YOU'VE SURPRISED ME TOO MUCH, OH SEHUN
BY : FIFIOLULUGE
.
.
Drap Drap Drap
.
Sesosok namja mungil mempercepat langkahnya saat kata-kata itu terus terngiang di telinganya.
"Oppa, kekasihmu selingkuh."
Ia terus berjalan menyusuri lorong di sebuah hotel untuk menuju ke sebuah kamar yang diberitahukan seseorang. Langkahnya cepat namun terasa berat. Inginnya Ia mengabaikan info dari seseorang itu. Tapi Ia tidak pernah bisa melakukannya.
"Ku mohon. Jangan lagi." Gumamnya dengan tampang putus asa.
.
Tap Tap Tap
.
Langkahnya berhenti tepat di depan pintu nomor 13. Selalu nomor 13. Angka yang kebanyakan orang mengutuknya sebagai angka sial.
Dadanya bergemuruh, jantungnya berdebar gelisah, raut wajahnya penuh ketakutan. Ia hampir tidak bisa bernapas karena rasa sesak yang selalu Ia rasakan setiap kali harus menghampiri kamar nomor 13. Dengan tangan bergetar, Ia membuka pintu kamar itu perlahan.
.
CKLEK
.
DEG
.
Tulang-tulangnya serasa dilolosi paksa. Lagi-lagi ini terjadi untuk yang kesekian kalinya. Kekasihnya entah yang ke berapa sedang bercumbu mesra dengan adik kembarnya sendiri.
"Jihan-ah, ayo pulang."
Sosok yeoja seksi yang dipanggil Jihan itu menoleh begitu pula dengan namja tinggi, tampan blasteran kanada yang mengeluarkan ekspresi terkejutnya.
"Lu..Luhan?" namja tinggi itu tidak bisa menahan rasa terkejutnya.
"Ya, ini aku Kris. Well, sepertinya hubungan kita berakhir di sini." Orang yang dipanggil Luhan itu menjawab dengan datar padahal hatinya kebat kebit tak karuan.
"Lu, ini… aku.. tidak seperti yang kau lihat. Sungguh, aku hanya mencintaimu."
"Kau seharusnya berpikir sebelum mencumbui adik dari kekasihmu sendiri, Tuan Wu."
Adik Luhan, lebih tepatnya adik kembar Luhan yang bernama Jihan dengan tidak tahu dirinya langsung menggelayut manja di lengan kakak kembarnya seakan Ia tidak melakukan sesuatu yang salah.
"Oppa, aku lelah. Ayo kita pulang." Rengek Jihan dengan manjanya.
Luhan hanya menghela napas pasrah dengan kelakuan adik kembarnya yang tidak tahu diri itu.
.
Bruk
.
Tiba-tiba Kris berlutut di depan Luhan dengan wajah memelas hampir menangis sambil memegang kedua kaki Luhan.
"Ku mohon. Jangan Lu. Adikmu yang menggodaku. Sungguh."
"Sekalipun adikku berubah jadi jalang hanya untuk menggodamu, seharusnya kau menolak."
"Aku aku… Lu… Ku mohon jangan tinggalkan aku, plis."
Kris kelabakan sendiri melihat Luhan yang sudah berbalik pergi bersama adik jalang penghancur hubungan kakaknya sendiri. Ia pun menjambaki rambutnya kesal. Kini Ia hanya bisa terduduk lemas merutuki kebodohannya sendiri.
.
CKLEK
.
Sebelum keluar dari kamar itu, Luhan menoleh pada Kris yang terlihat kacau.
"Bukan aku yang meninggalkanmu, tapi Kau."
.
BRAK
.
Tepat setelah kalimat terakhir itu, Luhan langsung menutup pintu dengan kasar sambil menyeret adik kembarnya untuk pulang.
.
XXX
.
