Get Ready

Someone POV

Kulangkahkan kakiku menuju sebuah kantor polisi yang cukup mewah.

Ya, kantor polisi pusat kota Seoul. Aku memulai karirku di sini setelah menempuh akademi polisi hanya selama 3 tahun karena nilaiku selalu di atas rata-rata.

Kutatap bangunan kokoh bertantai 12 itu dari jarak 15 meter dari gedung tersebut.

"Yosh, semangat!" ucapku lantang sambing mengepalkan tanganku menghadap langit sekaligus mendapatkan tatapan cukup sinis dari para polisi yang lalu lalang.

Mereka terus menerus memperhatikanku.

Mungkin karena penampilanku.

Tapi aku tidak masalah dengan penampilanku, aku nyaman dengan penampilan seperti ini.

Kulangkahkan kakiku menuju reseptionist dan menyebutkan sebuah nama yang mengundangku ke sini.

Lee Minho, seorang agen rahasia yang menyuruhku untuk datang ke sini.

Kusebutkan nama itu dan aku langsung disuruh ke lantai tertinggi bangunan ini karena MinHo hyung merupakan seorang petinggi di sini.

Aku langsung menuju ke lantai atas untuk bertemu hyung yang sudah aku kenal dari kecil itu.

Kuketuk pintu berwarna coklat yang ada di depanku sebelum semua orang yang ada di lantai itu menatapku dengan risih.

Aku masuk ke ruangan itu setelah dipersilahkan.

"Ah, kamu rupanya," ucap Minho Hyung sambil berdiri dari kursinya dan menjabat tanganku.

Kami mengobrol banyak dan obrolan berakhir saat waktu menunjukan makan siang. Minho hyung mengajakku untuk makan siang bersamanya. Aku mengiyakan ajakan tersebut.

Aku keluar terlebih dahulu dari ruangan Minho hyung, hendak pergi ke toilet yang terpisah dengan ruangan tersebut yang berjarak sekitar 20 meter.

Setelah ke toilet, saat aku hendak kembali ke arah ruangan Minho hyung, seseorang dengan tubuh tinggi tegap berjalan di depanku tetapi naas, seseorang yang membawa kopi di belakangku oleng dan menumpahkan kopi panasnya di punggungku sementara aku menabrak orang di depanku dengan poniku yang tersangkut di kancing baju kemeja warna birunya.

"Ya!" teriaknya saat aku menubruknya. Aku hendak melepaskan poniku tapi tidak bisa.

"Cepat lepaskan rambutmu yang panjang tidak terurus itu dari depanku! Menyusahkan saja" ucap orang itu sambil menggeram.

"Aku tidak mau bajuku rusak karena ulahmu. Aku harus bertemu klien siang ini," ucapnya keras.

Aku tidak suka orang berbicara keras padaku. Bahkan orang tuaku tidak pernah melakukan itu kepadaku.

Aku langsung melirik meja yang berada di sebelahku. Cutter dengan panjang 10 cm ada di atas meja berwarna kayu muda itu.

Aku ambil cutter itu, dan aku arahkan ke poniku yang mengundang kekagetan orang yang ada di depanku.

Dia langsung mengambil cutter itu, "Apa yang mau kamu lakukan hah!?" ucapnya dengan nada yang masih tinggi.

Aku menggeram tidak suka. Aku ambil cutter itu yang siletnya sudah keluar dari pelindungnya. Mengenai telapak tanganku.

Dia terkejut. Dia tetap menarik cutter itu sampai akhirnya ada goresan panjang pada telapak tanganku.

Darah langsung keluar dari luka itu dan menetes ke lantai dengan lapis karpet tipis berwarna biru tua itu.

"Diamlah!" pekikku karena dia tidak bisa berhenti menarik cutterku dan tidak peduli lukaku sudah mengangga.

Aku rampas kasar cutter itu ketika dia menyadari telapak tanganku sudah penuh dengan darah.

