Little Snow White

=x=x=x=x=x=

Hiyama Kiyoteru, Kaai Yuki, SF A2 – Miki © AHS Software

Vocaloid © Crypton dan beberapa perusahaan lainnya

=x=x=x=x=x=

Pada zaman dahu—Eto… Pada zaman entah kapan, ada sebuah kerajaan bernama 'Kerajaan Vocaloid' yang sangat indah. Kerajaan itu dipimpin oleh sepasang raja dan ratu yang selalu 'akur dan damai'. Mereka adalah Hiyama Akaito Ou-sama dan Hiyama Meiko Joou-sama. Mereka mempunyai seorang anak laki-laki yang masih muda, juga tampan dan baik hati—kebalikan dari kedua orang tuanya yang kasar dan cerewet—bernama Hiyama Kiyoteru.

Kiyoteru biasanya dipanggil 'Kiyo Ouji-sama' atau hanya 'Kiyo'. Kiyo berambut coklat tua pendek, bermata onyx, dan memakai kacamata. Kiyo juga sangat senang bertualang. Ia selalu mengajak kedua pengawalnya yang setia—yang sudah ia anggap seperti sahabat baiknya sendiri—Shion Kaito dan Kamui Gakupo.

Suatu hari, ketika sedang berjalan-jalan di desa, Kiyo mendengar kabar tentang 'Shirayuki-hime' a.k.a 'Snow White', seorang gadis cantik berambut hitam seperti pohon ebonit, berkulit putih seperti salju, dan bibirnya yang semerah darah. Banyak pemuda—bahkan pangeran—yang mencoba untuk menemui Shirayuki-hime dan meminangnya. Namun, entah kenapa, mereka selalu saja kembali ke daerah asal dengan tangan kosong dan wajah babak belur.

Kiyo yang penasaran dan tertarik dengan hal itu pun akhirnya berniat untuk mencari dan menemui Shirayuki-hime. Dan seperti biasa, sebelum mulai berkelana, ia meminta izin kepada kedua orang tuanya terlebih dahulu.

Tep

Dengan sopan dan hormat, Kiyo berlutut di hadapan kedua orang tuanya di depan singgasana mereka.

"Otou-sama, Okaa-sama…" panggil Kiyo.

"Ada apa, Kiyo sayang?" tanya Meiko lembut.

"Cih," Akaito mendecih, menatap Meiko dengan kesal. "Kau bersikap lembut seperti itu ke Kiyo doang. Denganku, kau nggak pernah bersikap lembut!"

"…" Meiko menoleh pada Akaito dan tersenyum 'manis'. "Maafkan Me-chan ya, Akai-kun sayang…?" ujarnya sambil merangkul leher Akaito dengan sangat erat—dengan kata lain, mencekiknya—dan tangannya yang satu lagi memelintir lengan si raja narsis itu.

"U-uwaaa! I-itteee! Yametee! Gyaaa!" jerit Akaito kesakitan dengan wajah memucat.

"…" Kiyo cuma tersenyum garing dengan sweatdropped. KDRT ini sudah menjadi tontonan sehari-hari di dalam istana ini. "A-ano sa, Otou-sama, Okaa-sama…" Kiyo mulai berbicara, membuat Meiko berhenti mencekik suaminya sendiri.

"Ng? Na-nandayo, Kiyo?" tanya Akaito, berusaha tersenyum wajar dengan wajahnya yang masih pucat.

"Otou-sama, aku ingin berkelana mencari Shirayuki-hime." jawab Kiyo dengan yakin dan polosnya.

"…" Senyum Akaito dan Meiko membeku sesaat.

"Dame!" seru Akaito setelah kembali sadar.

"Eh? Doushite?" respon Kiyo bingung. "Tenang saja, Otou-sama. Aku juga mengajak Kaito dan Gakupo kok." Kiyo menunjuk keluar jendela istana—ke arah halaman belakang, tempat di mana Kaito dan Gakupo berada sekarang. Di sana, Kaito dan Gakupo sedang bertengkar seperti biasanya. Sepertinya mereka sedang meributkan masalah 'siapa yang lebih ganteng' atau 'siapa yang akan menikah dengan Shirayuki-hime jika putri itu tidak mau dengan Kiyo'. Dasar, 'Naisu' bodoh…

"…" Kiyo, Akaito, dan Meiko sweatdropped.

