:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:
TRIP ALONG WITH YOU
:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:
Chapter : 1
Pair : ZhouMin ( Super Junior M' Zhoumi X Super Junior SungMin )
Rate : T
Summary : Zhoumi, seorang workaholic yang dipaksa untuk berlibur bersama seseorang yang belum dikenalnya di Paris selama seminggu. How was the trip?
Genre : Romance
Warning : Yaoi, BL, Typo(s)
Don't like don't read
No bash
.
.
.
Pagi itu bandara Incheon bagian keberangkatan Internasional nampak sepi. Hanya ada beberapa orang yang melintas atau duduk di ruang tunggu keberangkatan bersama aktivitas kecilnya. Zhoumi adalah salah satunya. Dengan sebuah backpack hitam, namja itu duduk sembari menyesap kopi hangatnya, ditemani oleh sandwich yang tidak ia sentuh sepenuhnya.
Matanya terus mengawasi pintu masuk ruang tunggu seakan-akan sedang mencari seseorang. Pupil matanya bergerak ke sana kemari, melebar ketika mendapati seseorang dengan baju pink, kemudian menghela napas saat tahu orang tersebut bukanlah partner liburannya kali ini. Setiap orang yang memakai atasan baju berwarna pink akan menjadi perhatiannya. Sudah berberapa kali Zhoumi mencocokkan setiap orang yang lewat, dan membandingkan fisik orang tersebut dengan daftar ciri fisik akan seseorang yang ada di memori kepalanya.
Partner liburan? Istilah yang sedikit tidak lazim.
"Huft... Sepertinya memang aku yang datang terlalu pagi," ucap Zhoumi ketika melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya belum menunjukkan angka 7.
Ia menyesap kopinya sekali lagi, kemudian menengadah ke atas. Mengingat-ingat memori yang telah berlalu dan mengubah nasibnya hingga ia sampai datang dan terdampar di bandara ini.
.
.
Flashback
.
.
"Sudah kukatakan berulang kali aku tidak mau!"
Zhoumi menepis seluruh lembaran kertas tipis panjang yang disodorkan ke arahnya dengan kesal. "Aku tidak ingin berlibur ke manapun. Bisakah kau tidak menggangguku? Aku ingin menyelesaikan pekerjaanku!"
"Kau itu menyedihkan, Zhoumi gege."
Zhoumi mendelik pada seraut wajah bulat dengan matanya yang sipit.
"Kenapa? Yang kukatakan betul, kan? Setiap hari kau selalu berkencan dengan laporan dan pekerjaan. Siapapun yang melihatmu juga akan berpikir sama denganku." Sosok itu berkata tanpa perasaan bersalah, membuat Zhoumi semakin geram.
Ia memperbaiki letak bingkai kaca matanya dan kembali menghadap ke layar komputer. Ada beratus-ratus deret angka di sana. Orang normal mungkin akan merasa malas dan ingin jauh-jauh dari benda tipis tersebut, namun tampaknya tidak dengan Zhoumi. Pria berdarah China itu justru asyik bekerja dengan jari-jari panjangnya yang bergerak cepat di atas papan keyboard. "Terserah apa anggapanmu, Henry. Tapi aku tidak akan terpengaruh ajakan kalian. Jika ingin berlibur, berliburlah sendiri. Aku ingin bekerja saja di sini."
"Ck, dasar workaholic! Ayolah, gege! Apa tidak ada suatu tempat yang ingin kau datangi? Semua prihatin padamu. Siwon, Donghae, Eunhyuk, semuanya ingin melihatmu sekali saja untuk pergi berlibur. Gege tahu? Bekerja nonstop tidak baik untuk kesehatan. Kau akan cepat mati!"
"Yaa! Kau mendoakan aku cepat mati?" Zhoumi berteriak tidak terima. Keningnya dipenuhi oleh kerut-kerut kekesalan, namun segera berubah saat melihat adiknya menyeringai. "K-kenapa kau tersenyum seperti itu?"
"Aku tahu gege akan menolaknya." Henry berkata santai lalu mengambil sesuatu dari laci meja kerjanya. "Karena itu, kami semua sudah membuat kesepakatan dan rencana ini dari jauh hari," katanya.
"Mwo?" Mata Zhoumi memicing curiga. "Rencana apa yang kalian buat hah?" tanyanya penuh selidik.
