Touken Ranbu © DMM & Nitroplus
Monochrome Love Story © Riren18
Pair : Ishikirimaru & Nikkari Aoe
Genre : Romance, friendship, and hurt/comfort
Warning : Boys Love Story, typo, gak sesuai EYD, little OOC, alur gaje, dan masih banyak kekurangan lainnya.
Saya hanya meminjamkan karakternya saja dan tidak mengambil keuntungan apapun dalam cerita ini :)
.
.
.
.
.
Tetes demi tetes air hujan mulai membasahi jalanan aspal yang gelap dan seperti biasa seorang lelaki muda terus berjalan di bawah naungan payung yang dia pakai. Rasa dingin tentu saja sangat terasa meskipun lelaki muda itu sudah memakai coat yang cukup tebal.
Sambil berjalan sesekali lelaki muda itu melihat keadaan sekitar untuk menghilangkan kepenatan dan rasa lelah di tempat kerja lelaki muda tersebut. Tapi, secara tidak sengaja kedua mata milik lelaki muda itu menangkap sesuatu yang bisa dibilang cukup membuat lelaki muda itu penasaran dan ingin sekali menghampiri apa yang dia lihat.
Dengan langkah yang agak cepat, lelaki muda itu pun berjalan mendekati sebuah gang kecil yang berada di seberang jalan. Langkah demi langkah pun membuat lelaki muda itu semakin dekat dengan apa yang lihatnya dan seketika mata lelaki muda itu terbelalak saat melihat seseorang tergeletak di atas jalanan aspal dalam gang yang kecil.
Segera lelaki muda itu memeriksa keadaan orang yang tidak sadarkan diri tersebut dan lelaki muda itu bersyukur karena orang yang dia temukan masih bernafas meskipun wajahnya terlihat pucat. Namun, lelaki muda itu merasa sedikit kasihan sekaligus penasaran dengan ada dirinya di sini. Pakaiannya sangat kotor dan lusuh serta terlihat beberapa luka gores yang belum begitu kering pada bagian lengan bawah tangannya dan sedikit memar pada bagian dahi sebelah kirinya.
Seketika lelaki muda itu mencoba menghubungi kerabatnya yang mungkin saja bisa dia minta tolong untuk menumpang kendaraannya. Mikazuki, salah satu nama kerabatnya yang seketika terlintas dalam pikiran lelaki muda itu dan tanpa pikir panjang segera lelaki muda itu meneleponnya. Lelaki muda itu berharap Mikazuki bisa membantunya. Setelah beberapa lama, akhirnya panggilan telepon lelaki muda itu di angkat oleh sang lawan bicara.
"Halo Ishikirimaru, ada apa meneleponku ?"
"Mikazuki, apakah kau sedang ada di rumah ?"
"Aku sedang ada di rumah. Hmm...sepertinya kau ingin berbicara sesuatu yang penting. Jika dugaanku benar, maka katakan saja."
"Syukurlah jika kau sedang libur dan aku ingin meminta bantuanmu, Mikazuki."
"Bantuan apa, Ishikirimaru ? "
"Untuk detailnya nanti ku jelaskan tapi sekarang bisakah kau menjemputku dengan mobilmu di depan toko kue Osafune ? "
"Aku bisa menjemputmu di sana. Tunggu sekitar 10 menit lagi."
"Baiklah. Terima kasih telah mau membantuku, Mikazuki."
"Hahaha… jangan sungkan begitu. Kau dan aku adalah kerabat dan mana mungkin aku membiarkan kerabatku kesusahan. Tunggu aku di sana."
"Ya."
"Sambungan teleponnya ku tutup."
"Baiklah."
Sambungan telepon pun terputus dan segera Ishikirimaru memasukkan smartphone miliknya ke dalam tas yang dipakai. Segera Ishikirimaru melepaskan coat yang dipakainya dan memakaikannya pada orang itu. Tak lama Ishikirimaru pun membawa orang itu dalam gendongannya.
"Tubuhnya terasa ringan sekali. Untung saja tubuhmu kuat dan bisa bertahan meskipun pingsan di bawah guyuran hujan. Ku harap bisa menanyakan soal kau bisa ada di sini."
Sayangnya ucapan Ishikirimaru hanya di balas oleh suara guyuran hujan dan hembusan angin.
Tanpa Ishikirimaru sadari, orang yang kini dalam gendongannya akan menjadi awal kisah yang tidak pernah terbayang oleh Ishikirimaru sebelumnya.
.
.
.
.
