***WARNING!***
Alur cerita sudah sangat umum.
Jadi, kalau tidak suka sebaiknya 'CLOSE' saja.
Mohon hargai usaha saya.
Terimakasih,
.
.
.
T.T.F
(Today, Tomorrow, Forever)
"Apa ada masa depan yang bisa ku lihat jika bersamamu?"
.
.
.
CHAPTER 1
"Separated"
.
.
.
"Maaf, Yeollie. Ini sudah tidak mungkin lagi. Kita putus saja..." ucap Baekhyun tanpa menatap lawan bicaranya. Entah kenapa rerumputan yang sedang diinjaknya saat itu terlihat lebih menarik dari pada pemuda jangkung yang berada didepannya.
"Hm. Aku mengerti." Jawab pemuda jangkung itu tanpa terdengar keraguan sedikitpun didalamnya. Bahkan saat ini ia malah mengeluarkan cengiran bodohnya-namun masih terlihat tampan seperti biasa. Benar-benar diluar dugaan!
"Hm, sepertinya sebentar lagi bel akan berbunyi. Sebaiknya kita segera kembali kekelas kalau tidak ingin mendengar ceramah Kim saem." ucap pemuda itu dengan cengiran yang masih menempel pada wajahnya sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan mulai berjalan melewati gadis mungil didepannya.
Merasa hanya dia sendiri saja yang berjalan, pemuda itu menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang lalu menatap Baekhyun yang masih tidak bergerak secenti pun dari tempatnya.
"Baekkie, apa kau tidak ingin kembali ke kelasmu?"
"..."
"Baek-"
"K-kau duluan saja." Potong Baekhyun tanpa berbalik dari tempatnya.
"Baiklah. Jangan terlalu lama disana. Aku pergi." Pemuda itu lalu pergi meninggalkan Baekhyun sendirian.
.
.
.
Cast:
Byun Baekyun (GS)
Park Chanyeol
.
.
.
~Baekhyun POV~
Musim panas ditingkat pertama highschool. Setelah berpacaran selama tiga bulan ternyata hubungan kami berakhir dengan mudahnya. Dia bahkan masih bisa mengeluarkan ekspesi itu dan tanpa beban masih memanggilku dengan sebutan itu –panggilan sayang kita saat masih berpacaran- setelah kami putus. Sebenarnya aku menyukainya saat dia masih memanggilku seperti itu. Tapi ekspresi itu...
Apa dia tidak merasa terluka sedikitpun saat aku memutuskannya?! Apa disini hanya aku saja yang terluka?! Berarti selama ini perasaanku hanyalah perasaan sepihak?!
"Hiks... hiks... aku benci dengan diriku yang lemah seperti ini... hiks... hiks... Ck! Park babo, aku membencimu... hiks... hiks.."
.
.
.
Semenjak kejadian saat itu, kami yang kebetulan tidak sekelas membuat kami tidak pernah bertemu lagi. Maklum saja, sekolah ini terbilang sekolah besar dan setiap tingkatnya terbagi dalam sepuluh kelas. Ada beberapa kelas-salah satunya kelas Chanyeol yang letaknya berada digedung sebelah timur sekolah bersama kelas anak tingkat dua, sedangkan kelasku berada digedung sebelah barat. Jadi, peluang kami untuk bertemu pun sangat kecil.
Saat naik ketingkat dua pun beruntung kami tidak sekelas dan jarak kelas kami juga semakin jauh walaupun harus berada disatu gedung. Aku di kelas XI-b dan dia di kelas XI-h. Setidaknya ini membuatku sangat lega karena sejujurnya aku...
"Masih belum bisa untuk melupakannya, eoh?!" tanya seorang gadis panda menyebalkan yang tiba-tiba saja sudah berada disampingku dan menangkap basah aku yang sedang mencari nama seseorang dipapan pengumuman. Sial!
"Ani!" jawabku ketus dan langsung pergi menjauhi induk panda itu.
"Baek, jangan meninggalkanku!" Teriaknya yang sepertinya langsung berlari atau bisa dikatakan berjalan cepat untuk mengejarku.
-Greb-
"Ck, akui saja nona Byunku yang pendek. Buktinya tadi kau masih saja mencari tahu dimana kelas tuan Park itu." goda Zitao-induk panda yang sudah merangkul pundakku dengan senyum menyebalkannya.
