Summary : Some women are lucky, destined to have two hearts of two great men. Ron/Hermione/Harry.

Disclaimer : Harry Potter belong belong to JK rowling.

R&R


Stargazing

"Satu bir, please," pinta Harry kepada seorang bartender sambil duduk disalah satu kursi di sebuah bar muggle di London.

Si bartender mengangguk dan segera mengambilkan segelas bir dan menyorongkannya kepada Harry.

"Trims," Harry bergumam hampir tak terdengar, mengangkat gelasnya dan meminum satu tegukan kecil.

"Hei, Harry!" Harry merasakan seseorang menepuk punggungnya keras, membuatnya benar-benar terkejut dan cairan itu masuk ke saluran yang salah, membuat Harry tersedak.

"Geez, Ron!" seru Harry kesal setelah berhasil mengatasi batuknya. Tenggorokan dan hidungnya kini terasa panas, seperti jika tersedak soda.

Pemuda jangkung kurus berambut merah didepan Harry hanya meringis lebar dan duduk disampingnya,"Maaf aku terlambat. Jenkins baru bicara denganku tadi,"

Harry mengenali nama Jenkins, Robert Jenkins adalah kepala Pelatihan Auror, dan Harry mengerutkan kening. Ada urusan apa Jenkins dengan Ron?

"Aku juga baru datang," ujar Harry,"Ada urusan apa Jenkins denganmu?"

"Oh, itu..."

"Ron! Harry!"

Sebelum Ron sempat memberi jawaban, seorang wanita berambut coklat muncul dan memeluk Harry.

"Hai, Hermione," ujar Harry sambil tertawa pelan, mengenali sahabat baiknya.

Setelah beberapa detik, Hermione menarik dirinya dan tersenyum kepada Harry."Senang bisa berjumpa denganmu lagi, Harry,"

"Aku juga,"

"Halo, love," sapa Ron, membuat Hermione memalingkan mukanya. Hermione menjauh dari Harry, memeluk dan mencium bibir Ron.

Harry berpaling dan meneguk satu tegukan besar bir. Dia tidak tahan melihat mereka berdua berciuman didepan matanya.

Harry bisa mendengar Ron dan Hermione memesan satu bir bagi masing-masing,"Ayo kita cari meja," ajak Ron.

Trio tersebut mengambil sebuah meja dan mengambil tempat duduk masing-masing. Kemudian Hermione mengangkat gelasnya,"Untuk kalian!" serunya,"yang baru saja lulus dari pelatihan Auror dan sekarang sudah menjadi auror resmi!"

Harry tersenyum dan mengangkat gelasnya yang diikuti oleh Ron dengan senyuman lebar.

"Untuk kita, Harry," ujarnya,"sekarang kita sudah menjadi auror!"

"Yeah!" seru Harry. dan mereka bersulang kemudian meminum gelas mereka masing-masing.

"Bagaimana keadaan Ginny, Harry?" tiba-tiba Hermione bertanya,"kau tahu, aku tak sengaja bertemu dia suatu hari dan dia tampaknya sedang terganggu dengan tingkah lakumu akhir-akhir ini. Aku bilang padanya mungkin kau hanya sibuk dengan pelatihan dan lain-lainnya,"

Harry mendesah, topik tentang Ginny tengah sensitif baginya, "Well...mmm..kami sudah putus,"

Hermione tampak prihatin, tapi Ron yang terkejut menyemprotkan birnya keluar dari mulut.

"Apa?" serunya tak percaya. Hermione membelalakkan matanya ke arah Ron, tapi Ron tidak menyadari ini karena pandangannya tertuju pada Harry.

"Kami sudah putus, Ron," Harry mengulangi dengan kesal,"Aku dan Ginny, kami putus. Kuharap kau tidak apa-apa dengan itu,"

Butuh waktu beberapa detik untuk Ron agar kembali dari keterkejutannya, ia berdeham,"Well, yeah, tentu saja aku apa-apa, dia adikku," tapi Ron malah tersenyum dan menepuk punggung Harry,"tapi aku yakin hal itu tidak akan menganggu hubungan kita atau merubah pandangan seluruh keluarga Weasley padamu,"

"Keluar dari topik itu," ujar Hermione buru-buru,"bagaimana perasaan kalian, huh? Akhirnya bisa melakukan semua aksi heroik yang sering aku dengar itu," Hermione memutar bola matanya.

"Tidak sabar tentu saja. Tapi, Ngomong-ngomong tentang auror," Ron menjawab,"aku ingin memberitahu kalian sesuatu," Ron berhenti sejenak, menunggu respon,"Kau ingat ketika aku bercerita tentang Jenkins, Harry?"

