Akhirnya author bikin fic SasuIno! Ini SasuIno author yang pertama, lho! Buat SISTER! Ayo mana applause-nya? *dikeroyok reader(s)*

Yup, setengah mati saya mikirin ide buat fic ini. Yang pasti saya mau bilang sama kalian kalau ide fic ini berasal dari lagunya "Kagamine Rin – Regret Message". Gak percaya? Coba aja denger lagunya baik-baik dan Anda akan tahu bagian mana yang saya ambil buat di fic ini. Selamat membaca dan ehem-mereview-ehem.

Ini di publish pas HUT RI yang ke 66 lho! MERDEKA! XD

Disclaimer:

Kadang saya mikir, apa Masashi Kishimoto hapal semua nama tokohnya, ya? Kalau saya gacul satu tokohnya gak ketauan kali, ya? #slapped

Pairing:

Sasuke. U – Ino. Y

Summary:

Aku percaya jika permohonanku akan terkabul. Ia kembali padaku, walau dalam bentuk seseorang yang lain. Seseorang yang akan menemaniku dan menjagaku sepertimu dulu. Dia Uchiha Sasuke. For SISTER, RnR please


Chiisana Negai

By

Hime Uguisu

A

Naruto Fanfic


小さな願い

"If you place a parchment with your wish written on it into a small bottle, and let it drift into the sea, then one day your wish will come to fruition."

-Regret Message (Kagamine Rin)-

Ino's POV

Hari ini, hembusan angin pantai kembali mengibaskan helaian pirangku. Kaki-kakiku terus berjalan dengan perlahan menuju tepi pantai. Pasir-pasir putih yang terhampar membuat aku sedikit sulit untuk berjalan cepat. Sang surya baru saja kembali setelah menyinari bagian dunia lain. Aku tak mau terlambat hari ini. Aku harus datang pagi sekali. Di saat tak satupun manusia yang datang lebih dulu kesini.

Setiap pagi inilah rutinitasku. Berjalan dari rumahku yang berjarak 30 meter dari tepi pantai. Melangkah menuju bagian pantai yang jarang didatangi oleh para pengunjung ataupun penduduk yang tinggal di sini. Kini aku telah tiba di sini. Sudah satu tahun berlalu sejak kepergiannya, aku selalu berdiri di tepi pantai ini. Membiarkan dinginnya air membasahi kakiku. Aku menatap tangan kananku yang memegang sebuah botol kaca. Di dalamnya berisi sebuah kertas yang digulung.

"Sudah setahun berlalu sejak kepergianmu, Sai" gumamku.

"Dan sejak itu aku selalu berharap 'kau' bisa kembali menemaniku lagi,"

"Semoga kali ini permintaanku terkabul" aku pun melemparkan botol kaca itu ke laut. Kehamparan lautan biru yang senantiasa membawa pesanku menjelajah dunia ini. Berharap tuhan akan membacanya dan mengabulkan permintaanku. Semoga.

.

.

.

Normal POV

Seorang pemuda bermata onyx tengah berdiri dengan malas di depan pintu penginapannya. Setelah perjalanan panjang dari pusat kota sampai ke sebuah pantai yang terletak lumayan jauh itu. Di sampingnya terdapat dua buah koper lumayan besar. Sangat terlihat jika ia akan tinggal di vila itu dalam jangka waktu yang tak sebentar.

"Aku lelah. Akhirnya sampai juga.." pemuda bernama Sasuke itu menghela nafas. Tangannya merogoh saku celana jeans-nya dan mengambil sebuah kunci. Ia pun membuka pintu vila itu dan masuk ke dalamnya. Meletakan kopernya dengan asal. Vila itu tidak besar, tapi cukup jika hanya dihuni olehnya. Vila yang tak bertingkat dengan satu kamar tidur. Letaknya sekitar 30 meter dari pantai. Didekatnya terdapat beberapa rumah penduduk.

