Feeling

Disclamer :Naruto by Masashi Kishimoto

Elsword& Elsword Indonesia by KoG & Netmarbel

Feeling by Kudo Widya-chan Edogawa

Character : Haruno Sakura & Uchiha Sasuke

Genre : Romance/ Hurt/Comfort

Rate :T

Warning : OOC , typo or miss typo yang bertebaran, AU(Alternate Universe), Istilah game online, nama-nama karakter beserta jobnya sajalah yang kupakai, dll. Sakura POV.

". . . . . ." = normal story

". . . . . . . ." = flashback

Summary : Kenapa? Kenapa aku menangis? Apa yang terjadi padaku? Airmata ini kenapa tidak bisa berhenti? Dadaku tiba-tiba sesak, ada apa ini? Kenapa begitu menyesakkan? Aku tak boleh sedih! Aku harus tegar, tak boleh egois.

A/N: wah" mungkin ini kali kedua-nya aku membuat fic atas dasar game online lagi :3 #lirik fic "When I really want to meet you-Detective Conan"

Oh lupa satu hal, alangkah baiknya jika kalian baca istilah ini ya agar kalian mengerti ceritanya

Istilah game =

Patch : Upgrade game online ke versi terbaru

Nickname : nama untuk karakter yang digunakan

Add – Master Mind: tingkatan tertinggi sebuah karakter di Elsword yang dimiliki oleh karakter laki" bernama Add #bisa dilihat di Elsword wiki

Eve – Code Battle Seraph : tingkatan tertinggi sebuah karakter di Elsword yang dimiliki oleh karakter perempuan bernama Eve #bisa dilihat di Elsword wiki

Couple : sistem dimana avatar laki-laki bisa berpasangan dengan avatar perempuan dan sebaliknya

Elsword : nama game online dengan genre petualangan

Dungeon : tempat dimana berkumpulnya beberapa monster dalam satu tempat

Boss Dungeon : raja (yg punya level tertinggi) dalam dungeon

Sparta : menyerang dari jarak yang sangat dekat

Skill : kemampuan untuk menyerang musuh baik dari dekat maupun jauh

Auto Party : system dimana mencari orang lain secara otomatis untuk memasuki sebuah dungeon.

Guild : Perserikatan untuk para pemain untuk bergabung dalam perkumpulan sesama pemain lainnya. Biasanya membahas seputar game tersebut atau sekedar bercengkrama dengan pemain lainnya.

.

.

Hope you like this. :D

.

.

.

Happy Reading…..

.

.

Hmhmhm… Aaah menyenangkan juga ya disaat semua orang sedang pergi seperti ini. Tou-san dan Kaa-san pergi selama seminggu untuk menghadiri acara keluarga. Yaaah berhubung aku ada perkuliahan setiap hari –kecuali hari minggu, jadinya aku tidak bisa ikut. Hanya kumpul-kumpul biasa pastinya dan membahas apa yang tidak kuketahui dan aku terlalu malas untuk mencari tau.

Aaaaah lumayan saat ini aku bisa bersantai karena tiba-tiba dosen tidak ada, jadinya kelas di liburkan. Oh indahnya hari. Aku jadi bisa berbenah rumah dan khususnya kamarku bersama sepupuku, Ino.

Oh ya aku memiliki sepupu jauh dari ibuku. Namanya Yamanaka Ino. Yaaah saat ini dia berada di rumahku karena berkuliah di universitas cukup terkemuka di tempatku tinggal. Sebenarnya aku dan dia satu universitas, tapi kami berbeda jurusan. Aku di Akuntansi, dia di Tata Busana. Jadinya saat ini aku benar-benar sendiri dirumah hari ini.

"Aaaah setelah membereskan rumah terutama kamarku dari kertas-kertas rasanya lumayan enak." Gumamku sambil merebahkan diriku diatas kasur milik Ino. Karna aku tidur dengan dia, otomatis orangtuaku membelikan kasur bertingkat untuk kami berdua dan berhubung Ino itu tidurnya tidak bisa diam, jadinya akulah yang harus diatas. Hufft menyebalkan sekali tapi mau bagaimana lagi?

"Oh iya aku lupa harus patch game hari ini." Pekikku kaget dan langsung terbangun dari kasur milik Ino. Oh ya disela-sela aku sedang senggang atau jenuh dengan tugas-tugas yang kumiliki, biasanya aku bermain game untuk menghilangkan kejenuhanku. Dan baru ada dua game online yang kumainkan, sebenarnya yang satu sudah ditutup oleh server game itu sendiri. Padahal aku suka sekali dengan game itu karena aku bisa bernyanyi sepuasku. Dan yang satu lagi aku memainkannya saat aku kelas 3 SMA sampai aku di semester 4 ini adalah game dengan genre petualangan. Disana terdapat pilihan kemampuan seperti pengguna pedang, sihir, panah, laser, pistol, tombak. Sebenarnya karakter-karakter game itu memiliki nama yang sudah di tentukan oleh pihak game itu sendiri, tapi tetap bisa menggunakan nama yang kita mau untuk karakter yang akan dipakai.

"Huuuft. . . Apakah hari ini Sasuke-nii main ya? Sudah 3 bulan ini aku tidak melihatnya bermain game ini." Gumamku sambil melihat layar laptopku yang sedang update bagian-bagian untuk game online ini. Melihatnya saja membuatku sebal menunggu, sepertinya patch kali ini lumayan besar mengingat ada beberapa tambahan sepertinya.

Aku juga sebenarnya agak sedih mengingat Sasuke-nii sudah cukup lama tidak main game lagi. Terakhir kali bermain itu 3 bulan lalu. Entah kenapa rasanya Sasuke-nii makin jauh. Aku tidak tau penyebab pastinya tapi entah perasaanku mengatakan jika ada sesuatu yang pasti membuatku berhasil gelisah seperti ini.

Oh ya, aku belum memberitahu ya? Sasuke-nii –lebih lengkapnya Uchiha Sasuke, dia adalah orang yang kutemui dalam game online petualangan ini. Karakter yang dia pakai adalah Add – MasterMind dengan nickname 'Chidori'. Aku menggunakan karakter Eve – Code Battle Seraph dengan nickname yang sama dengan namaku, Sakura.

Aku mengenal Sasuke-nii selama 2 tahun ini, dan dia adalah couple-ku dalam game itu. Dialah yang melindungiku di game itu, aku benar-benar tidak tau apa-apa soal game 2D seperti Elsword ini. Dia dengan sabar mengajariku tentang semua hal yang ada di game ini. Mengingatnya membuatku merasa ada desiran di dadaku. Perasaan sesak namun nyaman ini telah menemaniku selama 2 tahun ini.

Yaaah, aku memang menyukainya, aaah tidak mungkin mencintainya mungkin lebih sedikit masuk akal. Dan aku ingat pertemuan pertamaku dengannya 1,5 tahun yang lalu.

.

.

"Sasuke-nii?" Chatku dengannya dalam game. Saat ini aku sedang istirahat untuk melemaskan jari-jariku karena menekan tombol-tombol dalam keyboard milikku saat melawan monster dalam Dungeon.

"Ya, Saku?"

"Sasuke-nii di Tokyo bagian selatan kan? Aku boleh ga main ke tempat Sasuke-nii?"

"Hn? Kenapa?"

"Soalnya kita udah main 4 bulan bersama dan ternyata Nii-san di wilayah itu. Bolehkah aku main ketempat Nii-san?"

"Hn, tapi kau tidak apa? Maksudku kau ingin bertemu denganku?"

