Sex Dreams

Chapter 1

Author : Lady Ze

Tittle : Sex Dreams

Main Cast :

Jung Yunho

Kim Jaejoong

Warning : Genderswitch for Uke, NC – 18

Summary :

Kim Jaejoong berharap dia tidak bercinta dengan Yunho hanya dimimpi liarnya saja.


"Ahh..."

Yunho menciumku, melumat dan menggoda bibirku.

Aku tersentak ke belakang ketika merasakan sengatan listrik yang ditimbulkan oleh tangan Yunho yang meremas payudaraku.

"Yunho..." Aku mengerang ketika Yunho menyusuri rahangku terus ke bawah mengikuti denyut nadiku hingga bibirnya melumat puting payudaraku yang sudah mengeras. Lidahnya memutar memainkan puting payudaraku yang sudah memerah dan mengeras sementara tangannya melakukan gerakan yang sama di payudaraku yang lainnya. Gigi Yunho menggesek puting payudaraku, membuatku melengkungkan punggungku.

"Jaejoong..." Napas Yunho semakin memburu, gairahnya bangkit tanpa bisa dikendalikan lagi. Yunho mengulurkan tangannya ke bawah, menyusuri pahaku, membuatku mendesah dan mengerang memohon kepadanya.

TOK

TOK

TOK

Suara ketukan pintu yang kuat mengagetkanku. Aku langsung terduduk di tempat tidurku. Oh sial ! Aku bermimpi lagi. Kuraba celana dalamku dan sempurna, basah.

"Jaejoong, cepat bangun ! Kita bisa telat !" Junsu berteriak dengan nyaring dari luar.

"Ya, Junsu. Tunggu sebentar !" balasku. Aku langsung menuju kamar mandi, membersihkan diriku dengan cepat. Kemudian memakai pakaian kerjaku, kemeja putih dengan blazer hitam dan rok pendek di atas lutut yang memiliki belahan di samping paha sebelah kanan menjadi pilihanku kali ini. Aku mengikat rambutku yang berwarna coklat kemerahan menyerupai buntut kuda.

"Perfect." gumamku memuji diriku sendiri.

"Cepat, Jaejoong !" Junsu kembali berteriak dari luar. Dengan cepat aku mengoleskan lipgloss dibibirku, membuat bibirku menjadi lebih berkilau.

"Mianhe, Junsu. Aku telat lagi." kataku kepada Junsu yang sedang sarapan bersama pacarnya.

Junsu memutar bola matanya kesal kepadaku. "Ini bukan yang pertama kalinya. Sarapan dulu, baru kita pergi kerja."

"Ya."

Junsu adalah teman sekamarku dan juga teman kerjaku. Kami seumuran. Aku bertemu dengan Junsu setahun yang lalu ketika kami sama-sama melamar pekerjaan di Hotel Hilton. Kami sama-sama diterima disana, dan kami memutuskan untuk tinggal bersama di sebuah apartement kecil. Dengan begitu, aku bisa menghemat uang karena hanya membayar setengah sewa apartement ini dan setengahnya adalah Junsu.

"Yoochun, kudengar kamu naik jabatan. Selamat ya." ucapku kepada Yoochun, dia adalah namja berjidat lebar pacarnya Junsu. Dia juga berkerja di Hotel Hilton kurang lebih sudah lima tahun lamanya, begitu yang diceritakan oleh Junsu.

"Gomawo, Jaejoong."

"Jadi sekarang kamu memiliki bawahan, eoh ?"

Yoochun terkekeh karena aku menggodanya. "Ya, jabatanku hanya manajer bagian keuangan. Bawahanku hanya lima orang, tidak sebanyak bawahannya Tuan Jung."

Aku langsung diam ketika Yoochun menyebut Tuan Jung. Aku tahu dia menyindirku lewat ucapannya tadi.

"Yah, ayo kita pergi kerja." kata Junsu kemudian, dia menggulung rambut pirangnya ke atas. Tidak sepertiku, Junsu menyukai warna-warna cerah, hari ini dia memakai blazer berwarna pink dan rok berwarna biru. Aku sangat yakin Yoochun ingin sekali meremas pantat Junsu yang terbentuk sempurna karena rok ketatnya itu.

"Jangan coba-coba, Park Yoochun." Aku akhirnya bisa membalas sindiran Yoochun tadi. Dia hanya menyeringai melihatku.

Seperti biasa, kami pegi kerja bertiga dengan mobil Lancer putih kesayangan Yoochun.

"Yoochun, apa kamu tidak berpikiran tinggal bersama Junsu ?" tanyaku iseng kepada Yoochun.