Luhan bungkam tidak mau bicara dengan adik kembarnya. Ia sudah terlalu muak dengan semua sikap adiknya yang terlampau kejam. Ia hanya terus menatap datar ke arah jalan berkonsentrasi untuk menyetir.
"Oppa, aku sayang padamu. Kau tau kan?" ungkap Jihan sambil bersandar lemah pada bahu kakaknya.
Luhan tetap diam. Tidak berniat menanggapi ataupun menyingkirkan kepala Jihan dari bahunya. Ia sudah terlalu lelah bahkan untuk sekedar mengucapkan kata 'Ya'.
.
CKIT
.
Luhan pun menghentikan mobil La Ferarrynya tepat di depan gerbang sebuah rumah mewah bergaya classic berwarna krem teduh.
Luhan pun menengok ke samping dimana Jihan sedang tertidur pulas di bahunya. Ia menghela napas berat. Dengan pelan, Ia pun memindahkan kepala Jihan ke sandaran Jok. Lalu Ia keluar dan memutar untuk menggendong adiknya.
"Ahjussi, tolong masukan mobilnya." Pinta Luhan pada seorang satpam yang memang sejak tadi berdiri di depan gerbang.
Setelah mengatakan kalimat itu, Luhan bergegas masuk ke rumahnya dengan Jihan dalam gendongannya. Sejahat apapun adiknya, Luhan tetap menyayanginya lebih dari apapun. Sekali pun adiknya selalu menggoda setiap kekasihnya, Luhan tetap tidak bisa membenci adiknya. Karena sejak JHS Luhan hanya tinggal bersama adiknya. Kedua orang tuanya berada di China.
Tanpa Luhan sadari, Jihan tersenyum dalam gendongannya sambil mengeratkan pelukannya pada leher sang kakak.
.
CKLEK
.
Dengan susah payah, Luhan membuka pintu kamar adiknya lalu menidurkannya di ranjang. Luhan hendak pergi namun tangan Jihan tidak mau terlepas dari lehernya.
"Aku selalu menyukai aromamu, Oppa." Bisik Jihan dengan mata tertutup.
"Tidurlah, aku akan kembali ke kamarku."
Mengetahui bahwa Luhan berusaha melepaskan lingkaran tangannya, Jihan langsung membuka matanya.
"Kau tidak mau menemaniku tidur?" rengeknya dengan manja.
"Tidak untuk malam ini. Aku butuh waktu sendiri."
"Baiklah, Oppa boleh menangis sepuasnya malam ini, tapi besok kau harus tersenyum hanya untukku."
Luhan hanya menganggukan kepalanya lemah lalu segera keluar dari kamar adiknya dan pergi ke kamarnya sendiri.
.
….
.
Setelah mandi air hangat, pikiran Luhan lebih rileks dari sebelumnya. Ia memijat kepalanya pelan. Merenungkan apa kesalahannya hingga adik kembarnya sendiri selalu menghancurkan perasaannya. Tak lama, Ia pun berjalan menuju ke depan kaca wastafel.
Sangat mirip. 100 %. Wajahnya dengan Jihan tidak ada perbedaan. Mereka kembar identik dari sel telur yang sama. Yang membedakan hanya gender.
Luhan adalah seorang namja bertubuh mungil yang memiliki penis di antara selangkangannya. Dan Jihan adalah seorang yeoja yang juga mungil namun berisi di bagian dada dan pantatnya. Luhan dengan rambut hitam pendek dan Jihan dengan rambut hitam panjang bergelombang. Hanya itu yang membedakan mereka.
Selebihnya mereka sama persis, termasuk kriteria pacar idaman mereka. Luhan dan Jihan sama-sama menyukai pria tampan. Bedanya, Luhan berarti gay sementara Jihan normal. Tak heran, Jihan selalu menggoda pacar-pacar yang Luhan bawa ke rumah. Anehnya, Jihan tidak pernah punya pacar sendiri. Padahal dia cantik dan seksi. Jihan malah lebih tertarik merebut pacar Luhan. Dan sampai sekarang Luhan gagal paham mengenai alasan Jihan melakukan hal tersebut.
