fanfiction ini hanya untuk bersenang senang dan memuaskan jiwa jiwa para fujo kelaparan diluar sana :v

Homophobia silahkan tinggalkan lapak ini dengan segera.

Tolong jangan buat kericuhan, meninggalkan umpatan dan caci-maki tidak jelas karena sudah diperingatkan :v

Dah itu doang :v

Happy reading!

Chuuya menatap tidak percaya pada testpack yang baru saja dicobanya.

Positif!

Dirinya... Hamil?

Pantas saja dia tidak datang bulan dan selalu mual mual di pagi hari.

Tanpa sadar, Chuuya mengelus perutnya yang rata dengan lembut.

'Anakku...' batinnya.

Namun seakan tersadar akan sesuatu, wanita berumur 20 tahun itu mulai memikirkan sebuah kejutan.

Iya, kejutan. Untuk sang calon ayah sekaligus pacarnya saat ini, Dazai Osamu.

"Hm, aku rasa aku harus pergi ke minimarket dan membeli bahan bahan untuk memasak makanan kesukaanya,"

Chuuya yang tadinya memang ingin pergi keluar pun mengambil tasnya dan segera beranjak pergi dari rumahnya. Ah, jangan lupakan topi yang selalu menempel diatas kepalanya.

Chuuya tidak akan pergi tanpa topi kesayangannya. Catat itu.

Minimarket tidak terlalu jauh, jadi Chuuya memutuskan untuk berjalan kaki saja. Sekalian jalan jalan.

"Ah~ akhirnya lengkap," gumam Chuuya pelan, lalu tak sengaja perutnya berbunyi.

Krukk~

Oh Chuuya, sepertinya kau harus mampir ke Magi burger untuk mengisi perut. Lagi pula ini sudah memasuki jam makan siang.

Yah, sekali kali makan junkfood tidak masalah kan? Toh Chuuya sedang ingin minum susu kocok dan burger daging.

Dengan pemikiran seperti itu, Chuuya melangkahkan kakinya masuk kedalam restoran cepat saji itu. Memesan chocholatte milkshake, kentang, dan 1 burger ukuran medium, kemudian duduk di meja paling pojok. Menyendiri tampaknya lebih baik baginya.

Ah, lihatlah burger menggiurkan itu, Chuuya hampir saja memakan burgernya jika saja telinganya tidak menangkap suara seseorang yang sudah sangat dihafalnya.

"Ahahaha, tidak seperti itu kok Atsushi chan~"

"Loh, benar kok Dazai san, kau hebat sekali tadi!"

"Atsushi chan terlalu memuji, ah, hari ini aku yang traktir, jadi pesan saja apa yang kau mau~"

Deg.

Apa katanya tadi? Traktir? Osamu mentraktir gadis berambut putih keperakan itu? Hei... Bahkan Osamu tidak pernah mentraktir Chuuya! Padahal mereka sudah berpacaran lebih dari 2 tahun.

"Waah, hontou desuka? Tapi apa tidak apa apa?"

"Ahahaha, tidak apa apa Atsushi chan~"

Mereka tampak berdebat sedikit di depan kasir, namun setelahnya mereka berjalan bersebelahan menuju tempat dimana Chuuya duduk diam sambil menahan amarah.

'Semoga mereka tidak kemari...' Chuuya merapal doa didalam hati. Pastilah akan sangat akward moment jika Osamu tau bahwa Chuuya juga makan disini.

Harapan Chuuya terkabul, walau tidak sepenuhnya karena Osamu duduk tepat dibelakang Chuuya.

Tepat. Dibelakang. Chuuya.

Aah~ ingatkan Chuuya untuk bersabar dan tidak segera menarik rambut coklat pacarnya yang gajen dan tukang modus itu.

"Jadi, apa Dazai san sudah memiliki kekasih?"

"Ahaha, tidak punya kok~"

Deg.

Apa maksudnya itu?

"Benar? Masa sih tidak punya?"

"Ahaha, tidak kok, benar! Tapi jika wanita yang mengejar ngejarku sih ada~"

"Ah? Apakah dia jatuh cinta pada Dazai san?"

"Iya, dia jatuh cinta padaku. Tapi aku tidak mencintainya~"

Deg.

Apa katanya? Tidak mencintainya?

Osamu... Tidak mencintainya?

Lalu, perlakuannya selama ini... Perkataannya... Sentuhannya... Semuanya... Palsu?

"Lalu? Apa yang terjadi padanya? Apa dia masih mengejar Dazai san?"

"Ah, wanita itu... Menjadi pelampiasan hasratku..." suara Osamu memelan diakhirnya. Namun Chuuya yang duduk tepat di belakang Osamu dapat mendengarnya. Dan itu membuat hatinya sakit.

