The New Journey
Chapter 1: The Beginning
A/N: Yo, perkenalkan saya author baru, D'Michi! Haha, dulu sih kerjanya cuman baca cerita sama review doang, tapi gak tau kenapa D' jadi ingin nyoba nulis. ya berhubung saya D' author baru, jadi otomatis ini jadi my first fic! semoga ceritanya dapat menghibur para reader yang terhormat^^ okay! tanpa basa-basi lagi!
Disclaimer
Pesona series itu punya Atlus, kalo punya D' Minato masih hidup sampai sekarangXD
Genres
Friendship, Family, Slight Romance.
Someone's POV
Aku berdiri dan menatap ke sekitarku. Tempat ini... hampa. Tidak ada satu pun yang tertangkap oleh indra pengelihatanku di ruangan putih yang kosong ini. Dimana aku berada...? Hmm... yang terakhir ku ingat adalah pada saat itu... Apa ini mimpi? Mungkin. Ahhh... aku ingat sekarang, aku tertidur karena kelelahan, setelah apa yang kulalui. Kalau begitu, ini bukanlah mimpi.. Tch... apa yang ku pikirkan. Aku menggelengkan kepalaku untuk menghilangkan semua pikiran itu. Tiba-tiba aku mendengar suara, suara yang memanggilku.
"Siapa kau?" aku berusaha untuk mencari tahu, siapa yang memanggilku... dan dimana dia...?
"Aku adalah kau, kau adalah aku. Aku akan memberimu kesempatan. Sekali lagi kau akan melewati perjalanan baru, dan tugasmu adalah untuk mengungkap misteri yang akan kau temui di jalan yang akan kau lalui itu."
"Kesempatan...? Perjalanan baru...? Mungkinkah ini..." saat aku sedang tenggelam ke dalam pikiranku sendiri, suara itu berbicara lagi kepadaku.
"Ada waktunya, dimana takdir akan mempertemukan kita nanti. Sekarang sudah waktunya kau untuk bangun."
End of POV
Gadis itu terbangun dari tidurnya, sudah sekitar 1 jam ia tertidur di sofa di ruang tamunya. Suara dering handphone-nya membuatnya terjaga. Gadis berambut biru itu pun membuka handphone lipatnya. ia tersenyum saat melihat kontak nama orang yang meneleponnya. Tanpa banyak pikir ia langsung menjawab panggilan itu.
"Naoto Shirogane berbicara."
'Hei Naoto, apa kau bisa datang ke stasiun pengisian bahan bakar besok? Labrys ingin bertemu dengan kita sebelum ia pergi meninggalkan Inaba.'
"Ahh tentu Senpai, aku pasti akan datang besok."
'Kalau begitu jam 9 aku akan menjemputmu.'
"Kau tidak perlu mejemputku, aku bisa pergi sendiri."
'Oh ayolah Naoto... lagi pula kita tidak bisa bicara banyak satu sama lain tadi. Ada banyak hal yang ingin kubicarakan denganmu. Lagi pula akan lebih menyenangkan jika kita pergi bersama.'
Gadis itu menghela nafas saat mendengar perkataan kekasihnya itu, lalu tersenyum.
"Sepertinya aku tidak punya pilihan, sepertinya kau tidak akan pernah membiarkan aku menolak. Kalau begitu aku akan menunggumu."
'Oke, kalau begitu tunggu aku. Sampai bertemu besok my princess.'
"*Sigh* kau tidak pernah berhenti memanggilku dengan julukan itu... lupakan. Baiklah sampai bertemu besok... Yu."
Naoto pun mengakiri obrolannya, senyuman tergambar di bibirnya.
"Hm... ia tidak pernah berubah."