"Iya. Bolehkah? Aku ingin bertemu Sasuke-nii. Aku ingin tau Nii-san, kumohon boleh ya? Sebentar lagi liburan semester 1 hampir berakhir. Aku ingin berlibur. Lagipula kata Nii-san aku harus belajar menggunakan karakter ini." Chatku lagi agak panjang. Oh ayolah masa aku harus menghabiskan sisa beberapa hari kedepan tanpa pergi kemanapun?

"Hm? Kau mau kapan kita ketemu?"

"Terserah, asal jangan senin, aku sudah masuk itu hehehehe XD."

"Ah, iya ya. Bagaimana kalo sabtu ini? Aku tidak ada pekerjaan sih."

"Aaah benarkah? Oke kalau begitu hari sabtu." Balasku padanya. Oh ya ampun rasanya menyenangkan sekali bisa bertemu Sasuke-nii.

"Ya. Oh ya kau masih mau lanjut dungeon apa udahan?"

"Aaah, lanjut! Aku ingin membuat perhitungan dengan Bos Dungeon itu. Enak saja membuatku mati tadi!"

"Lagipula kau juga salah sih. Sudah tau ada peringatan menjauh tidak menjauh, malah Sparta sendiri."

"Abisnya enak menyerangnya dari dekat Sasuke-nii."

"Memang sih karakter milikmu itu bisa saja Sparta, tapi jauh lebih aman jika kau di belakang dan gunakan skill dengan jarak aman saja."

"Iya maaf deh Sasuke-nii."

"Hn. Baiklah, ayo!" Chatnya dan langsung mendapat Auto Party dan mendapat pesan singkat oleh system apakah akan memasuki dungeon atau tidak. Aku langsung mengklik pilihan 'Yes' pada layar.

"Ya." Balasku sebelum benar-benar masuk ke dungeon. Loading game pun mulai berjalan dan kulihat sejenak ke samping dan melihat Ino sudah tertidur setelah bertelepon ria dengan pacarnya yang ada dikampus yang sama denganku dan Ino, Shimura Sai.

Aku hanya menghela nafas sejenak, yaaah aku tidak bisa langsung menceritakan padanya kalau aku akan ketemuan dengan Sasuke-nii. Besok akan kuceritakan dan minta pendapatnya apa yang harus kulakukan hari Sabtu nanti.

.

.

.

Tak terasa sudah hari Sabtu dimana hari ini aku sudah janjian dengan Sasuke-nii kalau akan ketemuan dengannya. Aku pun tak lupa membawa laptop kesayanganku untuk nantinya bermain bersamanya.

Aku pun memeluk erat tas milikku yang berada di pangkuanku. Kurasakan kereta mulai berjalan, yaaah akhirnya aku bisa bertemu orang yang bermain game online, ini seperti mimpi saja. Walau cuma Sasuke-nii saja yang kutemui tak masalah. Pasti menyenangkan juga walau hanya berdua saja. Kalau anggota Guild banyak yang tinggal di sekitar Tokyo, mungkin bisa bikin pertemuan kecil-kecilan ya?

Sepertinya handphoneku berbunyi tanda pemberitahuan masuk. Cepat-cepat kubuka tasku dan mengambil handphone milikku. Kulihat ada pesan WhatsApp dari Sasuke-nii. Aku langsung membukanya dengan cepat.

"Sakura? Kau sudah jalan?" Pesan Sasuke-nii padaku. Jantungku serasa berdegup kencang tidak tau kenapa. Aaah aneh sekali rasanya. Baru kali ini aku merasakan perasaan ini selama 2 bulan mengenal Sasuke-nii. Aku langsung mengetik balasan dengan cepat.

"Sudah Sasuke-nii. Bisa kan hari ini?" Balasku penuh harap. Aku berharap bisa sepuasnya bermain dengannya. Dia juga janji akan mengantarku pulang kalau main dengannya sampai hampir malam. Untung aku sudah ijin ke Tou-san dan Kaa-san kalau aku akan pulang malam.

Kurasakan handphone milikku bergetar kembali dan ternyata ada balasan cepat dari Sasuke-nii. Aku langsung memulai chat dengannya.

"Oke. Kau sudah sarapan?"

"Udah, tadi sebelum berangkat Kaa-san menyuruhku sarapan dulu."

"Baguslah. Nanti kau berhenti di stasiun mana?"

"Hmm, Stasiun xxxx Sasuke-nii. Soalnya itu dekat dengan tempat Nii-san."

"Baiklah, kalau sudah hampir sampai, hubungin ya."

"Ya." Balasku dengan emoticon senyum. Kulihat handphone milikku tidak bergetar lagi, sepertinya Sasuke-nii sedang bersiap-siap mungkin, hihihihi. . . .

Kumasukkan handphone milikku ke tas lagi dan memandang keluar jendela kereta. Beberapa sawah, pemukiman, dan jalan raya terlihat saat kereta ini melaju. Aku makin bersemangat dan kurasakan degupan jantungku makin kencang, tak sabar untuk bertemu Sasuke-nii.

.

.

Tak terasa aku sudah sampai di stasiun yang kupakai untuk janjian dengan Sasuke-nii. Sebelum aku sampai, aku sudah mengirimkan pesan ke dia kalau aku akan sampai di stasiun yang dekat dari tempatnya tinggal sekarang ini.

Kulirik jam di tanganku sudah menunjukkan angka 10. Uukkh kalau tadi tidak lama transit kereta mungkin jam setengah 10 aku sudah sampai sini. Kugenggam erat handphone pemberian orangtuaku saat ulangtahunku yang ke-18. Aku menunggu dengan cemas, aku sangat takut jika Sasuke-nii tidak datang. Pikiran negatif terus berkecamuk di kepalaku. Ya ampun enyahlah pikiran negatif. Aku terus memandang jalanan dan berharap bisa melihat Sasuke-nii datang. Aku tidak tau sih wajah sebenarnya bagaimana persisnya. Di jejaring social miliknya dia memasang foto dirinya dengan temannya berambut kuning cerah dan memiliki mata biru langit yang indah. Sedangkan dirinya berambut emo style dark blue dengan mata obsidian. Aku juga menggunakan foto asliku dan pastinya Sasuke-nii bisa menemukanku dengan mudah karena warna rambut yang kumiliki sejak kecil, warna yang sangat langka dan merupakan warisan dari Tou-san, soft pink.

Kulihat sekelilingku banyak orang-orang berlalu lalangdi stasiun ini. Kurasa banyak orang yang bepergian untuk menghabiskan akhir pekan bersama orang-orang yang disayangi. Aku terus menatap jam tangan milikku, sudah hampir setengah jam aku menunggu kehadirannya disini. Namun tidak ada tanda-tanda akan kehadirannya.

~Drrt~

Koko ni aru no wa kimi ga ima made

Eranda michi no

Kotaetachi yo hora jishin motte susumeba ii

Kurasakan handphoneku berdering tanda panggilan masuk. Cepat-cepat kubuka handphoneku dan kulihat sebuah nama yang tertera 'Sasuke-nii Elsword calling'. Langsung ku tekan tombol hijau menandakan aku mengangkat teleponnya.

"Ha, Hallo?" Ucapku gugup, pasalnya ini kali pertama aku di telepon oleh Sasuke-nii.

"Hallo, Saku. Maaf aku tadi terjebak macet. Kau masih di stasiun kan?" Ucapnya yang bisa kudengar ada nada khawatirnya.

"I, iya Sasuke-nii aku masih disini kok." Ucapku terbata-bata. Oh ya ampun kenapa suaraku seperti ini sih?

"Baiklah tunggu aku sebentar lagi kesana."

