CinDeidara

Disclaimer: Seiryuu Tayuya

Disclaimer asli: Om Kishi en Om Disney


Suatu hari yang (tidak) indah. Entah-di-mana-gakure, Ga-jelas no Sato, Tidak-diketahui no Kuni...

Ada sebuah kisah... Tentang dara jelita... Hidup slalu penuh dera dan siksa...

"Kaya'nya nggak deh, un..."

Yap! Kita sudah tidak asing lagi dengan 'un' itu! Sambutlah...

Cindeidara!! -baca: Sindeidara- (BGM: JREEEEEEE—NG!!) -penonton kabur semua-

Ehem! Mari kita ulangi.

-Replay-

Suatu hari yang (tidak) indah. Entah-di-mana-gakure, Ga-jelas no Sato, Tidak-diketahui no Kuni...

Ada sebuah kisah... Tentang dara jelita... Hidup slalu penuh dera dan siksa...

"Cindeidara! Mana boneka gw!?"

"Cindeidara! Cepet manicure-pedicure kuku gw!"

"Cindeidara! Mana origami gw!?"

"Bentar, 'kek, un. Lu pikir gw ini apa? Bisa ngelakuin kerjaan kaya' gitu sekaligus? Dasar stress, un..."

"Cindeidara!!"

"Un, un, un..."

Beginilah kesehariannya; selalu disuruh-suruh oleh ibu tirinya—Konan dan kedua kakak tirinya, Saori dan Itami. Sejak ditinggal ayah kandungnya, hidupnya selalu menderita.

"Hiks... Otou-san... Cepet balik dong... Lagian juga... Kurang ajar lu! Gara-gara lu pergi, gw jadi menderita gini tau, un!" teriaknya bagai sapi gila.

.

"Cindeidara, mana origami gw!? Mana gaun gw!? Mana ekspresinya!?" panggil Konan sang ibu tiren; dari ujung dunia, dengan kecepatan nada 1 km/sekon. "Uhuk! Uhuk!" akibatnya, dia mengalami batuk-batuk disertai pilek, juga gangguan pernapasan, janin, kanker, de el el.

"Nih, un."

"Kyaaa!! Kenapa gaunnya jadi origami!?"

"Tadi 'kan lu bilang 'mana origami gaun gw' 'kan, un? Yasud, ini origami gaunnya, un..."

"Eh, Baka! Denger ya, tadi tuh gw bilang, 'mana origami gw, mana gaun gw, mana ekspresinya'! Bukan 'mana origami gaun gw'! Plus, gw tuh emak lu! Harusnya lu lebih sopan sama gw!" omel Konan kepada Cindeidara, tapi Konan malah menghadap ke tembok.

"Makanya, jangan ngomong cepet-cepet, un—Eh, sejak kapan lu jadi emak gw, un?"

"Bacot lu! Pergi aja sono! Hush! Hush! Hush!" usir Konan.

'Tadi manggil-manggil gw. Gw udah dateng, malah diusir, un. Dasar stress...' batinnya.

.

"Cindeidara, cepet mandiin boneka gw!!" perintah teriak Saori dari kamar mayat—eh kamar mandi.

'Dasar sarap, un... Udah gede, tapi masih main boneka. Minta bonekanya dimandiin lagi, un.' batin Cindeidara.

"Cepetan, Cindeidara!!"

"Un..."

--

"Bau apa ini, un?"

"Nih, mandiin Hiruko-chan ya!"

"What!? Hiruko!"

"Yap!"

"Boneka kesayangan Saori-sama yang 'itu', un!?"

"Yap!"

"Yang badannya bulet, gede, gembel, cacat, plus bau itu, un!?"

"Ya—Eh! Sembarangan lu! Hiruko-chan tuh langsing, cantik, manis, en wangi tau!!"

'Hoeek... Najis...' batin Cindeidara.

"Cepetan sana! Gw juga mau mandi dulu!" Saori pun pergi meninggalkan Cindeidara dengan gaya Putri Solo lebay.

