Disclaimer : I do not own Naruto and all the characters. They're Masashi Kishimoto's.
Pairing : It's GaaIno. Why? Because this fict is special for GIST (Gaara Ino Spring's Tale) XD
Genre : Romance/ Fantasy
A/N : Just wanna say thanks to el Cierto-san who told me about this GIST event and for any other helps, arigatou! And for Kuromaki Shana-chan like usual, for the support and others, hontou ni arigatou! ^^
Well then, I hope you enjoy the story!
MY PLACE
.
.
.
Musim semi.
Saatnya bunga bermekaran.
Warna-warni yang memanjakan mata dan harum semerbak yang menenangkan hati, terbawa oleh angin sepoi nan hangat.
Hamparan keindahan padang bunga di Konoha Village ini layaknya suatu surga di atas bumi.
Orang yang melewatinya otomatis akan terdiam sejenak hanya untuk berseru kagum. Tidak menyangka bahwa masih ada tempat yang begitu asri-nya, seakan belum tersentuh oleh kejamnya dunia yang mengatasnamakan pembangunan.
"Apa kau tahu, Nak?" ujar seorang nenek renta terhadap cucunya, kala mereka melewati padang bunga hari itu. "Setiap benda, apapun itu, memiliki roh pelindung-nya masing-masing!"
Sang cucu menengok ke arah neneknya yang tengah melayangkan pandangannya ke arah warna-warni bunga yang terdapat di padang tersebut. Sebuah senyum lembut merekah di wajah sang nenek.
"Ada roh tanaman juga?" tanya sang cucu yang dapat dengan cepat menangkap maksud dari perkataan sang nenek.
Sang nenek tampak semakin mengembangkan senyumnya. Ia kemudian mengangguk kecil sambil menepuk kepala cucunya dengan penuh kasih.
"Nymph," ujar sang nenek, "itu sebutannya!"
Sang cucu yang baru berusia sekitar 7 tahun itu kemudian mengulang ucapan neneknya tersebut.
"Nymph."
Sang nenek mengangguk.
"Nymph memberikan kehidupan bagi tanaman dan sebaliknya, tanaman tersebut memberikan tempat tinggal bagi Nymph!" jelas sang nenek lebih lanjut. "Hubungan yang saling menguntungkan!"
Bocah kecil itu tampak berpikir sejenak. Lalu, setelah sebuah pertanyaan muncul dalam benaknya, ia langsung mengutarakannya pada sang nenek. Untuk mendapat jawaban, tentu saja.
"Kalau tanaman-tanaman ini mati, di mana Nymph itu akan tinggal, Baa-chan?"
Lagi, sang nenek tersenyum akibat pertanyaan kritis dari cucunya yang terbilang masih sangat muda itu.
"Tidak di mana-mana, Anakku. Mereka akan menghilang! Dan segala keindahan di bumi ini pun akan menghilang seturut hilangnya para Nymph!"
"Eh? Masa begitu? Kasihan Nymph-nya! Lagipula, aku nggak bisa membayangkan kalau di bumi nggak ada bunga lagi!" ujar sang bocah sambil mengernyitkan alis tipisnya yang nyaris tidak terlihat. Bibirnya tampak sedikit maju sebelum ia menambahkan. "Pasti kondisinya jadi gersang seperti desa tempat tinggal kita yang dulu! Aku nggak suka!"
"Ya! Kau benar!" jawab sang nenek lagi sambil mengangguk-angguk puas. "Karena itu, sudah tugas manusia-lah untuk menjaga tempat tinggal para Nymph ini!"
"Aku! Aku akan menjaganya, Baa-chan! Aku nggak akan membiarkan para Nymph itu kehilangan tempat tinggalnya! Dan lagi, aku juga nggak mau tempat tinggalku jadi gersang!"
Sang nenek tersenyum lembut.
"Aku yakin kau bisa melakukannya, Gaara!"
Dan angin semilir memainkan kelopak bunga di padang itu. Kelopak-kelopak tersebut kemudian berterbangan hingga salah satunya jatuh ke atas rambut merah sang bocah, seolah kelopak tersebut adalah bentuk ungkapan terima kasih dari sang Nymph atas janji perlindungan yang telah diucapkan oleh bocah kecil bernama Gaara tersebut.
o-o-o-o-o
Tahun demi tahun berlalu. Musim demi musim berganti. Dan kini, sekali lagi musim semi menghampiri.
Bocah berambut merah yang dahulu begitu polosnya saat ini sudah berusia 23 tahun. Tubuhnya tinggi tegap dan perawakannya begitu tenangnya, jika tidak mau dibilang 'dingin'. Di bagian atas mata kirinya tertera sebuah tato bertuliskan kanji 'Ai' yang berarti 'Cinta' dan kedua matanya yang berwarna turquoise itu tampak dikelilingi lingkaran hitam akibat insomnia yang dideritanya. Satu hal yang jelas, meskipun penampilannya sangat eksentrik, hal ini tidak mengurangi ketampanan yang memang sudah ditakdirkan untuk dimiliki pemuda satu ini.
Sabaku Gaara. Itulah namanya.
Lalu, siapa sebenarnya Gaara itu?
Gaara adalah seorang pemuda yang berasal dari keluarga broken-home. Sejak nenek yang disayanginya – Chiyo-Baachan- meninggal pada saat Gaara berusia 10 tahun, Gaara mulai menunjukkan perilaku tertutup. Gejala sulit tidurnya-pun berawal sejak saat itu.
Bagaimanapun, Chiyo-Baachan adalah perwujudan orangtua penuh kasih bagi Gaara. Beliau melaksanakan tugasnya sebagai pengganti ibu yang langsung meninggal ketika melahirkannya serta sebagai ayah yang selalu melindungi dan mengajarkannya banyak nilai kehidupan.
Ayah Gaara sendiri adalah seorang otoriter yang selalu sibuk bekerja. Jangakan mengajarkan Gaara mengenai macam-macam hal, sang ayah bahkan teramat jarang menyapanya. Namun, dengan seenaknya, sang ayah selalu membuat tuntutan yang tinggi bagi anak-anaknya, termasuk Gaara.
Gaara sendiri adalah anak ketiga dari tiga bersaudara Sabaku. Sang kakak sulung yang berjenis kelamin perempuan, merupakan tipe perempuan tegar yang selalu berusaha memberikan kasih sayang yang hilang pada adik-adiknya. Sabaku Temari- itulah namanya. Meskipun Temari selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi Gaara, namun Gaara yang terlanjur menutup dirinya hanya bisa memandang sebelah mata pada segala perhatian yang ditawarkan oleh Temari. Bahkan, dengan teganya, Gaara malah merasa lega saat sang kakak keluar dari rumah setelah menikah dengan pemuda keluarga Nara.