Aku berdecih. Ini akan sulit melakukannya. Bajunya bisa terkena noda darahku.

Aku robek baju bawahku dan aku lilitkan pada telapak tanganku yang terluka.

Orang yang ada di ruangan itu hanya menatapku dan pemuda yang ada di depanku.

Setelah aku mengikatkan bajuku yang robek pada telapak tanganku, aku langsung memotong poniku yang tersangkut di kancing kemejanya dengan cutter .

Poniku terlepas dari kancingnya. Hampir seluruh bagian kanan poniku aku potong sampai melewati mataku.

Aku bersihkan poniku yang masih menempel pada kancing bajunya dengan tangan kiriku yang tidak terluka.

Tak lama aku melihat Minho hyung keluar dari ruangannya dan aku mendongak.

Minho hyung melihat poniku yang hancur dan melihat darahku menetes langsung menuju ke arahku dan pemuda yang ada di depanku.

"Ada apa ini?" tanyanya sambil menarik tanganku yang terluka. Aku meringis karena Minho hyung menariknya dengan kasar.

"Ada apa ini Jung Yunho?" tanya Minho hyung kepada pemuda yang ada di depanku.

Aku hanya menatap pemuda itu. Wajahnya terlihat jelas karena mata bagian kananku tidak terhalang poniku. Sudah lama aku tidak melihat seperti ini. Mata musangnya yang menghipnotisku. Wajahnya yang kecil, bibirnya yang berbentuk hati, hidungnya yang mancung, kulitnya yang berwarna coklat, dan tahi lalat yang bertengger di bibir atas sebelah kirinya.

Sungguh tampan.

Someone POV END

Yunho POV

Kutatap darahnya yang mengalir di tangan kanannya. Sepertinya pendarahannya dalam. Tapi tidak ada setetes noda darahpun ada di kemejaku dan celanaku, bahkan di sepatukupun tidak. Dia mengarahkan tangan kanannya membelakangiku. Menagkupkannya agar tidak menetes ke lantai.

Apa yang aku lakukan? Aku melukainya. Aku kaget saat dia mengarahkan cutter itu tepat ke dadaku. Tapi ternyata dia memotong poninya sendiri.

Aku tatap mata doe yang menatap ke arah mataku. Matanya begitu indah. Bisa kulihat hidungnya yang mancung dan bibir ranumnya yang merekah merah serta kulit putihnya yang indah.

Tapi matanya. Matanya sendu. Seakan kosong.

Aku perhatikan terus tangannya yang mengeluarkan darah.

Saat Minho hyung menarik tangannya yang berdarah, dia meringgis kesakitan.

Bajunya juga robek untuk menutupi lukanya.

"Maaf hyung, ini salahku," ucapnya dengan lirih sambil meremas tangan kirinya. Menahan sakit?
"Apa yang terjadi?" tanya Minho hyung yang menatap kami berdua.

"Tadi—," saat aku mencoba menjelaskan, namja itu langsung memotong ucapanku.

"Ini semua karena kecerobohanku hyung. Maafkan aku," ucapnya sambil menunduk.

"Baiklah kalau kamu tidak ingin mengatakannya. Kita obati lukamu terlebih dahulu," ucap Minho hyung sambil menariknya.

Tapi dia meringis kesakitan saat dia beranjak dari tempat itu. Ada noda kopi pada baju di belakangnya.

"Apakah itu luka tersiram kopi panas?" tanyaku memberanikan diri menanyakan hal itu kepadanya.

"Jaejoong, apa betul itu terkena kopi panas?" tanya Minho hyung. Namanya ternyata Jaejoong.

Jaejoong terdiam. Tak lama dia mengangguk tetapi langsung menarik tangan Minho hyung untuk beranjak dari sana dengan tangan kirinya.

Apa yang aku lakukan?

Aku meneriakinya, membuat tangannya terluka, dan tidak tahu kalau dia mempunyai luka yang lain.

