Don't Touch My Chest
Warning: Yaoi, bahasa tidak baku, funny, cara tulis yang seenaknya saja, without proofread, typo, etc. (buat ini karena iseng saja di kuliah pas lagi bosen pake hape, kan mending ada daripada tidak dipost sama sekali xD)
PAIR: Krisho, sedikit sulay/? Suka suka saya
Rated: M/ T+, 15+ (soo smut~).
Disclaimer: Story ARE MINE, no plagiarism is allowed. Kesamaan dengan ff yang lain adalah unsur ketidaksengajaan.
A/N: idea derived from a yaoi manga xD
.
promosi
aku sudah update semua ff #krisho ya, tolong dicheck bagi yang belum baca n reviewnya plis ^^ (terutama yg submit to me slave & high school love story) sisanya bakal diupdate 2/3 bulanan lagi xD kalo sempat mungkin aku post sebelum itu satu dua biji.
#CHANSOO: " you masochist slut" rated M, pwp, one shot, n21.
.
~^^happy reading ^^~
Don't Like don't read
#Please Don't Be Silent#
Is this even PWP? =.="
Suho menggeliat resah di bawah alam sadarnya, ia mendengus tidak nyaman sesekali tangannya berusaha menepis kedua lengan yang dengan seenak hati memeluk tubuhnya, kedua alis mata hitam nan tebal itu seperti tertaut dengan dahi berkerut sampai sang empunya akhirnya membuka kedua matanya, terbangun dari mimpi manisnya dan mencubit lengan sang empunya yang mengaduh kesakitan.
" apaan sih? Sudah kubilang jangan memelukku, aku tidak suka" Suho menaikkan suaranya jengah, siapa sih yang senang bila tidurnya diganggu? Tidak ada kan.. termasuk namja bermuka seperti angel seperti Suho ini juga bisa marah kemudian melemparkan bantalnya pada muka seseorang yang selalu tidur di sampingnya selama satu setengah bulan ini.
Pemuda berkhas lesung pipi yang manis itu mempoutkan bibirnya sedih, Lay namanya " tapi kan aku pacarmu Ho.. masa iya kamu tidak membiarkanku menyentuhmu sama sekali, selama sebulan ini kita cuma berpegangan tangan saja, itu yang namanya pacar hah?"
Itu lagi.. itu lagi
Suho menggerutu kesal, ia berbalik menghadap kekasihnya itu kemudian menempelkan bibirnya pada bibir yang setengah terbuka tersebut sebentar, mencipok lebih tepatnya " puas yixing sayang? Kita bukan hanya sekedar pegangan tangan saja kok ^^ sekarang tidurrr…" ucap Suho dengan nada memerintah, ia menower kepala di hadapannya dan menyuruhnya berbalik, dengan lengan satu yang terbiasa ia letakkan pada pinggang Lay lalu melanjutkan tidurnya.
"kekasih" itu sebenarnya cuma status saja sih, kedua manusia itu mendefinisikan pacaran sebagai rasa suka, tidak harus memiliki rasa sayang ataupun cinta, ketertarikan saja cukup, dan itu termasuk dalam ketertarikan fisik. Suho yang tampan sekaligus manis, elegan dengan muka-muka yang bila datar akan terlihat songong ditambah dengan aura-aura prince nya yang mengudara tentu saja dengan mudah menarik siapa saja yang melihatnya, termasuk Lay. Daripada kalah cepat, Lay lebih baik segera menembak Suho sebelum namja yang memikat perhatiannya itu direbut mangsa lain, sedangkan Suho… dia tahu Lay cukup terkenal di kalangan murid seangkatannya karena statusnya sebagai main dancer di sekolah, keimutannya dengan bibirnya yang suka pouting dan lesung pipinya yang manis membuat Suho langsung menyetujuinya tanpa berfikir panjang.
Namun ada satu hal menyusahkan yang harus dialami seorang Suho setiap harinya yang sebenarnya dirahasiakan Suho dari Lay…
Tentang mengapa ia tidak pernah membiarkan Lay memeluknya atau terlalu berskinship ria dengannya…
Nipplenya.