Anak kedua, Sabaku Kankurou, adalah seorang pemuda yang baik hati. Ia sangat menyayangi Gaara dan Temari. Meskipun demikian, sikap otoriter sang ayah membuatnya tidak tahan. Akhirnya, di usianya yang menginjak 18 tahun, Kankurou pun pergi dari rumah keluarga Sabaku dan tidak pernah kembali lagi. Hanya sesekali Gaara mendengar kabarnya dari Temari yang masih cukup sering berinteraksi dengan sang anak tengah tersebut. Namun, bisa dibilang, Gaara sama sekali tidak peduli dengan kondisi Kankurou.
Sekarang, hanya tinggal Gaara yang masih bertahan di rumah keluarga Sabaku. Meskipun demikian, sama seperti hari-hari lampau yang telah dilaluinya, hampir tidak pernah ada interaksi antara anak dan orangtua di antara Gaara dan ayahnya. Jika mereka terlihat berbicara satu sama lain, biasanya itu hanya untuk urusan pekerjaan. Di luar itu, tegur sapa saja mereka tampak enggan.
Ayah Gaara bekerja di bidang pembangunan. Beliau merancang pengembangan desa dengan mendirikan gedung-gedung dan perumahan-perumahan baru di Konoha Village tersebut. Berkat usahanya lah, kini Konoha Village dapat berkembang pesat dan menjadi suatu desa yang sebentar lagi dapat dikatakan sebagai suatu kota baru. Bayangkan, Konoha Village yang dahulu tidak ada apa-apanya, sekarang memiliki berbagai macam fasilitas mewah seperti rumah sakit, supermarket, sekolah dan perguruan tinggi, serta fasilitas lainnya.
Pekerjaan membangun desa inilah yang kemudian dilimpahkan kepada Gaara, mengingat usia sang ayah yang sudah tidak lagi produktif.
Sejak awal sudah dikatakan bahwa sang ayah memiliki sikap otoriter bukan? Semenjak kuliah-pun, Gaara sudah dipersiapkan untuk dapat meneruskan pekerjaan ini. Gaara sendiri memilih bersikap pasif dan menerima segala keputusan yang telah dipilihkan baginya.
Hanya satu tindakan yang mencerminkan protes Gaara pada sang ayah. Ya, itu adalah tato 'Ai' di dahi kirinya. Sang ayah sempat menghina tindakan Gaara yang satu itu. Tapi Gaara memilih tidak menggubrisnya sehingga sang ayah pun hanya bisa memendam kejengkelannya pada sang anak.
o-o-o-o-o
"Gaara-sama, bagaimana dengan proyek pembangunan apartemen bertingkat ini?" tanya Yashamaru, adik sang ibu yang menjadi pengawas Gaara atas perintah sang ayah, pada suatu hari. Pria bertampang feminim itu kemudian menyerahkan beberapa dokumen yang langsung diterima oleh Gaara.
Mata turquoise sang pemimpin muda yang mengenakan kemeja lengan panjang itu tampak meneliti kata demi kata dari dokumen tersebut sebelum ia mengembalikannya pada Yashamaru dengan cara melepasnya begitu saja, seolah hendak membuangnya.
"Lakukan!"
"Ano," jawab Yashamaru sambil merapikan kembali berkas-berkas tersebut. "Tapi Gaara-sama…"
"Apalagi?" tanya Gaara sambil melipat tangannya di depan dada dan menyenderkan punggungnya pada sandaran kursi beroda yang tengah didudukinya.
"Tidak. Itu.. Mengenai tempat yang akan dijadikan lahan pembangunan…"
Gaara menyipitkan matanya.
"Kenapa?"
"Ada beberapa yang menentang," jawab Yashamaru sambil memeluk erat dokumen tersebut.
"Lalu?"
"Yah…"
"Izin sudah didapatkan! Pembangunan akan segera dilakukan!" jawab Gaara tanpa ekspresi.
Yashamaru terlihat ragu-ragu. Tepat ketika ia akan membuka mulutnya untuk berbicara, terlebih dahulu pintu ruangan Gaara menjeblak terbuka dan diikuti dengan masuknya seorang gadis dengan tampang garang. Gadis yang mengenakan dress tanpa lengan berwarna putih sepanjang lutut itu berjalan dengan langkah yang seolah dipenuhi energi amarah sampai di depan meja Gaara. Sesampainya di depan meja Gaara, gadis itu kemudian menggebrak meja pemuda yang masih saja dengan tenangnya melipat tangan di depan dada.
"Batalkan pembangunan apartemen itu!" seru sang gadis dengan ekspresi marah yang jelas terlihat.
Gaara mengelak dari pandangan gadis itu dan beralih pada Yashamaru.
"Mana Security yang bertugas?"
Yashamaru tampak kebingungan karena ia memang tidak tahu apa yang terjadi pada para Security yang bertugas sampai-sampai gadis brutal ini bisa menerjang masuk. Tapi, seolah hendak membantu menghilangkan kebingungan Yashamaru, gadis itu kemudian berkata.
"Tidak usah repot-repot memikirkan para Security itu! Mereka sedang mimpi indah setelah kusemprotkan gas tidur tepat ke wajah mereka!" jawab sang gadis itu sambil mengeluarkan sebuah botol kecil yang tampak seperti botol parfum dari… Dalam bajunya. Tepatnya, gadis berambut blonde itu mengambilnya dari celah baju di bagian dadanya.
Gaara tetap tidak berekspresi. Tapi, pemuda itu kemudian berkata.
"Menarik!" jawabnya tanpa antusias. Kini ia sudah memajukan posisi tubuhnya dan menggerakkan tangannya hingga saling bertautan di depan mulutnya. "Tadi kau mengatakan agar aku membatalkan pembangunan tersebut?"
Gadis berambut blonde dengan sebuah poni yang sedikit menutupi mata kanannya itu mengangguk.
Gaara melanjutkan, "Kalau kau bisa membuatku tertidur nyenyak dengan gas tidurmu, akan kupertimbangkan permintaanmu itu!"
Sesaat, gadis itu tampak mengerjab-ngerjabkan matanya dengan heran. Tapi tatapan tegas kembali mendominasi sebelum ia berkata, "Dengan senang hati!"
Gadis itu pun langsung menyemprotkan gasnya ke arah Gaara. Gaara memejamkan matanya sekilas dengan kedua tangan yang masih terletak di depan mulutnya. Setelah gadis itu selesai menyemprotkan gas tidurnya, ia tersenyum puas.
"Selesai? Jadi pembangunan…"
"Apanya yang selesai, Nona?" tanya Gaara sambil kembali membuka matanya.
Terang saja, gadis itu membelalakkan matanya dengan keterkejutan yang luar biasa. Ia mengerjab-ngerjabkan matanya sekilas seolah hendak membuktikan bahwa penglihatannya tidak bermasalah.
"Tidak mungkin!" tukas gadis itu sambil menyemprotkan gas itu kembali ke wajah Gaara. Gaara kembali melakukan hal yang serupa dengan sebelumnya –memejamkan mata. Tapi setelah gadis itu berhenti menyemprot, sekali lagi Gaara membuka matanya dengan sempurna. Bahkan tidak terlihat tanda-tanda bahwa pemuda itu mengantuk akibat perbuatan sang gadis.
