I'm Not the Only One
ChanBaek's Fanfiction
Genre : Hurt/Comfort
Angst | Genderswitch | Marriage
Rate : T
Leght : 1shoot
Warning ! typo(s)
Summary :
Kau mengatakan aku 'gila' karena kau tidak berpikir aku tahu apa yang kau lakukan.
Tetapi ketika kau memanggilku 'sayang' aku tahu aku bukanlah satu-satunya.
You and me, we made a vow
For better or for worse
I can't believe you let me down
But the proof is in the way it's hurts
Selalu berawal dipagi hari, dimana sebuah kecil menjalani takdirnya. Kebersamaan yang tenang, tapi tak bisa menghapuskan sebuah retakan di dalamnya.
Park Chanyeol, ialah seorang pebisnis terkenal yang hampir semua orang tahu kesibukannya. Namja berparas tampan penuh pesona yang telah menikahi seorang yeoja berwajah barbie bernama Baekhyun.
Seperti kebiasaanya, pagi hari yang tak bisa membuatnya singgah untuk waktu lama. Hari ini dia terlihat terburu-buru untuk segera pergi, oh tidak, bahkan setiap hari akan selalu begitu. Hanya menghabiskan segelas kopi dan roti bakar yang di panggangnya sendiri, dia tidak punya waktu untuk sekedar menunggu istrinya selesai memasak sarapan yang lebih bergizi untuknya. Lalu menyia-nyiakan makanan yang telah susah payah yeoja itu hidangkan.
Tapi Baekhyun bisa apa? Yeoja itu hanya bisa tersenyum -paksa- dan berkata.
"Hati-hati di jalan."
empat kata yang selalu terucap tulus dari belah bibir tipisnya. Baekhyun membenarkan jas suaminya, walau sebenarnya itu juga tidak perlu. Tidak ada cacat sedikitpun disana, karena sang pemilik selalu memakainya dengan teliti agar terlihat sempurna.
Itu hanya alasan, Baekhyun sedang menunggu. Menunggu rutinitas suaminya yang biasanya dilakukan. Tapi sepertinya Baekhyun lupa, rutinitas itu sudah dilupakan beberapa bulan terakhir ini.
Baekhyun hanya akan tersenyum lagi saat tangan suaminya meraih tas kerja yang dia siapkan, lalu pergi begitu saja...
Tidak ada kecupan, tidak ada ucapan sampai jumpa.
Mobil itu melaju meninggalkan pekarangan mereka. Baekhyun melambaikan tangannya sebelum mobil itu benar-benar hilang di telan jalanan panjang.
Baekhyun masih belum tahu kapan kesabarannya akan habis.
For months on end i've had my doubts
Denying every tear
I wish this would be over now
But i know that I still need You here
Mereka menikah atas dasar perasaan cinta, bukan paksaan maupun perjodohan. Baekhyun mencintai Chanyeol dalam kurun waktu 2 tahun dan yeoja itu tahu Chanyeol sama dengannya. Kini pernikahan itu berjalan selama satu tahun tujuh bulan, dan semua terlihat berjalan normal.
Mereka masih pasangan yang saling berbisik mesra jika bersama, mereka saling membutuhkan dan saling menghangatkan di atas ranjang. Tapi semua hubungan manis itu berubah ketika seorang yeoja yang Baekhyun ketahui bermarga Do itu datang.
Chanyeol tidak memperlakukan seistimewa dulu, Baekhyun merasakan lubang dalam menghalangi mereka. Jantungnya sesak saat Chanyeol menyentuhnya tapi bukan menyebutkan namanya. Chanyeol memanggil nama lain bahkan ketika mereka bercinta.
Baekhyun kira dia akan mati karena terlalu banyak menangis. Tapi Chanyeol juga tidak tahu itu. Baekhyun sangat pintar menyembunyikan tangisannya. Menyangkal semuanya seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
You say I'm crazy
Cause You don't think I know what You're have done
But when You call me baby
I know I'm not the only one
Chanyeol bodoh jika mengira Baekhyun tidak mengetahui apapun. Dia kira Baekhyun gila karena menyalahkan apa yang telah dia lakukan.
Siang itu pekerjaannya bertemu jam istirahat. Chanyeol tidak selalu memakan makan siangnya tepat waktu, karena dia punya sesuatu yang lebih menarik dari pada memakan sesuap nasi.
Namja jangkung itu berjalan ringan melewati beberapa karyawannya. Kaki panjangnya mengayun begitu tenang menuntun dirinya untuk pergi ke suatu tempat. Dimana tidak ada satu orang pun yang akan menyadari keberadaannya.
Bibir tebalnya menampilkan senyum lebar ketika mata elangnya menemukan yang dia cari. Tanpa ragu lagi segera dia memasuki sebuah range rovers hitam yang sudah dihapalnya diluar kepala. Dan matanya semakin berbinar tatkala dari dalam dirinya sudah disuguhi pemandangan yang errr... menakjubkan.
"Sudah menunggu lama sayang?"
Ucapnya mesra kepada seorang yeoja yang telah singgah di dalam mobil itu lebih dulu darinya.
Tapi sayangnya Yeoja di dalam mobil tadi sedikit merengut.
"Kau tahu, aku hampir mati kebosanan disini," balas yeoja itu kesal tetapi malah terlihat sangat manja di telinga Chanyeol.
Chanyeol tak akan betah lama-lama mengobrol, detik itu juga segera diraupnya bibir kissable di hadapannya. Bibir yang paling indah menurutnya, karena tidak ada yang lain memilikinya, tak terkecuali istrinya.
Kyungsoo -nama yeoja itu- memukul dada Chanyeol pelan karena merasa kaget -atau hanya pura-pura kaget-. Mata bulatnya melotot penuh pada si jangkung. Niatnya marah, tapi lagi-lagi terlalu menggemaskan di mata Park Chanyeol.
"Waeyo baby?"
"Bukankah aku sudah memberitahumu, aku tidak mau diserang. Karena aku yang akan menyerangmu."
Seketika itu juga Chanyeol tertawa, dia merasa kekasihnya itu sungguh polos. Wajah manis dan tubuh yang mungil, bahkan semuanya mirip dengan Baekhyun, tapi Chanyeol tidak tahu kenapa dia lebih menyukai versi yang ini. Mungkin dia bosan, ya... bosan dengan yang lama.
"Baiklah Do Kyungsoo, serang aku sekarang,"
Ujar namja itu lalu pura-pura terlentang pasrah diatas kursi mobil yang sudah direndahkan sebelumnya.
"Dengan senang hati Mr. Park."