Naoto's POV
Sepertinya tadi aku tertidur saat sedang menonton televisi. Aku menghela nafasku. Apa yang terjadi hari ini memang sangat melelahkan. Sebaiknya aku istirahat sekarang. Aku berdiri dari sofa dan mematikan televisi yang ku tonton tadi, berjalan menuju kamar tidurku dan menghempaskan tubuhku ke tempat tidur. Tanpa berlama-lama aku menutup mataku dan terlelap dalam tidur.
|4 Mei 2012|
Aku berjalan di samping Yu-senpai. Kami memutuskan untuk berjalan kaki, lagi pula jaraknya tidak terlalu jauh. Kami berbicara tentang banyak hal selama perjalanan. Sudah 2 bulan aku tidak bertemu dengannya, walaupun hanya 2 bulan, tapi fakta bahwa aku sangat merindukannya... tidak dapat di bantah. Tanpa ku sadari, aku dan senpai sudah sampai di tempat yang kami tuju. Terlihat Chie-senpai melambaikan tangannya kepada kami. Hmm... sepertinya aku dan senpai datang paling akhir. Semua sudah berkumpul, semua kecuali Labrys.
"Ahh ini dia. Hm? Apa kalian bertemu di jalan?" tanya Yosuke-senpai. Tak lama setelah ia bertanya, ia tersenyum.
"Oooh, aku mengerti. Kalian berdua berangkat bersama rupanya." Ucap Yosuke-senpai seraya tersenyum ke arahku dan Yu-senpai.
"Ya seperti yang kau katakan tadi. Ngomong-ngomong Labrys belum datang rupanya." Ucap Yu-senpai, sambil melihat ke sekitar, memastikan bahwa Labrys memang belum datang.
"Hei apakah itu Labrys?" tanya Yukiko-senpai sambil menunjuk ke arah sebuah limosin hitam.
"Ummm... m-memakai limosin di jalan sesempit ini?" ucap Chie-senpai ragu.
"Tidak salah lagi, itu pasti mereka." Ucapku yakin. Tentu saja aku yakin, aku sudah pernah masuk ke limosin itu sebelumnya, saat aku melakukan investigasi rahasiaku terhadap Shadow Operatives. Limosin milik Mitsuru Kirijo-san.
End of POV
Perhatian mereka terpusat pada limosin hitam yang terparkir tepat di depan mereka. Tak lama terlihat dua orang turun dari limosin. Yang satu adalah seorang gadis android dengan rambut berwarna abu-abu dan seorang lagi adalah wanita muda berambut merah yang terlihat elegan. Gadis android, yang mereka kenal sebagai Labrys, datang menghampiri mereka, sedangkan wanita yang terlihat elegan itu memilih untuk mengamati dari kejauhan.
"Hei!" sapa Labrys kepada mereka.
"Hai Labrys, jadi... bagaimana perasaanmu sekarang?" tanya Rise.
"Aku merasa lebih baik, oh ya aku mau mengucapkan selamat tinggal. Umm... tentu saja ini bukan terakhir kali kita akan bertemu, hanya saja aku sudah memutuskan untuk bergabung dengan Mitsuru-san. Aku ingin menangkap siapa pun orang yang telah memperguna kalian. Aku tidak akan memaafkannya setelah apa yang ia lakukan pada kalian."
"Kalau begitu lakukanlah apa yang kau mau." Ucap Yu sambil tersenyum kepada Labrys.
Setelah mereka berbicara satu sama lain. Mitsuru mengangguk kepada Labrys, mengisyaratkan bahwa sudah waktunya mereka pergi.
"Kalau begitu, sampai jumpa lagi... semuanya." Ucap Labrys seraya pergi dan masuk ke dalam mobil, Mitsuru pun mengikutinya masuk ke dalam mobil. Sebelum limosin itu berangkat, Naoto mendekati limosin dan berbicara kepada Mitsuru melalui jendela.
"Kirijo-san, aku akui kalau aku sudah mengetahui tentang keberadaan Shadow Operatives sejak awal."
"Seperti yang ku duga, setelah apa yang telah kita semua lalui, aku pikir tidak ada gunanya untuk menyembunyikan soal ini."