Yoochun melihatku dari kaca spion. "Bolehkah ?"

Aku melirik Junsu yang sudah menoleh ke belakang, melihatku dengan tatapan memohon. Oh sial. "Terserah." Terima kasih kepada aku dan mulut besarku.

"Ah ! Benarkah, Jaejoong ?" tanya Junsu lagi meyakinkanku.

"Ya, terserah." gumamku.

"Ya ampun, Jaejoong, kamu seperti bisa membaca pikiranku saja. Sebenarnya sudah lama aku ingin meminta izin kepadamu, kamu tahu sendiri, jarak rumah Yoochun dan apartement kita cukup jauh. Aku kasihan kepadanya yang harus melewati hotel dulu untuk menjemput kita, lalu kembali ke hotel."

Telingaku serasa berdengung mendengar penjelasan panjang dari mulut Junsu. Walaupun sebagian perkataannya benar, rumah Yoochun dekat dengan hotel, tapi ia harus melewatinya dulu menuju apartementku dan Junsu yang cukup jauh dari hotel.

"Tapi lebih baik Yoochun menyewa apartement saja dekat apartement kita."

"Tidak ! Siapa yang akan mengurusku nanti."

"Bukankah selama ini di rumahmu kamu mengurus dirimu sendiri, huh ?"

"Tidak, ummaku selalu memperhatikanku." jawab Yoochun.

"Oh, ternyata Manajer Park Yoochun seorang anak mama ? Tidak kusangka." Aku tersenyum puas menyindir Yoochun.

"Ya ! Tidak usah menggodanya terus, Jaejoong !"

"Ups, mianhe." jawabku sambil mengangkat kedua pundakku.

"Jadi, kamu mengizinkanku, Jaejoong ?"

Aku diam sebentar, ini semua karena mulut besarku. "Ya, aku mengizinkanmu. Asal kalian tidak bercinta ketika aku ada di apartement. Bila aku mendengar suarah desahan Junsu atau kamu, aku akan mendobrak pintu kamar Junsu dan memfoto kalian, lalu akan kusebarkan ke seluruh karyawan hotel."

Junsu dan Yoochun sama-sama terkejut. Jangan disangka aku tidak tahu kalau kalian sering bercinta.

"Ka…kami tidak begitu…" kata Junsu gugup.

"Oh ya ? Lalu kenapa aku menemukan sekotak kondom di laci lemari pakaianmu, Junsu ?"

Aku terkekeh melihat Junsu menundukkan kepalanya sambil menutup wajahnya yang sudah memerah karena malu.

"Kau membuat Junsu-ku malu, Jaejoong. Bercinta itu hal yang wajar di usia seperti kami. Tidak sepertimu, sudah berusia dua puluh tahun tapi masih perawan."

"Sialan !" Aku langsung memukul bahu sebelah kanan Yoochun.

"Oh, padahal aku hanya asal bicara. Jadi benar kamu masih pe-ra-wan ?"

Aku langsung diam. Aku heran kenapa Yoochun selalu saja bisa membalas perkataanku yang termasuk tajam ini. "Bukan urusanmu !"

Yoochun langsung tertawa cukup nyaring. Dan sialnya, aku bisa melihat Junsu yang ikut-ikut tertawa.

"Sudahlah, Yoochun. Jaejoong pernah bercinta dengan Jung Yunho."

"Dalam mimpinya…hahaha…"

Aku menahan amarahku yang bercampur malu. Mereka berdua terus saja mengolokku karena kejadian waktu itu, aku masturbasi di kamar mandi dan aku lupa mengunci pintunya. Junsu membuka pintu kamar mandi dan nama Jung Yunho juga keluar begitu saja. Sial !

"Kenapa diam, Nona Kim ? Kehabisan kata-kata ?"

"Yoochun, aku akan membunuhmu !" kataku dengan geram.


Setelah menempuh perjalanan tiga puluh menit, akhirnya kami sampai. Aku langsung turun tanpa memperdulikan Junsu dan Yoochun. Dengan sengaja aku membanting pintu mobil Yoochun dengan kuat.

"Ya ! Jaejoong !"

Aku tidak peduli Yoochun berteriak kepadaku, sambil berjalan aku merapikan pakaian kerjaku dan rambutku. Hari lain di Hotel Hilton telah dimulai.

"Selaamt pagi, Nona Kim."

"Selamat pagi." balasku kepada office boy yang membuka pintu untukku. Aku menyeringai ketika dia memperhatikan kaki putihku.

"Selamat pagi, Tuan Jung."

DEG

Jantungku langsung berdetak dengan cepat. Perlahan aku menyingkir ke samping memberinya jalan.