"Ini." Henry nenyodorkan selembar tiket, buku pasport dan visa perjalanan, lalu meletakkan benda-benda itu di atas meja kerja itu saat Zhoumi tak juga menerimanya. "Kami sudah membelikanmu tiket perjalanan pulang pergi untuk ke Paris selama seminggu. Lihatlah? Bukankah kami sangat baik? Harganya tidak murah, lho."
"Mwoya?!" Zhoumi hampir terjengkang dari kursinya. Keterkejutan di wajahnya semakin berlipat ganda. "Jangan bercanda! Aku tidak mau!" tolaknya mentah-mentah.
"Kenapa? Paris adalah kota yang indah, kota cinta! Lagipula, gege tidak akan sendirian di sana." Henry kembali tersenyum penuh arti di wajah innocentnya, membuat Zhoumi menjadi kian merinding dan merasakan sebuah pertanda akan hal buruk yang sebentar lagi akan menimpanya.
"A-apa? Tidak sendirian?"
.
.
Flashback End
.
.
Zhoumi mengusap keningnya dan menghela napas. Kejadian dua hari yang lalu masih membuatnya syok dan tidak habis pikir. Berkali-kali ia memandang tiket dalam genggaman tangannya.
SIA157 Destination Paris, France , 8.30 KST
Cukup sulit untuk dipercaya jika pada akhirnya ia sungguh pergi berlibur. Ke Paris, sebuah kota besar di Eropa yang sungguh jauh dari daya jangkau imajinasinya. Demi apa Zhoumi, seorang pekerja keras yang anti berlibur justru pergi berlibur ke negara yang jauh kali ini? Entah setan apa yang merasuki dirinya waktu itu, sampai-sampai Zhoumi mengiyakan tawaran Henry dan mau mengikuti rencana teman-teman jahilnya. Bahkan ia tidak pergi sendirian pula.
"Gege akan pergi bersama sepupu Donghae. Dia pernah tinggal di Paris selama dua tahun, jadi itu akan menguntungkanmu. Donghae sudah menghubungi sepupunya dan kalian akan bertemu di bandara. Tenang saja, sepupu Donghae adalah orang yang baik dan menyenangkan. Selamat berlibur, gege!"
Ide yang aneh... dan gila. Lebih gila lagi karena Zhoumi mengiyakan tawaran itu walaupun dengan sangat terpaksa. Jadi, disinilah ia berada sekarang. Duduk menunggu keberangkatannya ke Paris bersama seseorang yang juga belum dikenalnya. Seperti apakah partner liburannya, Zhoumi sama sekali tidak mempunyai bayangan sedikit pun.
"Ladies and gentlemen, flight KA134 from Japan has landed and soon arrived from gate 1."
Suara informasi dari bandara menyadarkan Zhoumi dari lamunannya. Ia kembali teringat akan tugasnya untuk mencari seseorang dan segera mengangkat wajahnya. Baru saja wajahnya terangkat, di saat itu juga Zhoumi terpaku. Di hadapannya, seseorang dengan baju pink sudah berdiri dengan matanya yang mengerjap imut.
'Mwooo!' Zhoumi berteriak kalap dalam hatinya. Ia memandang sosok di depannya dengan perasaan gugup bercampur aduk. Tak henti-hentinya ia memandangi sosok itu dari atas hingga ke bawah tak percaya.
'Bagaimana bisa mereka membiarkanku pergi bersama seorang yeoja? Yeoja!'
Rambut pirang dengan poni samping yang menjuntai halus, wajah secantik ulzzang dan bibir merona merah yang berhasil membuat Zhoumi blushing di tempat duduknya. Apakah berlibur bersama seorang gadis cantik adalah bencana? Atau sebuah keuntungan?
"Apa kau yang bernama Zhoumi?"
Sosok itu mengulurkan tangannya dan tersenyum manis. "Aku Lee Sungmin-"
'Tunggu dulu! Tapi suaranya sedikit berat untuk ukuran seorang yeoja-'
-adik lelaki sepupu Donghae."
Mata sipit Zhoumi melebar dengan segera. Ia kembali menatap wajah manis di depannya yang masih tersenyum simpul dengan shock.
'Dia lelaki? Namja?'
.
::::: ::::: :::::
.
Zhoumi meremas seat belt-nya sedari tadi. Matanya pun tanpa henti mengawasi seorang pria berpostur tubuh pendek yang asyik mendengarkan musik dari headphone-nya. Inikah partner liburannya? Tidak buruk. Sungguh tidak buruk. Tapi mengingat gender dari teman barunya ini... Zhoumi jujur masih belum dapat percaya sepenuhnya.