Suho yang entah kenapa terlahir dengan nipple yang super sangat sensitivenya itu sungguh sangat amat menyusahkan kehidupannya.
Takut predikat semenya jatuh… tidak pernah ia katakan kepada Lay perihal dua tombol imut yang setiap harinya mencuat indah tersebut, tidak juga kepada sahabatnya atau yang lainnya. Bisa-bisa ia dibully atau ditertawakan karena kelainannya yang seperti wanita tersebut, bahkan Suho yakin ada banyak wanita di luar sana yang nipplenya tidak sebegitu sensitive daripada miliknya itu T_T.
Suho jadi tidak bisa bergerak terlalu banyak supaya baju yang dipakainya tidak tergesek dengan kepala nipplenya, bahkan band aid yang dipakainya setiap hari untuk menutupi kepala nipplenya tidak begitu membantunya. Dia bahkan harus menanggung malu karena di musim panas dia tetap harus memakai blazer sekolah atau jaket dimana teman-temannya yang lain dapat memakai seragam lengan pendek, tentu saja untuk menutupi tonjolan yang bisa tiba-tiba mencuat karena rangsangan yang secara tiba-tiba. Suho juga paling anti untuk berdiri di belakang orang lain, karena orang di depannya sewaktu-waktu bisa saja menggerakkan tangannya dan tidak sengaja menyakiti dadanya dengan sikunya. Sakit sekali asal kalian tahu T_T
Hari yang paling menyusahkan bagi Suho adalah ketika ia mengikuti pelajaran olahraga, karena kain olahraga yang dipakainya akan sering bersentuhan dengan dadanya dan membuatnya susah berkonsentrasi dengan aktifitasnya, acap kali ia pura-pura mengeluh sakit untuk melarikan diri ke UKS, namun ketika nilainya sudah dibutuhkan, mau tidak mau dia tetap harus melakukan olahraga tersebut. Alhasil setelah olahraga wajahnya akan memerah, matanya menjadi sayu dan tubuhnya bergetar tidak jelas sehingga gurunya berfikir ia sakit dan menariknya ke UKS. Bukan hanya itu saja, masih banyak cerita lain mengenai nipple malangnya yang tidak bisa ia jabarkan.
Seperti sekarang ini…
" Suho.. tolong antarkan buku-buku ini ke kantor guru ya… saya harus rapat setelah ini" pinta wali kelasnya ramah sebelum ia mengurus berkas-berkasnya dan beranjak keluar kelas dengan agak terburu-buru.
Suho menurut saja tanpa banyak menggerutu, dengan wajahnya yang serius dan terlihat bijaksana itu membuatknya selalu ditunjuk sebagai wali kelas. Namja yang tidak begitu tinggi itu tentu saja kewalahan membawa buku-buku tebal yang berjumlah sekitar 58 itu ke lantai tiga meski tangannya yang agak berotot itu sudah terlatih membawa barang berat, untuk informasi, suho selalu melatih kedua tangannya dengan barbel 2 kg di kamarnya setiap malam.
Namja itu perlahan membawa buku itu dengan penuh kehati-hatian, lebih tepatnya berhati-hati supaya buku yang bertumpuk melebihi batas kepalanya itu tidak mengenai dadanya. Karena tatapan matanya yang terlalu fokus ke bagian atas tubuhnya, ia bahkan tidak sadar teman sekelasnya, Kris, berlari kecil ke arahnya berniat untuk membantu membawa bawaannya.
" hey! Itu terlihat berat.. biar aku bawakan setengah" Kris tanpa menunggu persetujuan Suho langsung dari samping menyambar setengah tumpukan buku tersebut.
Sebelum Suho terkaget karena kedatangan sosok jangkung berambut abu-abu itu, ia terlebih sudah dikejutkan oleh ujung jari manis dan kelingking kiri Kris yang tidak sengaja menggaruk nipple kanannya ketika Kris menyambar tumpukan bukunya, serangan mendadak itu membuatnya tidak mampu menahan desahan halus yang dihasilkan pita suaranya.