"Pagi." ucapnya dengan suara berat yang membuatku merinding. Dan senyumannya sungguh membuatku menjadi patung di tempatku berdiri.

"Pa…pagi, Tuan Jung." balasku kemudian membungkukkan badan memberi hormat kepadanya yang memiliki kuasa lebih besar dariku.

Hanya mencium parfumnya yang masih tertinggal, mampu membuat gairahku meningkat. Astaga…kamu memiliki pengaruh yang sangat besar kepadaku, dari awal kita bertemu.

Ini bermula dari satu tahun yang lalu, ketika aku melamar di Hotel Hilton ini. Tuan Jung saat itu mewawancaraiku. Bohong bila aku tidak terpesona kepadanya, bahkan aku mengakui aku mencintainya dari pertama kali melihatnya. Hei, bahkan aku sering bermimpi bercinta dengannya.

"Jaejoong ! Apa yang kamu lakukan ?"

"Hah ? Junsu ?" Aku seperti orang yang kehilangan arah saat ini.

"Ya Tuhan, Jaejoong. Ayo cepat ke ruangan kita."

Junsu menarikku yang masih dalam keadaan setengah sadar. Hanya dengan melihatnya, mendengar suaranya, mencium bau parfumnya, aku bisa melenyapkan amarahku tadi. Junsu dan Yoochun harus berterima kasih kepada Tuan Jung.

Aku menghempaskan tubuhku kepada kursi kerjaku. Pikiranku masih melayang ke senyuman Tuan Jung tadi. Bibirnya yang tebal, apa rasanya bila menyentuh bibirku.

"Ya ! Jaejoong ! Ada apa dengan tanganmu, eoh !" Junsu menegurku. Dan aku langsung melihat kemana arah tanganku, ternyata jari-jariku menyentuh bibirku tanpa sadar.

"Menghayal Jung Yunho lagi, eoh ?" kali ini Junsu berbisik kepadaku. Dia mendorong kursinya merapat ke kursi ku.

"Tidak."

"Kau berbohong, Jaejoong. Aku tahu itu. Hei, apa dia benar-benar membuatmu terangsang ?" Junsu kembali berbisik kepadaku.

Aku menatap Junsu dengan tajam. "Diamlah, Junsu, ini masih di kantor. Kembalilah ke meja kerjamu." jawabku sambil mengerang.

"Oke, jam istirahat kamu harus menjawab pertanyaanku."

Junsu dengan kursi kerja berodanya kembali ke meja kerjanya yang terletak di sampingku. Dan kami kembali fokus berkerja. Oh ya, aku dan Junsu berkerja di bagian yang berbeda. Aku berkerja sebagai staff HRD dan dia staff Administrasi.

"Hei, Junsu, sebentar lagi gajian. Suruh Yoochun untuk mentraktir kita, hitung-hitung perayaan kenaikan jabatannya. Gajinya sekarang naik." kataku kepada Junsu.

"Iya, nanti aku sampaikan. Berapa gajinya sekarang ?" tanya Junsu yang sepertinya penasaran.

Aku tersenyum kepada Junsu. "Rahasia." jawabku.

Junsu mendengus kesal kepadaku. "Curang, kamu tahu berapa gajinya tapi aku yang berstatus pacarnya tidak."

"Itu sudah menjadi perkerjaanku, Junsu."

"Yah, kamu pelit sekali, Jaejoong. Bila aku tahu, aku bisa meminta ditraktir di restoran mahal."

"Kamu tahu sendiri peraturan hotel ini, Junsu. Aku dilarang memberitahu gaji karyawan kepada orang lain, nanti akan terjadi kecemburuan sosial. Sudah ya, aku takut salah menghitung gaji bila kamu terus mengajakku bicara."

Aku langsung kembali fokus kepada pekerjaanku. Beginilah pekerjaanku bila mendekati masa-masa gajian, menghitung gaji setiap karyawan. Untung saja sistem komputer sekarang lebih canggih.

Tiba-tiba suara telepon membuyarkan fokusku.

"Selamat pagi, Hotel Hilton dengan Kim Jaejoong. Ada yang bisa saya bantu ?"

"Selamat pagi Nona Kim. Saya Cho Kyuhyun, sekretaris Tuan Jung. Tuan Jung ingin bertemu dengan anda, apa anda bisa ?"

Jantungku kembali berdetak dengan cepat. Untuk apa Tuan Jung yang terhormat ingin bertemu denganku.

"Ya, saya bisa. Kapan ?" tanyaku dengan suara yang mungkin terdengar sumbang.

"Sekarang, bisa ?"

"Baiklah, aku bisa."