'Dia seorang lelaki. Dia tidak berbohong kan?'
Zhoumi menelan ludah dan memberanikan matanya untuk menjelajahi tubuh sepupu Donghae itu. Bukan bermaksud untuk menjadi pria mesum, hanya saja ia perlu memastikan jika namja berwajah imut di sebelahnya ini memang seorang pria tulen.
Baiklah. Mungkin namja bernama Sungmin ini memang seorang lelaki. Ia mempunyai jakun di lehernya, walaupun sedikit tersamar. Terlebih lagi dengan kulitnya yang halus dan seputih susu. Pretty boy, sepertinya.
"Apa ini pertama kalinya bagimu ke Paris?"
Zhoumi mendongak, lagi-lagi mata foxy itu sudah lekat menatapnya. Memalukan! Pasti Sungmin telah menangkap basah dirinya tengah memperhatikannya begitu seksama.
"Be-benar." Sebisa mungkin Zhoumi mencoba untuk berbicara serileks mungkin. "Aku sangat jarang bepergian."
"Baguslah. Aku bisa menjadi tour guide-mu." Sungmin tersenyum manis. "Kita akan menginap di hotel yang sudah dibooking oleh Donghae. Kuharap kau tidak keberatan kita tidur sekamar. Kita sama-sama lelaki, kan. Kurasa tidak akan menjadi masalah."
Sungmin tertawa kecil, berbeda dengan Zhoumi yang matanya melebar kembali.
.
::::: ::::: :::::
.
Mereka tiba di Paris saat waktu menjelang pagi, setelah transit di Amsterdam sebelumnya. Udara masih sangat dingin dengan kabut tipis yang terlihat di sekitar. Rasa lelah dan kantuk yang mereka rasakan di dalam perjalanan pesawat lebih dari 15 jam terbayar sudah.
Sungmin turun dari taxi dengan senyum antusias di wajah, tak jauh berbeda dengan Zhoumi. Pria itu tampaknya terpukau dan sedikit bersyukur telah mengambil kesempatan liburan kali ini. Mereka menginjakkan kaki di Maure Cafe de la Mosquee pagi itu. Sebuah kafe dengan konsep gardening yang teduh. Beberapa pelayan menyajikan teh mint dan sarapan manis ditemani oleh pemandangan sebuah pematang buah di kebun. Setelahnya, mereka berjalan-jalan di sekitar Jardin des Plantes, kebun raya tua di Paris yang terkenal akan keindahannya.
"Sepertinya kau terbiasa dengan semua ini. Apa kau juga mahir berbicara bahasa Prancis?" kata Zhoumi ketika berjalan di samping Sungmin.
"Pas vraiment. Je ne peux pas parler français couramment," ujar Sungmin, diikuti oleh gelak tawanya yang ringan saat melihat mulut Zhoumi menganga.
"Apa artinya?"
"Aku bilang aku tidak terlalu mahir berbicara bahasa Prancis," jawab Sungmin, masih dengan senyum geli di bibirnya yang melengkung indah.
"Kenapa kau mau ikut pergi liburan bersama orang yang tidak kau kenal?" tanya Zhoumi.
Sungmin mengerjap dan meletakkan kamera yang ia pakai untuk mengabadikan beberapa pemandangan taman sedari tadi. "Entahlah." Jawabannya sendiri terdengar ragu. "Mungkin karena wajah Donghae yang memelas. Dia bilang kau perlu liburan karena kau adalah tipe workaholic yang menyedihkan."
'Orang itu!'
"Me-mereka hanya bercanda. Aku tidak seperti yang mereka katakan," kata Zhoumi malu. "Aku hanya tidak terlalu suka berlibur terlalu lama."
"Tapi bukankah ini menyenangkan? Kau harus berlibur sesekali, seberapa sibuknya dirimu. Paris adalah kota yang indah. Kau pasti betah berada di sini," kata Sungmin. Ia mengambil sesuatu dari dalam tasnya, sebuah buku travel guide tebal bertuliskan tinta berwarna emas.
"Apa ada tempat yang ingin kau kunjungi?" Jemari lentik milik Sungmin mendarat di dagunya dan terlihat sedang berpikir. "Bagaimana kalau Arc de Triomphe? Itu monumen kebanggaan kota Paris, terletak di Place de l'Etoile. Tidak terlalu jauh dari sini. Kau mau?"
Zhoumi mengangguk-anggukkan kepalanya. "Aku ikut ke manapun kau pergi. Sebenarnya, aku benar-benar buta dengan kota Paris," akunya sambil tersenyum malu.