"Mengapa kau mengambil alih kepemimpinan walaupun kau tahu itu membahayakan nyawamu? Wanita dengan posisi sepertimu tidak perlu―"
"Banyak orang menjadi korban akibat apa yang dilakukan Kirijo Group di masa lalu. Aku tidak akan membiarkan itu terjadi lagi." Wanita itu berhenti sejenak sebelum melanjutkan perkataannya.
"Tidak meninggalkan sesuatu yang dapat membahayakan masa depan... itu misiku. Lebih dari itu, adalah janji yang ku buat." Mitsuru berbicara dengan sangat yakin, ia tahu kepada siapa janji itu ia buat. Janji yang ia buat kepada orang yang sangat ia peduli, yang sekarang tidak ada di sisinya... untuk mendengarnya. Ia benar-benar mengatakan hal yang ia maksud, sangat jujur. Dia adalah salah satu dari sedikit orang yang bersifat mulia... ya, itulah yang dipikirkan oleh Naoto.
"Kau benar-benar sangat membantu. Untuk langkah selanjutnya, aku tidak yakin kalian akan mundur dengan mudah." Lanjut Mitsuru.
"Siapa tahu...? Bukan aku yang akan memutuskan." Balas Naoto. Mitusu pun tersenyum sebelum membalas kata-kata Naoto.
"Aku mengerti, tidak ada satu pun perkataanku yang dapat menghalangimu. Tapi aku ingin kalian tetap waspada." Wanita itu berhenti sejenak, lalu melanjutkan perkataanya.
"Tentu saja, ada beberapa orang dari Kirijo Group yang tidak berpikir hal yang sama denganku. Tidak salah lagi, banyak rahasia buruk yang belum terbongkar. Kirijo Group yang sekarang telah menjauh dan bukan hanya sekedar bisnis keluarga. Aku hanya lah anak satu-satunya dari keturunan utama, bukan seseorang yang memiliki posisi tertinggi."
"Haha, benar-benar peringatan yang aneh. Seperti kau menunjukkan rasa iba kepada lawanmu. Aku juga, secara pribadi, berharap kau mencapai tujuanmu. Kau juga berhati-hati, Kirijo-san." Balas Naoto.
"Panggil aku Mitsuru."
"Tentu, Mitsuru-san. Kalau begitu, sampai jumpa..." setelah mengatakan sampai jumpa, limosin itu langsung melaju pergi menuju jalan raya.
Naoto's POV
Aku pun kembali menghampiri teman-temanku, setelah melihat mereka pergi meninggalkan kami. Aku tahu, ini bukanlah terakhir kalinya kami akan bertemu dengan mereka semua.
"Jadi... partner, bagaimana menurutmu?" tanya Yosuke-senpai sambil tersenyum.
"Hmm... aku tidak berniat untuk menganggap ini tidak pernah terjadi. Kita akan bicarakan ini nanti."
"Haha... seperti yang ku duga."
Mendengar percakapan mereka, aku tahu kalau Investigation Team akan kembali, siap untuk bertugas. Aku hanya bisa tersenyum memikirkan soal hal itu. Kami pun langsung menuju Junes Food Court, kami akan merayakan kedatangan Yu-senpai. Sebenarnya kami berencana untuk merayakannya kemarin, tapi karena semua yang terjadi kemarin... kami harus menundanya.
Setelah beberapa saat, kami akhirnya sampai. Kami pun memesan makanan dan minuman, merayakan kedatangan Yu-senpai ke Inaba. Kami berbicara kepada satu sama lain tentang banyak hal. Kami juga mengajak Nanako, sepupu dari Yu-senpai untuk bergabung di pesta kecil-kecilan kami. Saat kami sedang mengobrol dan bercanda satu sama lain, Yu-senpai memotong pembicaraan kami.
"Oh ya, aku membawa souvenir untuk kalian dari Tokyo."
Yu-senpai pun membagikan souvenir ke semuanya... semuanya kecuali aku. *Sigh* aku hanya bisa menghela nafas, entah dia memang sengaja tidak memberikannya atau karena dia lupa... aku benar-benar tidak tahu apa yang dia pikirkan.
