ini fict pertama saya, mohon Koreksinya :)
Disclaimer:
Naruto is Masashi Kishimoto
WARNING : Typo, Drama, etc
don't like don't read
Agreement
Chapter 1
"Hinata cepatlah, kita akan segera berangkat jangan sampai kita terlambat." Hiashi Hyuuga berkata di depan pintu kamar anak sulungnya. "I-iya Tou-san sebentar lagi." merasa penampilannya sudah baik, hinatapun keluar dari kamarnya, "baikalah, jika kau sudah siap, kita akan berangkat." Hinata hanya mengangguk, menanggapi perkataan ayahnya.
Selama diperjalanan Hinata sudah merasa sangat gugup. Ayahnya menyadarinya, sebenarnya, ayahnyapun merasa cemas dan khawatir dengan anak yang disayanginya itu. Tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa, bagaimanapun keadaannya, ia harus rela.
Setelah mobil mewah yang hinata dan ayahnya tumpangi itu terparkir manis di depan Hotel berbintang, Hinata dan Ayahnya turun dari mobil dengan bantuan para pengawal keluarga Hyuuga. Ya, disinilah, ditempat inilah, Hinata akan bertemu dengan calon suaminya, dia benar-benar gugup, sampai-sampai tidak menyadari sudah berapa banyak lelaki yang melihatnya dengan tatapan terkagum. "mari Hinata, mereka sudah menunggu." Ayahnya melangkah menuju lift, "ba-baik yah." Hinata menjawab dan ikut melangkah.
Setelah sampai di ruangan yang mereka tuju, Hinata melihat sudah ada 3 orang yang duduk manis menunggu kehadiran mereka.
"maaf atas keterlambatan kami." Ayah Hinata sedikit menunduk memberikan hormat, Hinata mengikuti apa yang Ayahnya lakukan. "tidak masalah, kami yang terlalu cepat datang." Jawab seorang lalaki yang tampak seumuran dengan ayah Hinata, dia adalah pemilik perusahaan sabaku, ayah dari orang yang akan dijodohkan dengan Hinata. Lalu seorang wanita yang duduk di sebelah lelaki itupun berdiri, dia adalah nyonya sabaku, isteri dari pemilik perusahaan sabaku, dia menyambut hangat kehadiran mereka. Dan satu orang yang tersisa, lelaki muda yang tampak sedikit lebih tua dari Hinata, ia tampak menyeringai melihat Hinata.
Hinata POV
Setelah disambut hangat oleh keluarga ini, aku duduk disamping ayahku. Tetapi, lelaki yang didepanku ini, tampak melihatku dengan tatapan yang tidak kumengerti. 'apa dia yang akan dijodohkan denganku ? mengapa tatapannya itu seperti itu? Sangat mengerikan, apa dia akan langsung menyerangku nanti, saat kami sudah dinyatakan sebagai suami isteri ? aku takut.' Dia masih saja menatapku seperti itu, aku benar-benar takut.
Hinata POV END
Normal POV
Setelah Hinata dan Ayahnya duduk, seorang pelayan datang untuk menanyakan hidangan apa yang akan mereka pesan. Setelah mereka semua memesan, pelayanpun pergi. "kau begitu cantik Hinata, apa kau sudah lapar?" Nyonya sabaku menatap Hinata dengan senyuman lembut. "ah ti-tidak sabaku-san, aku bi-biasa saja, aku ti-tidak begitu lapar." Hinata membalasnya dengan senyuman canggung, dan sedikit rona merah yang menghinggapi pipinya. "ah tidak perlu gugup seperti itu, sebentar lagi kan aku akan menjadi ibumu juga." Hinata hanya menundukkan kepalanya, menyembunyikan rona merah yang menghinggapi pipinya, dia benar-benar gugup, tidak tahu harus berbuat apa. 'Pemalu ehh, sepertinya akan seru.' batin Lelaki yang duduk dihadapan Hinata, sambil menatapnya dengan senang.