Cukup puas mengagumi pahatan indah wajahnya sendiri, Luhan langsung menuju ranjang dan merebahkan tubuh lelahnya di sana. Mencoba memejamkan mata hingga kesadarannya hilang sampai pagi menjelang.
.
XXX
.
3 Minggu kemudian…
.
Luhan tidak bisa berhenti memandangi pahatan sempurna namja di sebelahnya yang sedang serius menyetir. Kulitnya putih pucat, hidungnya mancung, bibirnya merah penuh, rahangnya tegas, jakunnya menonjol naik turun dan dagunya yang runcing membuat Luhan gemas ingin menggigitnya. Tampannya melebihi dewa Yunani.
Namja yang sejak tadi diperhatikan Luhan menoleh ke arahnya. Luhan langsung kaget dan segera mengalihkan pandangannya ke depan. Ia gelagapan karena ketahuan menikmati wajah tampan kekasihnya. Sedangkan si namja tampan hanya tersenyum geli melihat tingkah kekasihnya yang sekarang sudah memerah sampai telinga.
Namja itu pun menggenggam sebelah tangan Luhan dan mengusapnya lembut membuat Luhan menoleh ke arahnya.
"Ada apa, sayang?" tanyanya selembut hembusan angin #loh?
"A..Ani. Hanya saja kekasihku sangat tampan." Jawab Luhan dengan jujur sambil terkekeh malu.
Namja itu pun ikut tertawa kecil lalu membawa tangan Luhan yang Ia genggam menuju bibirnya untuk dikecup. Membuat Luhan semakin memerah.
"Sehun, aku malu." Ungkap Luhan sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangan mungilnya.
Namja tampan yang bernama Sehun itu semakin greget melihat tingkah kekasihnya yang menggemaskan.
"Kau boleh menatapku sepuas mungkin, Lu. Semua yang ada padaku adalah milikmu. Bahkan kau boleh menyentuhnya sesukamu." Ucap Sehun sambil mengusap rambut Luhan yang selembut bulu kucing angora. #peace
Luhan menatap kekasihnya dalam. Tiba-tiba rasa takut merambat ke dadanya membuat Luhan merasakan sakit yang teramat sangat di dalam sana. Luhan sangat mencintai Sehun. Sangat. Lebih dari kekasih-kekasih Luhan yang sebelumnya.
Sehun si pangeran kampus yang super tampan dan jenius. Sehun yang baik dan perhatian. Sehun yang memperlakukannya dengan lembut. Sehun yang selalu memeluk dan menenangkannya. Sehun yang membuatnya kenyang atas seluruh cinta yang Ia berikan hanya untuk Luhan. Luhan tidak ingin kehilangan Sehun sedetik pun.
Dan kehadiran Jihan membuat itu semua mustahil untuk terkabul. Jihan akan melakukan apapun untuk merebut kekasih Luhan. Termasuk menyerahkan tubuhnya sekali pun. Apalagi ini Sehun. Kekasihnya yang super duper sempurna tampannya. Maka dari itu, Luhan selalu mencegah Sehun untuk ke rumahnya. Bahkan Luhan meminta di turunkan beberapa meter dari rumahnya karena takut kalau Jihan akan melihat Sehunnya.
Sehun melihat raut kegelisahan dari wajah kekasihnya. Ia selalu melihat raut itu setiap mengantar Luhan pulang. Dan yang lebih aneh lagi, Luhan tidak memperbolehkan Sehun mengantarnya sampai rumah apalagi mampir.
"Kenapa lagi hmm?" Tanya Sehun berusaha menghilangkan rasa gelisah kekasihnya.
"Hunnie?"
"Ya, sayang?"
"Apa kau pernah berpacaran dengan yeoja?"
"Mmmm pernah sekali waktu JHS."
