I don't own anything except this fiction.
Warnings : Alternate Universe/Timeline, might be OOC
Pairing : Unknown / ?
-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-
Angelica A. Chloereve Presents
.::.
_Bus Stop_
.::.
—A Nurarihyon no Mago fan fiction—
-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-
"Hai."
"Hai."
"Kau sudah lama menunggu?"
"M? Hihi… Tidak… aku baru saja di sini selama lima menit."
"Begitu… Apa kau akan naik bus yang sama denganku?"
"Oh, ayolah! Kau sudah lima kali bertemu denganku di sini bukan? Dan selama itu kau selalu menaiki bus yang berbeda denganku bukan? Nah, berarti, aku tidak akan menaiki bus yang sama denganmu!"
"Kenapa begitu? Aku selalu lebih dulu pulang darimu. Padahal, kau kan juga seharusnya menaiki bus yang sama tujuannya denganku."
"Karena aku menunggunya."
"Eh?"
"Ya! Selama apapun, akan terus kutunggu dirinya di sini! Hingga ia datang menemuiku dan pulang bersama dengannya."
"E-eh…? S-siapa…? Aku tidak mengerti…"
"Itu tidak penting! Kau pun juga tidak perlu mengerti! Yang jelas, selama apapun, aku akan terus menunggunya di sini sampai ia datang! Dan aku yakin ia pasti akan datang!"
"Eehh…?"
_::::_
Sudah kelima kalinya aku bertemu dengan gadis manis itu. Awal aku bertemu dengannya adalah ketika aku tengah menunggu bus tujuanku di bus stop dekat sekolah. Saat itu, sebelum aku sampai di bus stop tersebut, sudah ada orang di sana. Dan orang itu adalah seorang gadis bersurai hitam-biru dengan seragam berleher sailor—yang kuketahui sebagai murid SMP. Saat itu pula hanya terdapat gadis itu di bus stop tersebut. Aku mengambil tempat duduk di sebelahnya. Kami menunggu dalam diam yang begitu canggung. Mau tak mau, aku pun berkenalan dengan gadis yang duduk di sebelahku.
"Oikawa Tsurara."
Begitulah jawaban gadis itu saat aku bertanya siapa namanya. Lalu, selama kami menunggu bus yang akan kami naiki datang, kami pun terlibat dalam percakapan kecil—yang wajar sajar tentunya. Seperti bersekolah di mana, alamat rumah, dan alasan kenapa baru pulang tiga puluh menit setelah jam pulang biasanya.
Cukup lama juga aku menunggu bus yang akan kunaiki. Akhirnya, bus pun datang. Aku pun beranjak dari dudukku dan segera menghampiri pintu bus yang terbuka. Aku agak heran ketika kudapati Tsurara masih saja duduk manis di tempatnya. Lho? Bukannya tujuan bus yang akan ia naiki sama denganku?
"Ada apa? Kau tidak naik?"
Ia hanya menggeleng pelan.
"Kenapa? Ini kan, bus tujuanmu."
Ia hanya tersenyum simpul. Tangannya pun melambai ke depan seolah mengusir diriku—tepatnya menyuruhku masuk duluan ke dalam bus.
Apa boleh buat. Aku pun tidak terus-terusan memaksanya karena ia adalah orang yang baru kukenal. Aku menghela nafas dan langsung masuk ke dalam bus meninggalkan gadis manis itu sendiri di bus stop tersebut. Bus stop yang kuyakini sampai jam tujuh malam nanti hanya akan ada empat atau lima orang saja yang akan menunggu di situ. Itu pun pasti bukan dalam waktu yang sama.
Karena aku tahu.
Rumornya, di bus stop yang biasa menjadi tempat kutunggu bus yang mengarah ke rumahku, ada penunggunya.
Bukan siluman ataupun semacamnya.
Entahlah. Aku pun juga tidak mengerti ada apa yang sebenarnya terjadi di bus stop tersebut. Intinya, karena sebuah insiden yang terjadi di bus stop tersebut, bus stop tersebut pun menjadi tempat yang dibilang cukup angker dan 'berpenunggu' atau 'berpenghuni'. Karenanya, banyak orang-orang sekitar yang tidak berani lagi menapakan kaki di bus stop tersebut dan hanya beberapa bus saja yang berhenti mengangkut penumpang dibus stop tersebut. Katanya sih, takut 'penunggu' itu muncul tiba-tiba.