Cindeidara melihat ke jam dinding yang ada di kamar mandi itu. Jam 13.59. Dan Sasori baru saja mengatakan 'gw mau mandi dulu', berarti Saori belom mandi dari pagi.

"Weks! Pantesan bau, un!"

.

"Cindeidara! Udah selesai mandiin Hiruko-chan belom!?" teriak Saori yang baru selesai mandi kembang 7 hari 7 malam.

"Ada di tempat jemuran, un." jawab Cindeidara.

"Waa!! Baka! Kenapa Hiruko-chan digantung!?" tanya Saori mendramatisir sambil mendatangkan hujan lokal.

"Biar cepet kering, un."

"Huhuuu... Hiruko-chan... Jangan mati..." tangis Saori lebay dan dramatis.

"Cuma boneka gembel gitu aja ditangisin... Dasar sinting, un..."

"Sembarangan lu! Lagian juga, ini gara-gara siapa, hah!?"

"Gara-gara lu sendiri yang nyuruh gw mandiin Hiruko, un."

"Okaa-san! Cindeidara ngeselin nih!" seru Saori yang mengakibatkan semua lampu dan jendela pecah.

"Cindeidaraaa!! Lu apain Saori-chan, hah!?"

"Cih!" Cindeidara menatap Saori ekspresi wajah dasar-Saori-anak-mami-ngeselin-banget

.

"Cindeidara, come here!!" panggil Itami.

"Gw udah di sini kali, un!" respon Cindeidara yang sedang berada tepat di sebelah Itami.

"Eh monyong kerputan lu!" Itami latah.

"..." Cindeidara swt.

"Cindeidara, berani banget lu bikin gw latah!" omel Itami.

'Emang gw pikirin...' batin Cindeidara. "Ngapain lu manggil gw, un?"

"Mana masker wajah sama kutek gw!?"

"Chotto, gw ambilin dulu, un." Cindeidara pun berjalan pergi meninggalkan Itami.

--

"Cindeidara, udah belom!? Lama banget!" panggil Itami.

"Baru 2,0987654321 detik, un..." jawab Cindeidara.

"Cindeidara!"

"Nih. Masker sama cat-nya, un..."

"Huwaaa!? Kok jadi masker ala Kakashi sama cat tembok sih!?" tanya Itami sambil nunjukin benda-benda tersebut ke Cindeidara.

"Masker wajahnya udah habis, un. Makanya gw bawain masker ala Kakashi, un. Trus, kutek 'kan sama aja kaya' cat tembok, un. Makanya gw bawain cat tembok aja, un." jawab Cindeidara enteng.

"Lu mau muka gw yang cantik ini jadi cacat apa!?" tanya Itami.

"Mau cacat 'kek, mau enggak 'kek. Emang gw pikirin. Lagian juga, muka lu udah cacat dari lahir 'kan, un?" balas Cindeidara santai.

"Okaa-san! Cindeidara nih!" seru Itamiyang mengakibatkan semua hantu yang lagi gentayangan langsung lari terbirit-birit ke kuburan mereka masing-masing dan tidak akan keluar lagi selamanya.

"Cindeidraaa!!"

'Kena marah lagi deh, un...' batin Cindeidara dengan ekspresi wajah dasar-Itami-dan-Saori-sama-sama-anak-mami-yang-ngeselin-abis!

.

"Cindeidara!" panggil Konan yang ada di teras lantai satu, kepada Cindeidara yang ada di lantai 2.

"Nani?" respon Cindeidara yang baru saja melompat turun dari lantai 2 ke teras lantai 1.

"Gw sama Saori-chan en Itami-chan mau shopping ke mall dulu," jawab Konan.

"Jangan lupa urusin Hiruko-chan en Sandaime Kazekage." sambung Saori.

"Habis itu, siapin 100 piring dango buat makan malam." timpal Itami.

"Ja mata~" pamit Konan dengan lebaynya.

"Dasar sarap, un..." kata Cindeidara begitu Konan dan anak-anaknya sudah berada nun jauh di sana.