"Kau tidak membawa sesuatu untuk Nao-chan, Sensei?"
"Hm? Ahh souvenir untuk Naoto sedikit berbeda dari yang lain, aku akan memberikan miliknya nanti." Yu-senpai menjawab pertanyaan Teddie dengan sangat jujur. Saat itu juga pipiku mulai memerah.
"Oh begitu rupanya, jadi untuk Naoto-kun agak spesial." Ucap Rise-san dengan penekanan pada kata spesial. Aku tidak bisa berkata apapun. Aku menghela nafasku dan berusaha menyembunyikan pipiku yang memerah.
"Wow... Naoto-kun, kau terlihat seperti kepiting rebus sekarang." Ucap Chie-senpai kepadaku sambil tertawa jahil.
"A-aku... sheesh, bisakah kalian berhenti." Kataku pada mereka berusaha menyembunyikan rasa maluku.
"Haha, ayolah teman-teman. Sebaiknya kita ganti topik pembicaraan." Ucap Yu-senpai mencegah mereka untuk terus menggodaku. Hm, mereka semua memang seperti itu, tidak berubah sama sekali. Aku hanya bisa tersenyum melihat tingkah laku mereka. Seperti yang dikatakan oleh Yu-senpai, kami pun mengganti topik pembicaraan, walaupun di sela-sela pembicaraan teman-temanku tetap berusaha menggodaku, tapi aku sangat menikmati momen ini. Tanpa kami sadari, hari sudah mulai gelap. Waktu terasa berjalan sangat cepat apabila aku menghabiskan waktuku dengan teman-teman dekatku ini. Kami pun mengucapkan sampai jumpa dan berpisah satu sama lain. Yu-senpai memutuskan untuk mengantarku pulang. Aku pun berjalan bersamanya dan Nanako menuju rumahku, bercerita tentang diriku dan keluargaku kepadanya. Tanpa kami sadari, kami sudah berada di depan rumahku.
"Kita sudah sampai. Ah ya, ini souvenir untuk mu. Aku harap kau menyukainya." Kata Yu-senpai kepadaku sambil menyerahkan sebuah kotak putih berpita biru.
"Ahh, terima kasih Senpai. Terima kasih juga sudah mengantarku, kalau begitu sampai jumpa nanti Senpai, Nanako-chan."
"Ya. Sampai jumpa Naoto."
"Sampai jumpa nanti, Big Sis."
Aku pun tersenyum dan mengangguk pada mereka, setelah mereka berjalan pergi dan tak terlihat lagi oleh pandanganku... aku masuk ke dalam rumahku sambil membawa souvenir pemberian Yu-senpai di tanganku. Tanpa diam berlama-lama di pintu masuk, aku melepaskan kedua sepatuku, dan pergi menuju kamar tidurku. Setelah sampai aku menutup pintu kamarku dan melepaskan topi biru yang ku pakai, lalu menggantungkannya. Aku menatap ke arah kotak souvenir, atau lebih tepat di bilang hadiah pemberian Yu-senpai. Setelah menatap cukup lama ke arah kotak itu, akhirnya aku membuka kotaknya. Kotak itu berisikan sebuah bolpoin berwarna silver, di bolpoin itu terukir tulisan. Naoto Shirogane, itulah yang terukir di bolpoin itu. Aku mengamati bolpoin silver itu secara seksama. Ini bukan sekedar bolpoin, hmmm... ini bolpoin multifungsi. Bolpoin ini memiliki alat untuk mengambil foto dan video.
Aku terus memperhatikan bolpoin itu, hingga handphone-ku berbunyi. Aku pun menyimpan bolpoin itu kembali ke atas kotak, dan meletakkannya di atas mejaku. Aku mengambil handphone-ku dan melihat ke arah layarnya. Satu pesan dari Yu-senpai... aku pun segera membacanya.
Kau sudah membuka souvenirmu?
Kau terlihat menyukai benda-benda multifungsi, jadi aku membelinya sepasang, dan mengukirkan namamu dan namaku di masing-masing bolpoin.