"Kau bukan manusia!" pekik gadis itu, sedikit kesal.
Gaara tetap memandangnya tanpa ekspresi sebelum ia menghela nafas.
"Percuma! Aku mengidap insomnia parah! Dan gas tidur kacangan-mu tidak akan bisa menidurkanku!" ujar Gaara sambil mengambil dokumen lain yang ada di atas meja. Gadis itu memandang ke arah Gaara dengan tatapan yang seolah siap menelan pemuda itu bulat-bulat. Tapi belum sempat gadis itu berbicara lebih lanjut, Gaara menambahkan perkataannya, "Yashamaru, Nona itu sudah tidak ada urusan di sini! Bawa dia keluar!"
"A-ah! Baik Gaara-sama!" ujar Yashamaru sambil mendekat ke arah sang gadis. "Ayo, Nona!"
"Jangan menggangguku!" ujar gadis itu sambil menyemprotkan gas tidurnya ke arah Yashamaru. Kontan, pria cantik tersebut jatuh tertidur dengan bunyi berdebam akibat tubuh yang menghantam lantai.
Gaara memandang Yashamaru sekilas sebelum ia kembali mengalihkan perhatiannya pada dokumen yang sedang dipegangnya.
"Kukatakan sekali lagi, batalkan pembangunan itu!"
Gaara tidak mengacuhkan gadis itu. Melihatnya pun tidak.
Sang gadis mulai menampakkan wajah geram sebelum ia kembali menggebrak meja.
"HEI! AKU SEDANG BICARA PADAMU! DASAR GAARA PANDA BERDARAH!" umpat gadis itu setengah berteriak.
Gaara mengernyitkan alis tipisnya hingga terlihat kerutan di antara kedua matanya.
"Panda berdarah?" ulangnya tenang sambil mengarahkan pandangan pada sang gadis.
"Panda!" ujar gadis itu sambil menunjuk mata Gaara yang dikelilingi lingkaran hitam. "Berdarah!" tambahnya sambil menunjuk rambut merah Gaara.
Gaara terdiam sejenak sebelum ia membuang muka dan tenggelam kembali ke dalam dokumennya.
Kesal karena kembali tidak diacuhkan, gadis itu merampas dokumen yang ada di tangan Gaara.
"Walaupun orangtuamu tidak pernah mengajarkanmu sopan santun, harusnya kau sudah tahu sendiri bahwa mengabaikan orang yang sedang bicara padamu itu sama sekali tidak sopan!" ujar gadis itu dalam nada yang menantang. Dokumen yang dirampasnya kemudian dibuangnya ke sembarang arah.
Gaara nampak tidak peduli. Ia bahkan kembali mengambil dokumen lain yang ada di atas meja dan mulai membacanya seolah ia tidak keberatan dengan tindakan sang gadis yang merampas dokumen sebelumnya.
"Kau itu… Ternyata menyebalkan sekali!" seru gadis itu gemas. "Apanya yang mau melindungi tempat tinggalmu agar tidak kembali gersang? Apanya yang mau melindungi bunga-bunga yang didiami para Nymph?"
Untuk sesaat, Gaara tampak tersentak. Ia kemudian meletakkan dokumen yang baru setengah dibacanya ke atas meja.
"Apa yang kau bicarakan?" tanya Gaara sambil memandang gadis itu lekat-lekat.
"Akhirnya kau menunjukkan kepedulian juga, heh?" ujar gadis itu sambil tersenyum sinis. "Kau.."
"Maksudku," potong Gaara, "omong kosong apa yang sedang kau bicarakan? Apa kau bermaksud menulis cerita fantasi anak-anak tentang Peri-peri dan semacamnya?"
Gadis itu tampak melongo mendengarkan jawaban Gaara.
"Kau…" jawab gadis itu geram. "Kalau kau lupa, akan kuingatkan! Kau yang waktu itu berusia sekitar tujuh tahun berjanji pada nenekmu untuk menjaga para bunga yang menjadi tempat tinggal para Nymph! Dan sekarang, kau malah mau menghancurkan padang bunga itu hanya untuk mendirikan apartemen? Yang benar saja!"
Gaara menghela nafas. Lalu, dengan nada datar ia membalas.
"Lalu? Kau berharap bahwa aku masih percaya cerita soal Nymph dan sebangsanya di usiaku yang sudah 23 tahun ini?"
"H-hah?"
"Dan kau pikir, setelah mengingatkanku akan imajinasi yang hanya dipercaya oleh anak-anak, aku akan tersentuh dan membatalkan proyek itu?" sambung Gaara sambil menatap gadis di hadapannya dengan ekspresi yang sulit terbaca. "Maaf saja!" tambah Gaara sambil bangkit berdiri dari kursinya dan mulai berjalan ke arah pintu keluar.
"T-tunggu! Pembicaraan kita belum selesai!" ujar gadis itu lagi sambil mengejar langkah Gaara.
Gaara tetap berjalan tanpa mau mendengarkan gadis yang dianggapnya aneh itu. Bahkan, dengan sengaja ia mengambil semacam MP3 Player dari saku celananya dan menghubungkannya ke earphone. Selanjutnya, ia benar-benar tenggelam dalam alunan musik yang diputar alat tersebut.
Tapi, jangan salahkan gadis itu kalau dia keras kepala. Dia bahkan menarik sebelah earphone yang dikenakan Gaara sehingga membuat pemuda itu menoleh ke arahnya.
"Kau itu.. Benar-benar tidak ada sopan santunnya sama sekali ya?" cibir gadis itu dengan alis yang mengkerut. Ia kemudian melemparkan earphone yang baru ditariknya begitu saja. "Aku sama sekali tidak bisa berpikir bahwa kau adalah orang yang sama dengan bocah waktu itu!" tambahnya pelan.
Gaara mengambil kembali sebelah earphone yang baru ditarik gadis itu. Dengan kondisi sebelah earphone yang masih menempel di telinganya, ia kemudian menatap gadis itu dalam diam yang membuat sang gadis jengah hingga kembali bersuara.
"Apa?"
"Kau sendiri? Apa kau pikir kau punya cukup sopan santun?" tanya Gaara sambil melipat tangannya di depan dada. Earphone-nya yang sebelah masih terpegang di tangan kiri. MP3 Player-nya sendiri sudah sejak tadi ia masukkan kembali ke dalam saku celana panjangnya yang berwarna gelap. "Kau datang tiba-tiba, tanpa menyebutkan nama, marah-marah tidak jelas, dan kemudian mengata-ngataiku seolah kau tahu semua tentangku! Apa itu sopan santun yang diajarkan orangtuamu?"
"Ukh!"