Dalam sekejap 10 menit pun terlalui dan sebuah mobil berkapasitas 4 orang pun berhenti di depan toko kue Osafune. Segera sang pengemudi keluar dari dalam mobil dan dia terkejut saat melihat kerabatnya sedang menggendong seseorang yang kini tubuhnya telah terbalut coat besar milik kerabatnya.
"Lebih baik kau segera masukkan dia ke dalam mobil. "
"Baiklah. "
Mikazuki pun membantu Ishikirimaru memasukkan orang pingsan tersebut ke dalam mobil milik Mikazuki. Setelah menaruh tubuh orang itu di bagian kursi belakang, Ishikirimaru dan Mikazuki pun menempati kursi bagian depan.
Tak butuh waktu lama, mobil milik Mikazuki mulai melaju.
.
.
.
.
Setelah 15 menit berkendara, akhirnya mereka sampai di depan gedung apartemen tempat Ishikirimaru tinggal. Ishikirimaru pun kembali menggendong orang itu dan Mikazuki membantu untuk membukakan pintu apartemennya dan juga kamarnya.
Dengan hati-hati dia menaruh tubuh orang itu di atas kasur miliknya. Mikazuki pun menyalakan pemanas ruangan demi membuat orang yang ditemukan oleh kerabatnya itu merasa lebih hangat.
"Ishikirimaru, bisa kau ceritakan bagaimana kau menemukan orang ini? "
"Soal itu aku secara tidak sengaja menemukannya saat melihat keadaan sekitarku. Aku tidak tega melihatnya kehujanan dengan keadaan seperti ini. Jika tidak ditolong, aku takut dia meninggal karena kedinginan. "
"Seperti biasa, kau terlalu baik pada orang lain dan rasa pedulimu sangat luar biasa. Tapi, kau akan mau bagaimana setelah dia sadar nanti? "
"Tentu saja menjelaskannya. "
"Kau benar tapi jika keadaan tak terduga seperti dia menuduhmu yang tidak-tidak. Apa yang akan kau lakukan? "
"Tentu saja aku akan menjelaskan apa yang terjadi dan mana mungkin aku melakukan hal senonoh pada orang yang jenis kelaminnya pun sama denganku. "
Mikazuki pun membelalakan matanya mendengar apa yang di katakan Ishikirimaru. Tapi, tak lama suara Mikazuki pun kembali terdengar di antara keduanya.
"Ku kira orang itu perempuan karena wajah dan rambutnya mirip dengan perempuan. Tapi, kau tahu dari mana kalau dia sejenis dengan kita? "
"Dari luar saja sudah jelas meskipun tubuhnya terbilang cukup ringan untuk ukuran laki-laki. "
"Begitu ya. Lebih baik kau segera mengganti pakaiannya dan bersihkan lukanya. Maaf aku tidak bisa membantumu untuk merawatnya sekarang. Tapi, kalau kau butuh bantuan lagi silahkan saja menghubungiku. "
"Terima kasih atas bantuan dan tawarannya, Mikazuki. "
"Sama-sama. Oh, ya, ada satu hal yang ingin ku katakan padamu. "
"Apa? "
"Tetap kendalikan dirimu dan sadar jika dia itu sama sepertimu meskipun tampilannya bisa membuatmu tergiur untuk menikmatinya. "
"Jangan bicara sembarangan, Mikazuki!. Mana mungkin aku melakukan hal tidak baik seperti itu dan lagipula aku masih normal. "
"Maaf aku hanya bercanda tapi hati-hati dengan perkataanmu. Bisa saja semuanya berubah dalam waktu cepat atau lambat. Hati manusia bisa berubah seiring berjalannya waktu. "
"Terserah apa katamu, Mikazuki."
"Hahaha...jangan marah begitu. Baiklah, aku pulang dulu. Jaa. "
Mikazuki pun melangkah menuju pintu keluar dan kini tinggal Ishikirimaru dan orang yang di temukannya.
.
.
.
.
Setelah Mikazuki keluar dari apartemennya, Ishikirimaru segera mencari pakaian yang kira-kira sesuai dengan ukuran tubuh orang itu.
Tak lama Ishikirimaru menemukan sepasang piayama yang sudah tidak muat lagi olehnya. Sebuah handuk yang dibawa bersama pakaian ganti.
Dengan perlahan Ishikirimaru pun membuka helai demi helai pakaian yang di pakai orang itu. Ishikirimaru pun mencoba melawan rasa aneh dalam dirinya saat melihat tubuh polos tanpa sehelai benang yang kini masib terbaring tak sadarkan diri di atas ranjangnya.