"Iya, aku tunggu Sasuke-nii." Ucapku yang langsung diputuskan sepihak olehnya. Aku hanya menghela nafas untuk menghilangkan kegugupanku. Ya ampun aku benar-benar gugup sekarang.

"Lagi nunggu pacarnya ya?" Sebuah suara dari samping mengagetkanku. Aku langsung menoleh ke asal suara.

"Bu, bukan pak. Dia temanku."

"Hallo." Ucap seseorang tepat di depanku saat aku menjawab pertanyaan paman yang tak kuketahui.

Sejenak aku tertegun dengan sosok yang ada di hadapanku. Sosoknya berambut dark blue dengan style emo –eeer, mungkin lebih tepatnya mirip bokong ayam ya? – dan mata obsidiannya yang legam benar-benar membuatku tertegun di tempat. Jantungku berpacu dengan sangat cepat. Sungguh sangat berbeda sekali dengan foto yang ada di media social miliknya.

"Kau Sakura kan?" Tanyanya yang sukses membuatku tersadar.

"I, iya. Kau Sasuke-nii kan?"

"Hn."

"A, aah, kalau begitu perkenalan dulu. Aku Sakura, Haruno Sakura." Kataku sambil mengulurkan tanganku.

"Sasuke, Uchiha Sasuke." Ucapnya sambil menjabat tanganku.

"Ayo." Ajaknya padaku dan kami pun berjalan menjauhi tempat dimana aku menunggunya tadi. Kurasakan handphoneku bergetar dan ada pesan dari Ino yang menanyakan saat ini aku sudah bertemu dengan Sasuke-nii atau belum.

Aku mengetik balasannya namun aku tidak sigap saat seseorang menyenggolku dan membuat handphoneku terjatuh dan terpecah bagian-bagiannya. Aku langsung panik dan berjongkok untuk mengambilnya. Kulihat tangan Sasuke-nii membantuku mengambil baterai dan flip handphoneku. Uukkh rasanya aku benar-benar malu sekarang. Aku benar-benar payah sekali sih.

"Nih, hati-hati lain kali jangan main hp sambil jalan." Ucapnya padaku dan aku langsung memasangnya dan mencoba menyalakannya. Berharap handphone milikku ini menyala.

"Ma, maaf tadi ada pesan dari saudaraku yang menanyakan aku sudah bertemu Nii-san atau belum." Ucapku tanpa memandangnya. Selain aku masih gugup, aku juga takut jika handphone milikkuini akan rusak mengingat parah juga sampai tercecer begitu.

"Kau bisa membalasnya nanti di dalam mobil. Bagaimana apa bisa nyala?" Tanyanya sambil melihat kearah handphoneku yang mulai proses booting. Aku melihat dengan harap-harap cemas dengan nasib hanphoneku, aku benar-benar takut sekarang. Tapi rasa takutku langsung lenyap saat melihatnya bisa menyala, tak ada kerusakan berarti –hmm, ga bisa dibilang berarti sih karena cashing depan handphone milikku agak retak dan aaahh aku sepertinya harus membeli cashing baru tak lupa beli pelindungnya juga lama-lama.

"Baguslah sudah menyala. Kau simpan hp-mu dulu. Ayo." Ajaknya mulai berjalan lagi. Aku langsung memasukkan hanphoneku ke saku jeansku dan berlari kecil menyusul Sasuke-nii yang berjalan lebih dulu.

.

.

Aku langsung masuk dalam mobil miliknya di bagian depan dekat pengemudi dan dia menduduki bangku kemudi. Aku langsung memasang safebelt dan melirik kearahnya. Kulihat dia menaruh handphone miliknya di dekat pemindah gigi. Kulihat seperti Map GPS? Hah? Apa tadi dia lama selain macet itu mencari-cari stasiun tadi ya?

"Katamu mau membalas pesan saudaramu." Ucapnya membuatku menatapnya. Pandanganku langsung menuju matanya. Hijau dan Hitam, hmmm. . . aku benar-benar tertegun sekarang.

Namun aku langsung cepat-cepat menyadarkan diriku dan mengambil handphone di saku jeansku. Kuketik dengan cepat dan langsung aku mengirimnya. Saat kurasa pesanku sudah terkirim, aku memasukkan handphoneku ke saku lagi. Aku dan Sasuke-nii yang berfokus dengan jalanan yang macet –oh ayolah baru juga beberapa meter berjalan sudah ada kemacetan. Benar-benar ibukota Jepang ini, macet in everywhere.

"Maaf ya tadi aku agak menyasar saat mencari stasiunnya." Ucapnya membuka obrolan padaku.

"Aaah, tidak apa Nii-san. Yang penting Sasuke-nii sudah mau menjemputkudan aku sangat senang." Ucapku sambil menatapnya dengan senyuman yang kumiliki. Setidaknya aku sekarang lega karena akhirnya aku bisa bertemu dengan orang yang ingin ku temui.

"Hn, baiklah. Setelah ini kita mau kemana?" Tanyanya sambil menjalankan perlahan mobil yang dia kemudikan. Aku berpikir sejenak, sepertinya ada yang mengganjal pikiranku. Aaah. . . iya!

"Hmm, bolehkah kita ke toko buku sebentar? Aku ingin membeli peralatan tulis untuk kuliah." Kataku sambil cemas, takut dia tidak menyetujuinnya. Dia sejenak melirikku dan memelankan kecepatan mobilnya karena ada lampu merah tak jauh di depan sana.

"Baiklah. Kita ke mall xxxx saja ya? Disana kalau tidak salah ada toko bukunya." Ucapnya sambil membuka aplikasi Map GPS miliknya. Sepertinya dia sedang melihat rute yang bisa kami lalui tanpa kemacetan –kurasa.

"Iya, aku ikut saja dengan Sasuke-nii, soalnya aku kan tidak terlalu tau daerah sini." Kataku dengan senyum lebar.

"Ahaha, baiklah." Katanya sambil menancapkan gas dan melaju di jalanan yang penuh akan kendaraan melintas.

.

.

Banyak hal yang kita bicarakan saat perjalanan menuju mall yang dimaksud Sasuke-nii. Dari hal-hal seputar game Elsword, teman-teman guild,seputar perkuliahanku, dll. Dan aku mengetahui beberapa hal yang membuatku tercengang. Sasuke-nii ini sudah S2 di sebuah universitas tersohor di Jepang. Tak hanya itu S1 yang dia raih juga di universitas yang tak kalah bagus saat dia mengambil S2 miliknya. Tapi dari kedua gelarnya itu aku sedikit bingung. S1 dia mengambi jurusan Arsitektur, yang S2 dia mengambil Kriminologi. Dan taukah kalian dia membuat Tesis dengan judul 'Arsitektur Penjara'? Oh ya ampun, sungguh sangat aneh mungkin namun unik –membuatku mengingat saat menonton bioskop bersama temanku tentang arsitektur penjara termasuk keamananya. Katanya dia menggabungkan seluruh ilmu yang di milikinya saat S1 dan S2. Jadinya seperti itu deh, aku jadi ingin melihatnya walau katanya saat aku mengatakan aku ingin melihat Tesis buatannya itu, dibilang akan membuatku mengantuk dan bosan. Tapi aku merasa kagum dengan sosok yang ada disampingku ini. Selain uum tampan, pintar, tapi dia juga baik hati dan dia tidak ingin membebani orangtuanya. Kutau kalau Ayah Sasuke-nii adalah anggota militer yang cukup tersohor. Jadi pertanyaanku tentang dia yang membawa mobil dengan plat dinas ituterjawab sudah. Dan saat kutanya perihal umurnya, dia menyuruhku menebaknya. Jujur saja aku kesal dan kucetuskan saja asal kalau umurnya 25, dan diapun hanya tertawa sambil menyeringai kepadaku dan dengan pedenya kalau dia juga banyak yang mengira kalau dia masih 25 saat kali bertemu. Aku mendesaknya mengatakan yang sebenarnya hanya dijawab dengan kekehan dan membuatku langsung memukul lengan miliknya yang hanya di respon dengan tawanya. Yaaaah setidaknya walau dia tak mau jujur –dan aku benci itu, tapi suasana canggung yang sempat ada menghilang. Mungkin kelihatannya sosok Sasuke-nii itu sekilas terlihat cool, namun ternyata hangat. Aku tak bisa berhenti tersenyum sekarang.