Jadi... Dia hanya pelampiasan hasrat? Pantas saja Osamu jarang menghubunginya beberapa waktu ini. Juga sekalipun bertemu, Osamu tidak pernah menyentuhnya... Jadi... Ini alasannya?

Dia... Dibuang?

"Apa? Maaf Dazai san, aku tidak mendengarnya tadi."

"Ah, tidak apa apa Atsushi chan, nah, ayo kita makan. Nanti kita ngobrol lagi sambil makan ya~"

"Oh? Baiklah Dazai san, ittadakimassu~"

"Ne, Atsushi chan, apa kau sudah punya pacar? Atau orang yang kau sukai? Di umur segini, pasti kau sudah memiliki orang yang kau sukai kan?"

Cukup. Chuuya tidak tahan. Dengan cekatan, diambilnya burger dan kentang nya, lalu memasukannya kedalam tasnya. Mengambil kantong belanjaannya dan milkshakenya, kemudian berdiri dan segera melangkahkan kakinya menjauh dari sana.

Tanpa disadarinya, bulir airmata sudah menetes dan berjatuhan di pipinya yang mulus.

'Kuso Dazai!'

Wanita berambut orange itu berjalan tak tentu arah. Ia hanya mengikuti kemana kakinya melangkah. Pandangannya kosong. Air mata masih setia mengalir di pipinya.

Sampai seorang wanita menggunakan topi berbulu seperti dimusim dingin menepuk pundaknya. Membuat Chuuya menoleh dan mendapati sahabat karib nya.

"Hei, Chuuya?"

"Fyodor!"

"Ah! Ternyata benar ini kau!" pekiknya bahagia lalu memeluk Chuuya.

"Fyodor, aku merindukanmu. Kemana saja kau?"

"Aku mengurus bisnis ayahku di amerika, dan sekarang aku sedang berlibur bersama calon suamiku~"

"Ah begitu, hei, bagaimana jika kita duduk di bangku itu? Tidak enak kan bicara ditengah jalan seperti ini, atau kau ingin kita sambil jalan?"

"Hm~, kita duduk saja, aku masih menunggu Gogol. Ne, Chuuya, apa kau sudah punya pacar? Kau kan populer, pasti ada seseorang yang sudah menarik perhatianmu kan? Ayo~, jangan berbohong padaku~" Fyodor mengandeng tangan Chuuya, lalu menariknya untuk ikut duduk di bangku yang ditunjuk chuuya tadi, seraya menanyakan hal yang membuat Chuuya kembali mengingat kejadian yang baru saja dialaminya beberapa saat lalu.

Ah... Airmatanya kembali menetes tanpa disadarinya.

"Hei, wha-Chuuya? Kenapa kau menangis?" tanya Fyodor panik karena Chuuya tiba tiba menangis.

"Eh? Eh? Kenapa aku menangis? Ahaha.." Chuuya mengusap air matanya, yang entah kenapa malah turun semakin banyak, disertai isakan pelan.

Fyodor terdiam, ia mengerti. Sahabatnya ini pastilah sedang terkena suatu masalah yang berhubungan dengan kekasihnya.

"Sst, keluarkan saja Chuuya, tidak apa apa kok.. cup cup, aku disini..." bisik Fyodor sambil memeluk Chuuya dengan hangat.

Chuuya menerimanya, dan menangis sampai puas. Tidak peduli dengan beberapa orang yang menatapnya aneh.

Dostoyevsky Fyodor namanya panjangnya. Ia bertunangan dengan Nikolai Gogol dan memiliki aset kekayaan yang luar biasa.

Ia telah lama bersahabat dengan Chuuya. Dan itu membuat mereka sudah saling mengerti satu sama lainnya.

Tak lama isakan Chuuya berhenti, meninggalkan wajah yang tampak berantakan. Ah, jangan lupakan mata yang mulai membengkak karena menangis tadi.

"Jadi... Kau mau menceritakannya?" tanya Fyodor pelan, takut Chuuya kembali merasa sakit.

Mengangguk ragu, kemudian membuka mulut dan mengalirlah cerita selama ini.

Dazai Osamu yang tampaknya selingkuh dan membuangnya, Dazai Osamu yang seorang bajingan brengsek, Dazai Osamu yang... Ugh... Chuuya tidak ingin mengingatnya.

"Jadi begitu... Jadi apa yang akan kau lakukan? Mengugurkan kandunganmu? Memberitahunya tentang anak yang kau kandung?"

Chuuya menatap perutnya dengan ragu, lalu berucap hal yang tidak ingin Fydor dengar.

"Aku.. Akan mengugurkannya..."

"Tapi kenapa?"

"Karena aku tidak bisa menjanjikan masa depan untuk anak ini. Kau tau... Aku bekerja di port mafia Corp sebagai manager. Walau gajinya cukup besar, tapi tetap saja, aku tidak bisa bekerja selama mengandung kan? Ditambah kenyataan bahwa anak ini akan tumbuh besar tanpa seorang ayah..." manik biru Chuuya tampak menerawang jauh, kosong, tanpa harapan,

"Tidak! Kau tidak boleh mengugurkannya! Aku akan memberimu jalan keluar! Pasti!" Fyodor menggenggam erat tangan Chuuya, mencoba meyakinkan nya.

