Pemberitahuan; Jam 3 lewat 30 menit 45 detik.
Nadeshiko terfokus dengan papan catur dihadapannya, dua bidak yang sangat berpengaruh kini harus bertemu, dan entah mengapa, dia tidak bisa berkonsentrasi. Selama apapun dia berusaha untuk berpikir, hasil itu tidak akan muncul —seakan-akan hal tersebut memang sengaja diperintahkan oleh kepribadiannya yang lain—. Sialan!Apa kini aku harus membuka buku-buku pedoman bermain catur untuk bocah sekolah dasar?
Kedua iris Hazel miliknya menatap angkuh papan catur yang berada tepat dihadapannya, sang Bishop bertemu dengan Knight, apa yang harus dia lakukan? Menjalankan sang Knight kebelakang, atau menerkam sang Bishop dengan Rook?
Konsentrasi,
Konsentrasi,
Kumohon konsentrasi, sialan.
Nadeshiko mengerutkan dahinya sejenak, menatap papan catur dihadapannya dengan pandangan yang tidak dapat didefinisikan—menurutnya—. Bermaksud menghilangkan penat dikepalanya, kini ia menoleh ke arah jam yang terdapat di sisi Timur kelasnya, oh, sudah jam 3 lewat 55 menit.
…
Sialan! Kenapa hanya untuk menjalankan dua biji catur saja aku membutuhkan waktu dua puluh lima menit!?
Ia merutuki dirinya sendiri didalam hati, ternyata —aku sangat bodoh.
.
.
"Jadi, bagaimana hasilnya, nona jenius?"
Nadeshiko mendelik sinis kearah pintu, mencoba membolongi pintu tersebut dengan tatapan tajam miliknya. Dia menjerit didalam hati, Sejak kapan kau percaya dengan hal-hal fiksi bodoh seperti itu!? Sepertinya overdosis kafein sudah merusak sebagian sel otakku, ia menjerit dengan lebay—alay pula—.
"Diam diluar atau akan kubunuh kau, Reo-nee."
Dia berusaha mengalihkan pandangannya untuk terfokus kembali ke papan catur, dan dia dapat mendengar Reo-nee terkekeh dengan sangat amat jelas diluar sana. Dia memang manusia yang butuh perhatian khusus, Nadeshiko menggeleng (sok) prihatin. Dengan pikiran yang sedang penat begini, dia tidak akan bisa menyelesaikan masalah dengan papan tercinta miliknya. Nadeshiko menyerah, ia mulai merapikan biji-biji catur beserta papannya, memasukkannya kedalam tas, lalu melengos pergi kearah pintu.
Tambahan; Kini sudah jam 4 lewat 20 menit 32 detik.
.
"Kau kenapa?" Pertanyaan dari Chihiro membuat Nadeshiko mengernyitkan kedua alisnya bingung, "Aku kenapa?" dan kini dia membeo. Reo serta Kotarou menganggukkan kepala mereka secara antusias, sedangkan Nadeshiko menatap mereka dengan pandangan jengah miliknya.
"Kau terlihat sangat lesu, kau tidak sakit kan?" Kotarou menempelkan punggung tangannya ke dahi milik Nadeshiko , Cih, bilang aja pengen megang-megang, gak usah sok perhatian gitu deh.
"Aku gapapa kok, dan aku mau ke loker terlebih dahulu, kalian kalau mau duluan, duluan saja." Nadeshiko melangkah pergi menuju keruang loker, samar-samar ia dapat mendengar, 'KAMI IKUT!' dan ia hanya mengendikkan kedua bahunya —like I care. Oh, kejamnya.
.
Nadeshiko ternganga didepan loker mliknya, satu buket bunga Akasia dengan indah tersimpan didalamnya! Dengan tergesa-gesa, ia mengambil buket tersebut, lalu mendekatkan hidungnya kearah bunga itu, "Waah, Akasia! Seriously, aku merasa tersanjung mendapatkan bunga ini!" Ia memekik dengan heboh, kedua maniknya mendapatkan secarik kertas diantara helaian-helaian bunga tersebut,
"Kuharap kau menyukai bunga ini, jika kau ingin mengetahui namaku, silahkan kau hilangkan salah satu kata dari nama bunga ini, kuharap kau dapat mengetahuinya dengan cepat."