Aku harap kau menyukainya.
Oh ya besok aku ingin mengumumkan suatu hal yang penting.
Kita akan berkumpul di tempat biasa, jam 10.00.
Kau ingin ku jemput?
Aku tersenyum. Senpai benar-benar tahu tentang diriku. Aku pun langsung membalas pesannya itu. Mengatakan bahwa aku menyukai souvenir darinya dan mengatakan aku akan datang serta mengatakan bahwa ia tidak perlu menjemputku. Setelah membalas pesannya, aku pergi menuju kamar madiku dan membersihkan diriku. Setelah selesai mandi dan mengganti pakaianku, aku membuka laptopku. Aku pun mulai menulis laporan tentang investigasi rahasiaku mengenai Shadow Operatives dan Mitsuru-san, pemimpin Shadow Operatives. Aku mengatakan dalam laporan itu, bahwa Shadow Operatives dan Mitsuru Kirijo tidak bersalah, serta mengatakan investigasi mengenai mereka tidak perlu dilakukan lagi. Ya hal yang diinginkan Mitsuru-san hanya untuk menyelamatkan nyawa. Aku tidak dapat menemukan hal apapun yang dapat membuktikan jika ia bersalah. Ketika aku sedang mengetik laporanku, handphone-ku berdering, menandakan ada pesan yang masuk. Aku pun membuka pesan itu dan membacanya.
Kau yakin tidak mau ku jemput?
Aku pun mengetik pesan untuk membalas pesan dari senpaiku itu.
-Tentu saja aku yakin, kau tidak perlu menjemputku. Aku bisa datang sendiri.-
Setelah itu aku menekan tombol untuk mengirim pesanku, dan kembali menuliskan laporanku. Aku menuliskan laporanku sampai selesai, setelah selesai aku pun mengirimkan laporan itu ke klienku. Aku kembali mengecek handphone-ku. Ada satu pesan. Aku pun membacanya.
Baiklah kalau begitu. Sampai jumpa besok my princess dan selamat malam.
Setelah membacanya aku mengetik balasan dan mengirimnya.
-Selamat malam juga, Senpai.-
Aku pun mematikan laptopku dan menaruh kembali handphone-ku. Aku pun bangkit berdiri dari kursi yang aku duduki dan mengganti kemeja putih yang ku pakai dengan baju piyamaku. Setelah itu aku membaringkan tubuhku, di atas kasur empukku.
|5 Mei 2012|
Setelah selesai merapikan rambutku, aku memakaikan topi biruku di atas kepalaku. Sesaat kakiku melangkah keluar dari kamar tidurku, ada orang yang membunyikan bel rumahku.
"Hm... siapa yang datang berkunjung jam segini." Kataku pelan sambil mengira-ngira siapa orang yang membunyikan bel rumahku. Aku pun sampai di depan pintu rumahku. Aku membukakan pintu rumahku. Aku terkejut saat melihat siapa orang yang berkunjung.
"Yu-senpai! A-apa yang kau lakukan di sini?"
"Tentu saja untuk menjemputmu."
"E-ehh! Tapi bukankah aku sudah bilang untuk tidak menjemputku?"
"Hmm... benarkah? Aku tidak ingat." Jawab Yu-senpai sambil menunjukkan seringainya.
"Senpai... *sigh* seharusnya aku sudah menduga ini. Baiklah, tunggu di sini sebentar, aku ingin mengambil sesuatu." Aku pun kembali masuk ke dalam rumahku menuju kamarku. Aku mengambil revolver milikku yang kutaruh di atas meja belajarku. Hm, mungkin memang terdengar aneh. Seorang siswa SMA memiliki revolver. Ya berkat pekerjaanku sebagai detektif, aku mendapat izin untuk memilikinya dan aku selalu membawanya untuk perlindungan diri. Tiba-tiba aku merasakan sesuatu menusuk punggungku dengan pelan, aku tersentak kaget dan langsung membalikkan tubuhku.