Sasuke merebahkan tubuhnya di atas kasur. Rasanya tubuhnya lelah sekali. Ia berangkat sejak malam dan baru tiba pagi ini. Dengan mobil yang ia kendarai sendiri pula! Tapi ia tak mau menyia-nyiakan suasana pagi hari yang tak bisa ia dapatkan di kota. Ia pun segera beranjak dari kasurnya dan mengambil jaketnya yang entah sejak kapan tergantung di balik pintu kamar.

"Aku ingin jalan-jalan sebentar" ucapnya. Pemuda itu pun berjalan keluar dari vilanya. Ia tinggalkan sepasang sepatu kesayangannya. Ia ingin berjalan-jalan sambil menikmati butir-butir pasir pantai dengan kakinya sendiri. Ia pun berjalan santai sambil memasukkan tangannya ke dalam saku. Kaki jenjangnya sampai pada tepian pantai.

"Masih sepi, belum ada siapapun," ia pun memutuskan untuk berjalan terus menyusuri pantai itu. Sesekali ia menarik nafas dan menghembuskannya kembali lewat mulut. ia tetap santai sampai matanya menangkap siluet seseorang. Ia pun berlari menghampiri seseorang yang tengah berdiri di sudut pantai itu. Hanya ada dirinya.

Sasuke menepuk punggung seorang gadis blonde yang tengah berdiri tanpa melepaskan pandangannya dari laut itu. Kaget, Ino pun menengokan kepalanya ke belakang. Mata aquamarine-nya menatap tak percaya pada sosok onyx di hadapannya. Onyx itu. Tatapan datar itu.

"Sai!" seru Ino sedikit melompat ke belakang. Ia berjalan mudur dengan perlahan.

"Hah? Siapa tadi kau bilang?" Sasuke menatap Ino bingung. Namun yang ditanya tidak menjawab. Gadis manis itu semakin berjalan mundur. Sasuke berjalan maju menghampiri Ino. "Hei, kenapa takut begitu?" Tanya Sasuke lagi. Ino kembali tak menjawab. Lidahnya terasa kelu. Ino terus berjalan mundur hingga kakinya mengenai sesuatu di dalam air itu dan membuat tubuhnya terjatuh ke belakang. Badannya basah terkena air asin itu. Sasuke semakin bingung melihat Ino, ia pun berjalan menghampiri Ino dan membantu gadis itu bangun.

"Kau tidak apa-apa?" Tanya Sasuke ketiga kalinya. Ino hanya menggeleng dengan cepat. Baju Sasuke yang tadinya kering itu pun ikut basah karena menolong Ino. Kini mereka sama-sama berdiri di pantai itu. Dinginnya air menenggelamkan kaki mereka berdua sampai sebatas lutut. Oke, selutut Ino, dan sedikit di bawah lutut Sasuke.

"Tidak mungkin kau Sai!" teriak Ino. Tangannya mencengkram bahu Sasuke dengan kuat.

"Tentu saja bukan! Siapa itu Sai? Aku Sasuke! Kau tak kenal aku?" ujar Sasuke dengan sedikit membentak. Tanpa aba-aba apapun, butiran bening itu menetes dari mata Ino. Ia terlalu kaget sampai tak dapat berucap lagi. Matanya terbuka lebar dengan air mata yang perlahan menetes melalui pipinya. Melihat itu Sasuke semakin panic, namun ia tak menunjukkan sikap paniknya sama sekali.

"Hey! Kau kenapa sih?" Tanya Sasuke sambil menggerang frustasi. Ino akhirnya tersadar dari lamunannya. Ia menghapus air matanya itu.

"Tidak. Maaf ya. Dan, aku tidak mengenalmu," jawab Ino berusaha menghilangkan baying-bayang Sai, kekasihnya dulu yang meninggal setahun lalu.

"Aku Uchiha Sasuke, lho! Seorang actor terkenal! Masa kau tidak kenal?" Tanya Sasuke. Ino menggeleng dengan polosnya.