"Kiyo, dengar," ujar Akaito seraya menepuk pelan kedua bahu Kiyo. "Perjalanan menuju tempat Shirayuki-hime itu sangat berbahaya. Sudah banyak yang mencoba untuk menemui Shirayuki-hime, tapi mereka selalu saja kembali dengan tangan kosong dan wajah babak belur," ia menatap Kiyo dalam-dalam. "Otou-sama nggak mau kamu bernasib sama seperti itu, Kiyo!"

"…" Kiyo terdiam. Ia tahu, di usianya yang masih muda—18 tahun—perjalanan itu akan sangat berbahaya, meskipun sudah ditemani dua orang pengawal kepercayaannya yang setia. Kiyo meghormati orang tuanya dan tidak pernah membantah mereka. Tapi kali ini saja, rasanya ia ingin membantah mereka, ia juga sudah dewasa. Akaito dan Meiko juga seharusnya tidak usah terlalu mengkhawatirkannya lagi.

"… Baiklah kalau itu maumu, Kiyo," sahut Meiko tiba-tiba, tersenyum kecil. "Sebenarnya, Okaa-sama tidak mau kamu melakukan ini. Tapi Okaa-sama tahu, kamu bukan lagi anak kecil yang boleh kami atur seenaknya. Kamu sudah dewasa, kamu mempunyai kebebasanmu sendiri," wanita berambut coklat pendek itu lalu memeluk Kiyo dengan erat. "Lakukanlah apa yang kamu mau. Silahkan jika kamu mau berkelana mencari Shirayuki-hime…"

"… Okaa-sama…" Kiyo agak terkejut. Biasanya, Meiko selalu sehati dengan Akaito tentang masalah perjalanan yang akan dilakukan Kiyo. Tapi kali ini, Meiko memperbolehkannya—berbeda pendapat dengan si suami. "Arigatou!" serunya senang seraya membalas pelukan Meiko. Kemudian, ia menyiapkan peralatannya dan berlari keluar, memanggil Kaito dan Gakupo.

"Me-chan, a-apa kau udah gila! ?" tanya Akaito, syok dengan ucapan istrinya barusan. "Kau sendiri juga tahu 'kan? Shira—"

"Aku tahu kok," sela Meiko, sebuah senyum kecil terlukis di wajah cantiknya yang sedang memandangi kepergian putra tunggal tersayangnya. "Aku tidak berhak mengaturnya lagi. Dia sudah dewasa."

"… Baiklah. Kurasa, kau benar…" Akaito tersenyum kecil dan merangkul bahu Meiko. "Ittekimasu, Kiyo…"

=x=x=x=x=x=

Ketoplak ketoplak ketoplak

"Uwaaa~ Sudah lama kita tidak berkelana, gozaru!" seru Gakupo riang.

"Iya! Menyenangkan sekali rasanya!" timpal Kaito dengan senyum khasnya yang bodoh. "Tumben, Akaito-Ou dan Meiko-Joou memperbolehkan kita melakukan perjalanan berbahaya!"

"Hari ini, umurku tepat delapan belas tahun," respon Kiyo sambil tersenyum kecil ke arah Kaito. "Okaa-sama bilang, aku sudah dewasa. Jadi, aku sudah mempunyai kebebasanku sendiri."

"Sokka~" Kaito manggut-manggut.

"Ne, Kiyo~" panggil Gakupo.

"Hm?"

"Kalau Shirayuki-hime tidak mau dengan Anda, Shirayuki-hime-nya untuk saya saja ya~ Ehehe~" ujar Gakupo lagi sambil nyengir dengan inosennya.

"Ha?" Kiyo cengo.

"Eh! ? Nggak boleh, Gaku!" seru Kaito tiba-tiba, kesal. "Memangnya, Shirayuki-hime mau sama cowok bergaya jadul sepertimu? Heh?" ejeknya, merasa dirinya lebih baik daripada partner-nya yang berambut ungu itu.

"Kaito-dono diam saja, goza—Maksudku, kau diam saja!" bantah Gakupo dengan wajah memerah—entah karena kesal, malu, atau marah. Memang tidak diragukan lagi, model rambut Gakupo, embel-embel '-dono', dan 'gozaru'-nya itu memang gaya samurai a.k.a gaya jadul.

Zaman gini, mana ada samurai coba?

"A-ahaha…" Kiyo tertawa garing. Ia suka kesal jika Naisu mulai bertengkar, tapi di saat yang bersamaan, ia merasa senang. Naisu bisa meramaikan dan menghangatkan suasana, di manapun mereka berada.