Makanan yang mereka pesan tadi telah terhidang dihadapan mereka, pelayan yang mengantarkan pun sudah pergi. "sebelum kita menyantap makan malam ini, aku ingin bertanya." Tuan Sabaku menatap Hinata. Hinata pun semakin gugup. "Hinata, kau tahu kan, apa tujuan makan malam bersama ini ?" lanjut pemilik perusahaan Sabaku itu. "i-iya saya tahu Sabaku-san" jawab Hinata. "bagus, kita disini untuk mempertemukan dirimu dan calon suamimu." Tuan sabaku menatap anak lelaki yang duduk di sampingnya. "perkenalkan dirimu." Lelaki yang duduk ditengah-tengah Tuan sabaku dan Nyonya Sabaku itupun mengangguk dan segera berdiri. "perkenalkan, saya Sabaku Kankuro, saya calon suamimu, salam kenal" setelah menunjukkan sedikit seringainya, lelaki yang bernama Kankuro itu kembali duduk. merasa dirinya sedikit disenggol oleh ayahnya yang duduk disampingnya, Hinata pun paham, dan segera berdiri, saatnya dia yang memperkenalkan diri "pe-perkenalkan, saya Hyuuga Hi-hinata, sa-salam kenal." Hinata merasa sangat gugup, dan kembali duduk. "baiklah jika kalian sudah saling kenal, mari kita menyantap hidangan ini."
Setelah selesai menyantap hidangan makan malam bersama itu, mereka saling berpamitan, dan keluarga Hyuuga lebih dulu meninggalkan tempat itu.
Saat membuka pintu ruangan itu, Hinata dan Ayahnya dikagetkan oleh kehadiran Neji. "Neji Nii-san, a-apa yang kau lakukan di sini ?" mengacuhkan pertanyaan Hinata, Neji menatap Hiashi "Ji-san, ada yang ingin kubicarakan dengan Hinata. Aku yang akan mengantar Hinata pulang nanti." Merasa bahwa ada hal penting yang ingin disampaikan Neji, Hiashi hanya mengangguk dan pergi meninggalkan Hinata dan Neji.
Setelah Hiashi pergi meninggalkan Hinata dan Neji, mereka langsung pergi keatap Hotel mewah itu. Karena perusahaan Hyuuga merupakan perusahaan terbesar ke 3 di Jepang, maka tak sedikit orang yang mencari-cari Aib keluarga Hyuuga untuk sekedar menjatuhkan perusahaan Hyuuga.
"Seperti yang kita tahu, keluargamulah yang memenangkan kesuksesannya, maka mau tak mau, kau pasti harus menikah dengan keturunan Sabaku." Neji berkata sambil menatap keindahan kota Jepang dari atas atap gedung itu. "Ya Nii-san, mau tak mau aku harus me-menikah dengan keturunan Sabaku, karna Ha-hanabi-chan tidak mungkin untuk me-menikah, usianya masih sa-sangat muda." Hinata menunduk, mengingat bahwa dirinyalah yang harus berkorban. "Maaf jika aku dan keluargaku sudah pernah membuatmu dan keluargamu kecewa. Itu semua, karna aku. Aku sangat mencintai Temari." Mata Hinata langsung terbelalak mendengar kalimat yang baru saja Neji ucapkan, Hinata menatap Neji tak percaya "Ne-neji Ni-san." "Aku sangat mencintainya, maka dari itu aku ingin keluargaku memenangkan kesuksesannya, agar aku dapat menikah dengannya. Tapi sekarang, aku tidak akan bisa lagi untuk menikah dengannya." Hinata sudah tak bisa lagi menahan air matanya, dia menangis mendengar kenyataan yang benar-benar tak disangkanya. "Hinata, jangan paksakan dirimu, kau bisa menolak perjodohan ini jika kau mau. Jangan biarkan kau menderita karna hal yang tak kau inginkan." Neji menatap Hinata dengan tulus, Neji tulus mengatakannya, karna dia sangat menyayangi Hinata, sepupunya yang telah dilindunginya sejak kecil. "Neji Nii-san, sebelum kau meminta maaf, aku sudah memaafkanmu. Aku tahu selalu ada alasan untuk tindakan yang kau lakukan. Ta-tapi masalah pe-perjodohan aku akan tetap me-menerimanya. Neji Nii-san tenang saja, aku akan be-berusaha untuk mencintai lelaki yang akan ku ni-nikahi nanti. Aku a-akan berusaha Nii-san." Neji hanya tersenyum dan segera memeluk Hinata yang telah menangis sejadi-jadinya. Neji tahu bahwa Hinata tidak ingin membuat orang kecewa. Neji hanya bisa berharap bahwa Hinata dapat menjalani rumah tangganya dengan baik nanti, walau diawali tanpa cinta. "apa kau sudah lebih baik?" Neji bertanya pada Hinata yang telihat sudah tenang. "y-ya Nii-san." Hinata melepaskan diri dari pelukan Neji, dan segera menghapus jejak air mata di pipinya. "Mari pulang." Hinata mengangguk dan segera menyusul Neji yang telah berjalan lebih dulu darinya.
Tanpa mereka sadari, bahwa ada seseorang yang sejak awal telah mendengar dan melihat apa yang mereka lakukan.
Agreement
TBC
makasih yang udah mau baca :')