"Aku tak pernah menonton televise sejak 2 tahun lalu," jawabnya dengan wajah polos. Sasuke memukul dahinya dengan kesal.

"Haaaah.. dasar! Ayo segera ganti bajumu sebelum masuk angin," ujar Sasuke sambil melepaskan cengkraman tangan Ino dari bahunya. Ino hanya menunduk. Mereka berdua berjalan menjauhi pantai dalam bisu. Ino yang masih dalam kebingungannya, dan Sasuke yang memang malas bicara. Ino pun menghentikan langkahnya di depan sebuah rumah sederhana.

"Ini rumahku," ucap Ino tiba-tiba. Sasuke juga ikut menghentikan langkahnya lalu menatap gadis itu. Hening lagi. Ok, Ino mulai tidak suka keheningan itu. Ia pun memberanikan diri membuka mulutnya. Tapi sebelum kalimat itu keluar, Sasuke sudah lebih dulu bicara.

"Nanti siang kau temani aku berkeliling di sini ya. Vilaku dua rumah dari rumahmu," kata Sasuke sambil menunjuk sebuah bangunan bercat putih. Ino pun mengangguk dengan sedikit ragu. "Jaa," ucap Ino pelan lalu berjalan masuk ke dalam rumahnya. Tetes-tetes air dari bajunya mulai membasahi setiap pijakan yang ia lewati.

.

.

.

Ino's POV

Ya Tuhan! Apa itu yang barusan? Makhluk apa itu? Ok, pertanyaan yang terakhir tadi mulai kejam. Haah.. apa maksudnya semua ini? Aku tahu itu bukan Sai. Tapi aku juga tahu, kalau ia sekilas mirip dengan Sai. Yaa.. kecuali rambutnya yang mencuat ke belakang itu. Tapi matanya itu, lho! Ano hito no hitomi! Sepasang black pearl-nya. Apa mungkin Kau mengirimkannya dalam bentuk yang lain untukku?

"Ino, kau sudah pulang? Kenapa basah begitu?" Tanya suara seseorang yang tengah duduk di ruang tamu. Aku hanya tersenyum tipis melihatnya, ayahku.

"Tadi tak sengaja aku jatuh ke air," jawabku sekenanya. Ayah hanya mengangguk saja. Aku pun mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi untuk mandi, sekalian tadi aku kan memang belum mandi. Tetesan air dari shower itu membuat kepalaku dingin. Menyentuh kulitku dengan butiran-butiran bening yang menenangkan. Aku kembali berfikir. Apa yang sebenarnya terjadi hari ini. Pemuda Uchiha itu.. siapa nama depannya? Sasuke ya? Haah..

Setelah selesai membersihkan diriku, aku membalut tubuhku dengan handuk lalu berjalan menuju kamarku. Kubuka pintu kayu itu dan menampilkan pemandangan kamarku yang sederhana. Berjalan memasukinya, lalu mengunci pintu itu. Mataku menatap sudut ruang kamarku. Sebuah toples kaca berisi dengan banyak burung kertas yang berisi pesan-pesan serta permohonanku selama ini. Jumlahnya banyak sekali. Memang, dari kecil aku ini percaya mitos atau hal-hal semacamnya.

Setelah melihat jam aku langsung teringat sesuatu.

"Nanti siang kau temani aku berkeliling di sini ya. Vilaku dua rumah dari rumahmu,"

Siang itu maksudnya jam berapa, ya? Aku bergegas memakai pakaianku dan berjalan keluar kamar. Apa aku kesana sekarang saja ya? Masa' bodo ah! Lebih cepat lebih baik-kan?

"Ino kau mau ke mana?" Tanya ayah yang masih duduk di ruang tamu. Ia menatapku yang tinggal sedikit lagi berjalan keluar rumah sambil masih memegang kenop pintu. Aku tersenyum singkat lagi.