Yah, secepat apapun usahaku berjalan atau berlari untuk menghindarinya, Si induk panda ini sudah pasti bisa mengejarku dengan mudahnya karena tubuhnya yang dengan sialan ternyata sudah melebihiku beberapa centi itu membuat dua langkah besarku hanya menjadi satu langkah sedangnya.
Padahal baru beberapa hari yang lalu dia yang sering ku panggil dengan sebutan pendek, tapi kenyataannya sekarang akulah yang harus menerima dengan lapang dada untuk sering dipanggil pendek olehnya. Tsk! Benar-benar menyebalkan bukan?!
"Aku sudah melupakannya, panda jelek! Jadi bisakah bibir manismu itu diam dengan tenang kalau kau tak ingin ajakanku tadi batal?!"
"O-oow, sepertinya untuk saat ini aku harus menahan hasrat untuk menggodamu nona Byunku yang pendek." Ucapnya sambil menutup mulutnya dengan tangan yang tidak menggandengku. "Ah~ aku sudah tidak sabar untuk menerima asupan ice cream stroberryku, lalu setelah itu menggodamu lagi, eonnie." Celotehnya lagi dan langsung mendapat deathgrale dariku.
"Ck! Aku menyesal mempunyai sahabat sepertimu." ucapku kesal yang hanya mendapat cengiran darinya.
.
.
.
Aku akui, untuk bisa melupakan seseorang yang sempat atau bahkan masih menjadi yang terspesial adalah hal yang sangat sulit. Karena mau bagaimanapun 'dia' orang pertama yang mengenalkanku apa itu perasaan suka dan cinta. Apalagi saat itu aku memutuskannya bukan karena aku yang sudah bosan atau tidak menyukainya lagi. Tapi tidak mungkin aku terus mempertahankan perasaan yang ternyata hanyalah perasaan sepihak ini.
Beruntung saat ditingkat dua kegiatanku semakin banyak, mulai dari tugas-tugas sekolah sampai dengan kegiatan klub vokal yang ku ikuti. Dari kesibukkan-kesibukkan itulah waktu untuk memikirkan hal-hal lain semakin tidak ada dan membuatku lama-kelamaan mulai bisa melupakan 'dia' dan perasaan itu-mungkin.
Sampai tanpa terasa satu tahun telah berlalu dan saat ini aku sudah berada ditingkat akhir bersama dengan induk panda-Zitao yang masih setia menjadi sahabat terbaikku sampai sekarang. Yah, walaupun anak itu orang yang sangat manja, menyebalkan dan sering membuatku naik darah. Tapi, dibalik itu semua sebenarnya dia anak yang sangat baik, lucu, dan pengertian-kadang(?).
Seperti kebiasaan setiap tahun ajaran baru, saat ini aku dan Zitao sedang berada di depan papan pengumuman untuk melihat dimana kelas yang akan kita tempati selama satu tahun ditingkat akhir ini. Untung saja pagi ini masih sedikit siswa yang melihat pengumuman, jadi kita berdua bisa lebih leluasa dan tidak harus berdesak-desakan seperti tahun-tahun sebelumnya.
Yah, semoga saja aku tidak terpisah dengan anak itu-Zitao. Enam tahun berteman dan selalu sekelas, membuatku terbiasa dengan tingkah konyol dan menyebalkannya. Jadi aku tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya harus melewati satu tahun yang membosankan karena harus terpisah dari induk panda yang selalu bisa menghiburku dengan segala sikapnya. Termasuk sikap menyebalkannya.
~Baekhyun POV end~
"Ah~ nama kita kemana hilangnya? Kenapa tidak muncul-muncul juga?! Kenapa di kelas a sampai c nama kita belum muncul juga?! kenapa juga sekolah ini masih saja memakai cara kuno seperti ini? apa mereka tidak mengenal internet atau kemajuan teknologi modern lainnya? Mereka perlu disadarkan kalau siswa disekolah ini sudah tidak sedikit lagi?! Kita sekelas tidak ya?!" gerutu Zitao tanpa jeda sambil berkonsentrasi mencari namanya dan Baekhyun.
"Diamlah, aku pusing dari tadi mendengar gerutuanmu!" Balas Baekhyun yang berada disamping Zitao.
"Ck! Kalau begitu kenapa dari tadi kau terus menanggapi ucapanku?" gumam Zitao. "Ah~ aku sudah tidak tahan. Aku ingin ke kamar mandi dulu. Jangan lupa mencari namaku juga ya, Baek."