Luhan menelan ludahnya saat mendengar jawaban Sehun. Berarti kemungkinan besar Sehun adalah bi dan kemungkinan lainnya Sehun pasti tergoda dengan adiknya. Dengan memikirkannya saja membuat perut Luhan melilit tak karuan.
"Ada apa memangnya?"
"Ah ani. Aku hanya bertanya."
Sehun pun mengangguk walaupun sebenarnya masih penasaran dengan apa yang mengganggu pikiran Luhan. Tapi Sehun tidak mau memaksa. Jika Luhan memang ingin bercerita pasti Ia akan menceritakannya pada Sehun.
"Berhenti di sini, Hun." Pinta Luhan saat sudah sampai di rumah keempat sebelum rumah Luhan.
.
CKIT
.
Sehun pun menghentikan mobilnya lalu menggenggam erat tangan Luhan yang ingin membuka pintu mobil.
"Sayang, tidak bisakah aku mengantarmu sampai di depan gerbang rumahmu? Kau selalu melarangku walau Cuma sampai gerbang apalagi mampir."
Luhan menatap Sehun dengan sendu, bahkan matanya terlihat berkaca-kaca. Sehun jadi tidak tega dan merasa bersalah.
"Aku hanya tidak ingin kehilanganmu, Sehun. Hiks.."
Pecah sudah tangisan Luhan memenuhi mobil Sehun. Sehun jadi menyesal telah menanyakan hal tadi. Ia pun memeluk Luhan dan mengusap punggungnya dengan lembut. Berusaha menenangkan sang terkasih.
"It's Ok, baby. Maafkan aku hmm? Aku janji tidak akan menanyakan hal itu lagi."
Luhan hanya mengangguk dalam pelukan Sehun. Sampai kapanpun Luhan tidak akan melepaskan Sehun. Tidak akan.
.
XXX
.
Jihan sedang menonton DVD saat kakak kembarnya datang dengan wajah kusut. Sebenarnya Jihan mulai curiga kalau kakaknya sudah punya pacar lagi. Gerak gerik Luhan mengindikasikan kalau Ia sedang melakukan back street. Sering pulang telat, sering menelpon malam-malam, sering keluar kalau hari libur yang katanya mengerjakan tugas kelompok, dan hal-hal mencurigakan lainnya. Mereka memang tidak satu kampus, namun Jihan tahu jadwal kuliah kakaknya.
Jihan menyeringai senang. Kalau begitu sepertinya Ia harus mempersiapkan diri untuk menyambut kekasih kakaknya. Bukankah Ia calon adik ipar yang baik?
"Kau tidak akan pernah bisa membohongiku, Oppa."
.
Diam - diam Jihan masuk ke dalam kamar Luhan. Terdengar suara gemericik air. Itu artinya Luhan sedang mandi jadi Jihan bisa bebas mengecek handphone Luhan.
Baru saja Jihan akan menyentuh handphone Luhan, sang empunya datang memergoki kelakuannya.
"Apa yang kau lakukan, Jihan-ah?" Tanya Luhan penuh curiga.
"Ah ani, aku hanya mau pinjam handphonemu untuk menelpon. Pulsaku habis." Jawab Jihan dengan lancar.
"Nanti aku isikan pulsamu. Taruh kembali handphoneku."
"Ne Oppa."
Jihan pun segera keluar dari kamar kakaknya dengan wajah kesal. Sudah pasti kakaknya itu sedang menyembunyikan sesuatu. Biasanya kan Luhan tidak pernah melarang Jihan untuk memakai benda apapun milik Luhan.
.
Luhan memegang dadanya yang berdegup kencang penuh ketakutan. Jihan pasti sudah mencium adanya kekasih Luhan. Tidak boleh. Jihan tidak boleh sampai bertemu dengan Sehun.
Tarik napas. Buang. Tarik napas. Buang.
'Tenang Luhan, Sehun masih milikmu.'
.
XXX
.