Dan selanjutnya mereka akan benar-benar melakukan pergumulan panas di dalam mobil itu. Tanpa tahu malu dimana mereka berada, tidak ada yang bisa menghentikan keduanya. Toh, siapa yang berani dengan seorang Park Chanyeol, atau mereka akan menemui kehancurannya jika berani ikut campur urusan Direktur besar Park Corp itu.
You've been so unfaithful
Now sadly I know why
Your heart is unobtainable
Even though Lord knows you've mine
"Baekhyun, kau yakin tidak apa-apa? Maafkan aku, sebenarnya aku tidak ingin memberitahumu,"
Sebuah suara di seberang telpon berbicara dengan nada khawatir.
"Aku baik-baik saja, sungguh aku sangat berterimakasih karena sudah mau membantuku."
Baekhyun menggenggam ponselnya erat, dia sudah kebal. Bahkan terlalu kebal saat telinganya mendengar dari seseorang bahwa suaminya sedang bercumbu dengan yeoja lain. Baekhyun yang meminta begini, jika dia tidak kuat, tidak mungkin dia harus repot-repot menyuruh orang untuk membuntuti suaminya.
"Kau sungguh menyedihkan Baekhyun, kenapa tidak kau ijinkan aku membunuh si brengsek itu detik ini juga."
"Kau tidak boleh melakukan itu Kai, kami pasti bisa menyelesaikan masalah ini, sekali lagi terimakasih untuk bantuanmu, aku harus menutup teleponnya. Aku akan menghubungi lain waktu, bye!"
Begitu sambungan telepon itu terputus, saat itu juga Baekhyun luruh kelantai. Merasakan sakit di hatinya yang semakin kronis, menangisi nasib pernikahannya yang begitu menyedihkan.
Kai, namja yang mencintai Baekhyun begitu tulus. Namja yang tumbuh dan besar bersama dengannya, tapi tidak cukup membuat Baekhyun bisa merasakan perasaan yang sama seperti Kai.
Mungkin jika Baekhyun tidak pernah bertemu dengan Chanyeol. Saat ini Kai lah yang menyandang status sebagai suaminya. Kai memperlakukannya dengan mulia, namja itu bahkan tidak akan berani melukai Baekhyun seujung kukupun. Tapi nyatanya...
Dia bukan Chanyeol.
Kai bukan namja yang di cintainya.
Baekhyun hanya mencintai Chanyeol, dan dia hanya menginginkan Chanyeol, meskipun sangat sulit untuk menggapai hatinya. Sekalipun Chanyeol selalu menyakiti perasaannya.
You say I'm crazy
Cause You don't think I know what You're have done
But when You call me baby
I know I'm not the only one
Chanyeol pulang ke rumahnya sangat larut, namun itu tidak pernah menyurutkan niat Baekhyun untuk menyambut kedatangannya. Baekhyun akan selalu menyambutnya bagaimanapun mimik wajah suaminya.
"Kau baik-baik saja Yeol?"
Tanya Baekhyun cemas begitu menyadari raut murung yang di perlihatkan Chanyeol.
Seperti biasa namja itu hanya akan bergumam sebentar sebagai jawaban, entah karena dia terlalu lelah hingga mulutnya pun sampai tidak kuasa mengucapkan sepatah kalimat. Atau Chanyeol yang terlalu malas.
Chanyeol mengabaikannya lagi, namja itu lebih memilih melenggang pergi ke kamar mereka untuk segera tidur.
Baekhyun menghela nafasnya sebentar, masih sanggup mengontrol hatinya.
"Chanyeol,"
Panggilnya ragu-ragu berusaha membuat suaminya menjeda langkah kakinya. Dan detik selanjutnya namja itu menoleh kearahnya dengan tatapan malas.
Dia hanya mencoba membuat suaminya kembali semangat. Baekhyun sangat berharap mereka akan memiliki moment romantis seperti dahulu lagi.
"Bagaimana kalau akhir pekan nanti kita pergi menonton, kurasa sudah lama kita tidak me-"
"Kau tahu pekerjaanku Baekhyun, kau juga pasti tahu aku kelelahan kan!?"
Bibirnya merapat seketika jawaban dingin itu menyapa indra pendengarannya. Baekhyun mencoba tersenyum, walau kali ini air matanya benar-benar akan terjatuh.
"Aku tahu, baik... tidurlah, selamat malam."
Baekhyun cantik, dia tidak cacat atau kekurangan sedikit pun, dia pintar dan juga manis. Tapi hal itu masih belum membuat Chanyeol merasa cukup hanya memilikinya seorang.
Park Chanyeol masih menginginkan yang lain.
I have loved You for many years
Maybe I am just not enough
You've made me realise my deepest fear
By lying and tearing us up
"Apa yang kalian lakukan?"
Ucapan Chanyeol berhasil membuyarkan dua manusia yang tengah asyik berpautan mesra. Jujur, sebenarnya dia tidak akan peduli sekalipun melihat orang bercinta di hadapannya, Chanyeol tidak akan peduli jika saja yeoja itu bukan Kyungsoo, simpanannya.
Kyungsoo sedikit kelabakan mendapati Chanyeol menginstrupsinya, dia segera berbisik kepada namja muda yang baru saja membelai bibirnya. Menyuruh namja itu pergi meninggalkan mereka.
"Do Kyungsoo, bisa kau jelaskan apa yang baru saja kau lakukan?!" Tanya Chanyeol sekali lagi kepada yeoja itu, kini matanya menyalang mengisyaratkan ketidak sukaan yang besar.
Tetapi bukannya gentar, Kyungsoo malah menatapnya tak kalah sengit.
"Aku sudah lelah dengan semua ini Park Chanyeol. Kau kira apa enaknya menjadi simpanan untuk seorang lelaki yang sudah menikah? seperti terjebak di dalam kepungan ranjau, salah sedikit saja kau tidak hati-hati maka kau akan meledak dan musnah. Dan aku sudah terlalu lelah untuk itu,"
Jawab sang yeoja ketus dengan wajah marah.
Chanyeol mengepalkan tangannya erat, ekspresinya mengeras mendengar wanita yang begitu dia agungkan berani menggoreskan luka dihatinya.
"Lalu apa maumu? Kau lebih memilih anak kecil itu? cih, Apa yang kau lihat dari anak ingusan sepertinya, aku bahkan lebih baik berkali-kali lipat darinya."
"Setidaknya Kai hanya akan mencintai, juga memperhatikanku dan tidak akan menduakan waktunya"
Jawab yeoja itu begitu percaya diri, lalu memilih berbalik pergi dari sana. Tidak salah memang berhubungan dengan seorang namja yang dicintainya, tetapi kesalahannya ada dalam masalah waktu. Dan Kyungsoo sudah muak harus bermain kucing-kucingan dengan namja beristri itu.