"E-eh! Senpai! Bukankah aku sudah bilang untuk menunggu di luar?" aku terkejut melihat Yu-senpai yang sudah berada tepat di belakangku.
"Ahh maaf, aku hanya ingin melihat-lihat kamarmu." Ucap Yu-senpai kepadaku.
"Tapi, kau sudah pernah melihat kamarku sebelumnya."
"Aku tahu. Hmm... foto itu..." Ucap Yu-senpai sambil mengamati fotoku dengan kakak laki-lakiku yang diambil 2 tahun lalu.
"Hmm... kalau di pikir-pikir, kau benar-benar mirip dengan kakakmu."
"Banyak orang yang berkata begitu."
"Begitu kah? Haha."
"*Sigh* sebaiknya kita segera berangkat Senpai."
"Oh ya tentu."
Kami pun melangkahkan kaki keluar rumahku. Aku berhenti sejenak di depan pintu masuk rumahku dan mengunci pintunya. Lalu kami berjalan menuju tempat biasa kami berkumpul, markas rahasia kami. Saat di perjalanan Yu-senpai pun memecah keheningan yang menyelubungi kami berdua.
"Naoto."
"Hm?"
"Kau pernah bilang kakakmu meninggal 2 tahun yang lalu dengan alasan yang tidak diketahui."
"Ya, kakek bilang pihak rumah sakit tidak dapat menemukan penyebab kematiannya."
"Begitu..."
"Kenapa kau tiba-tiba bertanya soal hal itu?"
"Hm? Tidak ada maksud apa-apa. Aku hanya berpikir, Aigis-san bilang 3 tahun yang lalu ia dan teman-temannya membasmi Shadow di Port Island. Kau bilang kakakmu bersekolah di Gekkoukan High School saat itu. Apa mungkin penyebab kematian kakakmu... adalah Shadow?"
"!?" Aku agak terkejut mendengar pernyataan Yu-senpai. Hal itu mungkin saja terjadi, ya mungkin saja alasan kenapa dokter tidak menemukan penyebab kematian Minato-nii... adalah karena Shadow.
"Ya ku pikir ini kemungkinan yang sangat besar." Lanjut Yu-senpai.
"Ya." Jawabku singkat. Kami pun berjalan dengan diselimuti oleh keheningan, hingga akhirnya kami sampai di tempat berkumpul kami.
"Hei!" sapa Yosuke-senpai kepadaku dan Yu-senpai. Kami pun berjalan menuju tempat duduk yang sudah disediakan dan duduk di atasnya.
"Jadi, apa hal penting yang ingin kau umumkan?" tanya Chie-senpai.
"Ahh, bagaimana kalau kita menyelidiki kejadian 2 hari yang lalu." Kata Yu-senpai tanpa basa-basi.
"Hm? Ku pikir kau bilang sesuatu tentang membiarkan mereka yang menyelesaikannya?" tanya Kanji-kun.
"Ya benar, tapi aku tidak pernah bilang kalau mereka harus menyelesaikannya sendiri." Kata Yu-senpai sambil menunjukkan seringainya.
"Kalau begitu, aku ikut!" kata Kanji-kun bersemangat.
"Woohoo! Investigation Team is back!" ucap Chie-senpai setengah berteriak.
"Kalau begitu, kapan kita akan mulai operasi kita Sensei?" ucap Teddie.
"Bagaimana kalau kita mulai sekarang, aku dan Yosuke sudah mencari beberapa info tentang Kirijo Group. Kita bisa memeriksa dunia tv sekali lagi."
"Ahh, ide bagus. Itu tempat yang tepat untuk memulai." Ucapku kepada yang lain.
"Oke guys! Kalau begitu, let's go!" kata Yu-senpai kepada yang lain.
End of POV
Mereka pun pergi masuk ke dunia di balik tv, atau lebih tepat di dalam tv. Setelah itu mereka berkumpul di tempat mereka masuk. Rise memanggil personanya dan mulai mendeteksi keadaan sekitar.