Meskipun orang itu lelaki juga, dia memiliki bentuk tubuh yang hampir serupa dengan perempuan dan kulitnya sangat halus serta mulus saat Ishikirimaru secara tak sengaja kontak dengan kulit orang itu.
Ishikirimaru mulai mengeringkan tubuh orang itu dengan handuk di bawanya. Di mulai dari rambut dan seterusnya hingga ujung kaki orang itu. Setelah selesai Ishikirimaru segera memakaikan piyama miliknya dan ternyata piyamanya masih kebesaran saat di pakai orang itu. Setelah memakaikan piyama, Ishikirimaru pun mengobati luka orang itu.
Perlahan-lahan air muka orang itu terlihat berubah dan tubuhnya mulai terasa hangat.
"Sepertinya dia sudah mulai merasa lebih baik. Hmm...mungkin aku harus memasakkan sesuatu untuknya. Tapi, tunggu dia sadar dulu sepertinya."
Setelah semuanya selesai, Ishikirimaru pun menyelimuti tubuh mungil itu dengan selimut tebal dan keluar dari kamar untuk mencuci baju yang dipakai orang itu.
.
.
.
.
Waktu terus berputar dan kini sang rembulan telah merajai langit yang luas. Jarum jam pun telah menunjukkan pukul 9 malam.
Perlahan tapi pasti, kelopak mata yang awalnya tertutup rapat kini perlahan terbuka dan menanpilkan sepasang iris mata yang berbeda. Mata itu melihat keadaan sekitar dan tak lama sang pemilik mata itu bersuara dengan suara yang cukup parau.
"A...ku ada dimana? "
Jemari Ishikirimaru yang sedang mengetik laporannya bulan ini tiba-tiba berhenti saat mendengar suara asing bertanya. Segera Ishikirimaru bangkit dari kursi kerjanya dan berjalan menuju ranjang miliknya.
Sepasang manik ungu bertemu dengan manik heterochrome dan tanpa sadar Ishikirimaru memasang sebuah senyum tipis karena dia senang akhirnya orang itu bangun juga.
"Bagaimana keadaanmu? Sudah merasa lebih baik? "
Ishikirimaru pun menanyakan keadaan orang itu tapi tak lama pertanyaannya hanya di balas tatapan ketakutan oleh orang itu. Tentu saja Ishikirimaru merasa bingung dan dia pun semakin mendekati orang itu karena merasa khawatir. Tapi, ternyata orang itu membuat Ishikirimaru terkejut karena hal tak terduga.
"JANGAN MENDEKAT! PERGI SANA DAN JANGAN SENTUH AKU DENGAN TANGAN KOTORMU! "
Orang itu menjerit ketakutan saat Ishikirimaru menyentuh dirinya. Langsung saja Ishikirimaru menahan tangannya untuk menyentuh orang itu karena dia tidak ingin membuatnya tambah ketakutan.
Ishikirimaru pun mencoba mengajak bicara secara pelan-pelan pada orang itu agar orang tersebut tidak ketakutan seperti tadi.
"Baiklah, aku tidak akan menyentuhmu. Namaku Ishikirimaru dan aku berjanji tidak akan menyentuhmu jika itu yang kau inginkan. Aku juga tidak akan melukaimu. Tadi aku secara tidak sengaja menemukanmu di sebuah gang kecil lalu aku membawamu ke sini untuk menolongmu. Ku mohon tenanglah dan boleh kah aku tahu siapa namamu?"
Perlahan-lahan tatapan ketakutan orang itu berkurang dan tubuhnya mulai terlihat rileks meskipun tatapan matanya masih berjaga-jaga jika ada bahaya mendekat.
"Ni...Nikkari Aoe. Itu nama saya."
"Begitu ya. Keadaanmu bagaimana sekarang, Nikkari san? "
"Sudah terasa lebih baik. "
"Syukurlah kalau begitu. Aku senang mendengarnya. "
"Etto...anda tidak melakukan apapun kan selama saya pingsan?"
"Aku tidak melakukan apapun. Hanya mengganti pakaianmu yang basah. Maaf jika aku lancang tapi itu harus ku lakukan karena aku tidak ingin kau sakit, Nikkari san . "
Seketika Nikkari merasa sedikit bahagia karena orang asing yang ada di hadapannya ini sangat peduli padanya yang tentu saja masih berstatuskan orang asing.