" Ahhh~"
Suho reflek menutup mulutnya dengan kedua tangannya, tidak sengaja menjatuhan bawaannya sehingga buku-buku itu berserakkan di ruang koridor. Kris tentu panik menemukan wajah teman sekelasnya yang tiba-tiba memerah hingga ke telinganya, tubuh yang lebih kecil darinya itu kini sedikit bergetar dan berjongkok sembari memeluk lengannya, lebih tepatnya melindungi nipplenya yang mencuat, tidak begitu jelas tentu saja karena sudah terlindungi oleh blazer yang dipakainya.
" y..ya! gwenchana?"
Kris berusaha menggapai tubuh mungil itu namun Suho menggunakan tangan kirinya dengan gerakan menghalau, sedangkan tangan kanannya masih menggenggam lengan kirinya sendiri dengan erat. " ti..dak.. apa-apa.. pergilah ke kantor guru duluan, nanti aku nyusul"
" mwo? Dan membiarkanmu disini?" balas Kris ragu.
" a..aku beneran tidak apa-apa.. pergilah!" sergah Suho lagi.
Suho malu, sungguh sangat malu, terutama ketika ia telah menyadari sesuatu yang sedikit terbangun diantara selangkangannya yang berusaha ia tutupi dengan blazer panjangnya. Selalu saja begini, hanya dengan nipplenya yang tersentuh sedikit saja, terutama tanpa persiapan, ia dengan mudahnya berereksi. Namja bertubuh putih itu berharap Kris tidak akan sadar dengan ereksinya yang sedikit menggembung pada kain celana hitamnya itu, tapi sepertinya lelaki yang kurang peka itu berjalan meninggalkannya menuju ke ruang guru, sesekali menatapnya dengan ujung mata yang menunjukkan kekhawatiran tentunya. Suho pura-pura membereskan buku-buku yang ia jatuhkan itu hingga lelaki Canada itu menghilang dari pandangan, lalu perlahan ia menggenggam ereksinya dari luar kain celananya demi menahan hasratnya.
Masa bodoh dengan buku-buku ini… ia harus meredakan ereksinya dulu sebelum kelas olahraganya tiba. Segera dicarinya ruang kamar mandi terdekat lalu mengurus kebutuhannya di dalam sana, dengan mengigit ujung blazernya meredam desahan tentunya.
.
.
.
" kamu sudah tidak apa-apa kan?"
" i..iya… tidak perlu khawatir" Suho tersenyum kaku ke arah Kris dan berdiri di sebelahnya, hampir saja Suho dimarahi oleh guru olahraganya karena agak terlambat menuju lapangan, awalnya sih Suho mau meminta izin sakit perut supaya ia bisa absen lagi, namun karena ketua yayasan hari ini berada di sekolah untuk mengecek aktifitas sekolahnya, gurunya tidak mengizinkan muridnya itu untuk tidak mengikuti pelajarannya. Bisa-bisa ia dipecat nanti.
Karena ingin menguji kelenturan tubuh anak muridnya, guru itu menyuruh semua muridnya untuk melakukan parkour, yang dilakukan Suho tanpa berputar terlalu banyak, kemudian dilanjutkan untuk membuat menara yang terdiri dari 10 orang. Suho sudah hampir menangis ketika ia dipilih untuk berdiri di atas puncaknya, menyadari betapa kecil dan pendeknya anak itu, tidak mungkin ia disuruh menjadi base dan membiarkan punggungnya diinjak oleh teman sekelasnya yang jauh lebih tinggi, besar dan berat. Meski takut akan ketinggian, Suho dengan kaki bergetar terpaksa memanjat pada ketinggian tersebut, Suho merasakan Kris membantu mendorong pantatnya supaya ia dapat dengan mudah mencapai menara tertinggi tersebut. Tidak butuh lama bagi Suho untuk membentuk menara manusia itu dengan sempurna.