Chanyeol tentu tidak tinggal diam. Namja itu menghentikan pergerakan Kyungsoo dan segera merengkuhnya.
"Maafkan aku Kyungsoo-ya, maafkan aku, kau tahu aku sangat mencintaimu. Jangan begini kumohon,"
Bisik Chanyeol disela-sela kukuhan eratnya. Demi nyawanya, dia tidak rela kehilangan Do Kyungsoo dari sisinya.
Sedangkan yeoja itu berdecih kecil, berusaha melepaskan rengkuhan itu tapi percuma.
"Aku sudah lelah Park Chanyeol,"
Jawab Kyungsoo ketus.
"Oke, lalu katakan apa yang harus aku lakukan sekarang?"
Pinta Chanyeol masih tidak mau menyarah.
"Ceraikan istrimu, bukankah kau sudah tidak mencintainya?"
Chanyeol tersentak mendengar jawaban lirih yeoja itu, rengkuhan tangannya perlahan mengendur. Matanya menatap Kyungsoo tidak percaya dan seolah meminta penjelasan.
"Kau hanya mencintaiku Park Chanyeol, ceraikan istrimu dan menikah denganku!"
You say I'm crazy
Cause You don't think I know what You're have done
But when You call me baby
I know I'm not the only one
"Apa yang kau lakukan Kai? Astaga, bagaimana bisa kau melakukan itu?"
Pekik Baekhyun membulatkan matanya heboh ketika mendengar cerita menegangkan dari sahabat karibnya.
"Dia hanya wanita gampangan yang mau dengan namja manapun, Kau tenang saja setelah ini aku yakin Chanyeol akan segera tahu seperti apa yeoja itu."
"Ah, Ya Tuhan Kai, kau bertindak terlalu nekat! Bagaimana kalau Chanyeol sampai memukulmu hah?"
"Tenang saja, yang jelas jika dia memukulku aku pasti akan membalasnya, setidaknya aku akan punya alasan untuk menghajarnya kan?"
"Kau benar-benar Kai! Jangan mencelakai dirimu hanya untuk ku arajji!"
Belum sempat Kai menjawab Baekhyun diricuhkan oleh suara mobil yang memasuki pelataran rumahnya. Kepalanya mengintip dari balik jendela untuk memastikan bahwa yang datang adalah suaminya.
"Kai aku tutup dulu teleponnya, Sepertinya Chanyeol pulang."
"Baiklah, kabari aku selanjutnya. Kuharap aku mendengar berita baik."
"Arasseo, Gomawoyo Kai, bye!"
Baekhyun membukakan pintu lebar, dan selalu seperti itu adanya, wajah cerahnya pasti akan selalu berbanding terbalik dengan namja di hadapannya.
Chanyeol murung, itu sudah pemandangan biasa untuknya. Baekhyun sudah sangat maklum. Tanpa mengucap sepatah katapun dia hendak meraih tas kerja suaminya, itu adalah rutinitasnya.
Baekhyun mengambil tas itu dalam diam, tidak ingin bertanya apapun dengan yang terjadi pada Chanyeol. Biarlah namja itu yang akan menceritakan dengan sendirinya.
Tapi mata sipitnya melebar kala tangan lebar itu malah menarik tubuh kurusnya dan menenggelamkan dalam pelukan. Baekhyun jelas tersentak atas perlakuan Chanyeol. Untuk satu bulan ini, alih-alih untuk memeluknya, menggenggam tangan mungilnya pun Chanyeol enggan melakukannya.
Tak ayal jika Baekhyun seperti terbang melayang, perutnya merasakan geli yang teramat sangat. Baekhyun merasakan jantung nya berdetak dua kali lipat, mungkinkah Chanyeol menyadari perbuatannya.
"Maafkan aku Baekhyun," Gumam namja itu lirih dan semakin memeluk erat tubuh kecil istrinya.
Baekhyun penasaran dengan sikap Chanyeol, tetapi dia juga ingin menangis. Dia bahagia, semoga yang dibayangkan terjadi.
Belum sempat Baekhyun bertanya mengapa. Chanyeol kembali mengejutkannya. Kali ini dengan sebuah ciuman dalam yang demi Tuhan Baekhyun juga sangat merindukannya.
Chanyeol menciumnya lembut, dan sekali lagi, Bolehkan Baekhyun berharap?
Chanyeol menuntun istrinya menuju ke kamar. Tanpa melepaskan tautan bibir itu Chanyeol merebahkan tubuh istrinya di atas ranjang. Dadanya berdenyut nyeri mengingat bahwa bukan hanya istrinya saja yang dia sentuh, melainkan wanita lain pun juga.
Baekhyun tidak tahu apa yang salah pada dirinya, akalnya mengabur bersama dengan cumbuan Chanyeol padanya. Bohong jika Baekhyun baik-baik saja selama Chanyeol tidak mau menyentuhnya. Dia juga manusia yang mempunyai hasrat seksual, dan bagaimana Baekhyun sangat tersiksa ketika harus menahan semua itu sedangkan dia memiliki seseorang yang bisa memuaskannya.
Chanyeol menyentuhnya sangat hati-hati, Baekhyun ingat bagaimana pertama kali Chanyeol melakukannya. Rasanya sama, karena Baekhyun tidak pernah melupakannya.
Keduanya terhanyut dalam dunia fatamorgana. Dunia yang terlihat indah namun banyak kekosongan di dalamnya. Dunia yang membelenggu manusia dengan ambisinya. Dunia yang membuat orang lalai akan siapa dirinya. Tapi Dunia juga yang membuat Baekhyun menemukan cintanya.
Baekhyun tidak pernah menyesal untuk menyerahkan seluruh hatinya untuk Chanyeol. Karena hidupnya adalah selalu mencintai Park Chanyeol.
Percintaan panas mereka baru saja selesai lima belas menit yang lalu. Dan kini keduanya tengah terhanyut dalam lamunan masing-masing. Baekhyun yang ingin sekali menangis karena tidak bisa menampung rasa bahagianya. Dan Chanyeol yang sedang berperang melawan ke egoisannya.
Namja itu pelan-pelan melepaskan pelukannya, memiringkan tubuhnya hingga berhadapan dengan Baekhyun. Jantungnya serasa di tusuk oleh ribuan paku tak kasat mata begitu mendapati wajah ceria Baekhyun ketika menatapnya. Secara tidak langsung Chanyeol seolah memberi harapan untuk yeoja itu, tapi kenyataannya Chanyeol hanya ingin menghancurkannya.
"Baekhyun..."
Panggil Chanyeol teramat lirih, dia tidak tahu kenapa dengan tenggorokannya, rasanya begitu kelu demi mengeluarkan suaranya.