Aku mengusap kasar wajahku. Aku tidak mau moodku hancur saat aku menyelidiki kasus pembunuhan nanti, bisa-bisa semuanya salah selidik.

Aku tatap noda darah yang ada di karpet warna biru tua di depanku. Darah yang menetes cukup banyak juga.

Ah, aku harus pergi menemui klienku sekarang.

.

Yunho POV end

.

Jaejoong dan Minho sudah mengobati luka Jaejoong. Minho menatap dongsaengnya yang baru lulus akademiknya seminggu yang lalu.

Jaejoong hanya duduk terdiam saat hyungnya menatapnya dengan intens.

"Wae hyung?" tanya Jaejoong yang masih menunduk karena takut dengan mata tajam dari hyung yang dia anggap seperti hyungnya sendiri itu.

"Cantik. Ah tidak, maksudnya tampan," ucap Minho dengan terus menatap Jaejoong yang penampilannya sudah berubah.

Poni panjang yang menutupi matanya kini tidak ada sehingga doe eyes itu keduanya terlihat indah. Hidung mancungnya jadi makin terlihat jelas. Kulit putihnya kini terekspos jelas, bahkan para yeoja pun kalah dengan warna kulit dari Jaejoong. Kulitnya putih bersih dan lembut seperti susu. Rambutnya yang sepanjang tengkuk membuat lehernya terlihat sexy.

"Hyung, aku risih dengan penampilan seperti ini," ucapnya sambil memilin baju v neck berwarna biru lautnya yang baru dibelinya tadi.

"Sudahlah. Kejadian itu sudah lama Jaejoong. Jangan takut lagi. Lagipula kamu sekarang sudah berada di dalam kepolisian. Jadi jangan takut karena kami akan melindungimu," ucap Minho yang membuat tubuh Jaejoong menegang karena kaget. Memori kelam itu kembali berputar dalam ingatannya.

"Ne hyung," ucapnya lirih sambil melepas pilinannya pada kaus V neck miliknya.

Keduanya terdiam. Minho mendesah pelan. Bagaimana dia bisa membicarakan masalah itu kembali sementara Jaejoong sudah menutupnya rapat-rapat.

"Jja, kita pulang, sudah malam," ucap Minho yang mendapatkan anggukan dari Jaejoong.

Saat mereka berdiri, tiba-tiba ponsel Minho berbunyi, "Ya, hallo Kapten Lee?"

'Minho-ah, kami membutuhkan bantuanmu di sini. Yunho terkena tembakan pada lengannya. Kami sedang mengepung pelaku pembunuhan yang terjadi kemarin. Dia berusaha lari!'

"Arraseo. Aku akan ke sana," ucap Minho sambil memutus sambungan, "Jaejoong, pulang lah terlebih dahulu. Aku ada urusan sebentar."

"Baik hyung," Jaejoong menurut dan berpisah dengan hyungnya itu.

Jaejoong berjalan ke rumahnya yang bisa dibilang cukup jauh dari jalan utama tetapi rumahnya cukup besar.

Dia berjalan sambil mendengarkan lagu-lagu kesukaannya.

Di lain pihak, Minho sedang mengejar pembunuh yang berusaha kabur. Mereka berlarian di jalanan, tidak memperdulikan rasa lelah karena terus berlari. Yunho dan Kapten Lee juga ikut di dalam pengejaran.

Mereka menelusuri jalan yang kira-kira 15 km jauhnya. Mereka pertama mengejarnya dengan mobil tetapi kemudian pembunuh itu menaruh mobilnya di pinggir jalan dan kemudian berlari.

Pembunuh itu sekarang melewati komplek pemukiman rumah Jaejoong, hanya berbeda satu gang dengan Jaejoong.

Jaejoong yang menyetel musiknya dengan keras tidak menyadari pembunuh yang berjalan ke arahnya dari arah belakangnya.

Pembunuh yang melihat Jaejoong langsung menyergapnya dan menodongkan pisau ke lehernya.

Jaejoong yang kaget langsung meronta. Dia melepaskan headset yang ada di telinganya.