Kris tersenyum lebar di bawahnya menyadari ketakutan Suho yang berdiri dengan kaku di atas, dapat terlihat kaki kecil itu semakin bergetar-getar tidak jelas " tidak apa-apa, ada aku disini menyelamatkanmu kalau kamu jatuh" jeritnya supaya yang di atas sana dapat mendengarnya, namun tetap saja tidak dapat menghilangkan ketakutan Suho.
3
2
1
BRUK
Menara manusia itu runtuh ketika stopwatch itu berhenti di angka 00.00, membiarkan tubuh kecil yang berada di paling atas itu terselip salah satu kakinya diantara himpitan manusia, sedangkan kakinya yang lain tergelincir sehingga tubuh kecil itu terdorong ke belakang. Namja dengan mata yang kini agak berair itu hampir menjerit dan menutup kedua matanya rapat, berfikir dirinya akan jatuh sebelum ia merasakan satu rangkulan besar nan hangat yang melingkar di pinggangnya, menyelamatkannya sebelum tubuh itu menghantam lantai.
" hahaha.. kok nangis sih?" tawa itu mengalun ketika mendapat wajah pucat itu terlihat lucu dengan mata berpuppy eyes yang kemerahan dan berkaca-kaca, bibir bergetar yang agak melengkung ke bawah, ada yang basah dibawah kedua matanya yang sudah pasti adalah air mata Suho, anak itu benar-benar takut ketinggian rupanya.
Tubuh kecil itu masih belum sepenuhnya diturunkan Kris ke lantai, namun Suho sudah bergerak-gerak kesal, seperti anak kelinci yang meronta dilepaskan dari genggaman " ya! Kamu tidak tahu seberapa menakutkannya dari atas! Sudah dingin… semuanya malah melihat ke arahku, belum lagi di bawah ada Sehun yang mereng-mereng seperti menara pisa. Kalau aku jatuh terus kena kepalaku gimana.. masa iya aku mati dengan tidak elitnya" celotehnya seperti ibu-ibu pasar, membuat Kris semakin geli melihat teman sekelasnya yang rupanya tidak sedingin dan sesempurna perkirannya. Tentu saja melihat aura songong seorang Suho membuat semua orang berfikir ia lahir dari kalangan yang berbeda.
Setelah kedua tapak kecil itu akhirnya menapak lantai, Kris melepaskan pelukan di pinggang kurus Suho dan beralih pada kedua ketiak Suho untuk menyeimbangkannya, sialnya lagi-lagi telapak tangan serta jari-jari panjang itu tidak sengaja bersentuhan dengan kedua benda sensitive yang Suho hampir lupakan karena trauma ketinggiannya.
" nghh…!" tubuh itu menggelinjang karena kali ini tekanan pada nipplenya lebih terasa, terlebih langsung dilancarkan pada keduanya yang sebelumnya sudah mengeras karena rangsangan kain olahraganya. Kris yang kali ini hanya berdiri di belakang menopang tubuh lemah itu tentu saja mendengar desahan manis yang cukup kuat meluncur dari bibir tipis Suho. Kris membulatkan matanya meragukan pendengarannya. Dengan iseng, lebih tepatnya penuh penasaran, Kris mencoba menggerakan tangan kanannya lagi untuk menyentuh kacang yang baru disadarinya sangat keras dan menonjol pada permukaan tangannya.
" hyahhh!"
tidak salah lagi…
Tubuh kecil itu melemas total dan tersungkur di atas tanah, dengan kedua tangan Suho mengapit diantara kedua pahanya. Karena hanya memakai celana olahraga saja, ereksi tersebut tidak dapat diabaikan oleh mata elang Kris, begitu juga dengan kedua paha Suho yang bergerak-gerak gelisah menahan hasrat yang mengumpul pada kemaluannya, padahal dia baru saja menuntaskannya 45 menit yang lalu namun kini juniornya menegang kembali bahkan lebih buruk, semua ini gara-gara Kris.