Gadis itu sedikit tersudut mendengar perkataan Gaara. Sebenarnya perkataan pemuda tersebut ada benarnya juga. Gadis itu ingin menceramahi Gaara soal sopan santun tapi dia sendiri tidak menerapkannya. Suatu kesalahan. Apalagi pemuda di hadapannya ini bukanlah orang yang bodoh.
"Baik, baik!" ujar gadis itu sambil menghela nafas panjang. "Namaku Ino! Aku minta maaf atas perbuatan lancangku sebelum ini. Dan aku, memohon sepenuh hati padamu, Gaara-sama yang baik, agar kau membatalkan pem.. HEIII! Kembali kau! Aku belum selesai bicara!" teriak gadis itu lagi saat Gaara mendadak sudah membalik tubuhnya dan menjauh dari gadis itu tanpa mau repot-repot mendengar perkenalan sang gadis.
"HEI!" panggil Ino sambil menarik tangan Gaara.
Dengan kasar, Gaara langsung menepis tangan gadis yang mengaku bernama Ino tersebut.
"Percuma kau mau bicara apapun. Keputusan sudah bulat! Pembangunan apartemen itu akan tetap dijalankan!" ujar Gaara tanpa emosi apapun dalam nada suaranya.
Kali ini, Ino terdiam. Perlahan, mata aquamarine-nya mulai bergelimang air mata. Ia pun menggigit bibir bawahnya yang mulai bergetar.
"Jahat!" rengeknya sambil mulai menutup matanya dengan kedua tangannya. "Tidak kusangka aku akan bertemu manusia kejam macam kau!"
Ino pun mulai terisak-isak. Pundak kecilnya mulai bergerak naik turun. Tangannya bergerak-gerak mengusap mata dan pipinya.
"Begini ya," ujar Gaara masih dengan tangan yang terlipat di depan dada, "air mata palsumu tidak akan bisa mengelabuiku!"
Mendadak, pundak Ino tampak seperti menegang. Perlahan, ia mengangkat kepalanya dan tatapan tajamnya langsung menusuk ke mata turquoise Gaara.
"Sampai air mata perempuan pun tidak mempan terhadapmu?" ujar Ino dengan wajah yang sama sekali tidak menunjukkan bahwa ia baru saja menangis. Seperti kata Gaara, ia hanya pura-pura rupanya. "Kalau gitu apalagi yang harus kulakukan agar kau mau mengubah keputusanmu itu, hah?"
Gaara terdiam beberapa saat. Ino yang sudah tidak sabar akan jawaban Gaara, mulai menghentak-hentakkan sebelah kakinya. Melihat kelakuan Ino, mau tidak mau Gaara tersenyum tipis –meskipun hal ini tidak tertangkap oleh mata sang gadis.
"Baiklah. Ada satu cara!"
"Jangan bilang kalau aku harus bisa membuatmu tertidur lagi?" tebak Ino sebelum ia berdecak.
"Tidak," sanggah Gaara datar. "Kalau kau bisa membuktikan bahwa Nymph itu ada, maka mungkin aku akan mempertimbangkan permintaanmu!"
Sang gadis langsung membeku di tempatnya. Puas dengan reaksi itu, Gaara pun melanjutkan perjalanannya, meninggalkan sang gadis yang langsung menjadi patung dalam sekejab.
o-o-o-o-o
Sebelum pulang ke rumahnya hari itu, Gaara jadi menyempatkan diri mengunjungi padang bunga yang akan menjadi proyek pembangunannya selanjutnya. Ia turun dari mobilnya dan kemudian berdiri memandangi hamparan warna warni yang memanjakan mata. Aroma yang menyenangkan bisa ia rasakan menyusup masuk ke dalam penciumannya.
Untuk sesaat, ia terdiam berdiri begitu saja. Tatapannya tampak kosong. Pikirannya pun mulai melayang ke saat-saat di mana neneknya masih hidup.
Sebenarnya, Gaara belum melupakan janji yang ia ucapkan pada neneknya perihal menjaga padang bunga itu demi para Nymph. Tapi, seiring berlalunya waktu, Gaara semakin yakin bahwa cerita itu hanyalah mengada-ada. Isapan jempol bagi para anak-anak agar tidak mencabut bunga sembarangan.
Sekarang, ia sudah dewasa. Ia sudah tahu bahwa cerita itu tidak nyata. Ia tidak perlu takut soal menghancurkan habitat Nymph dan semacamnya.
Lagipula, ini adalah pekerjaannya. Mengingat populasi manusia yang terus meningkat dengan drastis, kebutuhan akan tempat tinggal-pun otomatis akan terus meningkat. Dengan berdirinya apartemen di sini, akan banyak orang yang bisa tinggal. Bukankah tindakannya membangun apartemen itu jelas-jelas akan menyelamatkan banyak orang? Tidak perlu muluk-muluk dengan mimpi soal Nymph. Yang jelas, tindakannya ini bertujuan untuk memberikan tempat tinggal bagi orang yang membutuhkan!
Demikianlah Gaara meyakinkan dirinya bahwa tindakannya tidak salah.
"Nymph itu cuma mitos," gumam Gaara.
Setelah mengatakan itu angin hangat yang sedikit menderu menghantam bunga-bunga di padang hingga menyebabkan kelopak-kelopaknya terbang dan menari mengikuti arah angin. Salah satu kelopak itu kemudian mendarat di tangan Gaara yang memang menengadah.
Mendadak, pemuda itu menyipitkan matanya seolah teringat sesuatu.
"Tapi.. Dari mana ia tahu janji yang kubuat dengan Chiyo-Baachan?" batin Gaara kemudian. "Lagipula… Siapa gadis itu sebenernya? Kenapa kesannya ia seperti sudah mengenalku?"
Gaara mendesah perlahan. Ia kemudian mengepalkan tangannya yang berisi kelopak bunga tadi. Selanjutnya, ia melepas kepalannya dan membiarkan sang kelopak meluncur dari tangannya.
Tanpa berusaha mencari tahu jawaban atas pertanyaannya sendiri, Gaara pun kembali masuk ke dalam mobilnya.
o-o-o-o-o
Malam hari ini dilalui Gaara seperti biasa. Berbaring di tempat tidurnya, tanpa pernah bisa terlelap. Hanya sesekali saja ia bisa benar-benar terlelap. Sisanya, ia akan terus di tempat tidurnya menatap langit-langitnya dalam diam atau mungkin membaca buku sampai pagi kembali menjelang.
Setelah beberapa saat termenung di atas tempat tidurnya, Gaara memutuskan untuk turun ke bawah dan mengambil segelas coklat hangat. Walaupun efek coklat hangat yang menenangkan tidak mempan untuk insomnia Gaara yang memang sudah parah, setidaknya, dengan membuat minuman tersebut, Gaara bisa sedikit membunuh waktu yang terasa membosankan saat ia menunggu pagi datang.
Setelah secangkir coklat berada di tangannya, ia kembali beranjak masuk ke dalam kamarnya yang ada di lantai dua. Mendadak, ia merasa angin menerpa masuk ke kamarnya. Padahal seingat Gaara, ia sudah menutup jendelanya sejak tadi sore.