Sekarang Sasuke-nii memarkirkan mobilnya. Setelah dirasa cukup, dia mematikan mesin mobilnya dan menekan tombol kunci pintu otomatis. Aku langsung membuka milikku dan keluar dari mobil. Aku menepuk-tepuk bajuku yang agak kusut karena panjangnya sampai menutupi bokongku.

"Sakura, ayo." Katanya sambil berada di depanku. Aku hanya mengangguk singkat dan berjalan beriringan dengannya. Sesekali aku ditarik mendekatinya saat kendaraan lain melintas di depan kami. Aku sampai berhenti bernafas sejenak saat lengannya bersentuhan dengan bahuku saat menarikku mendekatinya. Uukkh aku tidak tau ada apa dengan diriku.

Akhirnya aku dan dia memasuki mall, aku langsung mengedarkan pandanganku ke sekelilingku. Aku takjub dengan besar dan luasnya mall ini. Ada toko eskrim, permen, roti, alat-alat elektronik dan lainnya. Interior yang ada menambah kesan 'wah' saat memasukinya, ada beberapa hiasan dan tanaman pot atau hanyalah tanaman tak nyata namun cukup memberi kesan didalamnya. Benar-benar hebat, mungkin lain waktu aku kesini lagi kali ya.

"Dimana toko bukunya?" Gumam Sasuke-nii yang terdengar jelas di telingaku.

"Hm. . ." Aku melihat papan penunjuk yang ada dan kurasakan Sasuke-nii sudah tak ada di dekatku saat aku mengetahui dimana letak toko bukunya.

Tak jauh dari aku berdiri, Sasuke-nii sedang berbicara dengan orang berseragam yang kuyakini pasti petugas keamanan. Kudekati dirinya dan kulihat dirinya langsung tersadar aku sudah didekatnya. Sasuke-nii langsung berjalan menjauh, sebelum aku mengejarnya aku membungkuk sedikit dan mengucapkan terimakasih pada petugas itu. Aku langsung berjalan mendekati Sasuke-nii dan berjalan disampingnya.

.

.

"Huh? Dimana toko bukunya?" Keluhnya sambil melihat sekelilingnya. Perasaan bersalah menyelimutiku.

"Sasuke-nii, maaf ya." Ucapku lirih. Mungkin harusnya tadi aku tidak usah memintanyamengantarku ke toko buku.

"Hah? Kenapa kau minta maaf, Saku?"

"Abisnya hmm. . ." Aku tak bisa meneruskan kata-kataku. Kurasakan sebuah tangan menepuk kepalaku ringan. Kulihat dirinya tersenyum tipis padaku.

"Sudahlah, aku yang harusnya minta maaf karena aku tidak terlalu paham mall ini. Soalnya baru beberapa bulan ini dibuka." Jelasnya padaku sambil mengusap puncak kepalaku pelan. Entah kenapa dadaku bergerumuh dan jantungku berdetak dengan cepat. Kurasakan pipiku juga mulai menghangat. Ada apa dengan diriku?

Seketika mataku langsung menangkap objek yang di cari-cari. Toko buku yang daritadi dicari-cari ketemu juga. Aku dan Sasuke-nii langsung melangkah mendekati toko buku itu. Aku langsung masuk duluan dan langsung berlari riang kedalam toko buku. Aku menyukai toko buku karena banyak buku, khususnya komik dan novel. Aku mempercepat langkahku ketempat peralatan tulis.

Ketika aku sudah sampai dan mengambil beberapa yang kubutuhkan, aku tersadar sesuatu. Oh ya! Sasuke-nii! Huwaaaa kemana dia? Aku panik karena tak melihatnya di sepanjang pengelihatanku. Bagaimana ini? Huwaaaa, kebiasaan sekali sih kalo sudah masuk ke toko buku aku sampai lupa dengan siapa aku kesini.

"Hey." Sebuah tepukan ringan mendarat di bahuku dan membuatku memekikkan suaraku jika tidak kututup dengan tanganku. Kulihat orang yang seenaknya menepuk ini dan kulihat kearahnya.

"Sasuke-nii!"

"Kau ini, apa kau selalu lupa dan meninggalkan orang kalau sudah memasuki toko buku, heh?" Ucapnya sedikit menyindirku.

"Ehehehe. . . Gomen, kebiasaan sih kalau sudah masuk toko buku. Maaf ya Sasuke-nii." Ucapku dengan cengiranku. Benar-benar parah diriku jika sudah masuk tempat yang bernama 'Toko Buku', untung teman-temanku mengerti diriku.

"Hah, baiklah. Mau langsung bayar?" Katanya sambil melihat pegangan tanganku yang memegang isi kertas binder, penanda halaman buku, alat tulis, dan pembatas binder.

"Hmm, bentar. Aku ingin ke rak komik." Kataku sambil mengalihkan mataku melihat tumpukan komik di rak yang letaknya tak terlalu jauh dengan tempat kami berdiri sekarang. Aku agak sulit melihat karena pandanganku tertutup tubuh tinggi Sasuke-nii. Uukkh. . .

"Baiklah, aku juga ingin melihatnya." Ucapnya dan aku hanya membalasnya dengan senyum. Kami pun berjalan menuju rak komik-komik.

Mataku menelusuri jajaran komik yang ada disana, dan kulihat ada komik yang berhasil menarik perhatianku.

Jepret

"Eeh?" Aku langsung melihat siapa yang sedang memfoto dan disampingku ada Sasuke-nii ternyata yang memfoto jejeran buku.

"Nii-san sedang foto apa?" Tanyaku heran.

"Oh, ini. Buku novel lama. Di terbitkan lagi dalam edisi baru ternyata."

"Hoo. . . kenapa Sasuke-nii tidak membelinya saja?"

"Ahaha, tidak. Lagipula kau ingin membeli komik 'Naruto' itu?" Tanyanya padaku yang memegang komik tentang seorang ninja di sebuah desa yang ceritanya seru dan aku telah mengikutinya sejak kecil.

"Hmm, tidak deh. Aku berjanji dengan temanku nanti membeli komik 'Naruto' sama-sama. Aku hanya melihat-lihat saja." Ucapku sambil meletakkan komik yang kupegang ke tempat semula.

"Baiklah, aku mau bayar punyaku dulu ya." Kataku sambil melangkah mendekati kasir. Kurasa Sasuke-nii juga mengikutiku.

.

.

Ukkh. . . lumayan panjang juga antriannya ya. Kulihat ada 4 orang berada di depanku dan beberapa orang dibelakangku dan disampingku juga tak kalah panjang dengan antrianku ini. Hah. . .

Kulihat Sasuke-nii sedang mengetik di handphone miliknya dengan raut wajah serius. Entah kenapa sepertinya aku punya firasat tidak enak. Dan akhirnya giliranku tiba juga. Aku langsung memberikan barang-barang yang kupilih tadi untuk dihitung oleh kasir.