" Suho? Sakit lagi… sini saem bawakan ke ruang UKS" ujar guru itu menawarkan bantuan kepada Suho yang masih terduduk berusaha menyembunyikan selangkangannya, sedikit menggeram rendah dan menggelengkan kepalanya pelan sambil menunduk.
Ia tidak bisa berdiri sekarang dan membiarkan guru itu memapahnya karena semua murid pasti akan langsung sadar akan ereksinya yang menggembung sedangkan kau olahraganya tidak cukup panjang untuk menutupinya. Merasa bersalah, Kris ikut berjongkok dan memposisikan dirinya tepat di depan Suho, membuat Suho yang putus asa itu sedikit menegadah untuk menemukan punggung besar yang cukup lebar dipersiapkan di hadapannya.
" saem, biar aku saja yang membantu Suho, dia sepertinya trauma akan ketinggian jadi tidak dapat berjalan dengan baik" balas Kris kalem, ia membiarkan Suho yang masih tidak berani mengeluarkan sepatah suara itu ragu-ragu merangkulkan kedua tangannya pada lehernya, tidak terlalu erat mengingat dadanya yang sensitif, kemudian Kris dengan mudahnya berdiri dan memposisikan kedua tangannya pada kedua paha luar Suho. Sedangkan Suho pasrah saja, ia ingin menolak tapi inilah satu-satunya caranya untuk melarikan diri dari tempat tersebut tanpa begitu mempermalukan dirinya.
" kris.. ini bukan arah ke ruang UKS kan?" akhirnya si pendiam itu perlahan membuka suaranya, Kris tersenyum miring dan memposisikan tubuh Suho supaya tidak merosot. Alhasil junior mungil yang sudah sangat keras itu terhimpit dan tergesek punggung Kris, begitu juga nipplenya yang padahal sudah Suho berusaha jauhkan dari punggung keras itu " nnnghhh!" desahnya keras tepat pada telinga kanan Kris, rangkulan tangannya semakin mengerat dan bergetar, sudah tidak mungkin ia dapat menyembunyikan dirinya yang sudah sangat terangsang penuh dari Kris.
" kamu keras sekali sayang~ mau kubantu?" Suho menggeleng keras, meski otaknya sudah agak berkabut menahan kenikmatan tapi ia masih berusaha menggunakan akal sehatnya
" sialann! Kamu sengajaa yaa… lepaskann akuu! Lepaskan!" Suho menjambak surai blonde itu dengan kasar, tidak lama tubuh yang menyakitinya itu ia jatuhkan tepat di bawah loker baju ganti. Suho mengusap pantatnya yang ngilu sedangkan Kris dengan segera mengunci ruangan baju ganti tersebut.
Suho menelan ludah melihat Kris mengunci pintu tersebut, ia tahu ada yang tidak beres. " yaa! Menjauh dariku!"
Kris tersenyum menampilkan smirk yang Suho akui ganteng, tetapi bukan itu fokusnya, ia malah menemukan adanya tenda yang agak besar pada celana olahraga tersebut, siapa yang tidak horny mendengar desahan-desahan halus nan memabukkan dari seorang Suho, seseorang yang berhasil mengalihkan tatapan orang-orang pada tubuh putih tanpa cacat celanya
" jangan takut Suho.. aku hanya mau membantumu… meredakan junior gatalmu itu" tunjuk Kris pada selangkangan Suho yang belum mereda, segera ditutupnya selangkangannya dengan kedua tangan dan wajah memerah, membuat serigala-serigala liar semakin menunjukkan taringnya melihat pose menggoda yang sangat mudah untuk diserang itu.
Suho menyalak, menatap Kris dengan penuh amarah tapi wajah itu malah terlihat imut dan lucu, seperti anak kelinci yang berusaha menggeram dari mangsa " jangan mendekat! Jangan menyentuhku! Asal kamu tahu aku sudah punya pacar"
Kris bersiul mendengarnya, kelinci imut ini sudah milik kepunyaan orang lain rupanya, tapi bukan Kris namanya kalau tidak mengambil paksa kepunyaan orang lain, terlebih sosok penggoda iman didepannya " pacar? Siapa pacarmu? Apakah lebih tampan dan keren dariku?"