"Jalan-jalan sebentar," setelah berkata begitu aku pun segera berjalan keluar rumah. Aku hanya memakai pakaian santai, kaus putih lengan pendek dan celana jeans selutut. Mataku memandang beberapa rumah yang aku lalui. Beberapa saat setelahnya aku mendapati sebuah vila bercat putih dengan sebuah mobil sport terparkir di halamannya. Ini pasti vila yang di maksudnya. Sumpah, aku sama sekali tidak tahu kalau dia artis.

Aku berjalan menuju pintu rumahnya, lalu mengetuk pintu itu dengan agak ragu. Tak ada suara balasan dari dalam. Aku pun memutuskan untuk mengetuk sekali lagi. Barulah samar-samar dapat kudengar suara langkah kaki mendekati pintu. Tak lama kemudian pintu vila itu pun terbuka dan munculah sosok pria tadi. Aku menggigit bibir bawahku saat melihatnya. Tidak, tidak boleh ada baying-bayang Sai lagi!

"Kau datang cepat juga," ucapnya datar. Aku mengangguk pelan.

"Habisnya kau tak bilang jam berapanya. Jadi kau mau ke mana sekarang?" tanyaku langsung ke intinya. Ia terlihat berfikir sebentar. Dan aku hanya berdiri sambil berkacak pinggang. Ia pun menjentikkan jarinya dan membuatku menengok padanya.

"Kita main voli pantai yuk! Sudah lama sekali aku tak pernah main yang seperti itu!" ucapnya tiba-tiba. Sekilas.. tatapan matanya seperti anak kecil yang senang diajak ke taman bermain. Melihatnya, aku tak bisa menahan senyumku.

"Boleh, ayo!"

.

.

.

Sekarang kami berdua tengah berdiri tak jauh dari tepi pantai. Di sini ada tempat untuk bermain voli. Pemuda itu berdiri dengan lesu sambil memegang sebuah voli. Ia menghela nafas lagi.

"Kita kan hanya berdua. Bagaimana mainnya? Kurang dua orang lagi nih.." ucapnya. Aku hanya angkat bahu. Eh tunggu, ini hanya perasaanku saja atu banyak yang memperhatikan kami? Aku pun menolehkan kepalaku ke belakang. Benar saja. Tiba-tiba setiap orang yang lewat berhenti dan menatap kami. Aku jadi bingung. Aku pun memperhatikan penampilanku dari atas sampai bawah. Tak ada yang salah. Lalu mataku menatap Sasuke yang masih berdiri dengan santainya. Mungkin masalahnya ada padanya.

"Kenapa? Bingung?" tanyanya tiba-tiba seakan dapat membaca pikiranku. Aku pun mengangguk dengan cepat. Ia hanya mengeluarkan seringaiannya yang baru pertama kali kulihat.

"Kau lupa? Aku actor terkenal lho," jelasnya.

"Kau lupa? Aku sudah 2 tahun tak nonton televise lho," balasku dengan nada sok sepertinya. Ia menatapku dengan tatapan "dasar-menyebalkan". Aku hanya menjulurkan lidahku, berniat mengejeknya. Ia buang muka sambil mendengus kesal.

"Hey itu Uchiha Sasuke, ya?"

"Iya! Kenapa dia ada di sini, ya?"

"Kyaaa.. dia dengan siapa itu?"

"Apa mereka pacaran,"

Ya Tuhn, telingaku mulai panas mendengar ucapan-ucapan gadis-gadis yang 'menonton' kami itu. Sasuke lalu menarik tubuhku dan merangkulku. Aku kaget dan tak sempat melawan. Belum sempat aku protes, detik berikutnya aku merasa sesuatu yang hangat menyentuh pipiku. Bibirnya! Itu bibirnya! Memangnya dia pikir siapa dia bisa seenaknya menciumku?

Terdengar teriakan protes dari para 'penonton' yang langsung member tatapan membunuh padaku. Kulihat seringaian Sasuke semakin lebar. Ia pun berjalan menjauh dari tempat semula kami sambil menarik tanganku. Aku yakin, tampangku saat ini bodoh sekali. Setelah berjalan cukup jauh dari keramaian, Sasuke pun tertawa puas.