Setelah membayar dengan jumlah yang seharusnya kubayar untuk barang yang kubeli dan berjalan mendekati Sasuke-nii yang sedang menerima panggilan telepon. Sayup-sayup aku bisa mendengar sedikit perbincangan Sasuke-nii. Kulihat dia mulai menutup handphone miliknya dan terkejut melihatku sudah ada didekatnya, namun ekspresinya mulai biasa kembali.

"Kau sudah selesai, Saku?" Tanyanya saat sedah mulai tenang.

"Itu dari siapa?" Tanyaku to-the-point sekali. Kenapa malah terdengar ketus ya? Duh bagaimana ini?

"Aah, sebenarnya. . . tadi itu dari atasanku."

"Kenapa Sasuke-nii tidak mengatakan kalau ada pekerjaan? Sasuke-nii kan bisa bilang kalau ternyata ada pekerjaan." Ucapku menahan semua rasakesal, kecewa, sedih secara bersamaan yang berkecamuk di hatiku.

"Maafkan aku. Sebenarnya juga tiba-tiba dia menghubungiku saat kau sudah dijalan. Jadi aku benar-benar minta maaf, Sakura."

Aku hanya diam saja mendengarnya. Sebenarnya aku marah –lebih tepatnya marah pada diriku sendiri atau keadaan. Kenapa sepertinya tidak memihak padaku sih? Kuhembuskan perlahan nafasku dan menatap Sasuke-nii.

"Iya, gak apa-apa. Aku minta maaf juga sudah membuat Sasuke-nii begini. Seharusnya aku tidak usah bertemu saja." Ucapku pelan namun cukup bisa di dengar olehnya.

"Tidak kok. Aku yang salah, biasanya sih akhir pekan begini aku tidak ada kerjaan. Cuma kalau tiba-tiba dadakan seperti ini juga susah." Ucapnya sambil mengusap leher miliknya. Aku hanya dia memperhatikannya. Kuhembuskan nafas lagi untuk menetralkan perasaanku yang campur aduk ini.

"Kalau begitu tidak jadi saja ya Sasuke-nii mengajariku teknik menyerang karakter Eve- Code Battle Seraph. Aku ga ingin menggangu Nii-san. Maaf." Kataku sambil membungkuk sedikit padanya.

"Aaah, jangan! Kau sudah jauh-jauh datang."

"Tapi Sasuke-nii kan ada pekerjaan." Ucapku tanpa sadar meninggikan suaraku. Langsung kubungkam mulutku dengan tanganku. Aaaah kenapa suaraku benar-benar terlihat sangat kesal. Bagaimana ini?

"Tidak apa, aku masih bisa bersamamu sampai jam 4, soalnya jam segitu aku biasanya dijemput temanku." Ucapnya yang berusaha meyakinkanku. Aku diam sejenak dan melirik jam tangan milikku. Hanya 5jam lagi sebelum jam 4.

"Baiklah. Maaf ya Sasuke-nii. Tapi kalo begitu kita belajar tekniknya gimana?" Tanyaku sambil menatapnya. Kulihat dia agak bingung. Huh sudah kuduga.

"Hn?" Gumamnya dan sedang berpikir sesuatu. Kami pun sama-sama diam. Aku mencoba berspekulasi dengan beberapa hal yang mungkin. Jika aku dan Sasuke-nii bermain di café menggunakan wifi café tersebut, kemungkinan besar pasti tersendat. Hmm, sepertinya lebih baik di rumah Sasuke-nii saja deh. Selain Sasuke-nii sendiri yang memiliki wifi, dia juga bisa bersiap-siap nantinya kalau akan berangkat. Soal pulang nanti aku akan cari kendaraan saja deh sampai stasiun.Aku tak ingin menyusahkannya lagi.

"Sasuke-nii?"

"Hn?"

"Gimana kalau dirumah Sasuke-nii saja?" Usulku padanya. Kulihat raut wajahnya tiba-tiba kaget. Apa salah ya?

"A, ah itu. . Kenapa?"

"Soalnya kalau misalnya kita main di café, aku kurang yakin wifinya pasti agak gimana gitu. Kan pengunjungnya bukan hanya kita? Kalau dirumah Sasuke-nii, biar bebas sekaligus Sasuke-nii bisa bersiap-siap nantinya." Kataku sambil tersenyum lebar. Aku tak boleh egois saat ini, perasaan orang lain juga perlu di perhatikan bukan? Sasuke-nii hanya terdiam saat kuberi usulan itu. Sepertinya dia sedang memikirkan usulanku itu.

"Baiklah, kita main dirumahku saja kalau begitu." Akhirnya Sasuke-nii buka suara dan setuju akan usulanku. Kulirik sejenak jam milikku, gawat! Waktunya makin tipis saja. Kugenggam lengan kekar miliknya.

"Ayo Sasuke-nii!" Ucapku sambil menggandeng tangannya dan berjalan cepat keluar toko buku. Aku tidak ingin menyia-nyiakan waktu lagi.

.

.

.

Selama perjalanan kerumah Sasuke-nii cukup lancar juga, tak terlalu macet seperti tadi menjemputku di stasiun. Sesekali aku bersenandung mengikuti alunan music dari radio mobil. Ada beberapa lagu yang kuketahui, aku menyanyikannya saja untuk mengusir rasa bosanku –atau lebih tepatnya mengutuk keadaan yang tidak bersahabat ini, uukkh. . . . benar-benar menyebalkan! Tapi mau dikata apa? Aku tak boleh egois!

"Baiklah. Sudah sampai, Saku."

"Eh?" Aku kaget ternyata sudah sampai di depan rumahnya. Hmm, aku benar-benar heran apakah komplek perumahan ini selalu sepi? Berbeda sekali dengan komplek rumahku yah walau anak-anak kecilnya sudah sedikit dan kebanyakan sepertiku, namun tidak sesepi ini karena yaaah tak banyak pula ibu-ibu termasuk Kaa-sanku terkadang sedang berbincang-bincang dengan para tetangga.

Aku melepaskan safebelt yang melilitku dan membuka pintu mobil yang sudah dibuka oleh Sasuke-nii. Aku keluar mobil dan merasakan matahari bersinar dengan teriknya. Wajar saja sih sudah tengah hari jadi matahari sudah meninggi. Kupandarkan pengelihatanku dan tak sengaja melihat ada orang yang menatapku dari seberang rumah Sasuke-nii. Aku langsung membungkukkan badanku sebagai tanda permisi, namun kulihat dia mengalihkan pandangannya yang semula menatapku sekarang beralih ketempat lain dan menghilang dalam rumah itu.

Aku menatap aneh namun kusingkirkan pikiran itu, sebelum. . . .

"Hey, ayo masuk." Tepukan ringan mendarat di bahuku. Aku hanya tersenyum dan mengikuti langkahnya masuk kerumah. Sepertinya aku tidak usah memberitahunya kalau tadi aku dapat tatapan tajam dari tetangganya, ahahaha. . . .

Kulepas flatshoes milikku dan menaruhnya rapi di sebelah sepatu Sasuke-nii. Kurapikan sedikit sepatu miliknya. Kulihat terasnya agak berantakan, terlihat dari beberapa sepatu yang letaknya berantakan. Rasanya aku ingin sedikit merapikannya. Namun ku urungkan niatku dan masuk kedalam rumah.

"Permisi." Ucapku saat membuka pintu sedikit lebar agar aku bisa masuk. Dan betapa terkejutnya aku melihat tumpukan Koran dan kertas-kertas yang tesinggah di pengelihatanku berserakan dimana-mana. Ada yang di kursi panjang, meja, dan didekat tv. Oh my!