Luhan baru saja pulang berkencan dengan Sehun. Walaupun Cuma nonton ke bioskop. Luhan tetap bahagia asalkan dengan Sehun.
Akhir-akhir ini mereka sama-sama sibuk jadi jarang bertemu sekalipun mereka satu kampus. Jadi kencan mereka hari ini seperti melepas rindu keduanya.
Luhan merebahkan tubuh lelahnya di Kasur dengan senyum menghiasi bibirnya. Ia tidak pernah merasa setenang ini. Biasanya setelah kencan Ia selalu dibayang-bayangi oleh adik kembarnya. Tapi saat bersama Sehun, semua masalahnya seakan hilang.
.
Drrtt Drrtt Drrtt
.
Sehunnie's Calling
.
Hah? Sehun menelponnya? Mereka kan baru berpisah 5 menit yang lalu? Masa dia sudah sampai di rumah?
Luhan pun buru-buru mengangkatnya dengan senang hati. Mungkin ada sesuatu yang penting.
.
KLIK
.
"Sayang, aku di depan pintu rumahmu. Tugasmu ketinggalan di mobilku."
"…"
"Lu?"
.
KLIK
.
DRAP DRAP DRAP
.
Luhan langsung berlari ke pintu depan dengan gemetar. Jangan Jihan. Jangan.
.
DEG
.
Terlambat.
.
Luhan mematung di bawah tangga dengan napas memburu. Jantungnya berdetak gila-gilaan. Kakinya melemas membuatnya berpegangan pada tangga. Tangannya gemetaran. Tubuhnya berkeringat dingin. Ia syok. Speechless. Melihat Jihan yang membuka kan pintu untuk kekasihnya.
'Jangan Sehun, ku mohon.'
Luhan pun menghampiri keduanya yang berbincang di depan pintu.
"Hai sayang. Ini tugasmu." Ucap Sehun sambil tersenyum saat melihat kekasihnya menghampiri.
Luhan mengambilnya dengan gemetar. Sehun memegang tangannya. Dingin dan berkeringat. Sehun mengubah senyumnya menjadi raut khawatir melihat Luhan yang pucat.
"Kau baik, Lu?"
"Oppa, kenapa tidak bilang punya pacar yang setampan ini?"
Luhan tergugu. Tiba-tiba sekelebat bayang-bayang masa silamnya terus datang bergantian. Dari mulai Suho, Zelo, JB, Myungsoo, Xiumin, Kai, Chanyeol, Sunggyu, dan terakhir Kris. Suara Sehun yang terus-terusan memanggilnya seakan tenggelam.
"Luhan!" Sehun sedikit berteriak sambil mengguncang bahu Luhan, sungguh dia sangat khawatir.
Sedangkan Jihan menyeringai licik. Tidak perlu dicari ternyata kekasih kakaknya datang sendiri padanya. Maksudnya datang ke rumahnya.
Sehun pun menuntun Luhan yang ling lung untuk duduk di sofa ruang tamu.
"Aku akan mengambil minum untuknya." Pamit Jihan yang berlalu ke dapur.
Sehun membawa Luhan ke pelukannya dan mengelus punggungnya lembut. Ritual yang selalu Ia lakukan untuk menenangkan kekasihnya.
"Sehun.."
"Ya?"
"Sehun.."
"Ya, sayang. Ada apa hmm?" kali ini Sehun membawa dagu Luhan untuk melihat ke arahnya.
"Jangan tinggalkan aku."
"Aku tidak kemana-mana. Aku di sini. Bersamamu."
"Berjanjilah kau tidak akan pergi."
"Tidak akan, Lu."
"Ngomong-ngomong kau tidak pernah cerita punya saudara kembar?"
Luhan mengeratkan remasannya pada kemeja Sehun saat nama saudara kembarnya disebut. Sehun bingung dengan tingkah Luhan yang seperti ketakutan akan suatu hal. Apalagi saat melihat Sehun yang bertemu dengan saudara kembarnya tadi.