"Lihat mereka? Mereka cemburu! Aku memang tampan dan popular," ujarnya tiba-tiba. Aku semakin bingung dibuatnya. Ok, kukira dia adalah pemuda dingin yang angkuh. Ternyata? Memang angkuh sih.

"Apa-apaan kau main menciumku seenak jidat?" protesku. Ia sudah berhenti tertawa lalu mengacak-acak rambutku pelan.

"Hanya untuk memanas-manasi mereka. Ini menyenangkan," jawabnya. Ingin sekali kupukul kepalanya dengan batu karang. Aku mendengus kesal. Kuinjak kakinya sambil melipat tangan di depan dada dan membuang muka. Pose tsundere.

"Oh, ya, main voli pantainya tidak jadi nih?" tanyaku mengalihkan pembicaraan. Ia menggeleng pelan. "Sepertinya tidak bisa bermain sesuatu yang menarik perhatian umum," jawabnya. aku hanya geleng-geleng kepala melihatnya. Secara tidak langsung ia ingin mengatakan 'nanti aku akan jadi pusat perhatian umum'. God, di balik topeng stoic-nya itu dia percaya diri sekali. Kami pun hanya berjalan-jalan santai. Tanpa sadar kakiku seakan melangkah sendiri. Membawaku dan Sasuke sampai pada tempat biasa aku menghanyutkan berbagai botol kaca ke laut. Tempat pertemuan pertama kami.

"Kenapa berhenti?" Tanya Sasuke saat melihatku menghentikan langkah di tempat tadi pagi aku berdiri.

"Aku merasa nyaman di sini. Jarang sekali ada orang yang berjalan sampai ke sini. Tempat ini agak tertutup tembok dan batu karang," jelasku tiba-tiba. Aku pun mendudukkan diriku di atas pasir putih ini. Kulihat Sasuke juga ikut mendudukkan dirinya disebelahku. Kami berdua berada dalam keheningan yang menenangkan. Menikmati semilir angin yang meniupkan helai rambut. Sampai akhirnya panas matahari yang semakin terik mulai mengganggu kami.

"Bagaimana kalau kita mencari tempat lain? Panas.." ucapnya sambil berdiri. Aku pun ikut berdiri. Kami menepuk-nepuk celana kami agar pasir yang menempel terjatuh. Untunglah pasirnya belum basah. Kami pun berjalan beriringan menjauh dari tempat itu. Aku membawanya menuju ke tempat yang banyak terdapat penjual makanan dan minuman.

"Kau mau beli minuman?" tanyaku. Sasuke menatap toko yang menjual berbagai macam makanan dan minuman. Ia lalu menatap ke arahku.

"Kau mau?" Ia malah bertanya balik. Aku mengangguk. Kami pun menghampiri penjual es krim. Aku membeli satu scoop es krim rasa strawberry. Tapi Sasuke tidak membeli es krim. Ia malah membeli segelas minuman bersoda. Ia membayarkan es krim milikku.

"Kau juga mau minumannya, Ino?" Tanya Sasuke sambil menunjuk segelas minuman soda yang di pegangnya. Aku mengangguk. Ia pun memesan satu minuman lagi pada penjualnya. Aku hanya menunggu sambil berdiri di sebelahnya.

"Uchiha Sasuke, ya? Boleh minta tanda tangannya untuk putriku? Dia penggemar beratmu!" ucap si penjual es krim tiba-tiba. Sasuke mengangguk. Pak penjual es krim itu pun menyodorkan secarik kertas dan sebuah pulpen pada Sasuke. Ia meraih pulpen itu dam menggoreskan tanda tangannya di atas kertas itu.

