SWEET ESCAPE

.

.

Hening dan mencekam, itulah gambaran situasi di ruang tengah. Ibu dan Ayah berdiri menghakimi, seolah mengulitiku melalui tatapan tajamnya. Sedangkan Kakak perempuanku tetap fokus terhadap tugas yang sedang dikerjakannya, sama sekali tidak peduli.

"Hakyeon.. Apa sulitnya belajar dibandingkan si jenius kakak mu yang mengurus perusahaan besar?"

Lagi-lagi dibanding-bandingkan, aku sangat membeci hal ini! Baiklah kakak ku memang jenius, tapi bukan berarti aku bodoh. Aku sengaja melakukan ini, aku ingin membuat kedua orang tua ku marah besar dan memindahkanku ke Universitas jurusan Seni Tari, karena itulah aku bersikeras agar selalu mendapat nilai 'D' pada saat ujian. Aku tidak ingin meneruskan studi yang sedang ku jalani saar ini, yaitu di bidang Managemen Bisnis. Aku memang satu-satu nya anak laki-laki dan satu-satu nya penerus perusahaan Ayah, tapi aku sama sekali tidak berminat akan hal itu. Jiwa seni tari sudah melekat pada diriku, dan itu adalah mimpiku sejak kecil.

"Hahh.. Bagaimana kalau ku carikan bantuan tutor profesional?" Ibu melembut, menghampiri ku dan menarik pelan daguku agar terangkat menatapnya.

"Aku yakin, nilaimu pasti akan terorganisir kembali. Kau itu tidak bodoh sayang, aku sangat mengenal dirimu." Tiba-tiba Ibu memelukku, tentu rasa hangat yang nyaman hampir membuatku menangis. Aku ingin mengatakan semuanya pada Ibu dan Ayah, tapi aku belum siap menerima konsekuensinya. Akhirnya aku hanya diam membalas pelukan Ibu, dan sesekali menatap Ayah yang sudah duduk di sofa sambil mengelus kasar wajahnya -frustasi.

.

.

"Ayah.. Biarkan aku pulang memakai bis kota." Ayah mengerutkan keningnya dan menoleh padaku.

"Kenapa tidak minta sopir Kim saja yang menjemputmu?" Aku terdiam lalu menggeleng pelan, Halahh.. terus saja di jemput, memangnya aku ini anak TK apa!?

"Sudahlah, aku hanya ingin jalan-jalan ke toko buku sebentar, kau tidak perlu khawatir." Aku segera keluar dari mobil lalu menutup pintunya dengan sedikit kencang –refleks.

Kedua kaki ku baru saja akan berpijak di ruang kelas kalau si berisik Jaehwan tidak menyeretku dengan seenaknya! Sahabatku yang berkulit putih bagaikan putri salju di negeri dongeng dan hidung mancung nya seperti Pinnochio, Oke abaikan yang terakhir.. Itu terlalu berlebihan untuknya.

"Hei ada apa denganmu Jae!?"

"Kau boleh membuka mulutmu saat kita sampai di mading oke?"

"YA!"

"Ssst.. diamlah.."

Pada akhirnya aku hanya menurut, demi lengan bajuku yang dipastikan akan sobek jika aku meronta lebih.

Tak terasa kami sudah sampai di depan kerubunan para mahasiswa dengan segala kebisingannya. "Minggir.. minggir.." Tck. Inilah beruntungnya memiliki Jaehwan, dia dengan segala sifat aslinya yang sangat menakutkan bisa membuat orang-orang disekitar menuruti apa yang diperintahkannya. Jangan salah, walaupun ia bukan anak dari salah satu penanam saham tertinggi di Universitas ini tapi Keluarga Lee sangat bersinar terang di kalangan masyarakat karena perusahaan besar yang dibangun Ayahnya sendiri.

"Hakyeon! Lihat! kau berada di urutan 576!" Ujar Jaehwan penuh penekanan tepat di depan wajahku. Apa!? Sungguh dia manusia terkonyol yang pernah kutemui, hanya itu saja yang ingin dia tunjukkan!? Sialan itu..! apakah ia ingin membuat aku malu dengan suara lantangnya!?

Tanpa memperdulikan berbagai tatapan disekitar, aku melepas paksa tangan Jaehwan dan berbalik arah menuju kelas. SIAL! SIALAN KAU LEE JAEHWAN! Awas saja jika kau masih menempeliku kali ini.

"Hei! Kau mau pergi kemana!?" Dia berteriak dan aku terus saja berjalan, ah apa peduliku.

.

.

"Hei manis!? Bicaralah sedikit, kau ngambek karena hal tadi hah!?" Jika bisa aku ingin membekap mulutnya dengan plester abadi.

"Berhenti mengataiku manis, pinocchio!"

"Ayolah Hakyeon, ini kan bagian dari rencanamu. Masa gitu aja ngambek!?"

"Kau itu bodoh ya, mana bisa kau mengumbar aib menjijikan ku seperti tadi HAH!?"

"Hahaha.. tenang saja, kalau kau sudah tampil di televisi mereka juga akan lupa dengan masalah itu."