'Salah satu? Um..' Ia memposisikan kedua jarinya; jari telunjuk dengan sang ibu jari, seperti sebuah tanda checklist, lalu menaruh tanda tersebut dibawah dagunya, —pose berpikir (serta pose keren ala selebriti yang sedang naik daun).
'Akasi? Akaia? Aksia? Aasia? Akashi?' Kedua manik Hazel itu membesar, dengan mulut berbentuk seperti huruf 'o', ia berseru, 'AH!'
'Tetapi.. masa 'sih Akashi-san.. Akashi-yang itu!? Rasanya ga mungkin, ia mana kenal denganku, apalagi ia anak kelas Sains I, anak jenius kayak dia pasti selalu berkutat dengan buku.. Dan dia pasti sibuk dengan kegiatan Basketnya, kan?'
Nadeshiko terdiam, lalu tak lama kemudian ia menyeringai.
Baiklah, misi pertama; Mari kita hujani seorang Mibuchi Reo dengan pertanyaan mengenai sosok 'Akashi'.
.
.
"Wah, Sei-chan sudah menekan pelatuknya, ya. Ah, aku juga mau diperlakukan seperti itu!"
"Teruslah bermimpi, Reo-nee. Kuharap, Nadeshiko dapat mengetahui nama pengirimnya dengan cepat, dengan begitu, maka kita akan terbebas dari kutukan dewa Hades."
"Akashiko."
"Hah? Apa Mayuzumi-san? Akapsycho?"
.
.
The Basketball Which Kuroko Plays belongs to Fujimaki Tadatoshi
Magique Fleur belongs to Momochaft
.-.-.-.-.-.-.-.
|| Romance, Drama | Flowers Language in da house! |typos|OOC| Beware!Dirtylanguage||
.x.x.x.x.x.x.
Cupid!UncrownedKings | Tactic!Mayuzumi | OC!Readers
.o.o.o.o.o.
Chapter 1 ; Akasia
Benak mungkin bertanya-tanya; Hati mungkin selalu menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Tetapi sayang beribu sayang, Benak tidak pernah peka akan hal tersebut.
Kini buku setebal satu koma lima sentimeter itu didekapnya didepan dada, dengan wajah tenang tapi nyeremin , ia mengadah untuk menatap Fukuda-sensei.
Ia tidak pernah salah, dan jika ia diduga salah, maka kesalahan ada di diri orang lain, bukan dirinya.
Aku? Salah? Kau pasti sudah bosan hidup.
Ia; —Akashi Seijuurou. Tidak pernah salah, kutegaskan sekali lagi, Tidak pernah salah, dan tidak akan pernah melakukan kesalahan sekecil apapun.
"Aku yakin kau tahu dengan sangat jelas tentang ini, Sensei." Suara baritone khas dirinya melebur menjadi satu dengan partikel-partikel udara diruangan yang tengah ia pijak,
"Tugas ini sepenuhnya jatuh kepada tangan Sekretaris OSIS, bukan saya," Ia menatap Fukuda-sensei dengan kedua iris heterochromia miliknya,
"Dan kau sendiri yang berkata bahwa Ketua OSIS tidak perlu repot-repot memeriksa kembali, karena ini diluar tanggung jawabnya." Ia meletakkan buku setebal satu koma lima sentimeter itu keatas meja sang Pembina,
"Dengan ini, saya ucapkan sampai jumpa." Dan ia melenggang pergi dengan aura mencekam disekitarnya, pintu ruangan telah ia tutup dengan sangat pelan.
Didalam ruang tersebut, tersisa Fukuda-sensei yang tengah meratapi nasibnya; —ia sedang mengais ubin, memalukan, memang.
"Apa dosaku sampai kau mengirimkan titisan Lucifer itu kesini, Tuhan?." Dan dengan air mata yang bercucuran, ia mengambil sekotak tissue, lalu mulai meniupkan semua ingusnya keluar dengan nada seperti sedang meniup terompet. Satu kata untuk dia; Najis.