Perlahan, perhatiannya pun teralihkan pada sesosok yang berdiam di jendelanya yang terbuka. Sosok tersebut duduk di kusen jendelanya dan sedikit tertutupi oleh tirai yang berkibar akibat tiupan angin malam.
Gaara berjalan mendekat ke arah jendelanya. Sebelum sampai dan bisa mengamati sosok itu lebih dekat, ia meletakkan coklat hangat itu di atas meja kecil di sebelah tempat tidurnya.
Kini, ia pun sudah berhadap-hadapan dengan 'penyelundup' yang masih juga tidak beranjak dari kusen jendela kamarnya. Kedua tangannya terlipat di depan dadanya seperti biasa.
"Sudah kuduga, kau pun tidak tahu apa-apa soal sopan santun, Nona!" ujar Gaara tetap dalam intonasi datar.
Gadis berambut pirang panjang yang diikat ponytail itu tersenyum sinis.
"Aku hanya bermaksud menjawab tantanganmu tadi siang!" jawab sang gadis yang bernama Ino itu sambil meloncat turun dari kusen jendela. "Setelah kubicarakan dengan teman-temanku, mereka tidak keberatan aku memperlihatkan ini asalkan kau benar-benar menghentikan pembangunan apartemen itu!"
Gaara terdiam.
Ino tersenyum.
Sejurus kemudian, sebuah cahaya terang membungkus tubuh gadis itu. Gaara sampai harus menyipitkan matanya sampai sinar itu lenyap.
Dan setelah sinar itu lenyap, yang ada di hadapan Gaara bukan lagi seorang gadis dengan baju putih polos. Makhluk itu memang berperawakan tidak berbeda dengan Ino yang tampak seperti manusia. Bedanya, di rambut makhluk itu terdapat daun-daun yang terjalin menyerupai bando di bagian atas kepalanya sampai melilit bagian ponytail-nya. Tubuh makhluk itu dibungkus dengan bunga-bunga kecil yang tampak berwarna-warni mulai dari bagian dada sampai batas paha. Tentu saja, bagian pundaknya terekspos jelas. Bagian tangannya tampak dililit oleh benda semacam kayu berwarna kecoklatan. Sama halnya dengan kakinya yang tidak memakai alas dan hanya dililiti kayu tersebut sampai batas pergelangan kaki.
Kalau ini adalah mimpi, maka inilah mimpi teraneh yang pernah Gaara hadapi setelah lama ia mengidap insomnia. Tentu saja ia tidak bisa mempercayai penglihatannya begitu saja. Dengan sebelah tangan, ia mengusap matanya. Ia bahkan mengerjab-ngerabkan matanya berkali-kali. Tapi sia-sia, sosok mencurigakan itu tetap berdiri tegak di hadapannya.
"Nah! Sesuai janji! Kau sudah melihat sosok Nymph kan?" ujar makhluk itu sambil berkacak pinggang dan tersenyum penuh kemenangan.
Gaara terdiam. Lalu dengan tidak acuhnya, ia bergerak ke arah tempat tidurnya dan langsung membaringkan tubuhnya.
"HEEEII!" protes makhluk itu. Lagi-lagi ia diabaikan oleh Gaara.
Gaara sendiri mulai menarik selimut dan kemudian menutupi wajahnya dengan bantal. Pemuda berambut merah itu masih saja berharap bahwa semua ini adalah mimpi. Dan begitu pagi datang besok, makhluk itu sudah menghilang dan ia bisa melupakan semua kejadian aneh di malam ini.
Namun, mendadak ada sesuatu kekuatan yang menarik bantal yang menutupi wajahnya.
Gaara pun dipaksa membelalakkan matanya saat ia melihat gadis berpenampilan aneh itu sedang terduduk di atasnya sambil memegangi bantal yang semula ia gunakan untuk menutupi wajahnya. Mata aquamarine gadis itu menatap mata turquoise Gaara dalam-dalam.
Ah.
Tadi siang Gaara sama sekali tidak menyadarinya. Tapi sekarang, apalagi berada di jarak sedekat ini, Gaara bisa melihat kalau sosok di hadapannya –atau tepatnya di atasnya- merupakan gambaran seorang gadis yang… Sangat cantik! Mata birunya begitu jernih dan menghanyutkan. Rambut pirangnya yang diikat ponytail sebagian jatuh melalui sela-sela pundaknya. Poninya yang sedikit menutupi mata kanannya tampak berayun sempurna setiap ia melakukan pergerakan. Wajahnya pun tidak bercela. Semuanya sempurna, walaupun dilihat di ruangan dengan penerangan minim yang hanya berupa sebuah night-lamp berwarna temaram serta bantuan cahaya bulan yang menerobos masuk melalui jendela yang terbuka.
Bagaikan bunga, penampilan gadis ini sangat indah! Aroma yang keluar dari tubuhnya pun begitu memabukkan.
Gaara menahan nafasnya sebelum ia mendorong gadis itu dari atasnya.
"Apa-apaan kau?" protes Ino saat Gaara mendorong gadis itu di pundaknya. Tapi toh gadis itu akhirnya sedikit menyingkir dan membiarkan Gaara bangun dari posisi berbaringnya.
Gaara sendiri kemudian mengacak rambutnya dengan sedikit kasar tanpa menggubris protes si gadis. Lalu, dengan tangan yang sama, pemuda itu akhirnya menutupi sebagian wajahnya. Wajah yang dirasanya sedikit memanas.
"Kenapa… Jantungku jadi berdebar tidak karuan seperti ini?" ujar batin Gaara sambil memindahkan kembali sebelah tangannya tadi ke arah dada sementara kepalanya sedikit menunduk.
"Hoi, panda!"
Gaara kembali mengabaikan Ino. Bagaimanapun, pemuda itu masih terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri.
"Heeeeeeiiiii!" panggil gadis itu lagi dengan nada suara yang kembali terdengar tidak sabar.
Gaara masih mengabaikannya. Bahkan sekali itu, ia memejamkan matanya dan kemudian melakukan ritual menarik dan menghembuskan nafas.
"Gaara Panda Berdarah!" ujar gadis itu mulai setengah berteriak. Saat Gaara sudah hendak memperhatikan gadis itu, sebuah bantal mengayun dan menghantam kepala pemuda itu di pelipis kirinya.
"Ugh!" erang Gaara. "Apa-apaan kau?" semburnya sambil memegangi pelipis kirinya. Tidak terlalu sakit memang, tapi tetap saja cukup untuk membuat Gaara sedikit pening akibat tumbukan yang terjadi.
"Makanya, kalau dipanggil itu kasih respon! Menyebalkan!" gerutu gadis itu masih dengan tangan yang memegang bantal.
Sekali itu, Gaara sedikit menunjukkan ekspresi tidak senang.
"Lalu apa maumu?" ujar pemuda itu sinis.