"Dua minuman itu kuberi gratis!" ucap penjual es krim itu saat ia menerima tanda tangan dari Sasuke. Sasuke hanya tersenyum tipis lalu menarik tanganku untuk berjalan lagi. Sumpah, berarti dia ini artis sungguhan, ya? Aku harus mulai nonton tv lagi nih agar tak ketinggalan jaman. Tapi.. tv di rumahku antenna-nya jelek. Sedih sekali hidupku.

.

.

.

Kami berdua duduk di atas sebuah bangku yang terdapat di bawah pepohonan yang lumayan sejuk. Aku masih saja menjilati es krimku. Sedangkan Sasuke bermain dengan handphone-nya. Sesekali aku mencuri pandang untuk melihat handphone-nya. Wah, baru pertama aku melihat yang seperti itu. Ternyata tinggal 2 tahun di sini membuatku terisolasi dari dunia luar. Sekali lagi, menyedihkan.

"Kau mau?" tanyanya tiba-tiba. Sepasang onyx-nya masih menatap layar handphone-nya. Tanpa sadar aku mengangguk sambil masih menatap layarnya.

"Kalau mau nanti kubelikan, asalkan kau mau jadi pacarku," ucapnya lagi. Beberapa detik baru aku dapat mencerna kata-katanya. Aku pun berdiri dan menginjak kakinya lagi.

"Kau kira aku ini matre?" tanyaku ketus. Ia terlihat menahan sakit sambil memegang kakinya.

"Tidak ada yang tidak matre. Semua wanita selalu senang jika kuberi sesuatu," jawabku. Aku menginjak kakinya yang sebelah lagi. Dan ia kembali meringis lagi.

"Hey apa-apaan sih!" bentaknya protes. Aku berdiri di hadapannya sambil berkacak pinggang. Aku pun menunjuk wajahnya sambil menatapnya kesal.

"Dengar ya, orang kaya.. sampai kapan pun aku bukanlah seorang cewek matre! Aku tak butuh apapun darimu kok! Sekian," ucapku lalu berbalik sambil berjalan meninggalkannya. Langkahku terhenti saat pergelangan tanganku di tahan olehnya.

"Tunggu, kenapa marah sih? Maaf deh," katanya. Aku masih belum membalikan badanku dan berusaha melepaskan tanganku darinya.

"Lepas deh! Dasar orang aneh,"

"Tapi aku serius lho, aku tertarik padamu!" seru pemuda Uchiha itu. Nafasku seakan terhenti sesaat. Apa katanya? Baru juga bertemu hari ini. Dia ini.. player, ya? Ya Tuhan, aku berharap Sai kembali lagi! Tapi tidak begini juga kali!

"Sudahlah aku mau pulang" ujarku ketus lalu berjalan meninggalkannya. Dapat kudengar ia sedikit tertawa. Ia pun mengikutiku dari belakang. Aku tetap saja berjalan dan berusaha mengacuhkannya. Tapi ia tetap mengikutiku. Akhirnya aku menghentikan langkahku. Kutatap matanya dengan pandangan malas.

"Apa lagi?" tanyaku tidak niat. Ia tersenyum tipis.

"Nanti sore temani aku ya," mohonnya. Apa lagi sekarang? Temani ke mana lagi coba? Kalau kuperhatikan dia seperti anak norak yang baru ke pantai dan ingin mencoba segala aktivitas di sini. Dasar actor menyedihkan. Aku menghela nafas panjang. Berusaha menimbang-nimbang. Tapi kalau kuperhatikan baik-baik lagi.. dia sebenarnya baik kok. Mungkin ya.. aku baru mengenalnya beberapa jam sih. Aku pun memutuskan untuk mengangguk.

"Janji ya! Kau harus menemaniku! Aku tunggu! Aku ingin melihat sunset denganmu!" katanya sedikit terlihat bersemangat. Aku tak bisa menyembunyikan senyumku lagi.

"Iya, iya. Padahal kau baru mengenalku hari ini," balasku. Ia tersenyum lagi.

"Tapi aku sudah merasa tertarik padamu. Entah kenapa aku senang berada di dekatmu," ucapnya. Aku menghela nafas lagi entah sudah keberapa kalinya.