Tampil di televisi ya.. Apakah aku masih bisa mewujudkannya? Dengan dukungan yang minimal dan usaha yang maksimal, sangat tidak seimbang. Jika aku menari lagi dan sukses karenanya, apa Ibu dan Ayah akan bangga terhadapku? Apakah aku akan mendapat sanjungan seperti Kakak? Tidak mungkin, mereka membenci hal itu. Ah tidak! Itu terdengar lemah sekali buatku, jika aku harus menelan pahit-pahit mimpi besar itu aku tidak akan sudi. Aku akan terus menjalankan rencana ini sampai Ibu dan Ayah mau mendengarkan aku.

"Hei.. bagaimana kalau kita hampiri si kutu buku di perpustakaan!?"

"Tidak, aku sedang tidak mood. Aku akan ke atap, beritahu pada dosen kalau aku sedang sakit."

Bukan hanya sekedar membolos, disana lah aku belajar. Biar rencana tetap jalan, bukan berarti aku benar-benar melupakan materi yang disampaikan dosen. Jika aku tidak 'membodohi' diri sendiri pasti saja urutan ku berada jauh di atas sana.

.

.

Seperti biasa, aku menempatkan diri di tepian gedung yang terlindung dari sinar matahari, kusiapkan alat perekam dan note kecil yang selalu ku bawa di saku celana. Baru saja akan mencatat apa yang keluar dari alat rekam milikku, si pangeran Universitas sudah duduk di sampingku dengan wajah datarnya. Penampilannya yang hanya memakai kaos putih dan celana denim membuatku.. ya tentu biasa-biasa saja, terlalu santai malah. Memangnya apa yang kalian harapkan!? Aku yang tiba-tiba merasa gerah karena penampilan so sexy nya itu!?begitu!? HELL NO! For your information aku masih menyukai wanita dengan wajah imut dan body sexy nya. Bukan dengan pria bertubuh besar dengan benda kepemilikan yang sama denganku.

"Kau itu pintar tapi bodoh juga ya.." Lihatlah bagaimana bisa dia mengejekku dengan wajah datar kebanggaannya.

"Tutup mulutmu datar! Kau ini sukanya mengganggu orang ya." Ia menatapku, masih dengan wajah datarnya.

"Tck.." Apa maksudnya dia menyeringai begitu, menjijikan! Dengan santainya ia kembali bersandar pada tembok pembatas, telinganya sudah terpasang earphone seperti biasanya. Apakah benda itu menempel abadi di telinganya!? Hahaha dasar si datar tukang tebar pesona!

"Hakyeon.. namamu Hakyeon kan?"

"...Darimana kau tahu?"

Ia mendekat ke arahku, menatap aku dengan jarak yang tidak wajar.. HEI! Tunggu ada apa dengan si datar ini!?

Semakin dekat saja! Tidak! aku tidak bisa mundur lagi, mungkin saja aku bisa mendorongnya sekuat tenanga kalau kedua tangannya yang lebih besar dariku tidak mencengkram kedua tangannku.

"Kau manis.. Hakyeon.." Aku tidak lebih peduli pada ucapannya dibandingkan deru nafasnya yang sudah bisa kurasakan dengan kulit wajahku.

"Kakakmu yang cantik itu.." Kenapa!? Ada masalah apa dengan sosok si 'Dewi' di rumah ku?!

"Brengsek lepaskan aku.." Aku tidak bisa berucap dengan leluasa, bisa-bisa bibir ku menubruk bibir si datar.

"Mulai sekarang kau harus menuruti apa kata Tutor mu, manis.." SIALAN KAU CHA EUNJI! DIAM DIAM TAPI KAU PEDULI JUGA PADAKU! Bagus... Bagaimana caranya aku keluar rumah untuk latihan di gedung perusahaan?! Kakakku sendiri yang menjadi perusak hidup adiknya yang nakal ini..?! Baiklah, aku akan menerimanya. Tapi bukan berarti aku akan berhenti sampai disini, apapun caranya aku harus bisa debut secepatnya. Otakku pintar.. tentu saja! aku akan memutar cara lain, ah tunggu dulu... Bukankah ini rencana Ibu agar aku mendapat seorang Tutor!? Ck kalau bukan karena Ibuku aku ingin menguliti si Eunji sialan itu.. Mengapa tutor ku harus seorang pria!? dia pikir aku gay apa!? Dan si Jung Datar ini kenapa harus jadi pilihannya!? Ah aku lupa kalau dia memang si otak encer.

"Oh.. baiklah, ada apa dengan sikap mu itu tuan muda Jung!?" Yah jika aku melawan dan ketakukan dia akan semakin menggila. Nah.. ia melepaskan genggamannya juga akhirnya, ugh! Ini sangat nyeri jika kau tau.

"Mulai sekarang aku akan selalu berada di sampingmu, aku akan mengawasimu tuan muda Cha!" Ucapannya sangat menggelikan! Ugh! Ia mengangkat satu alisnya sumpah aku tidak tahan dengan..

"Hentikan seringai bodohmu tuan muda Jung!"

.

.

To Be Continued

.

.

Ps : Disini karakter Hakyeon itu kasar dan arogan ya, kalau tidak suka OOC silahkan meninggalkan laman, karena kemungkinan sifat yang dimiliki peran berjalan sesuai alur cerita. Tolong review sesudah membaca ya