"Menagih janji!" jawab gadis itu sambil meletakkan bantalnya. Saat menjawab pertanyaan Gaara itu, ia sedikit mengangkat bahunya. "Kau sudah lihat bahwa Nymph itu benar-benar ada! Dan kau harus membatalkan pembangunan apartemen yang akan menghancurkan tempat tinggal kami!"
"Kami?" batin Gaara kembali berbicara. "Jadi gadis ini benar-benar Nymph?"
Gaara menghela nafas.
"Kau tahu? Kami, manusia, juga membutuhkan tempat tinggal! Karena itu aku tidak bisa…"
"Kau mau mengingkari janjimu lagi, Gaara?" potong Ino cepat.
Gaara terdiam.
"Tidak kusangka… Kau laki-laki yang serendah ini!"
Mendengar kata-kata terakhir Ino, Gaara langsung merasa ada sesuatu yang menusuk jantungnya.
"Aku.. Rupanya aku salah menilaimu!" sembur Ino lagi dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Sekali ini, Gaara bisa melihatnya sebagai kesungguhan. Bukan kepura-puraan.
Dengan cepat, Ino kemudian turun dari kasur Gaara dan membuang mukanya. Ia pun melangkah ke arah jendela, siap meloncat dari sana seandainya saja Gaara tidak menahan tangannya.
"Salah menilaiku? Kau bahkan baru pertama kali bertemu denganku!" ujar Gaara berusaha tenang. Sebenarnya, dadanya sudah bergemuruh sedemikian rupa. Untuk alasan apa, Gaara belum bisa memahaminya. Yang jelas, tangannya semakin menggenggam pergelangan tangan Ino, seolah ia tidak rela untuk melepas gadis itu.
Mau tidak mau, Ino pun berbalik menghadap Gaara. Dengan tangannya yang bebas, Ino kemudian mengusap air matanya yang nyaris jatuh.
"Tidak, Gaara," jawab Ino dengan yakin. Gaara pun dengan terpaksa melepaskan pegangan tangannya pada Ino saat gadis Nymph itu mulai menggerakkan tangannya dengan tidak nyaman.
Gaara sendiri kemudian berusaha mengingat apa dia memang sudah memberitahukan namanya pada gadis ini atau belum. Setelah diingat-ingat, gadis ini pun sudah bisa menyebutkan namanya dengan mantap – walaupun dengan embel-embel 'Panda Berdarah'- sejak tadi siang. Anehnya, Gaara tidak bisa mengingat apapun mengenai gadis ini. Ia bahkan baru mengetahui nama gadis ini tadi siang. Tentu saja! Kalau Gaara pernah bertemu dengan gadis seperti Ino yang mengaku-aku sebagai Nymph, Gaara pasti tidak akan pernah melupakannya! Jadi kesimpulannya, Gaara memang belum pernah bertemu dengan gadis Nymph ini sebelumnya!
Tapi, sama seperti pertanyaannya tadi siang, kenapa gadis ini terlihat seperti sudah begitu mengenalnya?
Bagaikan hendak menjawab pertanyaan dalam benak Gaara, Ino-pun melanjutkan perkataannya.
"Aku sudah tahu tentangmu jauh sebelum ini!"
Wajah Gaara tetap datar seperti biasa, tapi entah kenapa Ino bisa merasakan bahwa pemuda itu sedikit kebingungan.
"Saat kau bersama nenekmu hari itu… Aku… Melihatmu!"
Pemuda berambut merah itu tersentak. Ino sendiri kemudian tersenyum sedih dengan tatapan yang mengarah ke lantai. Ia kemudian sedikit merapikan rambutnya yang terbawa angin.
"Dan juga mendengar janjimu!" tambah Ino pelan.
Gaara menatap Ino yang tidak memandang ke arahnya.
"Tapi sudahlah!" ujar Ino sambil mengibaskan sebelah tangannya. "Salahku yang mengira kalau kau masih memegang janjimu yang dulu! Selamat tinggal, Panda!"
"Hei!" panggil Gaara yang menghentikan langkah Ino untuk kedua kalinya.
Ino bertanya pada Gaara melalui pandangan matanya.
"Apa yang terjadi seandainya tanaman-tanaman itu mati?"
Ino mengangkat kedua alisnya.
"Apa yang akan terjadi padamu?" sambung Gaara lagi.
"Menghilang! Sama seperti para Nymph lainnya!"
Gaara mengangguk kecil. Merasa Gaara sudah tidak akan mengatakan apapun, Ino akhirnya meloncat dari jendela. Gaara sedikit panik saat melihat gadis itu meloncat. Tapi mendadak, sebuah sulur berwarna kehijauan tampak muncul dari dalam tanah dan menjadi alas yang empuk bagi gadis itu untuk mendarat di kedua kakinya. Perlahan, sulur itu menurunkan sang gadis ke atas tanah sehingga kedua kaki gadis itu kembali menjejak tanah.
Sesaat setelah menginjak tanah, penampilan gadis itu kembali berubah. Tidak ada aksesoris ataupun pakaian yang aneh. Yang berdiri di sana sambil menatap ke arah Gaara hanyalah seorang gadis cantik berambut pirang yang mengenakan dress putih selutut.
Melihat sang gadis menatapnya dari arah bawah, Gaara pun balik menatapnya sambil meletakkan sebelah tangannya di kusen jendela.
Setelah itu, tanpa berbicara apapun lagi, sang gadis Nymph – Ino menghilang di tengah kegelapan malam.
o-o-o-o-o
Hari itu Gaara sudah ada di kantornya sejak pagi, seperti biasa. Di hadapannya, berdiri Yashamaru yang sedang tampak tercengang memandangi sang atasannya tersebut. Gaara sendiri tengah mengambil beberapa berkas dan langsung memutar kursi beroda-nya hingga posisinya menghadap ke samping dari arah pandang Yashamaru.
"Gaara-sama… Yang barusan Anda katakan…"
"Ada masalah?" tanya Gaara cuek sambil melihat berkas-berkas yang sekarang ada di di tangannya.
Yashamaru mengerjab-ngerjabkan matanya sesaat sebelum senyumnya mengembang.
"Tidak. Tidak ada masalah, Gaara-sama! Kalau begitu, akan saya urus pembatalan kontraknya! Dan akan saya pastikan bahwa tidak ada seorangpun yang akan menyentuh padang bunga tersebut!" seru Yashamaru riang. Kemudian pria cantik berambut coklat itu langsung pamit dan keluar dari ruang kerja Gaara.
Sesaat setelah Yashamaru keluar, senyum Gaara pun sedikit mengembang.
"Tidak kusangka kau bisa berekspresi seperti itu, Gaara-Panda!" ujar sebuah suara yang langsung membuat Gaara menghilangkan senyumannya. Ia kemudian melirik ke arah kanannya dan menemukan seorang gadis berbaju putih yang tengah melihat ke arahnya. Kedua tangan gadis itu tersembunyi di belakang.