Aku menutup pintu rumah ini dan langsung menaruh tas milikku di atas kursi yang tidak ada tumpukan kertas-kertas yang bertebaran. Oke! Waktunya merapikan kekacauan ruang tamu ini! Aku langsung mengambil beberapa lembar kertas-kertas menjadi satu. Lalu koran-koran yang kulihat tanggalannya, sepertinya ini koran-koran beberapa hari kemarin atau koran mingguan. Aaaah kurapikan saja sesamakoran yang setipe kujadikan satu. Aku merapikan kertas-kertas ini dan kutaruh diatas buffet kecil –takut jika kertas-kertas itu penting mengingat banyak gambar rancangan bangunan disana dan beberapa catatan, jadi kuputuskan untuk merapikannya dan memberi pemberat hiasan kucing dari plastic ini diatasnya. Biar tidak tersebar lagi jika tertiup angin. Sedikit lagi sekarang aku akan merapihkan koran-koran. . . .

"Sakura?"

"Eeh Sasuke-nii?" Pekikku kaget dan hampir menjatuhkan tumpukan koran yang kupegang. Kulihat pandangan Sasuke-nii sangat sulit kuartikan? Sebenarnya dia kenapa?

"Kenapa kau malah merapihkan semuanya?" Tanyanya datar namun ada sedikit nada bingung.

"A, aku hanya merapikan sedikit. Soalnya ruangan ini benar-benar sulit ditempati jika tidak sedikit dirapihkan. A, aku cuma ingin membantu Nii-san." Ucapku takut-takut. Takut kalau aku melakukan kesalahan. Kulihat dia menghilang sejenak dan melihat dia membawa tali raffia. Hah? Buat apa?

"Sini korannya biar kuikat. Rencananya aku mau merapikan tempat ini tadi. Tapi aku harus mengurung kucing dulu." Ucapnya sambil mengambil tumpukan Koran dari tanganku.

"Eh? Kucing?" Aku langsung kaget dengan perkataannya.

"Katamu kau takut kucing, jadi aku menaruhnya di tempatnya." Katanya sambil mengikat koran yang dia ambil dariku.

"Eh? Sebenarnya aku takut, tapi tidak perlu sampai mengusir kucing Sasuke-nii kan?"

"Tapi kau takut berarti?" Tanyanya sambil memandang kearahku.

"Sebenarnya aku tidak terlalu takut jika tidak ada yang menjahiliku dengan menggendong kucing tepat diwajahku. Untuk menyembuhkan traumaku setahun lalu keluargaku memelihara kucing jadi aku tidak terlalu takut lagi, kecuali kalau Sasuke-nii mengangkatnya dan tangan-kaki kucing itu berada tepat di mukaku baru aku akan teriak." Jelasku sambil membawa tumpukkan koran lagi yang langsung sigap diambil olehnya.

"Kalau begitu, aku lepas ya kucingnya. Kasian dia." Lanjutku dan berjalan mendekati kucing yang dikurung oleh Sasuke-nii sedang menggedor-gedor dengan kaki mungilnya ke pintu dan dinding yang dilapisi kaca. Kulihat sepertinya dibalik kaca itu kuyakini sebagai dapur. Kugeser perlahan pintu itu dan kucing kecil dengan bulu putih, hitam, orange yang bercampur di badannya membuatku merasa mirip dengan kucing milikku. Kulihat kucing itu berjalan mendekati Sasuke-nii yang mulai berjalan kearahku. Sejenak kulihat dia mengangkatnya dan kucing itu hanya diam dan sepertinya tenang sekali.

Aku hanya bisa tersenyum kecil melihat interaksi majikan – peliharaan itu. Aku jadi mengingat kucingku yang sudah tiada. Huft. . kuyakin dia sudah tenang sekarang.

"Saku, kapan kita latihannya kalau kau bengong disitu?"

"Aah, maaf Sasuke-nii! Ayo." Kataku yang langsung berlari kecil ke ruang tamu dan mengeluarkan laptop kesayanganku untuk berlatih. Mungkin aneh tapi aku ingin bisa sehingga tidak membuat susah Sasuke-nii juga yang lainnya.

.

.

"Huuuh jariku pegal Nii-san. Istirahat ya." Ucapku sambil menyandarkan punggungku ke kaki kursi tamu. Saat ini aku sedang duduk di lantai dengan meja tamu di hadapanku. Kulihat Sasuke-nii melepas stick game miliknya dan memandang singkat kearahku. Rasanya kerongkonganku sedikit kering karena terlalu lama berdiam diri dan memusatkan perhatianku ke layar yang sedang menampilkan tempat sebuah arena pertarungan. Kuteguk air dingin yang disiapkan Sasuke-nii. Rasa dingin meluncur sukses kedalam tenggorokanku dan membuat rasa melegakan.

"Baiklah. Oh ya kau mau makan apa, Saku?" Tanyanya sambil meraih ponsel miliknya.

"Eh?" Ucapku bingung, pasalnya saat ini aku sedang bermain dengan Nekorin –nama kucing milik Sasuke-nii dengan tali kecil, sisa tali yang tadi kami gunakan untuk mengikat Koran-koran.

"Kita kan belum makan siang, kau ingin apa?"

"Hmm, aku ikut Sasuke-nii saja. Aku makan apa aja kok." Kataku yang masih tak berpaling dari Nekorin. "Eeh Neko-chan ini tali bajuku!"

"Berarti makan batu bisa dong?" Tanyanya dengan senyuman jenakanya.

"Ya gak lah Sasuke-nii! Masa iya aku makan batu." Ucapku pura-pura kesal.

"Iya, iya. Yaudah. Aku sudah memesan kok. Tinggal tunggu saja." Ucapnya sambil menangkap Nekorin dan memangkunya.

'Aku iri dengan Neko-chan.' Pikirku namun kutepis jauh-jauh. Apa-apaan aku ini?!

"Hmm, kayaknya Neko-chan tenang banget di elus sama Sasuke-nii?" Kataku yang langsung ambil duduk disampingnya. Kalau di perhatikan benar-benar mirip dengan kucingku dulu.

"Ahahaha entahlah. Aku menemukannya bersama Nii-san'ku waktu itu. Jadi kami putuskan untuk merawatnya."

"Eeh? Sasuke-nii punya kakak? Lalu kemana dia?"

"Dia lagi keluar kota, pulang kerumahnya. Kakakku sudah menikah dan keluarganya tidak ikut ke Tokyo lebih memilih tinggal di pedesaan."

"Hmm, begitu. Jadi hari ini kakak tinggal sendiri sementara waktu ya?"

"Ya begitulah. . ."

~Tingnong~

"Eh?"

"Sepertinya pesanan sudah datang." Ucapnya sambil menurunkan Neko-chan dan berjalan keluar rumah. Kulihat dari balik jendela dia sedang menerima pesanan dan membayarnya. Aku langsung mengalihkan perhatianku lagi dan menangkap Neko-chan saat dia ingin kabur keluar.

"Nah. Tunggu sebentar aku bawakan mangkuk dulu." Ucapnya sambil meletakkan bungkusan diatas meja dan berjalan menuju dapur.

Aku mencium aroma yang keluar dari bungkusan itu, dan sepertinya aku cukup mengenal aroma ini? Apa ini ramen?

"Nih buat Sakura." Ucapnya sambil memberiku mangkuk warna putih.

"Sasuke-nii pesan ramen?"

"Iya. Kenapa? Kau tak suka?"