--

Sementara itu, di Istana Sang Pangeran...

Tok tok tok...

"Ouji-sama, Pein-sama ingin bertemu dengan anda..." ujar seorang pelayan berkulit biru pucat.

"..."

Hening. Tak ada jawaban.

Klek...

"Ouji-sama?" pelayan bernama Kisame itu membuka pintu kamar sang pangeran dan terkejut. "Gyaaa!! Pein-sama, ouji-sama hilang lagi!" teriaknya sambil berlari mengelilingi istana 300 putaran ditambah push up 500 kali, pull up 700 kali, dan sit up 900 kali.

"Berisik lu, Same!" protes seorang pengawal bermata hijau seperti uang yang mengenakan masker.

"Kakuzu! Ouji-sama hilang lagi!" lapor Kisame panik.

"Apa!?" tanya Kakuzu mendramatisir. (BGM: JEJEJEEEENG!!)

"Makanya—"

"Gawat! Kalo ouji-sama hilang, bisa-bisa nanti gaji gw dikurangin! Gimana ini!?" Kakuzu panik karena hal lain.

"Nani!? Dia hilang!?" terdengar suara dari belakang Kisame dan Kakuzu.

"Glek!" mereka pun menoleh ke belakang mereka. Rupanya, sang raja berambut oranye jabrik itu mendengar percakapan mereka.

"Gyaaa!! Ampun, Pein-sama!!"

TBC


Starring:

Deidara as FemDei, Cindeidara
Konan as Konan, sang ibu tiren -digeplak- maksudnya, sang ibu tiri

Sasori as FemSaso, Saori a.k.a kakak tiri Cindeidara

Itachi as FemIta, Itami a.k.a kakak tiri Cindeidara

Kisame as Kisame, sang pelayan

Kakuzu as Kakuzu, sang pengawal
Pein as Pein, sang raja
??? as ??? sang pangeran
??? as ??? sang narator
??? as ??? sang ibu (?) peri


A/N: Terinspirasi saat mendengarkan lagu 'Cinderella' (Radja), dan saat membaca fic 'Snow White's Story' (Aozora Quarix)

Kenapa Dei yang jadi Cinderella? Karena Dei en Cinderella-nya Om Disney sama-sama berambut pirang! Udah gitu, Dei bishounen banget!
Kenapa Sasori en Itachi jadi kakak tirinya? Karena di 'Cinderella' Om Disney, warna rambut kakak tirinya Cinderella sama kaya' warna rambut Sasori
en Itachi. Lagian juga, mereka 'kan bishounen di Akatsuki.

Kalo Sasori jadi kakak tiri Cindeidara, siapakah sang pangeran yang sebenarnya?


Behind the scene:

"Lady and gentlemen! Kumpul!" perintah Pein.

"Nanda, Leader-sama?"

"Ada yang tau, besok hari apa?" tanya Pein.

"Oh! Tobi anak baik tau! Besok hari Minggu!" Tobi mengacungkan jarinya.

"Bukan itu, Geblek!" jawab Pein.

"Bhuuu... Leader-sama yang geblek! Liat di kalender, dong! Besok 'kan hari Minggu!" balas Tobi.

"Tapi bukan itu maksud gw..."

"So what gitu loh?" tanya Akatsuki lainnya.

"Besok tuh—" jawab Pein.

"Oh! Tobi tau! Besok Dei senpai-chan ulang tahun! Yeeeii! Pesta!" seru Tobi girang sambil loncat-loncat di atas sofa butut.

GUBRAK!!

"Aduh..." akibatnya, Tobi jatuh dari sofa butut itu.

"Tapi gw ulang tahun 5 Mei, un."

"Kalo gw 2 April!" sambung Hidan.

"Gw 9 Juni." sambung Itachi.

"20 Februari," sambung Konan.

"8 November..." sambung Sasori.

"15 Agustus." sambung Kakuzu.

"18 Maret!" sambung Kisame.