"Ku mohon. Kau jangan telalu dekat dengannya."
"Bukankah dia adik iparku hmm?" goda Sehun membuat Luhan memukul pelan perut berabs milik Sehun.
"Berjanjilah."
"Ya sayang. Apapun ku lakukan untukmu."
"Aku mencintaimu, Sehunnie."
"Aku lebih mencintaimu, sayang."
Ternyata sejak tadi Jihan melihat interaksi keduanya di balik pintu dapur. Ia tersenyum licik.
'Aku akan segera merebut kekasihmu, Oppa. Kau tidak boleh bahagia di atas penderitaanku.'
.
XXX
.
Luhan sedang membeli buku untuk tugas. Namun tiba-tiba perutnya berbunyi minta diisi. Ia baru ingat kalau Ia belum makan siang. Sedangkan sekarang sudah pukul 3 sore. Pantas saja Ia lapar.
Luhan pun masuk ke sebuah food court yang menjual masakan cina, kesukaan Luhan. Namun pergerakannya terhenti dan matanya terpaku pada sosok tampan yang sedang membawa nampan. Siapa lagi kalau bukan Oh Sehun. Ia tersenyum hendak menghampiri kekasihnya.
Namun senyumnya lenyap digantikan rasa sakit yang menusuk jantungnya. Sehunnya menghampiri seorang yeoja sambil tersenyum. Luhan sangat amat mengenal yeoja itu. Dia Jihan. Adik kembarnya. Luhan menggelengkan kepalanya.
"Tidak mungkin. Tidak mungkin."
.
BRUK
.
Luhan menjatuhkan buku-buku yang tadi dibelinya membuat semua pengunjung termasuk Sehun dan Jihan menoleh ke arahnya. Sehun menatap Luhan dengan raut terkejut dan segera menghampiri Luhan yang mematung. Diikuti Jihan di belakangnya.
"Lu..Luhan? kenapa kau ada di sini?" tanyanya sambil memegang kedua bahu Luhan yang bergetar menahan marah dan sakit.
"Oppa?"
"Jelaskan Sehun!"
"Begini Lu, aku…"
"Sehun Oppa akan bertanggungjawab karena menghamiliku."
"M..Mwo?"
"Ini tidak seperti yang kau bayangkan, sayang. Sungguh. Aku sedang mabuk saat itu. Aku tidak sadar. Aku mencintaimu tapi aku tidak bisa lari dari tanggungjawab. Maafkan aku, Lu. Aku akan menikahi adikmu."
Jihan tersenyum senang mendengarnya. Sedangkan Sehun menunduk penuh penyesalan.
"Tidak mungkin. Kau bohong!"
"ANDWEEEE!"
.
"Hosh hosh hosh…"
Luhan terbangun dari tidurnya dengan peluh di sekujur tubuhnya. Jantungnya berpacu lebih cepat. Ia pun segera melepas bajunya yang sudah basah dengan peluh lalu turun dan beranjak ke kamar mandi.
Luhan membasuh mukanya dengan air dingin di wastafel, lalu mendongak, menatap bayangan seraut wajah dengan rambut hitam legamnya dalam cermin, dengan mata rusanya yang terlihat lelah.
Itu hanya mimpi. Namun rasanya sangat nyata. Sehunnya dan Jihan. Tidak. Itu tak akan pernah terjadi.
Luhan meraih jubah tidur yang tergeletak pada sandaran kursi dan memakainya. Lalu Ia melangkahkan kakinya menuju balkon.
Langit masih gelap saat Ia menggeser pintu balkon. Angin dingin langsung menerpa wajahnya. Ia bersandar membelakangi pagar balkon, menyilangkan tangan di depan dadanya. Tatapannya mengarah pada langit gelap tanpa bintang yang terhampar luas.
Ini masih pukul 2 malam. Luhan terbangun dari tidurnya karena mimpi mengerikan itu. Luhan tidak bisa menutup matanya lagi. Ia takut saat membuka mata, semua yang ada di mimpinya benar-benar terjadi.