Baekhyun membalasnya sambil tersenyum lebar. Tanpa sedikitpun menebak jika namja itu akan segera meluluh lantahkan hatinya.
Chanyeol menarik nafasnya dalam-dalam. Dia harus berani menyatakannya. Karena menurutnya inilah yang terbaik untuk mereka berdua.
"Baekhyun... Aku ingin kita bercerai,"
Ucap namja itu lagi,
Hening...
Perlu bebarapa detik untuk Baekhyun meresapi ucapan sederhana namun memiliki arti racun baginya.
Baekhyun masih mendiamkan dirinya. Dia ingin tertawa ketika menoleh kearah Chanyeol, mengira ini hanya sebuah lelucon seperti halnya yang sering mereka lontarkan dahulu. Tapi tatapan serius Chanyeol memaksanya untuk menahan tawa bodohnya.
"Apa kau sedang mencandaiku Yeol?"
Tanya Baekhyun berharap Chanyeol main-main dengan ucapannya.
"Aku serius Baekhyun."
Jderrrr!
Bagai disambar petir Baekhyun mendengar itu. Tidak tahu lagi apa yang harus di ucapkannya, yang dirasakannya saat ini hanyalah kehampaan. Telinganya bahkan masih aktif, tetapi Baekhyun serasa tidak bisa mendengar apapun.
Chanyeol seperti membawanya terbang begitu tinggi kemudian menghempaskannya tanpa perasaan pada lautan yang sangat dalam.
"Maafkan aku, aku tidak mau menyakitimu lebih dari ini."
"- tapi kau sudah melakukan itu dari dulu dan buktinya aku tidak apa-apa Park Chanyeol- Kenapa kau melakukan ini pada...ku?"
Baekhyun menatap nanar sosok lelaki kejam yang begitu di cintainya. Menatap lamat-lamat pisau belati berbentuk ucapan dari bibir namja itu.
"Aku benar-benar minta maaf padamu Baekhyun, tapi kurasa bertahan pun tidak ada gunanya."
"Tidak ada gunanya katamu? Lalu apa artinya kebersamaan kita hampir 4 tahun ini Yeol? Apa kau tidak menganggap aku hidup? Apa kau tidak pernah melihat aku selalu bersabar mencintaimu. Dan sekarang dengan kejam kau bilang ini tidak ada gunanya."
Air mata itu jatuh membasahi pipi putihnya. Bisakah Baekhyun menahan air matanya lagi ketika dia sudah sekarat seperti ini? Dan jawabannya adalah tidak!
"Aku mungkin masih menyayangimu, tapi aku juga tidak bisa menyangkal jika perasaan cintaku sudah berubah. Aku mencintai yeoja lain, dan aku menginginkannya untuk di sisiku."
Kalimat itu adalah akhir percakapan mereka. Chanyeol beranjak dari tempat tidurnya lalu mengenakan pakaiannya. Dia pergi begitu saja, tanpa memikirkan jika saja Baekhyun akan mati karena dia tinggalkan. Karena Chanyeol egois, namja itu sudah membangun tembok ego nya terlalu tinggi.
Menyisakan Baekhyun yang sekarang hancur tanpa bentuk.
You say I'm crazy
Cause You don't think I know what You're have done
But when You call me baby
I know I'm not the only one
"Aku minta maaf Baek, aku tidak pernah menyangka jika malah akan begini jadinya."
Kai duduk dihadapan Baekhyun memasang wajah bersalah terdalamnya. Dia tidak habis pikir bagaimana otak Chanyeol bekerja. Tega-teganya Chanyeol memutuskan untuk menggugat cerai istrinya sendiri.
"Kau tenang saja Kai aku sudah siap untuk ke pengadilan besok,"
Jawab Baekhyun berusaha tersenyum seperti dirinya kuat.
Chanyeol benar-benar merealisasikan ucapannya saat bilang ingin menceraikan Baekhyun. Hari dimana mereka bercinta waktu itu, adalah hari terakhir pula Baekhyun bertemu dengan Chanyeol. Setelah itu Chanyeol tidak kembali ke rumah, namja itu memilih menyewa sebuah apartement mewah yang sengaja di buat untuk menegaskan jarak diantara mereka.
Dan seminggu berlalu setelah hari itu, Baekhyun menerima surat gugatan cerai. Detik juga Baekhyun merasa dunianya hancur, air mata yang selalu dipendamnya telah lolos tanpa permisi.
Tapi kini air matanya sudah mengering. Satu bulan lamanya bagi dia mempertimbangkan keinginan suaminya untuk bercerai, hingga akhirnya Baekhyun menyerah dan berniat menandatangani semuanya. Semua akan selesai besok ketika matahari tenggelam. Dan sudah di pastikan bahwa dia bukan lagi yeoja yang berhak menyandang status sebagai Park Baekhyun.
"Tapi Kai... boleh aku minta tolong padamu?"
Baekhyun beranjak dari kursi yang semula menopang tubuhnya, yeoja itu mengambil sebuah kotak kecil terbungkus rapi dan kembali menghampiri Kai yang menatapnya tak berkedip.
"Kumohon berikan ini untuk Chanyeol, ku harap kau memastikan akan sampai padanya besok, - sebelum kami kepengadilan -"
Kai menerima kotak itu dalam diam. Demi Tuhan, ingin sekali meneriaki yeoja itu, betapa dia muak melihat Baekhyun begitu menyedihkan. Tapi dia urungkan, setidaknya hanya tidak ingin memperburuk keadaan. Sahabatnya sudah cukup hancur dan Kai sangat tahu kalau Baekhyun tidak setegar yang dia lihat saat ini.
Namja itu pamit untuk pergi. Kai menjawab akan melakukan yang Baekhyun minta. Walaupun bukan berarti dia sendiri yang akan meyerahkan kotak itu pada namja brengsek yang sangat dibencinya. Demi apapun, Kai tidak sudi bertemu dengan Chanyeol lagi, bahkan dia dengan suka rela mengundurkan diri dari kursi jabatannya di perusahaan Park.
Jika saja dulu Kai tidak lengah, maka tidak akan pernah dia biarkan Chanyeol merebut Baekhyun darinya. Chanyeol tidak pantas menyanding Baekhyun, dan itu benar terbukti sekarang. Namun sayangnya semua terlambat. Kai sangat menyesalinya.
Setelah Kai berlalu dari rumahnya Baekhyun bergumam kecil. Matanya memejam sambil memanjatkan doa pada sang penciptanya. Ini dari hati terdalamnya, Baekhyun mengemis kasihan kepada Tuhan.
"Ku harap Chanyeol membatalkan keinginannya."