"Yeah," Harry mengangguk.

"Well, dia menawariku sesuatu tadi dan aku menerimanya,"

"Dia menawarimu apa, Ron?" tanya Hermione penasaran.

"Harry, kau tahu pemberontakan penyihir yang muncul di Albania, kan?"

"Kau tidak akan bilang bahwa dia menawarimu ikut dalam misi pemberantasan para pemberontak itu, iya kan?" tanya Harry was-was.

Ia sudah mendengar tentang pemberontakan itu. para pemberontaknya sangat kejam dan berbahaya. Mereka memiliki senjata-senjata yang belum diketahui kementrian, selain itu jumlah mereka pun tidak sedikit. Apalagi letak Albania yang sangat menguntungkan pihak lawan. Akan sulit menghancurkan mereka.

"Bukan pemberantasan tepatnya," ujar Ron sambil memiringkan kepalanya,"hanya penyusupan. Kementrian ingin mendapatkan sebanyak mungkin informasi tentang mereka. Dan Jenkins menawariku karena nilaiku tertinggi dalam ujian penyamaran,"

Tapi, itu sangat berbahaya! Pikir Harry. bagaimana Jenkins berani-beraninya memasukkan anggota baru dalam misi semacam itu! apa Jenkins sudah gila? Apa Ron sudah gila? Apa dia tidak tahu resikonya?

Tapi, tampaknya hanya Hermione yang tahu apa arti semua itu.

Hermione berdiri dari kursinya tiba-tiba, wajahnya pucat dan Harry bisa melihat matanya memerah."Kau gila, Ron!" Hermione menyuarakan apa yang ada dalam pikiran Harry,"Kau baru lulus. Kau bisa terbunuh, Ron!"

"Hermione," ujar Ron dalam suara yang hampir tak lebih dari bisikan,"aku harus..."

Hermione tak mendengarkan apa yang dikatakan Ron, ia langsung berbalik dan pergi dari bar. Ron terkejut, matanya membesar dan ada kepanikan dalam matanya. Buru-buru Ron berdiri,"Hermione!" teriaknya, dan ia berlari mengejar Hermione.

Meninggalkan Harry sendirian.


"Hermione, tunggu!"

Hermione bisa mendengar Ron memanggil-manggil namanya.

Tapi ia tidak berhenti, ia tidak ingin berhenti. Hermione mempercepat lengkahnya. Air mata membasahi pipinya, dengan kasar Hermione mengusapnya.

Bagaimana Ron bisa memutuskan hal semacam itu? meninggalkannya.

Tega-teganya dia!

Ron hanya tidak tahu betapa takutnya Hermione kehilangannya.

"Hermione, tunggu dulu!" akhirnya Ron berhasil memegang pergelangan tangan Hermione, memaksanya berhenti.

Hermione berpaling menatap mata Ron yang memohon padanya. hermione menyentakkan tangannya, berusaha lepas dari pegangan Ron. Tapi, Ron malah merangkulnya.

Dan Hermione tak bisa lagi menahan ketakutannya. Ia menumpahkan segalanya didada Ron. Hermione menangis.

"Aku takut, Ron" isaknya,"bagaimana kalau terjadi apa-apa denganmu? Bagaimana kalau-"

"Sssh..." ujar Ron, meminta Hermione diam,"tak akan terjadi apa-apa denganku, oke?" Ron melepaskan Hermione dan mengusap pipinya,"sebelum kau menyadarinya, aku akan kembali, sehat dan utuh. Aku bahkan tak akan membiarkan satu helai rambut pun terpotong,"

Hermione tersenyum dan menyentuh rambut Ron yang hampir mencapai pundak,"mungkin sebaiknya kau memotongnya saja, Ron,"

"Oh, ayolah, Hermione. Kau terdengar seperti ibuku. Mengomeli anak-anaknya yang memiliki rambut panjang. Charlie dan aku bisa tuli jika Mum terus-menerus mengoceh,"

"Jangan bicara tentang ibumu seperti itu, Ronald Billius!" ujar Hermione dengan nada mengancam.

Ron tersenyum dan mencubit hidung Hermione,"itu baru Hermione-ku. Ayo!" Ron menarik tangan Hermione.

"Kita mau kemana, Ron?" tanya Hermione.

"Tutup saja matamu, oke?"

Dan Hermione menutup matanya. Sebuah senyum bermain di bibirnya ketika ia merasakan sensasi disedot yang tidak asing.