"Mau apa kau!?" pekik Jaejoong sambil berusaha melepaskan cengkraman pembunuh dengan kulit coklat dan kantung mata yang besar. Rambutnya yang ikal menutupi kulitnya sampai sebahu.

"Diam kau atau akan aku tusuk-tusuk tubuhmu!" teriak pembunuh itu.

Minho, Yunho, dan Kapten Lee kaget melihat Jaejoong yang disandera.

"Lepaskan dia!" teriak Minho sambil menodongkan pistolnya ke arah pembunuh itu.

"Tembak saja, akan aku jadikan dia sebagai tameng," ucap pembunuh itu.

"Hyung," ucap Jaejoong lirih. Memori kelam di dalam ingatannya kembali berputar.

Seketika itu juga, mereka membeku, mereka hanya memperhatikan gerak-gerik pembunuh itu saja.

Yunho mengeluarkan senjatanya dan mengarahkan kepada pembunuh itu.

"Lepaskan dia," ucap Yunho geram.

Kembali, pembunuh itu mengeratkan cengkramannya pada Jaejoong sampai membuat pemuda itu meringis kesakitan.

Jaejoong memberikan tatapan sayu kepada Minho, dia benar-benar merasa kesakitan.

Sampai akhirnya tubuh Jaejoong melemas dan merosot ke bawah sehingga membuat pembunuh itu panik.

Minho yang melihat itu langsung menembak bahu pembunuh itu dan meringkusnya sementara Yunho mendatangi Jaejoong.

Jaejoong yang terjatuh karena adegan pingsan kemudian berdiri dan membersihkan debu di bajunya.

Yunho yang melihat itu hanya melongo.

"Bukankah kamu pingsan?" tanya Yunho masih melongo.

"Tidak. Aku hanya pura-pura. Setelah aku mengirimkan sinyal akan berpura-pura pingsan ke Minho hyung, aku langsung berpura-pura pingsan," ucap Jaejoong memegang tangannya yang dicengkeram cukup kuat tadi.

"Kerja bagus," ucap Minho sambil mengacak rambut dongsaengnya itu, "gwaenchana?"

Jaejoong mengangguk. Hanya sedikit perih di lengannya.

Jaejoong tersenyum. dia memang sempat mengingat memori kelam masa lalunya, tetapi itu ditepis olehnya dan bisa memikirkan cara agar bisa keluar dari cengkraman pembunuh itu.

"Kapten Lee, ini Jaejoong yang aku ceritakan padamu," ucap Minho yang membuat Yunho kaget. Dia tidak menyangka orang di depannya ini adalah Jaejoong yang tadi menabraknya. Pasalnya Jaejoong berubah.

"Ah, hallo Jaejoong. Senang bertemu denganmu," ucap Kapten Lee sambilmengulurkan tangannya dan disambut dengan hangat oleh Jaejoong.

"Aku juga Kapten Lee."

"Yunho, apa kamu sudah berkenalan dengan Jaejoong?" tanya Kapten Lee.

"mm belum secara resmi," ucap Yunho gugup. Jaejoong terlihat cantik sekarang.

Jaejoong mengulurkan tangannya dan disambut oleh Yunho dengan sedikit gugup.

"Kim Jaejoong imnida. Kamu?"

"Jung Yunho imnida." Yunho sedikit gugup ketika mendengar suara merdu Jaejoong. Terpesona?

"Aku harap kalian bisa bekerjasama dengan baik," ucap Kapten Lee yang mendapat anggukan dari Yunho dan Jaejoong.

"Mohon bantuannya," ucap keduanya bersamaan.

Apa kasus-kasus yang akan mereka hadapi selanjutnya?

.

TBC.

Hello Cassie ^^ saya membawa ff baru. Semoga kalian suka.

Saya mohon maaf atas typo di ff ini dan ff sebelumnya.

Mind to review ^^

Thanks for reading and reviewing ^^

See you and Always Keep The Faith Forever.