"Oke, terima kasih. Akan saya sampaikan kepada Tuan Jung."

"Iya."

Aku menutup gagang telepon dengan pelan. Aku masih berusaha menormalkan detak jantungku yang sudah menggila. Ingin sekali rasanya aku berteriak senyaring mungkin.

"Junsu." Aku berbisik kepada Junsu, dan itu membuat Junsu kaget karena aku sudah berada di sampingnya.

"Ada apa ?"

"Tuan Jung ingin menemuiku."

"Ya, temui saja."

Aku memukul pundaknya cukup kuat.

"Akh ! Itu sakit, Jaejoong."

"Aku harus bagaimana, Junsu." erangku

"Apanya yang bagaimana ? Temui saja. Cepat datang ke ruangannya, jangan biarkan dia menunggumu."

Aku berdiri dari kursi kerjaku, aku mengambil cermin Junsu yang berbentuk persegi. Melihat wajahku, kemudian mengambil lipgloss milik Junsu dan mengoleskannya di bibirku.

"Ya ampun, Jaejoong. Kau tidak diajak kencan olehnya, tidak usah berlebihan."

"Penampilan itu nomor satu, Junsu." kataku.

"Kamu sudah cantik, Jaejoong."

"Ya, aku tahu itu." Aku mencium pipi Junsu. Lalu aku segera menuju ruangan Tuan Jung.

Oke, Jaejoong, bernapas dengan normal. Aku langsung masuk ke dalam lift, ruangannya terletak dua lantai di atas ruanganku, lantai tiga puluh, ruangan teratas dari hotel ini.

Suara lift berbunyi, lantai tiga puluh, langkahku menjadi berat ketika menyusuri lorong. Ini kedua kalinya aku ke ruangannya, pertama saat wawancara dan kedua saat ini.

"Permisi, Nona Cho. Saya Kim Jaejoong." ucapku kepada sekretaris Tuan Jung yang meneleponku tadi. Bila dilihat, pakaian kerjanya termasuk mahal, high heel-nya hitam mengkilat dan penataan rambutnya bagus. Tidak bisa dibandingkan denganku yang membeli pakaian kerja di katalog murah dan high heel yang didiskon. Padahal ruang kerja kami hanya berjarak dua lantai, tapi kenapa perbedaan kami terlihat sangat jauh. Yah, mungkin karena jabatan yang membedakannya.

"Nona Kim, silahkan ikut saya." Suara sekretaris berambut gelombang ini mengalihkanku dari kegiatanku yang menilai penampilannya. Dia tersenyum kepadaku dan menyuruhku untuk mengikutinya kesana, ke ruangan Tuan Jung.

"Permisi, Tuan Jung. Nona Kim sudah datang." Kata sekretaris tadi dan mempersilahkanku masuk dan duduk di sofa berwarna hitam pekat.

Langkahku menjadi berat lagi, aku langsung duduk dengan tubuh tegap, tanganku berada di atas pahaku.

"Ya, terima kasih." Suara beratnya kembali mendominasi pikiranku. Suara berat yang pasti akan menggairahkan bila mendesah.

"Baik, saya permisi dulu." kata sekretaris tadi.

Aku berkedip ketika pintu ruangan ini tertutup. Jantungku kembali berdetak kali ini sangat cepat ribuan kali.

"Tidak usah terlalu tegang, Nona Kim."

Aku lebih menegakkan dudukku ketika ia sudah duduk di depannku.

"Panggil saya Jaejoong saja, Tuan Jung."

"Oh, baiklah, Jaejoong. Apa anda tahu kenapa saya memanggil anda ke ruangan ini ?"

Hanya dengan menyebut namaku, aku merasakan libido-ku meningkat seketika. Apa anda akan mengajarkan saya caranya bercinta, Tuan ?

"Saya tidak tahu. Nona Cho Kyuhyun tidak memberi tahu saya, Tuan Jung."

"Ya, saya memang tidak memberi tahu dia, Jaejoong. Pekerjaan anda saat ini sebagai staff HRD ?"

"Ya, Tuan." jawabku dengan singkat. Andai dia tahu bahwa daritadi aku tidak fokus dengan yang dia ucapkan, aku terlalu fokus dengan khayalanku akan bercinta dengan dia.

Dia berdehem, aku kembali membetulkan posisi dudukku.

"Sebenarnya, saya memiliki dua orang sekretaris, Kim Heechul dan Cho Kyuhyun. Kim Heechul adalah sekretaris utama saya yang bertugas mengatur seluruh jadwal saya, mengikuti saya berkunjung ke perusahaan-perusahaan lain dan menemani saya keluar kota atau ke luar negeri. Dan, Cho Kyuhyun adalah sekretaris kedua yang bertugas membantu saya untuk urusan Hotel Hilton ini." ucapnya dengan tegas.