"Baek eonnie, babo! Begini-begini aku lebih tua darimu, panda!" Protes Baekhyun yang hanya mendapat teriakan Zitao yang sudah sedikit jauh darinya karena berlari.
"Kau bahkan lebih pendek dariku." Teriak Zitao.
"Dasar panda jelek!" Gumam Baekhyun yang melanjutkan kembali kegiatannya.
.
.
.
T.T.F
(Today, Tomorrow, Forever)
.
.
.
"Iya, mama... iya, tenang saja. Malam ini aku pasti akan datang." gerutu Zitao sambil keluar dari toilet.
"..."
"Percayalah padaku ma. Aku tidak berbohong kali ini."
"..."
"Sudahlah, aku sedang sibuk. Bye~"
-Pip- Tanpa memperdulikan ocehan mamanya diseberang sana, dengan kesal Zitao langsung memutuskan hubungan teleponnya.
"Ck! Kenapa juga nenek harus membuat perjanjian konyol seperti ini pada keluarga itu?! Mama dan papa juga, kenapa mendengarkan ucapan nenek?! Aaa, Aku benar-benar membenci mereka." gerutunya sambil menghentak-hentakkan kakinya dengan kesal.
-Triiing-
Ponsel Zitao berbunyi menandakan ada pesan masuk untuknya. Dengan malas ia mengambil ponsel yang berada disaku seragamnya. Tanpa harus melihat siapa pengirimnya pun dia sudah yakin seribu persen kalau pengirimnya adalah Huang Heechul-Mama tercintanya yang sangat cerewet itu dan...
Binggo!
Benarkan?!
Tanpa menghentikan langkahnya, dia membalas pesan tersebut dengan raut wajah yang ditekuk. Sejujurnya dia sangat malas untuk membalas pesan yang tidak penting-menurutnya. Tapi, dia tidak mau mengambil resiko yang harus membuat ponsel barunya rusak karena ulah mamanya yang akan terus menerornya sampai ia membalas pesan itu. *berdering dan bergetar terus menerus*
-Bugh-
-Prak-
Zitao hanya bisa melotot saat melihat ponselnya tergeletak lemah tak berdaya dilantai. Dalam hati dia menangisi whiteney-nama ponsel putih yang sangat ia sayangi itu dan merutuki orang menabraknya karena tidak memperhatikan jalannya dengan benar. Padahal dia sendiri juga melakukan hal yang sama dengan apa yang orang itu lakukuan. (-_-")
"Ah, Sorry!" ucap seseorang dengan suara bass miliknya.
Mendengar suara itu, Zitao tersadar dari kegiatan menangisi ponsel barunya dari dalam hati dan berniat akan memaki orang yang sudah menabraknya tadi. Tapi, saat ia mengalihkan pandangannya pada pemuda di depannya. Entah kenapa lidahnya seakan kelu untuk mengeluarkan kata-kata pedas pada pemuda di depannya ini.
Zitao terpesona pada pemuda yang sudah menabraknya tadi. Rahang yang terlihat tegas, bibir kecil tapi sedikit berisi, hidung mancung, alis yang tebal seperti angry bird dan mata coklat yang membuatnya terlihat semakin tampan.
Perfect!
Kata itulah yang terlintas dibenak Zitao pertama kali saat melihat pemuda di depannya. Apalagi pemuda ini lebih tinggi darinya, benar-benar pria ideal yang dia inginkan.
Tapi...
Wait!
Kenapa melihat pemuda ini membuatnya teringat pada seseorang?! seseorang yang sangat dibencinya. Tanpa menjawab apa-apa Zitao langsung mengambil ponsel miliknya yang terjatuh dan pergi begitu saja.
"Ada apa dengannya?!" Pemuda itu menatap heran kepergian Zitao. "Cantik-cantik tapi aneh." Gumamnya yang berjongkok untuk mengambil ponselnya.
Namun saat ia akan mengambil ponselnya, matanya menangkap suatu benda persegi panjang berwarna black gold terjatuh tidak jauh dari ponselnya berada. Ia mengambil ponsel dan benda persegi panjang itu lalu berdiri.
"Apa ini miliknya?" tanyanya pada dirinya sendiri. "Huang-Zi-Tao" Eja pemuda itu membaca benda persegi panjang yang ternyata adalah papan nama yang dimiliki setiap siswa. "Jadi nama gadis aneh itu Hua-" ucapannya terhenti sesaat menatap papan nama itu. "Hm, Sebuah kebetulan yang menarik."