"Wooi!! Kok kalian jadi pada ngebahas tanggal ulang tahun sih!?" protes Pein.

"Bilang aja dia marah karena ga ada yang tau hari ulang tahunnya..." kata Kakuzu.

"Betul!" jawab yang lainnya kompak.

"Hiks... Biarin aja ga ada yang tau hari ulang tahun gw... Hiks..." Pein pundung di pojokan dengan lampu sorot yang menyinarinya.

"Ya udah, sebenernya kenapa?" Akatsuki lainnya (terpaksa) bersedia mendengarkan ocehan panjang luas Pein yang sangat (tidak) berguna.

"Jadi gini loh..." Pein langsung kembali semangat. "Besok tuh hari ulang tahun—"

"Tuh 'kan! Tobi betul! Besok ada yang ulang tahun!" sela Tobi.

"Silent!!" perintah Pein.

"..." Akatsuki lainnya langsung diam.

"Jadi gini loh, besok tuh hari ulang tahunnya... Akatsuki-chan!!"

"..."

"Kok diem? Jawab 'kek!"

"Tadi 'kan Leader-sama suruh diem." jawab Kisame.

"Ya udah, sekarang buka mulut kalian!"

"Aaa..."

"Kok 'Aaa'?"

"Katanya suruh buka mulut..." jawab Itachi.

"Maksud gw, kalian boleh ngomong lagi!!" ada beberapa urat marah di kepala Pein.

"Bilang 'kek dari tadi. Trus, Nagato... Akatsuki itu siapa!? Selingkuhan lu!?" Konan bersiap menonjok Pein dalam cemburu mode.

"Hiiiy!! Bu-bukan, Konan-chan! A-Akatsuki-chan itu o-organisasi kita!" jawab Pein ketakutan.

"Oh... Terus?" Konan sudah kembali ke normal mode.

"Ja-jadi. ada yang berpikir mau adain acara ga?" tanya Pein.

"Kita buka cafe!" jawab Kakuzu.

"Ide bagus! Cafe apa?" tanya Pein.

"Cafe pemalakan uang!"

Pein swt. "Ada ide lain?"

"Toko tanaman!" jawab Zetsu putih. "Restoran kanibal!" timpal Zetsu hitam.

"Tempat untuk menjadi anak baik kaya' Tobi!" sambung Tobi.

"Tempat menyembah Jashin-sama!"

"Tempat meledakkan barang, un!"

"Pertunjukkan boneka!"

"Tempat khusus manicure-pedicure!"

"Toko ikan!"

"Drama!" jawab Konan.

"Boleh juga! Drama apa?"

"Drama boneka!"

"Kanibal!"

"Katsu, un!"

"Jashin-sama!"

"Anak baik!"

"Ikan!"

"Sasu-chan!"

"Apa aja! Yang penting ngasilin duit!"

"Cinderella!" sambung Konan.

"Oke! Sudah diputuskan, kita akan main drama 'Cinderella'! Tapi, siapa yang jadi Cinderella-nya?"

"..." Akatsuki -minus Pein en Konan- menatap ke Konan, dan... "Gyaaah!!" mereka langsung teriak.

"Kenapa sih!? Emang gw hantu!?" tanya Konan tersinggung.

"Bu-bukan. Kalo Konan jadi Cinderella, berarti. pangerannya... Leader-sama!?" tanya Sasori tidak percaya.

"Emang kenapa?" tanya Pein.

"Serem tau! Masa' ada pangeran bertampang setan!?" jawab Zetsu hitam.

"Zetsu..." Pein menyiapkan Chibaku-Tensei.

"Bu-bukan gw! Itu tadi si hitam!" Zetsu putih panik.

"Ya udah! Kalo gitu, kita putusin pemerannya pake undian!" ucap Pein (sok) bijaksana. Dia pun mengambil sebuah mug retak yang dibeli di toko barang loak. Di dalamnya ada beberapa kertas yang digulung. "Masing-masing ambil satu! Siap? 1, 2, 3!"

"..."

"Eeekh!?"

TBC