Naruto © Masashi Kishimoto


.

.

Different

.

.

Warn : AU, OOC, Typo, Fluffy(?) Oneshoot.

SasuSaku


Sakura menghela napas panjang. Menopang dagu dengan tangan kirinya, sementara tangannya yang lain sibuk membuka halaman perhalaman buku yang tergeletak di depannya secara asal. Wajahnya nampak masam. Bosan.

Iris klorofilnya melirik ke arah samping. Memanyunkan bibir melihat dia yang masih saja sibuk di dunianya sendiri dengan buku cukup tebal di tangannya. Like hell, kencan macam apa ini? Stuck di tempat yang namanya perputastakaan.

PERPUSTAKAAN!

Catat itu.

Dunia Sakura memang sudah gila. Padahal tadi ia sudah sangat senang pemuda itu akhirnya menyetujui acara kencan akhir pekan mereka. But, you see now? Ia harus berakhir menemani pemuda berambut ravenitu dengan buku-bukunya.

Ia duduk di sini seperti orang hilang hampir selama dua jam, hanya buku dan buku yang bisa dipandanginya.

Apa begini susahnya menjadi kekasih seorang yang pintar plus penggila buku? Sial, kalau saja ia tak suka dengan pemuda super dingin itu mana sudi ia diajak ke tempat ini.

Ia bukan seorang maniak buku.

"Hey, Sasuke ..." Sakura memanggilnya pelan. Masih sadar diri jika mereka berdua berada di tempat yang mengedepankan ketenangan, sengaja mengurangi volume suaranya yang biasanya terdengar keras.

Jemari tangannya sedikit menarik kemeja lengan panjang milik Sasuke. Menggerak-gerakkannya pelan.

"Hn?" pemuda itu menyahut tanpa beralih. Masih setia menekuni bacaannya. Sesekali pemuda itu terlihat mengkerutkan dahi jika merasa masih kurang jelas dalam tulisan di sana.

"Aku bosan." Sakura mengeluh. Diletakkan sepenuhnya kepala miliknya di atas meja, masih mengarahkan kilau miliknya pada pemuda itu. Mencermatinya baik-baik, dan pemuda itu benar-benar tak peduli rupanya.

"Carilah komik." Sahut Sasuke sama sekali tak beralih dan masih berkonsentrasi. Tangan pemuda itu kembali bergerak membuka halaman selanjutnya, ia terlihat biasa saja dengan sikap Sakura.

"Aku tidak suka komik." Gadis manis itu menegakkan tubuhnya kembali. "Kita pergi dari sini ya?" Pintanya dengan wajah memelas.

Sasuke terlihat mengangkat bahunya."Keluarlah jika kau memang tidak ingin di sini." Sahutnya tak acuh.

Hell, still don't care with her.

Sakura membanting buku tebal yang sempat ia baca tadi ke atas meja. Sedikit menimbulkan dentuman. Ia tak peduli jika nanti ada yang menegur dirinya karena perbuatannya ini. Ia marah. Sangat-sangat marah.

"Kau benar-benar menyebalkan, Sasuke." Jemarinya meraih kasar tas miliknya lalu bergegas pergi dari sana. Meninggalkan pemuda itu dengan perasaan kesal.

Sasuke meletakkan bukunya dan melepaskan kacamata baca yang dikenakannya. Menggelengkan kepalanya pelan melihat sikap Sang kekasih.

.

.

.

Sakura duduk di halte bus dengan wajah yang memerah. Kaki-kakinya sedikit dihentakkan karena kesal. Ia menghela napas pelan, sedikit merasa bersalah juga teringat pemuda itu memang harus berkonsentrasi menghadapi olimpiade beberapa minggu ke depan.

"Tapi dia memang sudah sangat keterlaluan. Memang aku dianggapnya apa?" Batinnya tak ingin kalah.

Beberapa orang nampak berlalu-lalang di depannya tapi Sakura terlihat tak peduli, sibuk merutuki sikap pemuda itu.

"Hn, kau bisa kedinginan kalau duduk di sini." Sakura sedikit mengangkat kepalanya, mendengus pelan lalu membuang muka melihat pemuda itu berdiri di depannya.

"Masih peduli, eh? Kukira hanya buku saja yang ada diotakmu." Ia berucap ketus. Sakura tak sedang masa PMS atau apa, tapi kekesalannya memang sudah sampai diubun-ubun karena sikap cuek Sasuke yang tak terkendali.

Sasuke duduk di samping Sakura dan menyandarkan punggungnya, lalu menghela napas lelah. "Sebenarnya ada apa, Sakura?" tanya kalem.

Mata hijau itu terlihat mendelik. "Ada apa? Kau masih bertanya ada apa? Sebenarnya siapa di sini yang bodoh? Kau si jenius, atau aku?" Sakura sedikit meninggikan suaranya. "Sebenarnya aku ini siapa di hidupmu Sasuke?" tuntutnya.

Mata kelam itu memandang Sakura. Sebelum kemudian mendengus. "Lalu apa? Kau kekasihku dan kau ingin aku bersikap seperti pasangan lain kebanyakan? Bersikap dan selalu berkata-kata manis? Itu kuno." Tanpa sadar Sakura mencengkram ujung jaket yang dikenakannya mendengar ucapan Sasuke. "Aku tidak akan melakukan hal-hal konyol tak berarti."