"Yo, Kris! what's wrong?!" tegur pemuda jangkung tapi sedikit pendek darinya yang baru saja keluar dari kamar mandi.
Kris memasukkan papan nama itu disakunya dan menatap jengkel pada pemuda yang dengan seenak jidatnya memanggilnya tanpa ada embel-embel kata 'hyung' di dalamnya. Benar-benar sangat tidak sopan.
"Hyung bodoh, hyung! Harus berapa kali aku harus memperingatkanmu, eoh?!" Kris menjitak kesal pemuda itu.
"Hehehe, maaf, maaf." cengir pemuda itu sambil mengelus-elus kepalanya yang terkena jitakan sayang dari Kris. "Jadi pulangkan?"
"Aku berubah pikiran."
"Hm?!"
"Antarkan aku keruang kepala sekolah."
"Bukannya tadi kau bilang tidak setuju dengan rencana orangtuamu? Kenapa sekarang justru berubah pikiran?!"
"Sudahlah, jangan banyak tanya. Antarkan saja aku keruang kepala sekolah."
"Dasar orangtua plin-plan! Ya sudah, ayo..."
"Tunggu" ucapnya membuat pemuda disampingnya-Chanyeol yang sudah bersiap untuk berjalan, membatalkan langkah pertamanya.
"Ada apa lagi?!" tanya Chanyeol malas karena temannya yang satu ini benar-benar sangat merepotkan.
Tanpa menjawab pertanyaan Chanyeol, Kris menyisir rambut blondenya menjadi belah tengah, memakai kaca mata bundar dan memakai gigi palsu yang membuatnya sedikit susah untuk menutup mulutnya. Oh iya, tidak lupa dia juga mengancing seluruh kancing kemejanya dari yang terbawah sampai yang teratas. Sedangkan Chanyeol yang menjadi saksi bisu transformasi Kris hanya bisa terdiam dan menatap pemuda disampingnya dengan tatapan yang tidak dapat terbaca.
"Jangan menatapku seperti itu! Aku tahu gayaku benar-benar menjijikkan." Gerutu Kris yang sedikit kesusahan berbicara karena gigi palsunya yang sedikit maju.
"Pfft! Hahahahaha... gayamu benar-benar sangat 'WOW' hyung." Tawa Chanyeol menggelegar dan memberikan dua jempol kepada temannya. "Ternyata bibi Wu memang pandai membuat anaknya terlihat semakin tampan... hahahaha..." ledek Chanyeol.
"Jangan membuat keributan bodoh! Kalau ada yang mendengar ucapanmu bisa gawat." Kris menjitak Chanyeol yang membuatnya langsung terdiam.
"Hyung, berhentilah menjitakku. Kau mau membuatku menjadi bodoh?!" protes Chanyeol sambil mengelus-elus kepalanya.
"Tanpa harus ku jitak pun kau memang sudah bodoh dari lahir." Ucap Kris sambil sedikit mengangkat celananya. "Sudahlah, cepat antarkan aku keruang guru." Kris mendorong Chanyeol yang berada di depannya.
"Kau kejam sekali, hyung! Tapi untuk apa kau merubah gayamu? Bukankah kepala sekolah juga mengetahui rencana itu?"
"Hanya berjaga-jaga agar tidak ada yang curiga. Cepatlah! Aku masih memiliki urusan lain setelah ini."
"Iya... Iya... tapi sebelum itu.." Chanyeol menghentikan langkahnya dan membuat Kris juga otomatis menghentikan langkahnya dan menatap Chanyeol dengan tatapan bertanya.
"Apa boleh aku memfotomu hyung?" cengir Chanyeol.
"Mati saja kau, dobi!" teriak Kris pada Chanyeol yang sudah kabur duluan sebelum mendapat jitakan sayang lagi dari Kris.
.
.
.
Cast:
Huang Zi Tao (GS)
Wu Yi Fan/ Kris
Kim Heechul (GS)
.
.
.
-Teettt... Teeetttt... Teettt-
Bel tanda pelajaran keempat pun berbunyi. Seluruh siswa-siswi langsung memasuki kelas mereka masing-masing karena pelajaran ditahun pertama mereka itu segera akan dimulai.
Baekhyun dan Zitao yang saat itu beruntung karena sekelas lagi, juga segera memasuki kelas mereka dengan senang. Baekhyun yang sedang asik bercanda dengan Zitao saat memasuki kelasnya tiba-tiba terdiam ketika pandangannya bertemu dengan seseorang yang tidak ia sangka-sangka akan bertemu lagi setelah sekian lama sudah tidak pernah bertemu.