"Ada yang membuatmu senang?" ujar gadis itu lagi.
"Tidak," jawab Gaara sambil memutar kursinya hingga kini ia membelakangi sang gadis.
Terdengar suara tawa tertahan dari si gadis itu. Gaara berusaha menahan keinginannya untuk tidak berbalik dan memandang wajah gadis itu. Tapi itu tidak perlu, karena toh gadis itu sendiri yang kemudian datang ke arah pandang Gaara.
"Arigatou na… Gaara-kun!" ujar gadis itu sambil memiringkan kepalanya sedikit dan tersenyum pada Gaara. Rambut pirang-nya sedikit berjatuhan kala itu, menambah kecantikan tersendiri bagi sang gadis di mata Gaara.
DEG!
Lagi-lagi, jantung Gaara semakin berdegup kencang. Dan untuk mengatasinya, ia hanya bisa berpura-pura memusatkan perhatiannya pada berkas-berkas di hadapannya. Meskipun demikian, sudah pasti tidak ada satu tulisan pun yang masuk ke otaknya.
"Arigatou karena kau sudah bersedia membatalkan pembangunan yang bisa menghancurkan tempat tinggal kami!" ujar gadis itu lagi.
"Aku tidak membatalkan pembangunannya! Apartemen itu pasti akan kubangun! Aku hanya menggati lokasi pembangunannya karena padang bunga itu kurang strategis!" jawab Gaara datar.
Gadis itu – Ino- terkekeh kecil. "Tetap saja aku harus berterima kasih padamu!" ujar Ino lagi sambil mengedepankan kedua tangan yang sebelumnya tersembunyi di belakang punggung. Begitu kedua tangan itu terlihat, terlihat pula sebuah buket bunga yang berwarna-warni dalam genggaman tangan putih bak porselen tersebut.
Gaara melirik sedikit ke arah bunga-bunga tersebut. Ino masih tersenyum saat ia kemudian mendekati meja Gaara. Lalu, sambil bersenandung, Ino menunjuk ke arah meja Gaara. Sekejab kemudian terdapat sebuah vas bunga di atas meja sang pemimpin muda tersebut. Ke dalam vas itulah Ino memasukkan buket bunga yang semula dipegangnya. Setelahnya, gadis itu pun menata bunga-bunga tersebut dengan lihainya.
"Nah!" ujar Ino sambil menepuk-nepuk tangannya. "Ruangan yang terkesan suram ini kini sudah berubah sedikit!"
Gaara memandang ke arah Ino, ke arah vas bunga, sebelum kembali ke Ino lagi.
Ino tersenyum puas sebelum ia menepuk-nepuk pundak Gaara dengan riang sambil berkata, "Tenang, tidak ada Nymph yang dikorbankan untuk membentuk buket bunga yang satu ini! Bunga-bunga ini adalah hasil sihirku! Indah kan? Indah kan?"
Gaara mendengus pelan sambil menyingkirkan tangan Ino dari pundaknya.
"Tidak perlu repot-repot!" ujar Gaara dingin.
"Tidak, tidak!" ujar Ino sambil menggerak-gerakkan telunjuknya. "Ini tanda terima kasihku karna kau sudah menepati janjimu!" ujar Ino sambil tersenyum lebar. Gaara sendiri sebenarnya ingin melihat senyum itu terang-terangan. Tapi ada sesuatu yang menahannya hingga ia hanya bisa melirik Ino sedikit dari sudut matanya.
"Dan… Yah.. Anggap saja bunga ini juga sebagai permintaan maafku karena kemarin ini aku terus-terusan membentakmu. Mengataimu sebagai 'Panda Berdarah' dan bahkan sebagai 'laki-laki rendahan'!" ujar Ino sambil menyeringai dan menggaruk-garuk pipinya. "Gomen ne?"
Saat itu mata Gaara tampak sedikit berkilat. Entah apa yang ia pikirkan. Yang jelas, saat Ino hendak mengatur kembali bunga dalam vas yang ada di atas meja Gaara, pemuda itu menarik tangannya hingga gadis itu menoleh padanya.
"Temani aku!" ujar Gaara kemudian.
Ino tampak kebingungan. Mata biru aquamarine-nya ia kerjab-kerjabkan berulang kali, seolah dengan melakukan itu ia akan dapat mengerti maksud dari perkataan Gaara. Tapi belum sempat gadis itu memahaminya, Gaara sudah keburu bangkit dari kursinya dan menariknya pergi.
o-o-o-o-o
Sekarang, di sinilah keduanya berada. Di depan sebuah padang bunga yang tampak berkilauan. Entah hanya perasaan saja atau tidak, bunga-bunga yang ada di sana tampak jauh lebih indah dari yang biasanya. Warna-warninya tampak benar-benar menyeruak keluar. Harumnya pun membuat perasaan menjadi begitu nyamannya.
"Kukira mau ke mana! Ke sini rupanya!" ujar Ino sambil berkacak pinggang dan mengembangkan senyumnya yang menawan.
Angin semilir membelai rambut Ino dan Gaara dengan lembut. Ino mengangkat sebelah tangannya ke arah rambut sebelum ia memejamkan matanya, membiarkan angin hangat musim semi itu memanjakan kulitnya.
"Untunglah kau membatalkan pembangunan apartemen itu, Gaara-kun!" ujar Ino sambil membuka matanya. Ia kemudian berjalan masuk ke padang bunga secara perlahan. Ia terus berjalan dan berjalan, mengikuti jalan setapak yang mendadak saja tercipta tiap ia hendak menjejakkan kakinya yang hanya terbalut sandal tipis. Seolah bunga-bunga itu menyingkir untuk memberikan jalan karena takut terinjak.
Gaara menatap punggung gadis itu dengan suatu perasaan yang tidak menentu. Tapi ia hanya bisa berdiri terdiam di tempatnya dengan kedua tangan yang ia masukkan ke dalam saku celananya.
Ino kemudian melanjutkan perkataannya tanpa menoleh ke arah Gaara.
"Lihat! Bunga-bunga di sini indah sekali kan? Kalau kau menghancurkannya, keindahan seperti ini tidak akan pernah kau temui lagi!" sambung gadis itu sambil tertawa kecil.
"Aku nyaris lupa," ujar Gaara mendadak. Tatapannya saat itu masih mengarah pada Ino.
Spontan saja Ino menghentikan perjalanannya dan memilih untuk melihat Gaara dari sela-sela pundaknya.
Pemuda berambut merah itu kemudian menambahkan dengan mata yang tertutup, seolah ia tengah berkonsentrasi agar ia tidak melupakan apa yang ingin disampaikannya.
"Aku tidak ingin tempat tinggalku jadi gersang! Aku tidak suka!"
Ino kini sudah berbalik sepenuhnya menghadap Gaara.
"Selain itu… Aku juga tidak ingin… Para Nymph kehilangan tempat tinggalnya!" ujar Gaara sambil membuka matanya. Sekali itu, sebuah senyuman lembut terpampang di wajah Gaara.