"Te...terima kasih kalau begitu, hmm...siapa nama anda tadi? "
"Ishikirimaru."
"Terima kasih, Ishikirimaru san."
"Sama-sama. Oh, ya, apakah kau lapar?. Jika iya, kau makan apa? Biar nanti ku buatkan sesuatu untukmu. "
"Anda terlalu baik dan aku tidak mau merepotkan anda. Mungkin aku harus segera pergi dari sini."
Nikkari pun turun dari ranjang milik Ishikirimaru tapi baru beberapa langkah dia berjalan tiba-tiba dia kembali terjatuh duduk di atas lantai sambil meringis kesakitan. Tentu saja Ishikirimaru langsung mendekati Nikkari dan memeriksa keadaannya.
"Sepertinya kakimu terkilir, Nikkari san. "
"Terkilir? "
"Iya. Jika ku pijat pelan sebelah sini pasti rasanya sakit kan? "
"Iya, rasanya sakit sekali. Tapi, dari mana anda tahu jika saya terkilir? Kaki saya tidak kelihatan memar atau bengkak. "
"Soal itu aku tahu sedikit dari buku medis yang dulu pernah ku baca. "
"Apakah anda seorang dokter? "
"Tidak. Aku hanya seorang pegawai biasa di sebuah perusahaan. "
"Begitu ya. Tapi, aku harus pergi dari sini. Saya tidak mau merepotkan anda lebih ba-"
"Kau tetap mau pergi dengan keadaanmu yang masih seperti ini? Lalu kau mau pergi ke mana? "
Perkataan Nikkari pun terpotong oleh pertanyaan yang di lontarkan oleh Ishikirimaru. Nikkari pun menundukkan kepalanya dan tak lama Nikkari pun mengeluarkan suaranya...
"Saya hanya tidak ingin membuat anda repot. Saya cuma orang asing yang kebetulan di temukan dan di tolong oleh anda. Soal pergi ke mana, saya juga tidak tahu ingin ke mana. Tapi, sialnya kenapa kaki saya harus seperti ini? "
Ishikirimaru menghela nafasnya karena Nikkari masih saja ingin pergi dengan keadaannya yang masih belum stabil. Secara tiba-tiba Ishikirimaru mengubah posisinya menjadi saling berhadapan dengan Nikkari dan dia pun menepuk kedua bahu sambil memberikan tatapan tajam pada Nikkari sambil berkata...
"Kau tidak ku izinkan keluar dari rumahku karena keadaanmu masih seperti ini. Aku khawatir kau kenapa-kenapa jika tetap nekat pergi dari sini. Walau kita belum saling kenal tapi aku peduli pada dirimu, Nikkari. Tapi, aku tidak memaksamu untuk percaya padaku namun aku mohon jangan pergi dari sini, ya. "
Tak lama setelah itu, setetes air bening jatuh dengan cepat dari kelopak mata Nikkari. Ya... Nikkari menangis setelah mendengar ucapan Ishikirimaru. Sederhana namun cukup membuat Nikkari tersentuh dan Nikkari tentu merasa sangat bahagia karena baru kali ini ada orang yang peduli padanya.
Melihat Nikkari yang tiba-tiba menangis, Ishikirimaru pun kebingungan sekaligus merasa bersalah karena dia takut ucapannya malah membuat hati Nikkari sakit. Tapi, pada akhirnya Ishikirimaru melakukan hal yang tidak terduga dan tentu saja belum pernah di lakukan oleh dirinya pada orang lain, baik laki-laki ataupun perempuan.
Ishikirimaru membawa Nikkari dalam pelukannya. Mencoba menenangkan Nikkari yang masih menangis. Telapak tangan kanannya pun mengelus pelan kepala dan punggung Nikkari secara bergantian, mencoba memberi ketenangan bagi Nikkari.
"Nikkari san, maaf jika kata-kataku tadi keterlaluan. Ku mohon jangan menangis lagi. "
Perlahan-lahan tangisan Nikkari mereda dan mulai tenang. Nikkari pun membalas pelukan Ishikirimaru sebagai tanda terima kasih karena sudah begitu baik padanya bahkan memeluknya seperti ini. Nikkari merasa Ishikirimaru bagaikan malaikat yang di utus oleh Tuhan untuk menolongnya dari bayang-bayang kegelapan hidupnya.
Setelah cukup tenang Nikkari pun melepaskan pelukannya pada Ishikirimaru dan membalas perkataan Ishikirimaru saat memeluk dirinya.