"Sekarang buka matamu. Tapi, pandanglah ke atas,"

Dan lidah Hermione terasa kelu ketika ia melihat apa yang ada atasnya. Bulan bersinar begitu terang dilangit malam dengan bintang-bintang bersinar cerah. Langit malam tampak sangat indah disini.

Saat itulah Hermione merasakan angin dingin yang membuatnya merinding. Kemudian ia menyadari ia berada dimana. Ia tengah berada diatas sebuah gedung tinggi.

"Ron, kau membawaku kemana?" jerit Hermione.

"Keatap gedung. Tapi, aku tidak akan memberitahumu dimana agar kau tak bisa mencuri ideku ini,"

Hermione memukul perut Ron, membuat Ron mengaduh. Berpura-pura kesal, Hermione menyilangkan tangannya didepan dada.

Ron hanya tersenyum dan mencium Hermione tiba-tiba.

Hermione lupa segalanya. Rasa takutnya, kesalnya, namanya. Yang ia masih ingat hanya Ron. Dan ketika lidah mereka menari. Hermione terus mengatakan satu kalimat yang masih bisa ia pikirkan saat itu, dalam hati.

Aku mencintaimu, Ron. Aku mencintaimu.

Ron-lah yang pertama-tama menjauh,"Jika kita ingin berciuman sepanjang malam. Aku akan mengajakmu ke sebuah hotel,"

"Kalau begitu ayo kita pergi dari sini," pinta Hermione.

"Hermione..."

"Ayo, Ron. Ini adalah malam terakhir kita bertemu...sebelum kau pergi. Aku hanya ingin menghabiskannya bersamamu,"

"Dan kita akan menghabiskannya bersama. Hanya saja itu tidak adil bagimu, oke?" Ron menjawab dengan lembut, ia menjauh dari Hermione dan menyihir sebuah selimut dilantai beton.

"Ayo duduk," ajak Ron, menarik Hermione duduk di bawah."Aku ingin menanyakan sesuatu padamu," Ron mengeluarkan sesuatu dari mantelnya.

"Hermione, jika kau menginginkan aku menekuk satu lututku, aku akan melakukannya. bahkan jika kau ingin aku meloncati jurang aku akan melakukannya. tapi, aku yakin kau tidak akan karena kau tidak akan membunuhku, iya kan?" Ron meringis. Hermione membelalakkan matanya.

"Oke,oke, yang ingin kutanyakan adalah..." Ron membuka tangannya menampakkan sebuah kotak merah berbentuk hati dengan sebuah cincin didalamnya. Hermione menahan nafasnya, terkejut.

"Hermione Jean Granger, maukah kau menikah denganku?"

"Ron...aku.." ada begitu banyak yang Hermione ingin katakan sehingga sulit untuk mengatakannya. Ketika Hermione mendongak menatap Ron denan mata berair dan senyum lebar diwajahnya, ia menjawab,"Ya,"

Hanya itu yang dibutuhkan.

Dan Ron mencium Hermione kemudian menyelipkan cincin perak itu dijari manis Hermione, menandainya sebagai miliknya.

"Aku akan kembali dan setelah itu kita akan menikah, oke?" ujar Ron,"aku janji,"

Hermione mengangguk.

Ron melepaskan mantelnya dan menyelimuti Hermione. keduanya tidur terlentang, dengan punggung melawan lantai. Hermione meletakkan kepalanya didada Ron. Merasakan detak jantungnya dan naik turunnya dada Ron.

"Kerika aku masih kecil," ujar Ron,"aku sering sekali berkemah diluar rumah. Bersama ayahku, Bill, Charlie, Ginny, George...Fred. tapi, Percy benci berkemah. Jadi dia bersikeras tidur di rumah dan Mum selalu menemaninya,

"Setiap malam kami akan menggelar selimut seperti ini dan hanya memandang langit, memandangi bintang. Aku agak lupa sih, tapi" Ron mengangkat sebelah tangannya dan menunjukkan semacam konstelasi di langit,"itu big dipper, iya kan?"

"Hmmm..." jawab Hermione setuju, tapi ia berada di antara tidur dan terjaga. Ia bisa mendengar Ron mengoceh tentang cassiopea, sirius, dan lain-lainnya. Tapi ia tak benar-benar menyimak.

Hermione hanya merasakan Ron disana. Merasakan tubuhnya yang kuat dan hangat memeluk dirinya. Suaranya yang mengalun lembut seperti nina bobok baginya.

Tak pernah dalam hidupnya, Hermione merasa sebahagia dan sesedih ini disaat yang sama.