Aku mengerutkan keningku. Aku tidak mengerti maksudnya menjelaskan hal itu kepadaku.

"Biar saya permudah, Jaejoong. Kim Heechul membantu saya untuk kegiatan di luar hotel dan Cho Kyuhyun membantu saya untuk kegiatan di dalam hotel. Mengerti ?" terangnya lagi kepadaku. Sepertinya dia mengerti bahwa aku bingung.

"Ya, saya mengerti, Tuan Jung."

"Kim Heechul saat ini sedang cuti selama dua minggu, dia cuti untuk menikah. Karena itu, tidak ada yang membantu saya untuk kegiatan di luar hotel."

Jadi maksudnya ? Dia memintaku menggantikan Kim Heechul ?

"Jadi, saya ingin anda menggantikan Kim Heechul selama dua minggu. Apa anda bersedia, Nona Kim Jaejoong ?"

"Ti...tidak mungkin..." gumamku pelan tanpa sadar.

"Ya ? Anda berbicara sesuatu, Jaejoong ?" tanyanya.

"A...apakah harus, Tuan ?" Aku mulai berkeringat, dapat kurasa keringatku berjalan di pelipisku.

"Tentu saja. Saya rasa hanya anda yang cocok. Tuan Park Yoochun yang merekomendasikan anda kepada saya. Saya juga sudah membaca biodata diri anda. Menurut saya prestasi kerja anda sangat bagus dalam waktu satu tahun, jadi saya tidak meragukan anda, Nona Kim."

Aku menelan ludah dengan gugup. Rasanya aku ingin berlari sekarang menuju ruangan namja berjidat lebar itu dan membunuhnya.

Aku merubah posisi dudukku, kini aku menyilangkan kakiku dengan kaki kanan berada di atas kaki kiriku. "Mulai kapan saya berkerja, Tuan ?"

"Apa bisa hari ini ?"

"Oh, maaf, Tuan Jung. Saya harus menyelesaikan masalah gaji karyawan dulu."

"Benar-benar karyawan yang bertanggung jawab. Baiklah, selesaikan dulu hari ini jadi besok anda sudah bisa menggantikan Kim Heechul. Apa bisa ?"

Dia memberikanku waktu satu hari. Satu sifatnya bisa kupelajari, namja ini menyukai karyawan yang cepat. Apa ketika bercinta dia akan bergerak dengan cepat juga ?

Aku menggeleng-gelengkan kepalaku, aku ingin menghentikan kebodohan otakku saat ini juga.

"Kamu tidak bisa, Jaejoong ?" tanyanya kepadaku.

"Ti...tidak, saya bisa, Tuan." jawabku dengan cepat.

"Oke, silahkan kembali ke ruangan anda."

"Ya, permisi, Tuan Jung Yunho."

Aku membungkuk lalu dengan langkah agak cepat keluar dari ruangannya. Aku mengambil napas panjang ketika berada di luar ruangannya. Aku memegang dadaku yang masih berdebar-debar.

"Sudah selesai, Nona Kim ?" tanya sekretaris tadi mengagetkanku.

"Ya, Nona Cho. Saya permisi dulu."


"Bagaimana, Jaejoong ? Ada apa ?" tanya Junsu ketika melihatku sudah kembali ke ruangan kerjaku.

"Nanti saja, Junsu. Aku harus menyelesaikan gaji karyawan hari ini juga."

"Wae ? Apa kamu dipecat ?"

"Tidak, sst...jangan menggangguku dulu, Junsu." kataku dengan geram.

Aku kembali fokus kepada kerjaanku walaupun aku masih teringat dengan jelas suaranya yang begitu berat dan sensual. "Yunho..." Aku mendesahkan namanya.

"Bisakah kamu berhenti menyebut namanya seperti itu, Jaejoong ? Demi Tuhan, ini masih di kantor."

Aku pura-pura tidak mendengar ucapan Junsu, aku sendiri tidak menyangka bisa menyebut namanya. Walaupun aku sering menyebutnya, di dalam mimpiku, di kegiatan panasku dengannya. Bagus, aku merasakan hawa panas menjalar ke seluruh tubuhku, aku perlu ke toilet.

"Mau kemana, Jaejoong ?"

"Toilet."

"Jangan bertindak aneh disana." ucap Junsu sambil menyeringai.

"Aku tidak peduli !"


To be continued.

Berniat untuk review ?

Bagaimana dengan FF ini ? Apa pantas dilanjutkan atau tidak ? Gomawo ~

-ZE-