Mata aquamarine Ino membesar. Gadis itu sedikitnya merasa tidak percaya akan apa yang baru saja ia lihat. Langsung saja, gadis itu merasakan sesuatu yang meluap-luap di dalam dadanya. Sesuatu yang aneh, yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Sepanjang hidupnya sebagai Nymph.
Melihat reaksi Ino yang tampak aneh di matanya, Gaara kemudian menghilangkan senyuman dari wajahnya dan langsung menghela nafas.
"Kurasa itu saja yang ingin kusampaikan. Pada para Nymph itu.. Juga padamu!"
Ino sedikit tersentak mendengar ucapan terakhir Gaara tersebut. Tapi ia akhirnya berhasil mengendalikan keterkejutannya dan kemudian memaksa dirinya untuk berjalan mendekat ke arah Gaara. Setelah sampai di dekat Gaara, Ino langsung mengangkat sebelah tangannya. Di tangan itulah mendadak tergenggam setangkai bunga. Meskipun setangkai, namun bunga itu sendiri terdiri dari beberapa bunga kuning yang menempel ke tangkai yang berwarna hijau terang.
"Agrimony," ujar Ino sambil menyodorkan bunga itu ke arah Gaara, "arigatou!"
Gaara awalnya hanya memandang Ino dengan tatapan 'lalu-apa-?'
"Ambil bunga ini, Baka Panda!" ujar Ino sengit karena uluran bunganya malah didiamkan oleh Gaara. Wajah Ino sedikit merona karena salah tingkah.
Gaara menarik sudut bibirnya sedikit sebelum akhirnya ia mengulurkan tangannya untuk menerima bunga Agrimony tersebut dari tangan Ino. Ino mendengus pelan. Tapi begitu pemuda itu sudah benar-benar menggenggam bunga pemberiannya, mendadak Ino menangkap tangan Gaara.
Gadis itu kemudian menarik Gaara memasuki padang bunga. Tentu saja tindakan tiba-tiba itu membuat Gaara sedikit tersentak. Tapi tak lama kemudian, keduanya sudah berlari-lari di padang bunga tersebut. Ralat, Ino memaksa Gaara berlari dengan terus menarik tangan pemuda itu!
Tidak bisa dipungkiri, Gaara merasa sangat senang walaupun ekspresi wajahnya tidak bisa menceritakan banyak. Pemuda itu bahkan merasa takjub saat satu demi satu Nymph bermunculan. Ino mengatakan bahwa hanya dirinya dan Gaara yang bisa melihat para Nymph tersebut karena para Nymph tersebut masih memakai mode perlindungan agar tidak dapat dilihat sembarang manusia. Dan yang lebih membuat Gaara terkejut adalah fakta bahwa para Nymph yang biasanya tidak mau menunjukkan diri kepada manusia itu, sengaja menunjukkan diri di hadapannya hanya untuk mengucapkan terima kasih.
Apa yang sudah Gaara lakukan hingga ia layak menerima semua ucapan terima kasih ini?
Gaara hanya membatalkan rencana pembangunan apartemen dan lihat seberapa besar apresiasi makhluk bernama Nymph ini terhadap dirinya. Ternyata, fakta bahwa Gaara tidak jadi menghancurkan 'rumah' mereka, membuat para Nymph itu menaruh respek tersendiri pada pemuda berambut merah tersebut.
Untuk pertama kalinya, Gaara merasakan kehangatan yang luar biasa. Jantungnya kembali berdegup kencang. Kali ini karena senang.
Dan saat itu, Gaara mendadak memutuskan bahwa setelah pulang ia akan segera menghubungi Temari. Jika memungkinkan, ia juga akan meminta Temari untuk membantunya menghubungi Kankurou. Apa yang akan ia lakukan? Yah, mungkin sekedar mengucapkan terima kasih atas semua hal yang telah dilakukan kedua kakaknya itu terhadap dirinya. Semua hal baik yang telah mati-matian diupayakan kedua kakaknya namun tidak pernah mendapatkan respon positif dari Gaara.
Karena kejadian hari ini, Gaara akhirnya mendapat suatu pelajaran penting.
Diberi ucapan terima kasih karena perbuatan baik yang telah kita lakukan ternyata sangat menyenangkan! Kata-kata itu seolah menegaskan bahwa perbuatan yang telah kita lakukan tidak sia-sia.
Ya! Gaara semakin yakin untuk menghubungi kedua kakaknya tersebut. Tidak ada tujuan pasti. Ia hanya ingin mengucapkan terima kasih.
Meskipun demikian, kesenangan Gaara saat itu membuatnya tidak sadar.
Tidak sadar bahwa ada seseorang yang tengah mengamati dirinya. Dan orang itu menatapnya dengan pandangan kebencian dan amarah yang tidak ditutup-tutupi.
***TBC***
A/N:
Yak! Akhirnya jadi juga publish fict buat GIST. Hehehe. Dan akibatnya adalah…. Saya belum sempet ngelanjutin Flower Lady, Game Master, ama Time~The Reason~. Gakgakgak~! *baru nyadar, saya kebanyakan bikin fict multichap neh. Dan belum ada satu pun yang tamat! Uhuhuhu… *salah sendiri maen publish cerita baru, padahal cerita lama belum tamat =.="
By the way, Nymph itu salah satu kaum dari makhluk legendaris yang berwujud wanita, tinggal di tempat-tempat tertentu dan menyatu dengan alam dalam mitologi Yunani. Nymph biasanya identik ama peri, atau bidadari yang tinggal di alam bebas. Jadi sebenarnya, Nymph itu nggak cuma roh tanaman tapi bisa aja roh lautan, roh pegunungan, dsb. Tapi saya buat di sini Nymph itu spesifik ke roh tanaman. Sebenarnya saya keinget istilah ini dari game Legend of Mana (selain Nymph, ada pula istilah Salamander, Undine, Dryad, dll). Sebenarnya, mungkin Dryad yang lebih menggambarkan roh/peri pohon. Tapi lagi, di sini kan Ino lebih ke roh bunga. Dan kalau make Dryad rasanya sedikit meleset, jadi saya pake istilah Nymph yang lebih general daripada Dryad. Ohyah, sosok Ino dalam wujud Nymph-nya itu asli karangan saya. Jadi yaaaahh… Gitu deh wujudnya. Kebayang kan kaya apa? Moga-moga bisa diterima yah penjelasannya. XD
Sekarang saya mau ucapin makasih sebesar-besarnya buat yang udah bersedia baca fict saya yang satu ini. Fict ini masih akan berlanjut satu chapter lagi.
Dan… Gimana Gaara-nya? OOC-kah? Maaf yah, sebenarnya ini pertama kalinya saya bikin fict dengan karakter utama Gaara. Jadi maafkan saya kalau jadinya agak OOC. T.T
For now, please give me your review. Please, please, pretty pleaaaaseeee?:3
~Thanks for reading~