"Lho, Baekkie~" sapa seorang pemuda yang sedang asik bercengkrama dengan teman-teman sekelasnya.
"C-chanyeol..." gumam Baekhyun membuat Zitao langsung mengarahkan pandangannya kearah pandangan Baekhyun.
"Kita sekelas dengannya?!" gumam Zitao tidak percaya.
"Oh~ hai" sapa Chanyeol yang sudah berada didepan kedua gadis itu . "Hmmm... Huang Zitao kan?" tanya Chanyeol ragu menatap Zitao.
"E-eh?! H-hai.. i-iya, lama tak berjumpa Chanyeol-ssi." Balas Zitao sambil tersenyum kikuk. "Kenapa aku harus gugup? sialan." Rutuk Zitao dalam hati sambil melirik perubahan ekspresi Baekhyun yang hanya terdiam menatap Chanyeol.
"Hai Baekkie," Chanyeol tersenyum menatap Baekhyun. "Akhirnya kita sekelas juga. Apa ini tandanya kita berjodoh?" Cengir Chanyeol menggaruk tengkuknya."Mohon bantuannya untuk satu tahun ini, ne."
"Chanyeol, coba lihat ini!" panggil salah satu gadis yang sedari tadi sudah bersama Chanyeol.
Chanyeol menoleh pada gadis itu, "Iya tunggu sebentar."
Chanyeol lalu menatap Zitao dan Baekhyun. "Aku kesana dulu ya." ucapnya ramah sambil tersenyum lembut, yang menurut Zitao senyuman itu lebih tepatnya diberikan pada Baekhyun yang hanya terdiam sedari tadi.
Melihat Chanyeol sudah pergi, Zitao langsung menarik Baekhyun yang sedari tadi hanya bisa diam menuju ke bangku mereka.
"Aku tak menyangka kalau kita akan benar-benar sekelas dengannya." Ucap Zitao tidak percaya saat mereka sudah duduk di bangku mereka. "Baek, kau oke?" Zitao menatap Baekhyun khawatir.
"Tidak" geleng Baekhyun. "Aku merasa berantakan saat ini." Baekhyun menyandarkan kepalanya diatas meja.
Dengan tatapan penuh sayang Zitao mengelus pundak Baekhyun. Dia tahu bagaimana perasaannya Sahabatnya ini sekarang. Dia juga tahu bagaimana hancurnya sahabatnya saat kehilangan pemuda itu dan bagaimana sahabatnya berjuang mati-matian agar bisa bangkit dari keterpurukannya saat itu. Perasaan bersalah pun muncul didalam hati Zitao, bagaimanapun juga ini semua terjadi karena dia. Andai saja waktu itu dia tidak mendukung sahabatnya untuk mengaku kepada pemuda itu pasti kondisinya tidak akan sama seperti saat ini.
"Kau tahu, Hyeri habis mendapat hadiah dari kekasihnya." Minah menunjukkan gelang yang sedang dipakai Hyeri.
"Woah, gelangmu sangat cantik." puji Chanyeol.
"Kalian semua tidak akan mengenalnya. Dia salah satu partner kerja Appaku. Seorang pengusaha muda." Ucap Hyeri malu-malu. "Tapi apa gelang ini cocok untukku? Karena menurutku ini terlalu berlebihan."
"Tenang saja, gelang itu sangat cocok denganmu." Jawab Chanyeol dan mendapat anggukan dari teman-temannya.
"Benarkah?"
"Jadi kau tak percaya pada kami?!" Minah menggandeng pundak Hyeri memasang wajah tersingungnya.
"Terimakasih." Hyeri tersenyum malu-malu pada kelima temannya yang berada disekelilingnya saat itu.
Pintu kelas pun terbuka menampakkan seorang guru yang mereka yakini akan menjadi wali kelas mereka untuk ditahun terakhir ini. Mengetahui hal itu seluruh siswa-siswi dikelas itu langsung duduk dibangku mereka masing-masing. Pelajaran ditahun pertama dan hari pertama sekolah pun dimulai.
.
.
.
TBC
Gomawo sudah membaca FF ini (^^,)
Kalau ingin review untuk kasih saran silahkan, kritik juga silahkan.
Tapi, mohon pakai tata bahasa yang sopan ya ^^
