Beneath You

Rated: T

Disclaimer: Still, Misashi Kishimoto Just Gimme the copyright! #Plak

Warning!: Bahasa sok Puitis, typos, gajelas, crack pair, OOC tingkat dewa dan segala sesuatu yang gaenak!-_-

GASUKA? SILAHKAN TEKAN TOMBOL BACK PADA LAYAR KOMPUTER ANDA! NO FLAME

HANYA MENHGARAPKAN KRITIK "MEMBANGUN!"

Prologue...

Kupandang seenggok manusia mungil yang tengah tertidur dihadapanku. Kuperhatikan dengan seksama malaikat mungil berambut coklat itu. Ia berbaring membelakangiku, ku beranikan diri untuk duduk dibelakangnya. Dengan hati-hati jari jemariku menyusuri lekuk wajah malaikatku itu. Garis alisnya yang hampir lurus, bibir yang lebih sering terlatup, dan hidung mancung. 'Mirip sekali dengannya', batinku.

Tiba-tiba saja kelopak mata malaikat itu terbuka, aku sedikit terlonjak karena kaget, lalu segera menarik tanganku menjauh dari wajah anak itu. Ia membalikan tubuhnya menghadapku. Kini bisa kulihat sepasang mata lavender yang tadi tertutup. Mata indah itu, matanya.

"Kaa-san?" Aku tersenyum kecil, sementara anak itu memincingkan matanya, mencoba memperhatikanku ditengah gelapnya malam.

"Aduh, Daichi-chan jadi terbangun. Maafkan Kaa-san ya."

"Apa yang Kaa-san lakukan disini? Ini sudah malam, kenapa Kaa-san belum tidur?" Dari nada bicaranya, serta kosa kata yang ia gunakan, benar-benar membuatku teringat akan sosok laki-laki yang juga memiliki mata lavender itu. "Kaa-san hanya... Kaa-san hanya ingin melihatmu, Daichi."

"Baiklah, tidak apa-apa kalau aku tidur? aku sangat mengantuk."

"Iya, maaf ya Kaa-san malah membangunkanmu." Ujarku sambil kembali tersenyum kecil. Daichi tersenyum kecil, lalu membalikan tubuh mungilnya. Namun baru beberapa menit matanya terpejam, ia membuka matanya lagi, lalu berbisik. "Kaa-san juga harus tidur, pasti Kaa-san juga sangat lelah." Aku terkekeh, merasa sangat geli karena perhatian yang ditujukan oleh anakku ini.

"Iya, Kaa-san ingin menemani Daichi-chan dulu, apa Daichi-chan keberatan?"

"Tentu tidak, aku hanya tidak ingin Kaa-san sakit." Aku tersenyum lalu membelai kepala anak itu. kulihat ia kembali memejamkan matanya. Dalam beberapa menit saja, Daichi sudah mendengkur kecil. Aku melirik ke wajah malaikat kecilku itu. 'Semoga kau bisa melihat malaikat kecil kita dari sana, Neji-kun.' Aku tersenyum kecil sambil menatap lurus kejendela kamar Daichi.

'Andai kau masih disini bersamaku, Neji-kun.' Aku menghela nafas panjang, aku mengutuk diriku sendiri karena masih mengingat-ingat dirinya. Tiba-tiba, sepasang tangan besar dan hangat meremas pundakku dari belakang.

"Sudah kuduga kau pasti dikamar Daichi-san." Ujar suara itu sambil berbisik. Aku membalikan tubuhku, dan kudapati suamiku tengah berdiri disana.

"Ah, kau sudah pulang." Laki-laki itu tersenyum samar, hampir tak terlihat malah. "Ini sudah malam, Tenten." Laki-laki berambut merah menyala itu mengulurkan tangannya, dan langsung kusambut. Kami pun sampai dikamarku, yang tentu saja kamarnya juga. "Teringat Neji-sama lagi?" aku tercengang begitu mendengar suara berat yang tercekat itu. aku menundukan kepalaku, tak sanggup menatap tatapan menusuk dari mata jade itu.