" Lay memang tidak begitu tampan, tapi dia manis tahu dan dia lebih tahu diri darimu, tidak memaksakan kehendaknya dan heyy! Jangan mendekattt!" Suho memundurkan tubuhnya sampai dirinya terpojok, persis seperti kelinci ketakutan yang terpojok dan pasrah membiarkan serigala kelaparan beranjak memangsanya.
Kris berjalan hingga wajahnya tepat di hadapan Suho kemudian menggunakan kedua tangannya memenjarakannya " Lay? Si uke dancer itu? Mpfttttt! Kamu mau jadi seme sedangkan nipplemu saja masih terangsang sampai sekarang.. kamu tidak pantas jadi semenya, kamu lebih pantas menjadi ukeku.. tanganku besar, penisku besar dan aku ahli dalam memanjakan tubuh, sayang~" dihembusnya nafas pada telinga kanan Suho, tubuh kecil itu bergidik merasakan hawa panas dengan suara bass Kris yang menggelitik telinganya.
Suho memejamkan kedua matanya kemudian menunduk melalui tangan kanan Kris dan berlari secepat mungkin melewatinya, namun kurang gesit karena tangan panjang Kris segera menarik pergelangan tangannya secara paksa sehingga ia kehilangan keseimbangan dan ambruk ke belakang. Kini ia terduduk di antara kedua kaki Kris dengan tubuhnya yang terkurung diantaranya, kelinci itu tidak dapat lari lagi tentunya.
" mau kemana kamu dengan tubuh horny seperti ini? Kamu mau semua orang melihat ereksimu hmmm? Atau mau memperlihatkan seberapa sensitive kacang kecilmu ini?" dicubitnya dengan lembut nipple kanan Suho yang ereksi dari luar seragam olahraganya.
" hhhahhhh! Jangan sentuh! Janng! Ahhh~" erang Suho menolak rangsangan mematikan itu, seumur hidupnya saja ia tidak pernah mau menyentuh dadanya sendiri, namun sekarang dadanya malah disentuh oleh tangan bejat yang bukan pacarnya sendiri. Sedihnya, tubuh kecilnya malah berbuat sebaliknya, melemas dan membiarkan dirinya terkulai pada dada Kris, membiarkan lelaki kurang ajar itu melakukan ministrasinya pada daerah vitalnya.
Tangan Kris yang satu lagi merayap ke dalam baju olahraganya hanya untuk menemukan band aid yang masih menyelimuti kedua nipplenya, sungguh sangat fetishable, pikir Kris menjilat bibirnya. Tangan nakal itu mengupas band aid yang menutupi kepala keras itu kemudian dengan ibu jarinya kirinya melakukan gerakan memutar pada kepala penuh syaraf tersebut sedangkan tangan kanannya juga ikut mengerayang ke dalam dan mencubit-cubit lembut puting kanannya, kedua puting itu semakin menegang membalas sentuhan yang telaten memanjakannya.
" si…..all.. jangannnhh main-mainnhh ahhh~ jeballlhh" Suho mendongkak sedangkan dadanya semakin membusung, menikmati segala perlakuan Kris pada nipplenya yang kini agak memerah. Kris mengigit telinga Suho yang memerah lucu sekaligus membuat cupang kecil di daun telinganya.
Tenda diantara selangkangan Suho yang terapit erat diantara kedua pahanya semakin menonjol, terlihat gatal dan menuntun untuk disentuh namun Kris mengabaikan rengekan Suho junior itu, ia ingin melihat apakah Suho dapat berorgasme dengan memainkan kedua putingnya saja. Benar saja. Tidak perlu lama bagi Kris untuk membuat anak kelinci polos itu berorgasme.