"Player!" akhirnya kata-kata itu keluar juga dari mulutku. Senyumnya hilang seketika itu juga. Ia pun menatapku dengan tatapan protes. "Aku bukan player!" balasnya. Aku hanya angkat bahu dan berjalan lagi meninggalkannya.

"Dasar player" ucapku lagi sambil terus berjalan. Ia pun mengejarku dan menahan bahuku. Langkahku sengaja kuhentikan.

"Dengar ya, aku bukan player! Dan suatu hari kau akan jadi pacarku!" ujarnya tiba-tiba. Aku memukul lengannya sambil tertawa.

"Oh, ya? Coba saja kalau bisa!" aku menjulurkan lidahku lalu tertawa. Ia mengejarku. Aku suka saat-saat seperti ini. Berlari di atas pasir putih, angin yang meniup helai-helai pirangku, tertawa seperti ini. Sudah lama sekali aku tak merasakannya. Lelah, aku pun memutuskan untuk pulang. Ia juga pulang ke vilanya. Nanti sore, aku akan melihat sunset seperti tahun lalu, melihat sunset dengan ditemani oleh seseorang. Entah kenapa aku jadi tidak sabar.

.

.

.

Sasuke's POV

Oke, kuakui aku tertarik padanya. Hei jangan pandangi aku seperti itu, baiklah aku mengaku.. aku suka padanya. Mungkin ini yang disebut cinta pada pandangan pertama. Itu bukan karena aku player! Bukan! Salahkan saja dia yang terlalu menarik sejak awal. Rambutnya yang indah, matanya yang menenangkan. Senyumnya yang manis. Ok, sejak kapan aku jadi puitis seperti ini? Haaah..

Oh ya, aku akan menghabiskan 2 minggu di sini. Aktivitasku membuatku lelah dan jarang mendapat liburan. Saat aku bisa liburan? Tentu saja akan kupakai dengan sebaik-baiknya. Tujuanku memilih pantai adalah.. selain cocok dengan musim panas sekarang ini. Pantai juga mengingatkanku pada masa kecilku. Dulu keluargaku sering menikmati libur musim panas ke pantai ini. Tapi itu dulu, saat ayah dan ibu tidak sesibuk sekarang. Sekarang liburan bersama hanya tinggal kenangan.

Aku baru ingat, di awal Ino sempat menyebut nama "Sai", ya? Siapa ya dia? Apa pacarnya? Ah tapi sejak tadi Ino hanya sendiri tuh. Lalu apa yang ia lakukan di pantai pagi tadi ya? Membuang-buang botol kaca? Itu kan mengotori laut. Padahal baru sebentar aku berpisah dengannya tapi rasanya sudah ingin cepat melihat matahari tenggelam dengannya. Pasti akan jadi tambah indah. Tuh kan puitis lagi.

Aku berjalan menuju dapur. Mengambil segelas minuman dingin dari dalam kulkas. Lalu aku mendudukkan diri di sofa depan tv. Menyalakan AC. Bersantai seperti inilah yang sangat kusuka. Sesekali aku melirik ke arah jam dinding. berharap jam itu bisa berputar lebih cepat. Aku juga ingin menikmati malamku di sini ditemani Ino. Hey, jangan berpikir yang macam-macam dulu ya. Kalian tidak berpikiran aneh-aneh? Oh ayolah jangan bohong begitu. Yup! Pokoknya sebelum aku pulang ke kota, ia sudah harus jadi milikku!


TBC

Oke, gaje! Sumpah gaje! Plot berantakan! Alur gajelas! OOC-ness! Arrrggghhh!

Ini pertama kalinya saya bikin fic full SasuIno! Udah gitu gak da slight!

Nyari ide buat fic ini gak dapet-dapet mulu! Alhasil? Jadi gaje banget!

Tapi mohon review kalian biar saya bisa memperbaiki ini ya ._.