"Ishikirimaru san, saya tidak tahu harus membalas dengan apa atas kebaikkan anda pada saya dan jangan meminta maaf padaku karena anda tidak salah. Seharusnya saya yang meminta maaf karena telah keras kepala dan membuat anda merasa kesal. Tapi, jika saya tinggal di sini saya tidak mau mendapatkannya secara gratis, jika di perkenankan bolehkah saya membayarnya dengan bekerja sebagai asisten rumah tangga? "
Ishikirimaru terkejut mendengar perkataan sekaligus pertanyaan Nikkari. Tapi, tak lama sebuah senyum simpul hadir di wajah tampan milik Ishikirimaru dan dia pun berkata...
"Nikkari san tidak perlu meminta maaf karena aku juga telah bersikap sedikit kasar padamu tadi. Jujur aku senang karena akhirnya Nikkari san mau tinggal di sini dan soal usulanmu aku setuju asalkan kondisimu sudah sehat sepenuhnya. "
"Baiklah. Terima kasih sekali lagi dan aku akan bekerja dengan baik setelah sehat nanti. Mohon bantuannya. "
"Sama-sama dan mohon bantuannya juga. Oh, ya, Nikkari san mulai sekarang jangan terlalu kaku padaku karena rasanya agak aneh. Tidak apa-apa kan jika berbicara dengan sapaan yang lebih santai? "
"Tidak apa-apa. Sa-Aku akan mencoba untuk menyapa lebih santai. "
"Baguslah. Oh, ya, karena tidak baik kelamaan duduk di lantai maka aku akan memindahkanmu ke kasur lagi. "
"Eh? Caranya? "
"Tentu saja caranya seperti ini. "
"Huaaaa! "
Tanpa aba-aba Ishikirimaru langsung mengangkat tubuh Nikkari dan kini Nikkari sudah ada di dalam gendongan Ishikirimaru. Tentu saja Nikkari di gendong seperti para tuan putri dalam cerita dongeng.
"Ishikirimaru san! Turunkan aku!"
"Maaf aku tidak bisa melakukannya. "
"Tapi aku kan berat dan lagipula aku bukan perempuan! "
"Aku tahu kau itu laki-laki dan tubuhmu ringan sekali, Nikkari san. "
Pada akhirnya Nikkari pun memilih untuk diam dan tak lama Nikkari kembali berbaring di kasur yang dia tempati beberapa saat lalu. Bedanya kini Nikkari terlihat senang dan tenang, bahkan sebuah senyum tipis hadir di wajahnya dan tentu saja membuat Ishikirimaru ikut tersenyum.
"Oh, ya, Nikkari san lapar tidak? Kalau iya, aku akan membuatkan bubur untukmu. ".
"Aku tidak lapar dan terima kasih atas tawarannya. Aku ingin kembali beristirahat saja, Ishikirimaru san. "
"Baiklah. Aku akan melanjutkan pekerjaanku. Tapi, nanti tidak apa-apa kan jika aku tidur di sebelahmu? "
"Eh? "
"Karena berhubung keadaannya tidak terduga aku belum sempat merapihkan kembali kamar yang satunya. Paling tidak besok baru akan ku rapihkan dan nantinya jadi kamar milik Nikkari san. "
"Begitu ya. Apakah aku boleh membantu? "
"Tidak boleh. "
"Buuuu...menyebalkan. "
"Tunggu sampaikan kau pulih dulu. "
"Iya aku tahu, Ishikirimaru san. Aku tidur duluan ya. Oyasuminasai. "
"Oyasumi. "
Pada akhirnya malam itu berakhir damai dan tanpa keduanya sadari sebuah kisah baru pun di mulai yang di mana peran utamanya adalah mereka berdua, Ishikirimaru dan Nikkari Aoe.
.
.
.
.
つずく
.
.
.
.
Author note :
Halo semua ^^ Riren kembali membawa cerita baru XD
Berhubung Riren masih suka dengan Touken Ranbu + suka sama pair IshiKari akhirnya Riren menulis ff ini deh ? ゚リツ?/apa sih lu
Niatnya sih bakal jadi multichap tapi chapnya gak banyak kok karena Riren takut kayak cerita Riren sebelumnya yang stuck di tengah jalan hahaha/slap
Riren mohon maaf apabila masih banyak kekurangan dalam cerita ini dan Riren mohon reviewnya karena review (kritik dan saran ) merupakan sumber semangat Riren untuk tetap menulis.
Sampai berjumpa di chapter selanjutnya ya ^^
Riren