Baekhyun pergi ke klinik untuk memeriksakan dirinya. Sudah bebarapa kali dia kemari dan berkali-kali itu pula rasa iri selalu menyelinap di hati kecilnya. Baekhyun harus menahan air matanya agar tidak jatuh saat melihat yeoja lain datang bersama pasangannya. Disaat Dokter menyampaikan kabar gembira atas perkembangan bayi mereka kepada orang tuanya, Baekhyun lagi-lagi hanya bisa menelan pil pahit itu bulat-bulat. Impiannya untuk memiliki bayi akan segera terkabulkan, tapi seolah takdir tak ingin berhenti mengujinya. Kini perikahannya tengah dihadapkan pada ambang perceraian.
Dilangkahkan tubuh mungilnya yang kian kurus itu menyusuri trotoar sempit jalanan. Dokter baru saja menuliskan bebarapa resep obat dan vitamin yang harus ditebusnya.
Dalam setiap langkah kecilnya Baekhyun masih tidak bisa berhenti menghayal tentang sebuah keluarga kecil harmonis yang sempurna. Baekhyun selalu berdoa setiap harinya, agar jika dia memiliki anak kelak, anaknya harus memiliki orang tua yang lengkap. Baekhyun tidak ingin anaknya seperti dirinya, yang harus tumbuh dan besar tanpa kedua orang tua kandung disisinya.
Perlahan namun pasti air matanya kembali luruh, entahlah Baekhyun merasa akhir-akhir ini dirinya menjadi cengeng. Dia harus kuat, berulang-ulang Baekhyun meyakinkan bahwa dirinya kuat. Dia harus berjuang melawan takdir demi calon buah hatinya.
Baekhyun menghentikan kakinya untuk menyeberang jalanan di depannya saat mendapati lampu zebra cross berubah merah. Dia menunggu lampu kembali hijau dengan sesekali menghapus jejak air mata yang mengotori wajah pucatnya.
Saat kembali memperhatikan jalanan tiba-tiba Baekhyun mendapati seorang akan kecil sedang menyebrangi jalan raya. Baekhyun tersentak karena tidak menemukan orang tua bocah itu mengejarnya sedangkan dari arah berlawanan sebuah mobil sedang melaju kencang kearah anak itu. Perasaan panik tentu menyerbunya. Tanpa pikir dua kali Baekhyun segera berlari tergopoh menuju anak kecil itu. Demi Tuhan, anak itu masih balita, dia terlalu kecil untuk dibiarkan berkeliaraan seorang diri. Dan orang tua mana yang dengan gila tidak hati-hati mengawasi anaknya.
Baekhyun berteriak-teriak memanggil balita itu agar menghentikan langkahnya. Tapi karena dasarnya dia hanya anak kecil yang tidak tahu apa-apa maka teriakan Baekhyun tak di indahkan sama sekali.
Baekhyun semakin panik, di tambah lagi memang dia tidak pernah bisa berlari. Namun akhirnya dia memaksakan dirinya. Walau kini rasa nyeri tiba-tiba menyerang perutnya, Baekhyun berusaha mengabaikannya. Dia juga tidak lupa jika dirinya sedang mengandung. Tapi Baekhyun tidak bisa egois dengan membiarkan anak itu tertabrak mobil.
Balita itu terlalu dini untuk merasakan kesakitan, dia bahkan belum merasakan keindahan dunia ini. Jadi mana mungkin Baekhyun membutakan matanya untuk pura-pura tidak melihat.
Ketika Mobil itu melaju semakin mendekat, jantung Baekhyun semakin berpacu cepat.
"Tidak, anak itu tidak boleh mati,"
Gumamnya sambil terus berlari.
"YA! BERHENTI!"
Teriak Baekhyun mendarah daging, dia merasakan kepanikan menyergapi hatiya.
"BERHENTI NAK, KUMOHON!"
deg...
Dan akhirnya berhasil, balita itu menghentikan langkahnya sejenak mendengar teriakan dari Baekhyun.
Sedikit menstabilkan nafasnya, Baekhyun berusaha menghampiri balita itu dengan jarak yang sudah lumayan dekat. Tidak bohong, dia bisa bernafas lega melihat balita itu menghiraukannya.
Dengan memasang wajah lembutnya Baekhyun kembali melajukan kakinya menuju balita itu. Namun sayangnya, baru dua jengkal dia melangkah sebuah truck datang dari arah kanan jalan. Baekhyun membulatkan matanya karena kaget, dia harusnya berlari tetapi tak tahu mengapa kakinya serasa kaku untuk beranjak. Saat truck itu melaju semakin mendekat Baekhyun hanya bisa memejamkan matanya erat-erat.
You say I'm crazy
Cause You don't think I know what You're have done
But when You call me baby
I know I'm not the only one
Tubuh Chanyeol menegang tatkala dia tiba di depan UGD. Pertahanannya hampir luruh karena melihat seorang namja yang sangat dia kenal sedang terlihat menahan isak tangisnya. Dengan langkah gontai Chanyeol mendekati kedua orang di hadapannya. Pandangan matanya kosong dan rasa kepercayaan dirinya memudar.
Di sana, disalah satu bangku Chanyeol melihat Kai tengah menangis. Sedangkan satu lagi namja yang berdiri di hadapan Kai berusaha menenangkannya.
Bukankah Chanyeol yang seharusnya menangis? Ada sedikit perasaan tak suka melihat orang lain menangisi istrinya seperti itu. Tapi tunggu... Masih pantaskah Chanyeol menyebut dirinya sebagai suami Baekhyun? Yeoja tidak bersalah yang jelas-jelas telah dia lukai tanpa memikirkan perasaannya.
Salah satu dari namja di situ akhirnya menyadari kedatangan Chanyeol. Dengan wajah datar yang tidak bisa Chanyeol tebak, namja itu menghampirinya.
Dia adalah Oh Sehun, sepupu Baekhyun yang sering di lihatnya ketika mereka masih berpacaran.
Sehun menepuk pundak Chanyeol yang terlihat lunglai, bukannya tidak tahu jika namja di hadapannya itu telah melukai sepupu nya. Tapi Sehun masih bisa berpikir rasional, tidak mungkin dia memperburuk kedaan -yang sebenarnya memang sangat buruk- ini dengan mengusir Chanyeol tidak sopan.
"Baekhyun meninggal sepuluh menit yang lalu... Dia sudah pergi untuk selama-lamanya,"
Bisik Sehun lirih, antara hidup dan mati dia menyampaikan kabar menyakitkan itu kepada Chanyeol.
Dan begitu bibir Sehun kembali terkatup, saat itu juga Chanyeol jatuh kelantai. Lututnya lemas seketika dan air matanya akan segera tumpah. Dia ingin berteriak, dia ingin menyangkal bahwa Sehun hanya membohonginya. Tapi... Pantaskah dia?