Sambil bertengkar, mereka juga melanjutkan perjalanan. Sesekali, Kiyo tertawa kecil merespon aduan Kaito dan Gakupo.

Toplak

Akhirnya, mereka tiba di depan hutan tempat Shirayuki-hime dikabarkan berada.

"Uwaaah…" Kiyo, Kaito, dan Gakupo takjub melihat hutan itu. Pohon-pohonnya sangat besar dan tinggi. Kiyo memang pernah mendengar kabar bahwa hutan tempat Shirayuki-hime berada sangat awesome—dari Akaito, raja yang awesome juga, pastinya—tapi ia tidak menyangka, ternyata se-awesome ini. "Besar sekali…"

"Yosh!" Kiyo tersenyum lebar. "Kaito, Gakupo, kita akan memasuki hutan ini! Sekarang juga!"

"Ha-hai!"

"Cho-chotto matte!"

Tepat ketika mereka mau memasuki hutan tersebut, mereka mendengar ada sebuah suara dari arah belakang. Mereka pun menoleh dan mendapati seorang anak muda berambut pirang—dengan nafasnya yang tersengal-sengal—berlari mendekati mereka.

"Anak kecil?" gumam Kaito bingung.

"Ada apa, gozaru ka?" tanya Gakupo heran.

"Ka-kalian nggak boleh masuk ke dalam hutan ini!" serunya. "Hutan ini berbahaya! Kalian 'kan orang-orang kerajaan, pasti sudah sering mendengar kabar tentang hutan ini!"

"Apa—" Naisu baru saja mau memarahi anak itu, tapi dihentikan oleh Kiyo yang tiba-tiba saja berjalan ke depan mereka berdua.

"Aku tahu kok," Kiyo tersenyum ramah. "Aku hanya penasaran, seperti apa Shirayuki-hime itu."

"Apapun alasannya, tetap tidak boleh!" tegas anak itu.

"Ck, menyebalkan sekali anak ini!" gerutu Kaito kesal.

"!" Kiyo turun dari kudanya dan menundukkan kepalanya sedikit—untuk menyamai tingginya dengan tinggi anak itu—agar ia bisa melihat anak itu dengan lebih jelas. 'Dia…' Kiyo tersenyum kecil begitu melihat penampilan anak itu—pedang kayu di pinggang sebelah kiri, dengan busur dan anak panah kecil di punggung. '… Meniru gaya pengawal istana.' "Kau bercita-cita jadi pengawal istana ya?" tanyanya.

"E-eh! ? D-dari mana kau tahu! ?"

"Hei, bersikap yang sopan dengan Kiyo!" bentak Kaito.

"Daijoubu desu yo, Kaito," ucap Kiyo seraya menoleh sebentar ke arah Kaito. Cowok berkacamata itu lalu menoleh kembali ke laki-laki bermata blue sapphire itu. "Kalau kau memperbolehkan kami masuk, setelah kami kembali, aku bisa melatihmu menjadi pengawal istana yang baik. Bagaimana?" tawarnya.

"Eh! ? Kiyo…!"

"Ma-mau!" jawab anak itu dengan semangat. Ia pun mempersilahkan Kiyo dan pasukannya masuk. "Douzo!"

"Hai, arigatou ne."

'Ra-rayuan maut ala Kiyo…' batin Naisu ngeri. 'Pasti… Pasti itu keturunan dari Meiko-Joou…'

"Ayo masuk, Kaito, Gakupo," panggil Kiyo yang kemudian menoleh pada anak itu. "Kalau kau mau ikut, silahkan."

"E-eh! ?"

-Tsudzuku-

Rencananya, ini buat 4 Desember, hari di mana Kiyo, Yuki-chan, dan Miki-chan di-release XD
Berhubung tanggal segitu okaa-san Sei ada di rumah, dan Sei lagi nggak dibolehin main Kompu-chan, Sei publish hari ini diem-diem, tanggal 3 Desember TwT -curcol-

Mestinya sih, ada Utatane Piko yang nemenin Len (si anak kecil itu) itu. Jujur, Sei sedih banget pas baca berita kalau Piko nggak jadi di-release. Padahal Sei udah buatin fic khusus Piko nanti TAT

Naisu, gabungan dari 'Nasu' dan 'Aisu', item BaKaito dan Gakun. Di Jepang, 'Naisu' itu nama 'unit' mereka.

Maaf kalau terlalu pendek dan ada miss-typo '==v