Luhan segera masuk karena semakin lama dinginnya semakin menusuk. Ia menatap ponselnya yang berada di meja nakas. Ia ingin mendengar suara Sehun saat ini. Ia butuh Sehun untuk menenangkannya. Ia begitu tergantung pada makhluk tampan yang satu itu.
.
Panggilan Cepat No 1
.
Terdengar nada sambung. Agak lama.
.
KLIK
.
"Yeobseo." Sehun dengan suara serak menyapanya di seberang.
Dia pasti sudah tidur. Luhan jadi tidak enak telah mengganggu tidur kekasihnya.
"Hunnie, maaf aku mengganggumu."
"Tidak sayang. Ada apa? Kau mimpi buruk?"
"Nee.. Mimpi yang sangat mengerikan."
"Itu hanya mimpi sayang. Jadi, pejamkan matamu dan cobalah untuk tidur. Arra?"
"Baiklah. Jaljayo Sehunnie."
"Jaljayo Baby. Saranghae."
"Nado."
.
KLIK
.
Luhan lebih tenang setelah mendengar suara kekasihnya. Tapi tetap saja mimpi itu masih membayanginya setiap kali matanya terpejam. Alhasil Luhan baru bisa tidur pukul setengah lima pagi. Untung saja Ia hanya punya jadwal kuliah sore besok.
.
XXX
.
Pulang kuliah, Luhan mendatangi fakultas Sehun. Firasatnya mengatakan ada sesuatu yang buruk akan terjadi. Ia harus segera bertemu kekasihnya agar bisa tenang.
Dia melihat mantan kekasihnya, Chanyeol yang baru keluar dari ruang kelas bersama Baekhyun. Chanyeol terlihat kaget melihat Luhan menghampirinya.
"Apa kau melihat Sehun?"
"Dia sudah keluar. Baru saja. Sepertinya dia sedang buru-buru untuk pergi ke suatu tempat."
"Gomawo. Kalau begitu aku pergi."
Firasat buruknya semakin kuat. Ia mencoba menghubungi Sehun sambil berjalan cepat ke arah tempat parkir. Namun handphone Sehun tidak aktif. Untung saja hari ini Luhan bawa mobil. Dengan napas terengah-engah, Ia buru-buru menjalankan mobilnya.
.
TRING
.
1 Pesan Dari My Twin
.
DEG
.
Dengan tangan gemetar Luhan membuka pesan itu.
.
From : My Twin
Datang ke tempat biasa, Oppa. Kau akan menyaksikan bagaimana hebatnya kekasihmu saat di ranjang.
.
Luhan memegang setirnya kuat-kuat hingga buku jarinya memutih. Ia mempercepat laju mobilnya menuju tempat yang dimaksud oleh adiknya. Pandangannya semakin memburam saat air matanya terus mengalir tanpa bisa dicegah.
"Jangan Sehun. Jangan Sehun. Jangan Sehun."
Luhan terus merapalkan kata-kata itu sepanjang perjalanan.
.
CKIT
.
Tanpa memarkirkan mobilnya dengan benar. Luhan buru-buru keluar dan berlari menuju kamar 13 di Hotel Ritz Calton. Dadanya sangat sesak dengan hanya membayangkan apa yang akan dilihatnya sebentar lagi. Air matanya juga tidak bisa berhenti mendesak keluar dan mengalir di pipi putihnya.
"Kau sudah berjanji padaku, Sehun."
.
CKLEK
.
Luhan membulatkan matanya tidak percaya. Jihan dengan tubuh tanpa sehelai benang pun terbaring lemah di atas ranjang dengan Sehun yang menindihnya penuh kilatan napsu.
"APA YANG KAU LAKUKAN, OH SEHUN!"
.
XXX
.
TBC/DELETE
.
JUST TWOSHOOT FF.
.
MIND TO REVIEW?