Dan baru sekarang Chanyeol merasakan penyesalan itu mengambang di hatinya.
Tanpa disadari kedua namja itu, Kai bangun dari posisinya. Dia hapus air matanya kasar melihat Chanyeol menampakkan dirinya. Tanpa pikir dua kali Kai menerjang tubuh Chanyeol dan menghantam pelipisnya sekuat tenaga.
buagh!
"Bajingan! Untuk apa kau kemari hah?"
Bentak Kai sambil mencengkeram kemeja Chanyeol erat. Matanya menatap menyalang pada manik kelam namja itu. Sungguh demi Tuhan dia membenci Chanyeol setengah mati.
buagh!
"Seharusnya Baekhyun tidak melarangku untuk membunuhmu waktu itu. Kau yang seharusnya MATI dasar BRENGSEK! bukannya Baekhyun! Bajingan sepertimu tidak pantas hidup"
buagh!
Satu bogem lagi melayang mengenai wajah tampan Chanyeol. Dia tidak bisa menahan emosinya lagi, Kai lepas kendali, dia seperti orang kesetanan memukuli Chanyeol.
"Kai! hentikan!"
Ucap Sehun berusaha melerai pertikaian itu.
Chanyeol ambruk begitu cengkeraman Kai di lepaskan. Wajahnya sudah babak belur. Ada darah segar mengalir dari sudut bibirnya karena terkoyak. Wajahnya juga penuh lebam, sakit? bodoh kalau Chanyeol merasa kesakitan hanya karena pukulan itu. Bahkan ini tidak seberapa dibandingkan sakit yang diterima Baekhyun selama ini. Kai pantas menghajarnya, bahkan Kai juga pantas membunuhnya.
Sehun menarik baju Kai sekuat tenaga, sedikit merasa iba melihat Chanyeol yang terlihat mengenaskan. Dengan gerakan kepalanya dia memberi tahu Chanyeol agar pergi dari sana, atau Kai benar-benar tidak bisa di kendalikan dan membunuhnya nanti.
You say I'm crazy
Cause You don't think I know what You're have done
But when You call me baby
I know I'm not the only one
Chanyeol kembali ke apartementnya dengan wajah babak belur. Tenaganya seperti lumpuh total, dia jatuh disamping tempat tidurnya. Kenyataan yang diterimanya seakan menamparnya telak.
Baekhyun mati?
Yeoja itu pergi untuk selama-lamanya. Tidak ada lagi kesempatan baginya untuk menyesal sekalipun dia menangis dan meraung di hadapan jenazah yeoja itu. Yeoja yang selalu di sakitinya karena kegoisannya.
Dan kini Chanyeol baru bisa merasakan kehampaan ditinggalkan. Lalu bagaimana dengan perasaan Baekhyun? tentangnya yang sudah dia campakan berbulan-bulan lamanya.
Kesedihannya tak terbendung lagi. Chanyeol memeluk lututnya dan menangis dalam diam. Tidak seharusnya dia mencampakan Baekhyun. Chanyeol teringat sumpah yang diucapkannya di hadapan Tuhan, bahwa dirinya akan selalu bersama dalam suka maupun duka. Namun nyatanya dia ingkar, Langit dapat dilukis, sudut kabut diserayakan. Chanyeol membutakan diri dari kesalahannya selama ini.
Chanyeol mengusap wajahnya kasar, jam sudah berputar setengah rotasai dan dia masih betah dalam posisinya. Matanya teralihkan pada sebuah kotak kecil yang diterimanya di kantor siang tadi, Chanyeol enggan untuk membukanya karena itu dari Baekhyun. Chanyeol takut jika harus mendapati kenyataan yang lebih menyakitkan lagi setelah melihat isinya. Tapi hatinya berontak, rasa penasaran terus menghujamnya. Ragu-ragu diraihnya kotak kecil yang terbungkus rapi itu. Ini bukan hari ulang tahunnya maupun hari valentine, lalu untuk apa Baekhyun mengirimkan hadiah untuknya.
Dengan tangan gemetar Chanyeol membukanya, tidak ada benda menarik didalamnya. Hanya sebuah foto yang mulai terlihat usang, dan tunggu...
Chanyeol mengetahui foto tersebut, Foto saat dirinya dan Baekhyun masih pacaran. Foto yang diambil ketika acara kelulusan Sekolah mereka. Chanyeol mengambil selembar foto lagi yang masih tersisa.
Fotonya yang dia ambil dihari ketika Chanyeol melamar Baekhyun.
Baekhyun menyerahkan baju kepada Chanyeol dengan wajah galaknya. Yeoja itu tampak bersungut-sungut ria mendapati kekasih bodohnya datang hampir larut malam begini. Demi Tuhan, cuaca sedang tidak baik hingga akhirnya hujan pun turun dan mengguyur bumi.
"Cepat pergi dan ganti pakaianmu! Aku tidak mau kau sakit dan lebih merepotkanku nanti,"
Ucap Baekhyun galak sambil melirik karpet permadaninya yang mulai basah karena ulah Chanyeol.
"Aku tidak menyangka kau mempunyai baju ganti pria. Apa kau sengaja menyiapkannya untukku?" Balas namja itu dengan senyum lebarnya yang begitu percaya diri.
"Wow aku tidak menyangka kau begitu percaya diri tuan Park. Itu milik Sehun, dan berterima kasihlah karena bajunya ada yang muat untukmu."
Chanyeol terkekeh geli mendapati kekasihnya manyun. Tidak mau membuat kekasih mungilnya semakin mengamuk lantas dia segera lari ke kamar mandi dan menuruti permintaan Baekhyun. Mengganti bajunya.
Butuh sepuluh menit untuk Chanyeol mengganti bajunya lalu kembali memasuki kamar pacarnya. Baekhyun sedang membaca buku sambil duduk manis diatas sofa kamarnya. Chanyeol datang mengendap-endap dan berniat mengagetkan yeoja itu. Tapi...
"Aku tahu kau disana Yeol, jangan bertindak bodoh. Ini sudah malam dan Bibi pasti sudah tidur."
Baekhyun sudah mengetahui kedatangannya. Akhirnya Chanyeol menggaruk tengkuknya yang tidak gatal karena malu lalu memilih untuk mengampiri kekasihnya.
Masih dengan sifat jahilnya kini Chanyeol merampas buku yang sedang Baekhyun baca. Dan tentu saja membuat sang empunya melotot marah.
"YA! PARK CHA- mmmppph..." Teriak yeoja itu lantang, tapi Chanyeol segera membekap mulutnya.