.
.
XOXO
.
.
Akashi Seijuurou berniat untuk membabat habis seorang Sekretaris OSIS sore ini; —Mibuchi Reo.
Karena dia, seorang Akashi Seijuurou dituduh telah melakukan sebuah kesalahan. Akashi Seijuurou yang itu; yang Teladan, Menakutkan, Jenius, dan tidak pernah melakukan kesalahan. Dan kini, ia dituduh oleh sang Pembina OSIS karena kelalaian seorang hama bernama Mibuchi Reo.
'Awas saja kau, Reo sialan.' —Tanpa sadar, ia telah menghancurkan penggaris besi yang sedari tadi ia bawa. Rest In Peace, Penggaris-san.
.
"Oi, Nadeshiko!"
Teriakan seseorang membuat Akashi terdiam dilangkahnya yang ke lima puluh dua. Ia mengarahkan pandangannya ke seluruh penjuru sekolah, setahunya, bel telah berbunyi beberapa jam yang lalu, dan seharusnya, sudah tidak ada manusia selain ia dan para staff disekolah ini. Manik ruby serta amber miliknya melihat seorang gadis tengah mencak-mencak didepan kelas X Sains II. Dengan langkah lamban, ia melangkah menyusul gadis tersebut.
"Nadeshiko! Cepetan dong! Kita udah telat, nih! Jangan main catur mulu!" Lengkingan gadis itu terdengar lagi, kini Akashi hanya berjarak 8 meter dari arahnya, sesuatu yang dikatakan oleh gadis tersebut membuatnya tertarik, 'Catur? Oh, permainan papan yang seperti shogi itu ya..'
"Iya iya tunggu sebentar!" Seorang gadis yang diketahui bernama Nadeshiko itu menyahut, membuat Akashi tersentak, dengan cepat, ia telah bersembunyi dibalik tembok. Karena jarak yang bisa dibilang jauh, Akashi tidak dapat mendengar dengan jelas perbincangan diantara kedua gadis tersebut. Tapi, sayup-sayup ia dapat mendengar; 'Eeh? Akasia nya ga ada? Yah, yaudah deh aku nunggu bulan depan aja.'
Akashi menggeleng, apa-apaan ia? Tidak seharusnya seorang Akashi menguping pembicaraan orang lain. Apalagi, sampai memuji kecantikan seorang gadis yang bahkan tidak dikenalnya. Ya nggaklah, apa banget sih. Wanita tercantik didunia ini hanya ibuku. Dasar tsundere.
.
'Eh? Kenapa pula aku harus sembunyi? Aku kan ga melakukan hal apapun…' —Akashi Seijuurou; speechless.
.
Kini ia melangkah menuju tempat parkir disekolahnya, setelah melihat mobil Porsche berwarna merah ber-plat 'AK 45 HI' ia berjalan dengan santai menuju arah mobil tersebut. Sayup-sayup, ia mendengar suara keributan dari arah belakang, dan ketika ia menengok, ia tertohok.
'Gadis itu lagi?'
Tapi, ada satu hal yang membuat Akashi menyeringai; gadis tersebut pulang bersama Mibuchi Reo.
'Akasia? Baiklah, aku akan membelikan bunga itu untuknya. Dan Mibuchi Reo, kau harus membantuku mendapatkan gadis tersebut.'
Akashi kini mendaratkan bokongnya dengan mulus ke jok mobil, ketika menstarter mobil tersebut, ia teringat,
'Akashi-ya' (batin bergejolak; Akasia dan Akashi-ya pengejaannya sama, kan?)
Akashi terkekeh ditempat. —Dilain tempat, Mibuchi Reo diketahui bersin dengan alasan yang tidak jelas.
.
.
XOXO
.
.
"Um.. Reo-nee," Nadeshiko menggaruk salah satu pipinya; untuk menghindari kecanggungan. Reo menoleh, "Ya, Na-chan? Ada apa?"