" hhaahh.. shittthh..!" umpatan pertama yang tidak pernah Kris bayangkan akan ia dengar dari pemuda tahu sopan santun itu.
Paha putih yang hanya memakai short olahraganya yang pendeknya hanya mencapai setengah paha itu mengeliat tidak nyaman, mengapit lebih keras untuk menahan hasrat yang kini mengumpul diantara selangkangannya, perutnya mencekung dan mengenjang tidak nyaman sedangkan air liur mulai menitik dari bibir tipis tersebut, nafas itu semakin terengah-engah dan tubuhnya semakin membusur indah. Kris tahu dirinya yang sudah dekat pun mengelus paha Suho mengisyaratkannya untuk melebarkannya.
" jangan ditahan… keluarkan apa yang ingin dikeluarkan sayang… biarkan aku melihatmu berorgasme" Kris menurunkan kerah Suho dan menjilati leher jenjang nan mulus yang terekspos indah di hadapannya, sedangkan tangan kanannya berhasil melebarkan kedua paha putih tersebut, dibelainya paha dalam Suho membuat sang empunya semakin mendesis, tangan nakal itu kemudian dengan bebas menggerang tenda yang tidak begitu tebal namun lumayan panjang tersebut dan meremasnya pelan.
" k..kura..nggghh aja..rhh!" Suho menggeleng membalas remasan tangan liar itu pada selangkangannya, tangan kanan Suho yang daritadi terbelenggu itu akhirnya bebas dan berusaha menahan pergelangan kanan Kris terhadap area privatenya namun terhenti ketika tangan kiri Kris tiba-tiba memutar putting kirinya.
" ahhh! Ahhhh! Jang..ann ..da..dakuuhhh! krissshh!" Kris semakin semangat mengerjai tubuh mungil yang menggeliat tidak tahan, ia melihat tenda mungil itu akhirnya basah pada bagian ujungnya dan semakin basah sehingga membentuk lingkaran yang besar.
" enak bukan? Lihat… precummu banyak sekalii" Suho menggelinjang lagi ketika tangan kanan Kris memasukkan tangan kanannya dari sisi kanan celana pendeknya dan mengeluarkan kejantanannya yang sudah memerah dan basah pada bagian ujungnya, ditekan dan dibelainya memutar lubang kencing berpre cum tersebut.
" u..uhhh..uhhh! jan..gan menggo..dakkuuhh…" erangnya frustasi, orgasmenya yang hampir diujung tanduk kini dipermainkan kris, tahu bahwa putting dan lubang kencingnya merupakan daerah kelemahan Suho, lelaki Canada itu sengaja memanjakan bagian tersebut dengan pelan tanpa berniat membuatnya keluar. Lihatlah tangan itu tidak mengocok kelaminnya, hanya mempalming kepalanya yang semakin basah dan bersinar kilat oleh precum.
Kris menarik tangan kanannya kembali kemudian mencicipi telapak tangannya yang lengket oleh cairan Suho " precummu enak.. aku jadi tidak sabar ingin merasakan cummu… keluarkan yang banyak kelinci kecil"
" aku bukan kelinciihh.. hyahhh!" tangan itu kembali pada nipple kanannya yang sempat ia abaikan, menggaruknya dengan jari telunjuknya dan keempat jari yang lain memerasnya seolah ia mempunyai payudara. Sungguh pemandangan yang indah, dapat melihat kejantanan putih dengan kilat di ujungnya terlonjak-lonjak imut mengikuti irama garukan dan pelintiran Kris pada putingnya, selama tiga empat kali lonjakan, setetes dua tetes bening namun lengket itu keluar dari lubang kencing nan sempit itu dan mengalir membasahi batangnya sebelum jatuh menitik ke lantai.