"Hey, bukankah kau bilang bibimu sudah tidur. Ingat Byun Baekhyun suaramu itu mengerikan, apa lagi jika berteriak,"
Balas Chanyeol cepat sebelum kekasihnya berhasil mengeluarkan suara cemprengnya.
Baekhyun menggigit tangan Chanyeol yang membekapnya. Nafasnya naik turun kerena hidungnya tertindih.
"Ya! kau mau membunuhku?"
Sembur Baekhyun langsung ketika dirinya sudah terbebas. Sedangkan Chanyeol meringis sakit merasakan bekas gigitan Baekhyun di telapak tangannya.
"Tentu saja itu tidak benar mana mungkin aku membunuhmu! ya Tuhan ini sakit Baek."
"Isshhh... menyebalkan,"
Jawab Baekhyun mengacuhkan keluhan Chanyeol.
"Sekarang katakan untuk apa malam-malam kemari? Demi Tuhan Yeol kau tahu sendiri cuaca sedang mendung dari pagi."
"Aku ingin tidur denganmu,"
Balas Chanyeol enteng dan...
pletak!
"Ya! otak mesummu Tuan Park!"
Chanyeol tertawa lebar sebelum akhirnya menyerah atau pertikaian itu akan semakin panjang.
"Baiklah, baiklah aku menyerah,"
Ujar si namja sambil mengangkat tangannya ala di drama-drama.
Baekhyun berdecih lagi.
Tapi tak selang berapa lama mata sipitnya membulat lucu saat Chanyeol menggenggam tangannya. Matanya semakin membola ketika Chanyeol tengah bersimpuh dan berlutut dihadapannya. Demi kulit putih Sehun, Chanyeol bahkan tidak pernah bertindak romantis padanya. Karena keseringan namja itu hanya mengusilinya.
"Baekhyun, aku tidak tahu harus memulai dari mana tapi aku ingin mengatakan ini padamu. Aku sangat mencintaimu Baek, maukah kau menikah denganku?"
Ucapan yang terlontar dari belah bibir Chanyeol sukses membuat Baekhyun terpaku. Apa katanya? Menikah? Apa ini lelucon, mereka bahkan baru lulus dari Sekolah bebarapa minggu lalu dan Chanyeol melamarnya?
Sedang bermimpikah?
Baekhyun menatap wajah Chanyeol lama. Pikirannya berkelana sejenak, dia tahu Chanyeol memang orang jahil yang suka mengusilinya, tapi tentang ucapan, namja itu tidak pernah main-main.
Cukup lama Chanyeol menunggu kebisuan kekasihnya, mungkinkah Baekhyun terserang gagu mendadak, kepalanya bingung. Chanyeol ingin membuka suaranya lagi jika saja suara tawa dari yeoja dihadapannya tidak segera membuatnya menoleh.
"Hahahahah Park Chanyeol, dari mana kau belajar cheseey seperti ini, hahaha menggelikan,"
Jawab Baekhyun malah tertawa tidak jelas. Membuat Chanyeol mengerutkan alisnya heran.
Baekhyun mengiranya bercanda?
"Aku serius Baek," Ucap Chanyeol kesal, tapi yeoja itu masih semakin menertawainya. Alih-alih mengulangi kalimat lamarannya, yang ada Chanyeol malah membungkam tawa Baekhyun dengan kecupan singkat.
Berhasil.
Baekhyun berhenti tertawa. Dia mengerjap polos ketika wajah Chanyeol tepat berada di depan matanya. Hanya kecupan singkat yang baru saja Chanyeol lakukan, karena namja itu cuma bermaksud membuat Baekhyun berhenti tertawa.
"Aku serius Baek...hyun..."
Bisik Chanyeol lirih tepat di depan wajah kekasihnya.
Baekhyun menoleh ke kiri karena merasa gugup. Pipinya pasti sudah memerah sempurna sekarang. Tapi tak lama, karena Chanyeol kembali menarik dagunya agar mata mereka bertemu.
"Ya! Kau tidak menjawab, kau mau tidak menikah denganku?"
Desak Chanyeol gemas karena Baekhyun tak kunjung menjawab lamarannya.
"YA! Kau memaksa!?"
Balas Baekhyun tak kalah sewot.
Ya Tuhan. Chanyeol sudah belajar mati-matian cara romantis melamar pujaan hatinya, tetapi apa ini? Yang didapat lagi-lagi malah berdebat.
Isshhh benar-benar pasangan aneh.
Chanyeol meniup wajah Baekhyun sebentar kemudian mengangkat tubuh ringan itu keatas ranjang. Baekhyun tidak terkejut lagi saat tubuhnya sudah dibaringkan di sebelah namja bernama Park Chanyeol itu.
"Baiklah tuan putri, akan ku ulangi sekali lagi dan ku harap kau tidak menganggapku main-main."
Chanyeol berusaha berujar selembut mungkin, gemas juga dengan tingkah absurd kekasihnya satu ini.
"Byun Baekhyun... Mau kah kau menikah denganku?"
"Aku Mau!"
Jawab Baekhyun cepat, sangat berbanding berbalik dari pernyataan Chanyeol bebarapa menit yang lalu. Yeoja itu segera menenggelamkan dirinya kedalam dada Chanyeol yang sedang berbaring di sampingnya. Baekhyun menangis, demi Tuhan sejak tadi dia sebanarnya ingin menangis dan bukannya tertawa seperti orang bodoh. Karena Baekhyun tahu Chanyeol pasti tidak bercanda dengan apa yang di ucapkannya. Baekhyun hanya bingung harus bagaimana menanggapinya. Di sisi lain dia senang kerena Chanyeol serius dengan hubungan mereka, tapi disisi lain dia juga merasa takut, takut akan kesempurnaan yang dimilikinya. Chanyeol tumbuh dari keluarga terpandang dan orang tua yang berkedudukan tinggi. Sedangkan dirinya... Bukan maksud Baekhyun berasal dari keluarga miskin, demi apa, Yeoja itu walaupun dia di besarkan oleh keluarga bibinya, sebanarnya Baekhyun juga memiliki kekayaan yang diwariskan dari orang tuannya. Orang tuanya juga orang terhormat, sama hal nya keluarga Chanyeol. Tapi Baekhyun masih merasa minder karena nyatanya kedua orang tua nya telah tiada, dia yatim piatu. Bagaimana dia bisa percaya diri bersanding dengan orang sesempurna Chanyeol. Sedangkan dia tidak ada orang tua yang akan mendampinginya di altar nanti.
Chanyeol menangkup pipi basah Baekhyun untuk menatapnya. Sedikit tahu bagaimana perasaan kekasihnya itu.
"Kenapa menangis?"