"Malahan aku suka banget! Kyaaa makasih Sasuke-nii!" Seruku yang langsung memeluknya erat. Oh ya ampun kapan terakhir aku makan ramen ya? Pokoknya semenjak kuliah aku jarang menyantap makanan satu itu.

Cup~

"Makasih Sasuke-nii. Aku senang banget!" Seruku sambil mengambil milikku dan menuangkan semuanya kedalam mangkuk milikku. Langsung saja kusantap makanan yang terakhir kali kumakan saat kelas 3 SMA.

"Nyaam, enak sekali Sasuke-nii!"Kataku yang telah mengunyah ramen yang sudah kusantap. Karena sudah lama tidak menikmatinya, rasanya ini enak bagiku.

"Haah, kau ini terlalu riang, Saku." Ucapnya sambil menepuk ringan kepalaku saat aku tengah menyeruput kuah ramen yang kumakan. Cepat-cepat aku mengambil gelas minumku dan menandaskan isi gelas itu.

"Haaaaaaaah, aaaah, Sasuke-nii! Kau ingin membunuhku ya?" Ujarku mendelik padanya.

"Hmph, kalau makan santai saja dong. Dasar gadis aneh." Ucapnya sambil menahan tawanya. Aku hanya mengembungkan pipiku dan kembali memakan ramen milikku.

"Saku lagi ngambek nih ceritanya?"

". . . . . . ." Aku diam saja masih tetap dengan nyaman menyantap makananku.

"Yaudah, maaf deh. Jangan marah ya Saku."

"Hm, iya." Ucapku yang telah menghabiskan ramen milikku. Aaah, enak sekali rasanya. Kulihat Sasuke-nii sedang menghabiskan miliknya. Kulihat gelasnya juga kosong sama sepertiku. Aku langsung bangkit dari kursi, mengambil gelasnya dan gelasku dan berjalan ke dispenser miliknya. Kuisikan gelas milikku dengan air es yang dingin sedangkan dia campuran antara panas dan dingin –soalnya tadi kulihat miliknya tidak berembun maupun beruap.

"Ini untuk Sasuke-nii." Kataku sambil meletakkan gelas miliknya. Dia langsung mengambil dan meminum isi gelasnya.

"Makasih, Sakura."

"Sama-sama, Sasuke-nii." Ucapku sambil tersenyum dan melihatnya menghabiskan ramen miliknya. Sesekali Neko-chan menarik-narik tali bajuku. Kuelus kepalanya perlahan. Kulihat Sasuke-nii telah menghabiskan ramen miliknya juga.

"Oh ya Sasuke-nii, nih yang buat ramen tadi." Kataku sambil menyerahkan selembar uang padanya. Aku mengetahui harganya karena ternyata tersangkut di bungkusan.

"Tidak usah. Aku yang traktir."

"Eeh? Tapi?"

"Tidak ada tapi-tapian. Mengerti." Ucapnya serius.

"Baiklah." Ucapku pasrah bangun dan menumpuk mangkuk dan gelas yang kami pakai.

"Eh? Sakura? Kau mau apa?"

"Hm? Tentu saja mencuci piring Sasuke-nii." Kataku sambil berjalan menuju dapur. Aku merasa mendengar suara terantuk benda keras dan rintihan suara Sasuke-nii. Aku tak tau kenapa dia begitu dan aku sudah berada di dapur.

Betapa terkejutnya aku melihat uum, tumpukan piring kotor dan sampah yang mulai menumpuk saat berjalan ke washtafel.

"Saku, kau tidak perlu. . ."

"Tidak ada kata tidak perlu, Sasuke-nii. Mengerti?" Ucapku sambil menatap singkat dan tersenyum kecil karena membalas perkataannya beberapa saat lalu. Kulihat disana ada apron 2 macam, yang satu untuk memasak yang satunya untuk mencuci piring. Aku langsung mengenakan apron khusus untuk mencuci piring. Kulihat Sasuke-nii hanya menghela nafas pasrah.

"Aku paham kok. Sasuke-nii sibuk banget sampai kesulitan mencari waktu membereskan rumah. Jadi biarkan aku membantu sedikit pekerjaan rumah Nii-san. Hmm, bisa tolong buang ini? Tak baik loh membiarkan sampah menumpuk dalam rumah." Ucapku sambil mengikat sampah yang sudah ku double dengan kantung plastik besar.

"Baiklah. Maaf ya."

"Hm, gak apa-apa Sasuke-nii.Sudah buang dulu sampahnya, aku akan mengurus disini." Kataku yang mulai melakukan tugasku mencuci piring-piring ini. Mungkin setelah ini aku ingin membersihkan lantai juga sekalian.

.

.

.

"Sakura, kenapa kita malah mengubah haluan dari belajar jadi membersihkan rumahku?"

"Abisnya Sasuke-nii rumahnya berdebu. Tak baik tau membiarkan rumah kotor. Aah kamar Sasuke-nii dan kamar sebelahnya ku sapu juga deh." Ucapku melangkah masuk ke kamar yang kuyakini salah satunya milik Sasuke-nii dan kakaknya.

"Eh?" Pekikku kaget saat Sasuke-nii merentangkan kedua tangannya melarangku masuk.

"Sini biar aku yang menyapunya. Kau lanjutkan dulu bagian mengepelku." Katanya sambil menyambar sapu ditanganku. Suara pintu kamar tertutup dan menyisakan diriku yang termenung akan tindakan Sasuke-nii. Memangnya kenapa aku tak boleh membersihkan kamarnya dan kakaknya? Aku kan tidak akan melakukan apapun?

"Yasudahlah. Aku lanjutkan ini saja." Gumamku sambil mengambil tongkat pel yang tak dipakai dan melanjutkan pekerjaan Sasuke-nii yang sempat tertunda.

.

.

Saat ini aku dan Sasuke-nii sedang menyandarkan punggung kami masing-masingdi kursi ruang tamu. Cukup melelahkan juga rupanya. Aku heran apakah semua laki-laki seperti Sasuke-nii ya? Separah-parahnya rumahku berantakan, ini jauh lebih berantakan. Kulirik jam dinding yang ada di ruangan ini. Hm? Jam 3 kurang 10 menit rupanya? Bentar?

"Haaaaaaah?!" Pekikku kaget saat ingat kalau Sasuke-nii ada pekerjaan jam 4 nanti.

"Ukkh ada apa sih, Sakura?" Ucapnya sambil duduk biasa. Sepertinya dia sempat tertidur sebentartadi.

"Sasuke-nii! Sana mandi! Sebentar lagi kan jam 4. Katanya nanti teman Sasuke-nii akan jemput?" Pekikku yang langsung menariknya untuk bangun.

"Hmm, ini kan masih jam. . . Ya ampun!" Teriaknya yang langsung berlari ke kamar mandi, sebelumnya dia menyambar handuk miliknya dan langsung masuk ke kamar mandi.

Aku hanya bisa menghela nafas melihat tingkah Sasuke-nii. Ternyata kalau pada dasarnya sudah dewasa, tapi jiwanya masih seperti anak kecil susah juga ya. Tak apa deh, Sasuke-nii terlihat lucu kalau panik begitu, ahahaha. . . Oh ya laptopku dan miliknya belum dimatikan. Kumatikan saja deh sekalian aku membereskan milikku dan miliknya juga. Setelah ini aku harus cari rute kendaraan sekitar sini untuk bisa pergi ke stasiun terdekat.

.

.

.

"Sasuke-nii kenapa malah mengantarku?!" Ucapku kesal padanya. Bayangkan saja sekarang ini sudah hampir setengah 4 dan dia malah mengantarku?!