Daan… yang selanjutnya aku tidak tahu-menahu maupun mengerti.
Aku pun juga tidak peduli dengan rumor belaka tersebut.
Karena bus yang berhenti di bus stop tersebut hanyalah satu-satunya transportasiku untuk pulang ke rumah.
Begitupula dengan Tsurara.
Mungkin.
Yah, aku berkata begitu karena aku juga belum—dan tidak akan mau—bertanya padanya soal rumor itu. Sepertinya sih, ia tidak peduli. Atau mungkin, ia juga sama halnya denganku?
Jujur, sebenarnya aku agak heran mendapati gadis beriris emas itu tiap kali aku pulang sekolah di bus stop tersebut pada waktu yang sama. Anehnya lagi, tiap kali aku dan dirinya menunggu bus bersama, selalu hanya ada kami berdua. Tak ada satupun orang yang ikut menunggu bersama kami maupun berlalu-lalang dekat situ. Dan, selama berulang kali aku datang ke bus stop tersebut pada jam yang sama, aku tidak pernah melihat Tsurara menunggu di bus stop tersebut sebelumnya. Kan jarang-jarang ada siswi sekolahan yang mau menunggu di situ—penyebabnya tentu saja karena rumor itu. Hm, mungkin saja, bus stop tersebut menjadi alternatif lain Tsurara untuk pulang ke rumah? Hah, entahlah.
Tapi, anehnya, tiap kali bus tujuanku—dan Tsurara tentu saja—datang, ia selalu tidak bangkit dari duduknya. Ia juga selalu mempersilakanku pulang duluan.
Ia juga terkadang ketika aku dan ia masih duduk menunggu bus selanjutnya, ia suka bergumam tidak jelas. Seperti ini, "Ia pasti akan datang! Tunggu saja! Kau harus terus menunggunya, Tsurara!"
Dan tadi, ketika aku masih menunggu di bus stop bersamanya, ia berkata hal yang sama.
"Ya! Selama apapun, akan terus kutunggu dirinya di sini! Hingga ia datang menemuiku dan pulang bersama dengannya."
Ia pun juga enggan menjawab siapa orang yang dimaksudnya.
"Itu tidak penting! Kau pun juga tidak perlu mengerti! Yang jelas, selama apapun, aku akan terus menunggunya di sini sampai ia datang! Dan aku yakin ia pasti akan datang!"
Apa maksudnya?
Seseorang yang tidak kuketahui selalu mendatanginya dan pulang bersamanya tiap kali jam pulang sekolah sudah lewat…?
_::::_
"Jadi, apa kemarin kau pulang bersamanya?"
"Hm. Yaaa…"
"Kenapa kau menjawabnya seperti itu? Kau tidak pulang bersama 'orang itu'?"
"Sudahlah… Kau tidak perlu mengetahuinya."
"Baiklah. Lalu, apa hari-hari sebelumnya kau juga pulang bersamanya?"
"Kira-kira begitu."
"Kau yakin?"
"Ya."
"Baiklah kalau begitu. Kuharap selama aku pulang lebih dulu darimu, kau pulang dengan aman."
"Terima kasih. Aku senang kau memerhatikanku."
"Aa-ah, t-tidak juga…"
"Hihihi… Tidak usah salah tingkah begitu. Aku hanya bercanda kok. Sekali lagi, terima kasih."
_::::_
"Waw, apa itu yang ada di kantong kertas yang kau bawa, Rikuo?"
"Haah… Anak-anak perempuan sekolahku memberikan ini padaku."
"C-co-cokelat…?"
"Ya. Kau tahu, kan? Hari ini Valentine. Beberapa anak perempuan sekolahku memberiku cokelat—"
DEG!
"—karena tidak muat di tasku, kumasukkan ke dalam ini saja. Merepotkan juga, haahh…"
"…"
"Tsurara?"
"Y-ya?"
"Kau baik-baik saja? Wajahmu tiba-tiba saja jadi pucat begitu."
"A-ah! T-t-tidak, kok! A-aku baik-baik saja!"
"Kau yakin? Wajahmu tidak berkata demikian, lho."