"Sudah kuduga." Aku langsung mengangkat kepalaku untuk menatap suamiku yang kini duduk disampingku. Baru saja aku hendak membuka mulutku untuk menjelaskan, tapi telunjuk Gaara sudah menempel di bibirku.

"Aku mengerti, Tenten." Walaupun bibirnya tersenyum, aku masih bisa melihat kesedihan yang mendalam dimata emerlandnya yang menatapku. Aku benar-benar merasa bersalah, sudah beberapa hari ini aku melihat tatapan sayu itu menusuk mataku. Membuatku tersiksa karena dirundungi perasaan bersalah.

"Kenapa? Kenapa kau melakukan ini, Gaara-kun?" bisa kudengar suaraku sendiri yang gemetar karena menahan tangis, sekuat tenaga kutahan air mata merembes dari mataku, tapi tetap saja sia-sia.

"Sudah kubilang, aku pasti akan menyelamatkanmu, Tenten." Aku kembali menangis mendengar perkataan tulus dari Gaara, ia menghapus air mataku dengan jempol besarnya. Lalu mengecup keningku, membuatku sedikit membaik. "Sudahlah, ini hari yang berat." Ujar Gaara.

"Lebih baik kau mandi sekarang, Gaara-kun. Aku sudah menyiapkan air panas untukmu." Ujarku sambil tersenyum kecil. Gaara menatapku dengan tatapan khawatir, mengelus kepalaku lalu beranjak pergi meninggalkanku.

Aku menghela nafas panjang, lalu berjalan ke balkon kamarku yang menghadap langsung ke pemandangar desa konoha. Sudah dua tahun aku tidak pulang kedesa tempat kelahiranku, tempat aku bertemu dengan Lee, Guru Gai dan teman-teman yang lain, juga tempat aku bertemu dengan Neji. Nama itu kembali berputar-putar dikepalaku. Kupandangi langit hitam konoha yang berawan itu. Tiupan angin malam menerpa wajahku, aku sangat merindukan desa ini. Ya, menikah dengan Sabaku No Gaara, sang kazekage suna membuatku harus pindah ke suna untuk menemaninya. Aku benar-benar bosan disana, sejauh mata memandang hanya ada hamparan pasir. Beberapa hari yang lalu, Gaara bilang ia tengah ada urusan dengan konoha dan ia pun mengajakku serta Daichi untuk ikut ke konoha. Ia tahu kalau aku merindukan tanah kelahiranku ini.

Tadi siang, saat Gaara tengah menjalankan tugasnya bersama Naruto yang kini telah menjabat sebagai hokage, aku sempat bertemu dengan beberapa teman lamaku. Aku sempat mampir ke toko bunga yamanaka dan mendapati Ino tengah menjaga toko bunga itu sambil menggendong seorang anak laki-laki yang berkulit putih pucat. Lalu aku mampir ke rumah sakit konoha dan bertemu dengan Hinata dan Sakura yang tengah merawat para pasien disana. Lalu saat tengah berjalan-jalan di pusat desa bersama Daichi dan Ino, aku melihat guru Gai yang rambutnya sudah mulai memutih tengah berjalan khayang bersama Lee. Benar-benar tidak ada yang berubah. aku benar-benar merindukan tempat ini, juga dirimu, Neji.

-END FOR PROLOGUE-

Hai para readers, saya newbie disini, bagaimanaa fanfic pertama sayaa? pasti aneh ya maaf maaf *nunduk-nunduk sambil nangis* maaf ya bagi yang gasuka dengan pairingnya maaf sekali *nampol jidat sendiri* saya sangat berharap reviews dari kalian semua baik dari para readers maupun authors yang mampir di fic gajelas saya *duduk dipojokan*. Nah! di chap selanjutnya isinya tentang nostalgianya Tenten nih jujur loh saya nangis pas nulis *Lebay! Iya soalnya saya juga salah satu pencinta Neji *mata jadi lopelope, jadi saya masih ga terima dengan kematian doi *di cekek om kishimoto. okai! demi berjalannya fic ini dengan baik dan benar (?) saya sangat mengharap kan reviews dari anda sekalian, terima kasiiihh!