"Aku tidak akan membiarkan seorang gadis pergi sendirian keluar komplek perumahanku."

"Tapi aku kan sudah mahasiswa! Sasuke-nii kan juga harus bekerja. Aku tidak ingin merepotkan Sasuke-nii." Ucapku menggigit bibirku. Perasaan bersalah membuncah dalam dadaku.

"Kau sama sekali tidak merepotkanku, Sakura. Tidakkah kau mengerti itu?" Ucapnya agak meninggikan suaranya cukup membuatku terkejut.

". . . . . ."

"Setidaknya biarkan aku mengantarmu ke stasiun itu lagi sama seperti saat aku menjemputmu. Kali ini aku akan mengantarmu kesana." Jelasnya padaku dengan suara normal. Namun tetap saja aku mencengkram lipatan baju panjangku. Menahan semua gejolak yang ada dalam hatiku. Semua perasaan bercampur aduk menjadi satu.

Kami sama-sama diam sejenak karena aku maupun Sasuke-nii tidak ingin membuka pembicaraan. Perhatianku kupusatkan melihat jalanan didepan dan melihat bangunan-bangunan pencakar langit itu. Apakah pekerjaan Sasuke-nii hasilnya gedung-gedung indah itu ya.

"Maaf."

"Eh?"

"Maaf tidak bisa mengantarmu sampai rumah." Ucapnya lirih namun tetap berfokus mengendarai.

"Eh? Maksudnya Sasuke-nii?"

"Inginnya aku mengantarmu sampai rumahmu hari ini. Tapi malah. . ."

"Takapa kok, Sasuke-nii. Aku mengerti Sasuke-nii kan sibuk. Aku senang kok walau sebentar tapi sudah lebih dari cukup."

"Lain waktu kan bisa mengantarku kalau aku main lagi." Lanjutku dan tersenyum padanya.

"Iya. Dan makasih ya, Itachi-nii pasti kaget melihat kondisi rumah nanti." Ujarnya sambil tertawa kecil.

"Eh? Kakaknya Sasuke-nii memangnya pulang hari ini?" Tanyaku agak kaget.

"Iya. Mangkanya kujamin dia akan terkejut. Ahahaha. . ."

"Dia pasti bertanya dengan siapa aku akan membereskan rumah." Lanjutnya sambil tetap focus ke jalanan.

"Hmm, tapi bagus melihat rumah kalian bersih kan? Nanti kalau kakaknya Sasuke-nii tanya dengan siapa ya bilang saja sendirian." Usulku padanya.

"Ahahaha. . . dia tak mudah percaya kalau aku yang membersihkannya sendirian. Soalnya aku tak mungkin sebersih saat aku dibantu olehmu, Sakura."

"Aah, masa sih? Padahal itu standar saja menurutku."

"Tidak, itu cukup bagus untuk kadar bersih-bersih ala laki-laki. Kau bisa jadi istri yang hebat, Saku. Orang yang mendapatkanmu pasti beruntung sekali. Kau juga baik, periang, dan juga pengertian. Yaaah lain lah dibanding gadis-gadis yang kuketahui. Kau tak malu dengan siapapun dan menunjukkan ciri khasmu." Katanya sambil menepuk puncak kepalaku. Entah kenapa kok rasanya saat Sasuke-nii menepuk pelan kepalaku setelah mengatakan hal itu, perasaanku menghangat begini?

.

.

"Nah, Sakura. Sebentar lagi sampai." Ucap Sasuke-nii padaku yang hampir setengah tertidur.

"Eh?"

"Maaf ya kau jadi harus bangun."

"Tak apa kok Sasuke-nii. Aku bisa melanjutkan tidurku di kereta hehehehe. . . ." Ucapku sambil nyengir kearahnya.

"Hah? Yaaah, tapi kau tetap hati-hati di kereta ya." Ucapnya sambil menekan tombol pintu otomatis mobil. Aku melepaskan safebelt dan membuka pintu perlahan. Walau sudah menepi, tetap saja aku harus hati-hati membukanya.

"Aku pulang dulu ya, Sasuke-nii. Makasih atas hari ini, aku benar-benar senang." Ucapku sambil tersenyum.

"Iya sama-sama. Aku juga makasih untuk hari ini. Aku jadi tau kau dan nanti jika kita bertemu kembali." Ucapnya padaku.

"Sudah sana, nanti teman Sasuke-nii menunggu loh."

"Iya, Hati-hati dijalan ya." Ucapnya padaku.Aku hanya menanggukkan kepalaku dan keluar dari mobil, lalu menutup pintu mobil dengan agak kencang biar menutup sempurna.

Kulihat Sasuke-nii melambaikan tangannya dari dalam dan kubalas lambaian tangannya. Kulihat dia mengendarai mobil itu berjalan menjauh dari tempatku sekarang berpijak. Aku tetap melihat kearah mobil itu melaju sebelum hilang di tikungan. Kulangkahkan kakiku menuju loket tiket. Setelah aku membeli tiket, aku langsung masuk dan kupandarkan pandanganku mencari tempat duduk yang kosong.

Setelah ku menemukannya, kuhempaskan bokongku dan menatap rel kereta di hadapanku. Kulihat sekelilingku stasiun ini tidak seramai tadi saat dijemput oleh Sasuke-nii.

Tes

"Eh?" Kurasakan sebuah air meluncur dari pipiku, makin lama makin banyak. Kenapa? Kenapa aku menangis? Apa yang terjadi padaku? Airmata ini kenapa tidak bisa berhenti? Dadaku tiba-tiba sesak, ada apa ini? Kenapa begitu menyesakkan? Aku tak boleh sedih! Aku harus tegar, tak boleh egois. Aku tau ini sama sekali bukan keinginannya. Aku pun masih ingin berlama-lama bersamanya. Tapi keadaan tidak mendukung sama sekali. Kumohon aku tak ingin egois! Kenapa? Kenapa ini begitu menyesakkan? Airmataku ayolah berhenti. Apa kutumpahkan saja semuanya, masa bodolah dengan pendapat orang-orang sekitar yang melihatku saat ini. Mungkin menumpahkan seluruh airmataku akan membuatku jauh lebih baik. Aku harus menenangkan perasaanku sendiri. Sejujurnya aku senang sekaligus sedih disaat yang bersamaan. Mungkinkah ini penyebabnya aku menangis seperti ini? Haaaaaah, begitu menyesakkan dan aku benar-benar bingung dibuatnya. Ada apa dengan diriku?

.

.

TBC

Hallo. . . kembali lagi dengan Author yang masih dalam mode mencari jati diri (?) yang berkelana entah kemana-mana hadir kembali memenuhi pairing Sasusaku. (Lupa mulu mau nulis fic NaruHina, ide rata-rata ke Sasusaku mulu ahahahaha :v)

Hmm, bagaimana aku mengatakannya ya? Fic kali ini kupersembahkan untuk Challenge "Genre". Karena ini soal genre, dan genre yang menurutku sulit untuk dibuat adalah Hurt/Comfort. Jadi jika tidak berkenan nanti di akhirnya, dari sekarang aku minta maaf. (⌣́_⌣̀)

Aku ingin mencoba keluar dari zona nyamanku (mungkin?) dan mencoba hal baru. Dan ide ini tercetus juga karena yaaaah, ada pengalaman pribadiku dan mungkin chapter selanjutnya adalah pemikiranku kedepannya ahahaha. . . .

Silakan review ya. Menerima flame asalkan ngeflame ceritanya dengan alasan yang jelas dan bisa memberi solusi, dan bukan ngeflame karakternya.

readers yang terhormat silakan meninggalkan review untukku :)