"..."
"..."
"..."
"!"
"Kau menemukan sesuatu Rise?" tanya Kanji kepada Rise.
"Ya, aku merasakan keberadaan seseorang atau sesuatu di sini. Dari arah sana!"
"Apakah mungkin si pelaku?" tanya Chie.
"Bukan, pelaku atas kejadian 2 hari yang lalu bukanlah seorang Persona-user dan tidak memiliki kemampuan untuk memasuki tv." Jelas Naoto.
"Ya, aku pikir Naoto-kun benar. Aku bisa merasakan kalau orang ini adalah Persona-user." Ucap Rise.
"Apa mungkin itu Kirijo-san dan teman-temannya?" tanya Yukiko.
"Bukan, ini... bukan salah satu dari mereka." Ucap Rise, Kanzeon pun menghilang dari hadapan mereka.
"Baiklah, sebaiknya kita mencari tahu. Ayo!" kata Yu seraya berjalan ke arah dimana orang yang terdeteksi oleh Rise berada.
Mereka pun berjalan, sampai pada akhirnya mereka sampai di sebuah ruangan besar yang kosong. Yu melihat keselilingnya dan pergerakan matanya terhenti serta terfokus pada seseorang yang berdiri di balik kegelapan. Sulit untuk melihat wajah orang itu.
"Tunggu! Aku merasakan keberadaan Shadow! Mereka sangat dekat!" ucap Rise mengingatkan teman-temannya.
"Hmmm... aku juga mencium bau Shadow, tapi aku tidak tahu dimana mereka." Ucap Teddie yang mulai terlihat khawatir.
"Tenang teman-teman! Hei! Siapa pun kau yang disana! Cepat mendekatlah kemari, kalau kau terus berdiam diri kau akan dalam bahaya!" Ucap Yu berteriak, berusaha mengingatkan orang asing itu. Tapi orang itu tidak bergeming dan menghiraukan peringatannya.
"Geez! Apa yang kau lakukan!? Cepat kemari!" teriak Kanji kepada orang itu. Orang itu tetap tidak bergeming. Orang asing itu tetap berdiri di tempatnya dan menggumamkan suatu kata.
"Per... so... na." *prank* suara kaca pecah terdengar di sekitar orang misterius itu, ia memanggil Personanya untuk menyerang.
"D-dia menyerang kita!?" kata Yosuke mulai panik.
"Semuanya bersiap!" ucap Yu, mengisyaratkan teman-temannya untuk bertahan.
Tanpa mereka duga, persona yang dipanggil orang itu tidak menyerang mereka, tapi malah melewati mereka dan menyerang Shadow yang ada di belakang mereka. Persona itu mengeluarkan katananya dan menyerang Shadow-Shadow itu tanpa ampun. Seluruh anggota Investigation Team hanya bisa terdiam... terdiam melihat Persona milik orang itu membunuh semua Shadow yang ada di ruangan tempat mereka berdiri. Setelah semua Shadow itu hancur, Persona milik orang misterius itu menghilang. Orang itu pun melangkahkan kakinya, keluar dari kegelapan dan menampakkan wajahnya.
"Kalian baik-baik saja?" kata itu lah yang pertama kali terlontar dari mulut pemuda misterius itu.
'M-mustahil...' gumam Naoto, tidak percaya dengan yang ia lihat di depannya sekarang.
'Tunggu... bukankah dia...?' pikir Yu dalam hatinya.
"Kami baik-baik saja, terima kasih umm..." ucap Rise kebingungan dengan panggilan apa ia harus memanggil pemuda yang berdiri di depannya.
"Namaku Minato Ar― hm... Minato Shirogane."
"Shirogane!?"
A/N: Yosh! itu chapter pertama, chapter selanjutnya akan diusahakan untuk diapdet secepatnya. Tolong reviewnya, berhubung saya masih newbie, segala bentuk saran dan kritik akan saya terima dengan lapang dada (but please no flame^^). sekali lagi review okay?