"Jadi kalau aku terluka karena sikapmu, kau tak peduli, begitu?" Sedikit banyak orang yang lewat memandang ke arah mereka. "Kalau aku ingin mengakhiri semua ini ... kau menyetujui begitu? Apa itu maksudmu?" Sakura menatap Sasuke dengan kilatan marah di matanya.

Kali ini Sasuke justru tertawa pelan. Membuat hijau itu menyipit karenanya. "Sebenarnya umurmu berapa Sakura? Kita sudah besar, dan aku tak akan bersikap seperti kalau kau mati aku juga akan ikut mati." Sasuke mendengus. "Itu menggelikan."

Sakura seakan tertohok dengan ucapan Sasuke. Hijau itu mulai berkaca. Sedikit lagi dan akhirnya satu lolos dari sana. Menuruni cepat wajahnya sebelum kemudian menetes mengenai baju yang dikenakannya.

"Ja-jadi begitu..." Sakura berujar lirih. Harusnya Sakura sadar jika Sasuke tak benar-benar serius dengannya. Mereka jadian pun bukan karena salah satu dari mereka yang menyatakan cinta, melainkan sebuah permintaan tak wajar dari seorang Sasuke yang menembak Sakura dengan tak biasa.

Saat itu pemuda Uchiha itu hanya mendatangi Sakura dan mengatakan jika gadis itu berhasil masuk peringkat tiga besar di Sekolahnya maka mereka resmi menjadi sepasang Kekasih. Walaupun merasa bingung dengan sikap Sasuke, tak dapat dipungkiri bahwa Sakura merasa senang karena selama ini ia memang memiliki perasaan lebih pada bungsu Uchiha itu.

Sakura berhasil mendapatkannya dan otomatis mereka menjadi sepasang kekasih, tapi Sakura harusnya tahu bahwa pemuda itu hanya ingin main-main dengannya. Sampai sekarang pun tak ada kata-kata cinta yang terlontar dari mulut pemuda itu.

Sasuke memandang Sakura dalam. Menggelengkan kepalanya pelan, tangannya terjulur dan membawa gadis itu dalam pelukannya. "Kau ini kekanak-kanakan sekali. Kau tak mengerti maksudku." Sakura semakin sesengukkan dalam pelukan Sasuke.

"Aku hanya tak ingin menjalankan hubungan ini dengan monoton, tidak ingin membuat sesuatu yang berlebihan dalam hubungan kita. Cukup kita jalani apa adanya tanpa perlu ada keterpaksaan." Ia mengacak pelan surai merah muda itu. Sebelum kemudian mengecupnya pelan. "Kau paham?"

Sakura menarik tubuhnya. "Tapi sikapmu benar-benar menyebalkan..." gerutunya sembari mengusap air matanya. Sasuke menarik tipis sudut bibirnya, membantu Sakura menghapuskan air matanya.

"Kupikir kau memahamiku?" Jemari itu masih berada di kedua sisi wajah Sakura. Tanpa sadar wajah gadis itu memerah. Ya, selama ini ia tak benar-benar memahami seorang Uchiha Sasuke. Ia hanya mementingkan ego dirinya tanpa pernah menyelami pemuda itu lebih dalam. Bukankah mereka sepasang kekasih?

"Ya, maafkan aku. Aku memang egois." Ucap Sakura akhirnya, merasa bersalah.

"Tidak." Sasuke kembali memeluk Sakura, mengahantarkan rasa hangat pada keduanya. "Aku juga salah, maafkan aku."

Keduanya diam sesaat. Hanya memerhatikan jalanan yang dilalui berbagai macam kendaraan.

"Tapi ucapanmu tadi ... benar-benar menyakitkan." Lirih Sakura pelan.

Sasuke mendengus pelan dan mengusap wajahnya. "Hn, aku tahu, maafkan aku. Maksudku, aku mungkin tak akan emm ... ketika kau mati aku juga akan ikut mati. Itu terlalu menggelikan dan berlebihan. Tapi ...," Sakura menengadah menatap wajah Sasuke, menunggu pemuda itu melanjutkan kalimatnya.

Sasuke menarik tengkuk Sakura dan langsung melumat bibir cherry gadisnya itu lembut, pemuda itu bahkan mengabaikan orang-orang yang menatapnya aneh.

Sasuke menarik diri dan menatap Sakura yang mematung itu lembut. "Jika kau berhenti mencintaiku..." Sasuke mengusap pipi Sakura pelan, "maka itu sama saja kau membuatku ... mati, Sakura. Walaupun kau kelak berhenti mencintaiku, maka aku tidak akan pernah berhenti mencintaimu. Hanya itulah yang kujanjikan di dalam hubungan ini."

Sakura terpaku di tempatnya, sebelum kemudian berdehem pelan mencoba menghalau rasa malunya. Ia beranjak berdiri. "Kau juga berlebihan, bodoh." Dan kemudian Sakura melangkah pergi dengan pipi merona.

Sasuke tersenyum tipis. "Hn, aku tidak sedang bercanda, Sakura." Kemudian pemuda raven itu ikut berdiri, bersiap menyusul gadisnya.

'Dia bahkan lebih membingungkan dibanding rumus-rumus fisika. Tapi dialah Haruno Sakura ... gadisku.'


FIN


Review?