"...kenapa?"

"Karena aku tidak mau kau menjadi pembunuh. Tidak. Tidak akan kubiarkan. Ikutlah denganku. Urusan ayah ada atau tidaknya nanti saja. Kau bisa ikut denganku ke amerika. Aku akan membantumu."

Chuuya menatap ragu akan keputusan sahabatnya itu, "tapi..."

"Tidak ada tapi tapian! Kau juga tidak ingin mengugurkan anak itu kan?!"

Dan anggukan ragu ragu dari Chuuya membuat Fyodor langsung menghela nafas lega.

"Hitung hitung ini sebagai balas budi karena kau selalu membantuku dari saat kita masih kecil." ucap Fyodor sambil tersenyum. Membuat Chuuya juga ikut tersenyum kecil.

Osamu bosan. Ini hari liburnya. Dan Chuuya malah sama sekali tidak bisa dihubunginya. Ah, bagaimana dengan mengajak jalan Atsushi? Tidak, itu ide buruk. Dia sedang ada janji dengan sahabatnya.

Dari pada termenung, Osamu memilih menyalakan televisi dan mendengarkan berita hari ini.

"Hari ini, seorang wanita melakukan bunuh diri dengan cara jatuh kedalam jurang. Mayatnya rusak, kemungkinan dimakan hewan buas disekitar jurang. Namun kami menemukan kartu identitas yang bertuliskan nama Nakahara Chuuya. Masih di lakukan penyelidikan alasan mengapa wanita berumur 20 tahun ini bunuh diri. Dibunuh kah? Kecelakaan kah? Atau memang keinginannya sendiri? Si-"

Pip.

Osamu mematikan televisi yang menampilkan berita yang membuatnya cukup syok. Okey, dia akui bahwa dia ingin Chuuya segera hilang dari hidupnya disudut kecil hatinya. Namun Osamu tidak menyangka bahwa akan secepat ini.

Dengan cepat Osamu memakai mantel coklatnya, kemudian segera menaiki mobil dan menuju rumah Chuuya.

"Cepatlah.." gumamnya pelan seraya memacu kecepatan mobilnya.

Tak sampai 5 menit, Osamu telah tiba didepan rumah Chuuya. Yang entah kenapa kali ini...

Terasa kosong dan hampa.

"Chuuya! Chuuya! Buka pintunya!" seru Osamu seraya mengedor gedor pintu rumah Chuuya.

Tidak ada jawaban.

Osamu terpaksa memutar otak. Ah! Pintu belakang rumah Chuuya!

'Tunggu, kenapa dia sepanik ini?'

Dengan cepat Osamu melangkahkan kakinya menuju pintu belakang rumah Chuuya yang biasanya tidak terkunci. Dan wala~ memang tidak terkunci!

"Chuuya! Chuuya! Jawab aku!"

Hanya hening yang diperoleh Osamu. Membuatnya kian panik.

Osamu mengobrak abrik rumah Chuuya. Semua pintu dibukanya. Hingga tersisa satu pintu...

Kamar Chuuya.

Brak! Dibukanya pintu dengan kasar, berharap bahwa Chuuya tengah tidur dibalik selimutnya. Berharap bahwa Chuuya tengah memakai kosmetiknya dan akan memarahinya karena berisik-

Namun harapan hanyalah harapan.

Kamar Chuuya... Sama kosongnya dengan ruangan yang lainnya.

"Chuuya..."

Tak sengaja, manik coklat milik Osamu menangkap sepucuk surat di meja rias milik Chuuya. Juga tulisan merah-yang Osamu duga ditulis menggunakan lipstik-bertuliskan 'i'm going.' dan bekas ciuman dibawahnya dan di amplop surat itu...

Dengan cepat Osamu membuka amplop itu dan mendapati tulisan Chuuya yang rapi. Namun Osamu menatap tidak percaya saat membaca surat itu.

'Aku pergi, Osamu.

Jaga dirimu. Berbahagialah dan lupakan aku. Karena aku tidak akan pernah kembali lagi.

Sayonara.

-Nakahara Chuuya-'

Kesal, Osamu meremas surat itu.

Yang benar saja! Chuuya meninggalkannya? Cih, harusnya dia yang meninggalkan Chuuya!

'Kenapa aku sepanik ini?'

Osamu mengeram marah. Sialan kau Chuuya! Dasar wanita rendahan!

Yah, namun pada akhirnya kau pergi juga dari hidupku.

Aku bisa tenang sekarang.

Osamu menyeringai merendahkan.

"Sayonara, Chuuya."

TBC.