"Hei, kudengar nanti malam, Kiseki no Sedai akan beraksi lagi."
"Oh ya? Kali ini siapa yang mereka targetkan?"
"Entahlah, kalau tidak salah, mereka menargetkan salah satu cafe yang ada di daerah bar milik Toyoshima-san."
"Itu cafe terkenal, 'kan?"
"Memangnya mereka pernah tidak menargetkan tempat yang terkenal?"
Such A Story
Disclaimer :
Kuroko no Basuke (c) Tadatoshi Fujimaki
Such A Story (c) Aoko Himawari
OCs (c) Aoko Himawari
Enjoy!
"Hey, Kuroko Tetsuya! Apa-apaan kau malah melamun di sini?!" Seorang laki-laki paruh baya melemparkan sebuah pukulan kencang pada seorang pemuda berparas lemah. "Kau itu berguna untuk mencari uang, bukan dicarikan uang, anak durhaka!"
"Ma-maafkan aku, otou-san." Cicitan kecil pemuda tersebut membalas.
"Kalau kau merasa bersalah, jalankan kaki tidak bergunamu itu, dan carilah uang, bodoh." Laki-laki paruh baya itu menarik tubuh sang pemuda bernama Kuroko Tetsuya itu agar berdiri dan kemudian mendorong tubuh ringkih pemuda itu.
Bulan sudah bersinar terang di atas sana, sedangkan Kuroko masih harus menjalankan kaki kurusnya ke arah sebuah cafe. Pekerjaannya sebagai penghibur di cafe tersebutlah yang memaksanya untuk masih melakukan aktifitas kala orang-orang sudah beristirahat, tertidur di kasur mereka yang empuk.
Seperti biasanya, cafe itu masih tetap ramai. Kuroko melewati orang-orang yang ada di dalamnya dengan tubuh kecilnya itu. Tak lama, ia sudah sampai di depan pintu bertuliskan 'STAFF'. Ia mengetuk pintu kayu itu kemudian membukanya perlahan.
Melaporkan kehadirannya malam itu kepada sang pemilik, ia kembali ke luar dan menaiki panggung besar yang ada di bagian depan cafe tersebut. Perlahan, pemain piano memulai permainannya sedangkan Kuroko mengikuti nada dan melengkapinya dengan melantunkan suara merdunya. Sejak ia terlahir, ia sudah direstui dengan bakat menyanyi, dan hal itu idak akan ia sia-siakan begitu saja jika ia dapat menghasilkan uang bagi orangtua asuhnya.
Direstui dengan bakat yang baik tidak berarti hidupnya akan baik pula, 14 tahun yang lalu saat ia mendapat kesempatan untuk merasakan dunia, ibunya membuangnya ke depan sebuah panti asuhan kecil yang tidak terawat dengan kertas bertuliskan 'Kuroko Tetsuya'. Untuk sementara, ia dirawat di panti asuhan tersebut sebelum akhirnya ia diambil oleh sepasang suami istri yang tidak mempunyai anak. Namun, sungguh sedih nasibnya. Selain bakat menyanyi dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga, ia tidak dapat melakukan apapun. Tubuhnya yang kecil dan ringkih juga tidak menyimpan stamina yang besar. Ia jadi sering disiksa oleh ayah dan ibu asuhnya. Nama yang ia sandang pun tetap Kuroko Tetsuya atas keinginannya sendiri juga keputusan orangtua asuhnya.
Bahkan bakat yang didapatkannya kemudian dimanfaatkan secara tidak adil oleh sang orangtua asuh. Ia dipaksa menjadi penggelut dunia malam namun ditolak oleh pemilik tempat dimana ia mendaftarkan dirinya, dan sekarang ia bekerja di sebuah kafe malam. Setidaknya bakatnya sekarang dapat membuahkan hasil dan membuat orangtuanya sedikit lebih baik.
Malam ini pun ia kembali melakukan pekerjaan yang sebenarnya tidak seharusnya dikerjakan oleh seorang anak berumur 14 tahun. Ia bernyanyi dengan suaranya yang banyak disukai oleh orang-orang di kota kecil tersebut. Salah satu kafe malam yang terkenal di sana.
Nyanyian terus berkumandang, suara gelas-gelas kaca yang masih berdentingan, aroma-aroma alkohol menyengat yang menguar di udara. Semua masih berjalan seperti biasanya.
Hingga tiba-tiba suara pecahan kaca mengundang perhatian semua manusia yang berada di dalamnya. Berpasang-pasang mata bergerak memandang ke arah kaca yang pecah. Sedangkan lima orang berdiri dengan angkuh di sana.
"Kami datang untuk mengambil Kuroko Tetsuya dari sini."
Salah seorang dari kelima orang tersebut mengeluarkan titah dengan arogansi dalam nadanya. Sedangkan pasangan-pasangan mata yang tadi ada pada eksistensi mereka kemudian berpindah melihat pada pemuda kecil yang badannya gemetar sekarang. Terlihat ketakutan dan kebingungan ada pada wajahnya yang datar, apalagi dia adalah orang yang bersangkutan secara langsung pada situasi ini. Mau tak mau, walau wajahnya masih datar, kegugupan mulai memasuki roman mukanya.
Tidak ada yang berani bergerak. Semua tahu siapa kelima orang yang sedang berdiri di ambang jendela malam itu.
Kiseki no Sedai.
A/N:
Author kembali! Ini baru permulaan dan prolog jadi words juga masih sedikit. Author mau membuat sebuah cerita multichapter dan doakan supaya berakhir dengan ending yang baik dan ga stop di tengah kaya 'Sixth Sense'.
Mohon maaf untuk typo.
Mind to review the fic?
Finished by Aoko Himawari [05.07.14]