Tanya Chanyeol lembut.
"Tidak. Aku hanya terlalu bahagia,"
Balas Baekhyun teramat lirih. Lelehan kristal bening di pelupuk matanya mengundang Chanyeol mengulurkan tangan sekedar untuk menghapusnya.
"Tidak ada yang perlu kau khawatirkan Baek, demi kedua mendiang orang tuamu, Aku berjanji akan selalu menjagamu. Selamanya" ...
Chanyeol meremas dadanya kuat. Jantungnya seperti berhenti berdetak. Semua kenangan itu semakin memojokkannya, Chanyeol tidak bisa menahan kesedihannya lagi. Lalu untuk apa dia hidup bahagia jika Baekhyun tidak ada disisinya? Chanyeol menyesal-semenyesalnya. Dia menangis meraung melepaskan semua ego yang di agungkannya.
Chanyeol hampir mengabaikan kotak itu dan memilih menangis jika saja matanya tak sengaja mendapati sebuah surat terselip didalamnya. Dengan diliputi perasaan hancur dia meraih kertas putih itu. Dahinya mengernyit saat merasakan sebuah benda jatuh dari dalam kertas putih itu, Chanyeol memungutnya lalu menatapnya lama. Dia tidak pernah melihat benda seperti itu seumur hidupnya. Tapi dia tidak cukup bodoh untuk tak mengetahui nama benda itu.
Sebuah foto hasil USG, Chanyeol tidak mengerti tentang medis dan karena itulah dia harus memeras otaknya mati-matian untuk menjabarkan sesuatu di dalam foto itu.
"Astaga!"
Pekiknya tertahan begitu Chanyeol mengetahui gambar itu. Dengan terburu-buru segera dia buka lembar kertas putih ditangannya. Perasaannya semakin tidak tenang, apakah Baekhyun berniat menyikasanya hidup-hidup dengan memberitahunya tentang ini.
Park Chanyeol, kuharap kau tidak terlambat saat menerima ini. Aku sengaja mengirimnya untukmu karena aku ingin melihat bagaimana reaksimu. Salahkah aku jika berharap kau akan membatalkan niatmu di pengadilan besok? Bukan aku berniat jahat kepadamu dan juga pada kekasihmu Yeol, tapi aku hanya ingin kau mengetahui bahwa telah tumbuh kehidupan di rahimku. Dan dia adalah bayimu, bayi kita. Usianya sudah memasuki 8 minggu, aku tidak sabar untuk bisa melihat apa jenis kelaminnya. Dokter selalu menanyaiku tentang keberadaanmu, dan kau tahu. Ku rasa aku mulai pandai berbohong. Aku selalu merangkai kalimat yang tepat agar membuat semua orang percaya padaku, dengan alasan klasik jika suamiku terlalu kelelahan dengan pekerjaannya. Mereka juga percaya ucapanku ketika aku bilang kau akan datang bulan depan. Tapi itu bukan omong kosong, karena nyatanya setiap bibirku berucap disana aku selalu memanjatkan doa pada Tuhan. Aku ingin kau kembali Yeol, menepati semua janji dan sumpahmu yang pernah kau tujukan untukku. Maaf karena aku hanya bisa menulisnya di atas kertas, aku terlalu takut untuk mengatakannya secara langsung padamu. Aku takut kau akan menganggapku wanita tidak tahu diri dan itu menyebabkan mu semakin membenciku. Tapi seandainya hatimu masih tak bisa ku sentuh, kuharap kau mau mendukungku untuk membesarkan anak ini. Terlalu berat bagiku hidup tanpamu, tapi bayi ini membutuhkan semangatku. Aku berharap aku tak akan menyerah sekalipun kita benar-benar berpisah nantinya. Tapi ijinkan aku memberinya nama anak itu menggunakan namamu.
Park Nabi...
Aku ingin anak ini lahir secantik kupu-kupu yang akan selalu terbang ke tempat yang indah. Dan aku juga ingin kau mencintainya sebesar aku mencintainya kelak.
Chanyeol menatap kosong hiruk pikuk kota Seoul yang mulai menghitam. Sedangkan tangannya sibuk mencengkeram kertas putih yang berusaja di bacanya. Chanyeol sudah tidak tahan dengan perasaannya, rasanya sungguh hancur berkeping-keping setelah mengumpulkan semua ingatan tentang masalalunya. Dan satu lagi hal baru yang tak kalah memukul kepalanya telak, sebuah fakta bahwa Baekhyun nya tengah mengandung anaknya. Sebuah hadiah yang di titipkan Tuhan untuk nya. Tapi akhirnya? Chanyeol tidak bisa menjaganya.
"Sepertinya aku baru sadar jika aku juga tidak bisa hidup tanpamu Baek."
Namja itu menahan nafasnya gusar. Dia tidak bisa terus menerus mementingkan ke egoisannya, sedangkan telah banyak orang yang terluka karenanya. Terlebih orang-orang itu adalah hal terpenting untuknya. Sekarang, bagi Chanyeol dia hanya seonggok daging yang tak berguna. Meskipun dia memiliki banyak uang, meskipun dia berkesempatan berkencan dengan wanita berbeda setiap harinya. Tapi dia sadar itu hanya keinginan semu. Karena kebahagiaan nyatanya ialah ketika dia bisa saling berbagi bersama sang terkasih disaat berduka dan menyenderkan punggung lelahnya disana.
Jadi jika kebahagiaannya pergi, bukankah seharusnya dia tidak tinggal.
Chanyeol telah bulat dengan pikirannya. Dia mulai membayangkan bagaimana perasaan Baekhyun saat melihat dia menyusulnya. Baekhyun mungkin akan marah kepadanya, tapi Chanyeol yakin yeoja itu akan memeluknya juga.
"Maafkan aku Baekhyun, kumohon terimalah aku yang bodoh ini untuk bersamamu lagi."
Perlahan namun pasti Chanyeol bisa merasakan sensasi mendebarkan saat tubuhnya melayang dari ketinggian kamar apartemennya. Mungkin akan sedikit sakit, namun Chanyeol tak akan pernah menyesali keputusannya.
"Saranghae Park Baekhyun..."
- END -
PS : DOn't hate KYUNGSOO and Chanyeol disini, terlebih jangan benci saya karena bikin FF ngeselin kea beginian, hihihi
Salam damai saja.
Review?
i wanna know whats your feeling :D
Isi terinspirasi dari MV nya 'Sam Smith' dengan judul yang sama, walau dengan akhir yang ngawur.
recomment sambil dengerin lagunya juga yah.
Saya gak boong, FF ini juga terinspirasi dari 10080 milik author luar, yang pasti kalian juga sudah tahu.
Sekian
Bye~