"Bagus. Kalau begitu tunggu apa lagi?" Sungmin berkata semangat dengan wajahnya yang sumringah. Ia meraih tangan Zhoumi dan menariknya. "Ayo!"
"T-tunggu aku!"
Zhoumi melihat punggung Sungmin yang berjalan di depannya dan tersenyum kecil ketika melihat tangannya dan tangan milik Sungmin yang saling bertaut. Udara di sekitar mereka terasa dingin, namun tidak dengan dadanya yang menghangat.
'Kupikir liburan ini memang menyenangkan.'
.
::::: ::::: :::::
.
Perjalanan di Arc de Triomphe sudah berakhir. Sungmin dan Zhoumi sampai di sebuah hotel yang telah direservasikan oleh Donghae sebelumnya dengan menempuh perjalanan selama kurang lebih setengah jam menggunakan metro bus.
"C'est votre clé de chambre. Y at-il autre chose que je peux aider?" (Ini kunci kamar Anda. Apa ada yang bisa saya bantu lagi?)
Room boy itu bertanya penuh sopan santun dan membalas senyuman kedua tamu di hadapannya.
"Non, je vous remercie. Mais je veux une bouteille de vin?" tanya Sungmin. (Tidak, terima kasih. Tapi apa aku bisa meminta sebotol wine?)
"Bien sûr, monsieur. Sera ensuite conduit à votre chambre." (Tentu, Tuan. Akan kami antar ke kamar Tuan segera.)
Zhoumi mendengarkan semua percakapan itu dan terkagum betapa cerdasnya Sungmin. Bila tidak berwajah oriental khas Asia, mungkin Zhoumi tidak akan mengira jika Sungmin adalah orang Korea karena pelafalan bahasa Prancis pria itu hampir terdengar sempurna di telinganya.
"Apa yang kau katakan tadi?" tanyanya usai Sungmin menyelesaikan prosedur check in dan berjalan ke arahnya.
"Aku meminta mereka mengirimkan wine untuk kita," ucap Sungmin.
"Wine?"
"Kau tidak suka? Kita membutuhkan minuman itu untuk membuat tubuh kita tetap hangat."
Sungmin membuka pintu kamar inap mereka dan meletakkan segala barang bawaannya, sementara Zhoumi? Pria kuper itu kembali mematung dengan mulut yang menganga, mengagumi seberapa indah desain arsitektur khas Eropa sebuah hotel kelas menengah yang ada di pusat kota Paris. Bintang tiga saja semewah ini, bagaimana dengan hotel bintang lima?
"Zhoumi ah, aku ingin mandi dulu. Kalau petugas room service datang, berikan tips padanya."
Dari balik pintu kamar mandi Zhoumi mendengar seruan Sungmin. Mendadak wajahnya memerah saat memikirkan hal-hal aneh yang mulai bermunculan di kepalanya.
Bukankah mereka akan melewati malam dengan tidur bersama?
Di kamar ini hanya ada sebuah ranjang berukuran king size. Bagaimana mereka akan berbagi tempat tidur?
Bukan masalah jika dirinya tidur bersama teman-teman pria lainnya. Zhoumi biasa tidur satu ranjang bersama Henry, Siwon, ataupun pria lain. Tetapi bersama Sungmin, pria berwajah imut nan manis itu? Memikirkannya saja membuat dada Zhoumi mendadak bergemuruh hebat.
Ia menyibakkan tirai jendela kamar hotel dan melihat gemerlap lampu malam kota Paris. Apa semua ini efek karena dirinya yang tengah berada di kota cinta?
.
'Cklek'
.
Bahkan ketika ia menoleh dan mendapati Sungmin yang baru saja selesai dari ritual mandinya, berdiri dengan kaos putih dan celana pendek serta rambut basah yang masih meneteskan butir-butir air, Zhoumi tahu. Malam ini akan menjadi malam yang sangat panjang baginya.
"Kau tidak mandi? Aku sudah menyiapkan air hangat untukmu," kata Sungmin lembut.
Semburat merah kembali menghiasi pipi Zhoumi. Kali ini lebih kentara dibandingkan sebelumnya.
'Kenapa liburan ini terasa seperti honeymoon? Argh, pabboya! Apa yang kupikirkan?!'
.
Yah, sepertinya malam ini akan menjadi malam yang panjang. How the next trip? We'll see it later...
.
.
.
To Be Continued
Bagaimana? Apa ingin dilanjut? ^_^