"Kau kenal dengan Akashi Seijuurou, kan? Akashi Seijuurou yang itu, loh." Nadeshiko menatap kearah pekarangan rumahnya —yang terdapat disamping rumah seorang Mibuchi Reo. Reo menaikkan salah satu alisnya,
"Oh, The Lucifer, Sei-chan!"
—Hening,
"Nee-chan tentu saja kenal dengan Iblis satu itu, ada apa?" Reo memasang tampang (sok) polos, padahal dalam hati lagi teriak-teriak 'BANZAAAI! NADESHIKO EMANG PINTER DEH, LANGSUNG TAHU! NEE-CHAN SAYANG KAMU! KAMU PENYELAMAT HIDUP NEE-CHAN!'
"Tadi di loker aku nemuin sebuket bunga Akasia," Nadeshiko mengeluarkan buket bunga tersebut dari tasnya, "Dan aku menemukan ini," ia menunjukkan secarik kertas kepada Reo,
"Kalau Akashi-san ngasih aku sebuket bunga Akasia, itu berarti…" Nadeshiko menggantung kalimat yang ingin ia lontarkan, sedangkan Reo dengan setia menunggu lanjutannya.
"—He loves me in secret, and he's my secret admirer." Muka Nadeshiko bersemu, dan Reo menganga sekitar tiga senti; serius? Oh my god~ , ternyata Sei-chan bisa romantis juga!
.
"Na-chan, itu bahasa bunga ya?" —Mibuchi Reo.
"Iya, romantis kan, Reo-nee ? Kurasa Akashi-san bukanlah orang yang menyeramkan, anak-anak di sekolah saja yang terlalu hiperbola dalam mendeskripsikan dirinya." —Nadeshiko
.
—Seorang Mibuchi Reo berniat untuk membawa sang adik tercinta ke Rumah Sakit terdekat.
Ia sangat yakin, adiknya ini tengah dipelet oleh sang Pangeran merah.
Na-chan, kau tahu?; ia mendesah tertahan. Kaulah yang terlalu hiperbola, kau seharusnya tahu bagaimana tabiat Akashi jika dia sedang dalam mode 'normal'.
Karena bagi mereka; Para guru,staff, serta teman-teman lainnya yang kenal 'dekat' dengan seorang Akashi Seijuurou— Dia; Akashi Seijuurou, berada dalam mode normal jika dia memegang benda tajam—dengan aura mematikan— serta membuat mereka merasakan siksa neraka ala Akashi Seijuurou.
.
-TBC-
.
A/N ; Saya mengupload ketika episode 69 keluar, yeay! [/heh; Disini, saya membuat cerita berdasarkan bahasa bunga! Siapa tau nambah pengetahuan, iya kan? [/dor;
Ini fanfic multichap pertama saya, —ga pertama sih, toh dulu saya udah pernah nyoba dan langsung saya delete— Jadi, bagaimana kesan kalian terhadap fic ini? Tidak jelas? Atau ada yang ingin menyampaikan uneg-uneg lain? ( Sebelumnya, saya mohon maaf karena chapter 1 ini terlalu sedikit)
Akasia ; Cinta yang tersembunyi, secret admirer, I love you in secret
Bishop ; terletak no 3 dari samping bergerak dengan cara serong.
Knight ; terletak di samping no 2 setelah benteng, yang bergerak dengan model huruf L.
Rook ; yang terletak paling samping, yang berjalan dan memakan korbannya dengan berjalan lurus.
Kalau ada yang niat ngasih saran, silahkan tumpahkan saran kalian ke kotak review! [Untuk genre juga, tolong, saya buta genre] ~See ya next chapter!
Info tambahan; di chap ini terdapat flashback-an tentang 'mengapa Akashi mengirimkan bunga akasia ke loker milik Nadeshiko'
Jujur, awalnya saya mau pakai [Name] tapi pas mau di revisi ulang, saya mikir; 'ga cocok, mending cari nama aja deh!' [/dor;
Ini fic saya bikin pakai sistem kebut semalam (lagi) , saya bosaan~ HAHAHA. [/plek;
Special thanks to Irene dan Alice ! They gimme a lot of idea(s) ~!
Chapter 2 ;Aster