"Iya! Aku baik-baik, saja! Ha-hanya teringat sesuatu saja…"
"Oh… Eh, iya. Apa kau ada waktu, Tsurara?"
"Kenapa memangnya, Rikuo?"
"Aku butuh bantuanmu di rumahku. Ada sesuatu yang mengharuskanku meminta bantuanmu. Jadi, aku mengajakmu ke rumahku. Bisa?"
"E-eh…? T-tidak bisa!"
"Kenapa memangnya?"
"A-aku harus menunggunya… Aku harus terus menunggunya di sini sampai ia datang… Kalau tidak…"
"'Kalau tidak'…?"
"…semuanya akan berantakan. Dan ini tidak akan menjadi hari yang indah dan menyenangkan untukku dengannya…"
"S-siapa…?"
"Maaf. Tapi, aku tidak bisa. A-aku ada acara."
"Oh, begitu… M-maaf kalau begitu. Aku tidak bermaksud mengganggu waktumu…"
"Tidak… Tidak apa, Rikuo…"
_::::_
Yak. Bagus sekali. Lagi-lagi percakapan di bus stop tadi benar-benar membuatku bingung dan terheran karenanya! Dan, dan… apa maksudnya dengan wajah sedih dan khawatir yang ia tunjukkan tadi di akhir percakapan?! Oh, ayolah, Tsurara! Apa sih, yang kau sembunyikan dariku? Kenapa tiap hari aku bertemu denganmu kau selalu memberikanku teka-teki yang sama sekali tidak bisa kujawab? Kau membuatku bingung!
Aih, oke. Aku tahu ia itu bukan siapa-siapaku dan hanya sekedar 'kenalan'ku saja yang kutemui di bus stop—yang bodohnya lagi, bisa-bisanya kuajak Tsurara ke rumahku. Tapi, tetap saja! Kelakuannya itu aneh. Nggak aneh secara langsung atau frontal begitu. Tapi, dari caranya yang terus-terusan menolak pulang bersama—satu bus maksudku—dan kata-kata yang sering ia ucapkan ataupun gumamkan—"ia pasti akan datang! Pasti! Aku harus menunggunya! Selama apapun itu!"—selama ia menunggu bus selanjutnya, itu sangat membuatku bingung!
Aku ingin sekali menanyakan hal itu pada Tsurara. Hal apa yang ia sembunyikan seminggu ini aku bertemu dengannya.
Namun, rasanya mustahil untuk dilakukan.
Masalahnya, entah karena aku gugup atau apa,
itu sangat sulit kutanyakan.
Tiap kali bertemu dengannya pada waktu yang sama, pertanyaan tentang hal itu selalu tidak teringat dan terpikirkan olehku.
Aku pun juga sebenarnya kalau berbicara dengan gadis macam Tsurara, suka agak kaku dan malu—meski aku tahu ada beberapa gadis yang menyimpan rasa padaku. Di sekolah tadi saja, aku cukup malu dan memerah tiap menerima cokelat dari mereka. Ha-habisnya, aku itu bukan cowok yang kepedean sama cewek atau suka dekat dengan cewek-cewek begitu, sih… Yah… paling kalaupun dekat, hanya cewek-cewek yang sudah kukenal dari SMP—seperti Kana, Yura, Maki, dan Natsumi.
Nah, jadi, apa yang harus kulakukan…
…selain dengan cara menanyakan apa yang ia sembunyikan dariku…?
.
T-tunggu! J-jangan-jangan Tsurara itu…
…aahh! Bukan! Bukan! Mana mungkin kalau ternyata Tsurara itu—!
Argh! Hentikan berpikir begitu, Rikuo! Kau hanya membuat keadaannya memburuk! Sekarang, pikirkan bagaimana kau menyelasaikan dan membongkar di balik semuanya itu!
Yak! Baiklah. Satu-satunya cara adalah, aku harus menunggu esok hari—pulang sekolah tepatnya—untuk mengetahui semua di balik misteri itu sebenarnya!
Dan pasti akan terungkap semuanya tentang Tsurara dan 'orang misterius'-nya itu!
_:To Be Continued:_
A/N : Gonna update late. I'm sorry — I write all the fics based on my mood. So, it may takes a long time (ok, my English is suck. English isn't my first language :p)