" j..jeballh… ini..sakitthhh.. kumohonnhh" rengeknya dengan mendayu, Kris tertegun melihat wajah Suho menatapnya sayu memohon penyiksaan, atau bisa dibilang kenikmatan tiada tara yang diberikan Kris kepadanya. Kris jadi tidak tega padahal ia ingin membully anak kelinci itu lebih lama lagi. Kris akhirnya mencubit kedua nipple itu bersamaan, memelintirnya beberapa kali sebelum menariknya secara tiba-tiba.
" Hnghhhh! Ahhh! Hahhhh.. Krisseuhhhh~ ti..dak ..bisahh..berhentiiihh.. nghhh" Suho melihat putih, kedua kakinya dilebarkannya refleks melepaskan hasratnya yang mengucur deras seperti air, tidak begitu lengket dan kental karena onaninya yang pertama, namun jauh lebih nikmat sehingga ia tidak sadar telah sangat mengotori keramik di bawahnya dengan air maninya.
Oh sungguh sexy sekali, tubuh putih itu merosot lemas dengan baju olahraga putih yang terangkat mengekspos kedua putingnya yang memebengkak dan memerah, perut dengan sedikit abs yang masih keluar masuk, kedua paha yang masih mengangkang lebar, kejantanan memerah nan basah masih terkulai keluar di sisi celanannya dengan air mani miliknya yang diragukan Kris apakah itu memang sperma ataukah urinnya.
Tubuh jangkung itu diluar kendali menjatuhkan dirinya di atas Suho dan tangan kanannya merayap pada waistband suho, berniat untuk memerosotkan celana yang agak lembap oleh precum tersebut. Persetan akan pacar Suho, digoda dengan pose sexy dan vunerable seperti ini, mana mungkin Kris dapat menahan hidangan utama yang tergeletak tak berdaya di depan mata. Suho yang akhirnya sudah mendapatkan kesadarannya kembali membulatkan matanya ketika ia menyadari Kris sudah akan menggaggahinya.
BUK!
Satu pukulan yang cukup kuat melayang pada pipi kanan Kris, tentu saja namja itu shock tidak menyadari akan ada sebuah bogem mentah meninju wajah tampannya. Ia baru saja akan menyalak marah sebelum ia mendapatkan Suho menggertakkan giginya menatapnya dengan amarah yang meledak-ledak, kedua matanya memerah namun enggan meneteskan air mata karena harga dirinya yang dijatuhkan, seorang lelaki namun dilecehkan oleh lelaki lain, tiada hal yang lebih rendah dari itu.
" Aku salah menilaimu! Aku tidak pernah berpikir kamu akan melakukan hal serendah ini Kris… aku kecewa.."
Hanya melihat wajah angelic yang berubah menjadi demon itu cukup membuat Kris menyadari kesalahannya, ia memang kelewatan dan ia menyadari itu. Karena itu dia membiarkan saja lelaki itu merapikan pakaiannya kemudian beranjak keluar dari ruangan itu dengan tergesa-gesa, sedangkan dirinya masih berdiam diri bersimpuh dengan tatapan kosong, nanar, ia bahkan tidak melihat kearah Suho begitu juga sebaliknya.
" mulai sekarang.. jangan pernah berbicara lagi denganku.. jangan mendekatiku… aku tidak mau mengenalmu Kris" ditutupnya kembali pintu itu dengan suara bedebam yang cukup keras.
Suasana dalam ruangan itu diam mencekam, tiada satu patah katapun yang keluar dari mulut Kris, namun kalimat yang diutarakan Suho kepadanya berputar berulang-ulang dalam memorynya, layaknya seperti pisau tajam, menusuk ke ulu Kris, tidak mengeluarkan darah namun menyakitkan hingga ke ujung jari.
Oh shit…
dia dijauhi…
Ini bahkan lebih parah dari friendzone.
t-b-c/? (._.) /
Apa ya ini =.= bingung saya~ imajinasi saya suka tumpang tindih suka keluar masuk serempengan, kalau tidak dituang gatal tangan saya, tapi ff lain imajinasinya malah ga keluar2, padahal pengen update huftttt =.= btw saya bosen di kelas jadi saya bikinkan ff ini, mohon maafkan sayaa…
