Five Different Ways To Say 'I Love You'
"Sorry I'm late" ; warn! gs
.
.
.
Wanita berambut hitam itu menghentakkan kakinya sekali lagi pada aspal tempat dia berdiri dari tadi. Dia sudah berkali-kali mendial kekasih kesayangannya yang sudah berjanji menjemputnya sore itu sehabis pulang dari kantor. Dia melirik ke kanan ke kiri sampai dia mendapatkan pemandangan yang ia tunggu penampakannya daritadi.
Mobil berwarna hitam mendekati tempat dimana dia berdiri tadi. Kacanya terbuka, menampakkan seorang lelaki berkulit kecoklatan yang sedang menarik nafas dalam. "Sehun? Tadi aku dicariin, udah sampai sini malah diam aja kamu nya. Masuk dong, jangan diam aja kayak begitu." katanya sambil menatap wanita itu. Wanita yang dipanggil Sehun hanya memutar bola matanya malas ke arah kekasihnya itu sambil melangkah mendekati pintu mobil.
Jongin—lelaki itu—menghela nafas melihat wajah kekasihnya yang sudah tidak enak dilihat lagi. Jongin dan Sehun hanya membisu di sepanjang perjalanan ini, tidak seperti biasanya. "Jadi, bagaimana tadi deadline cerpennya? Diterima?" Jongin memulai percakapan. Lawan bicaranya hanya mengangguk pelan. Tidak mood sekali.
"Ya, diterima." Sehun menjawab, walaupun telat sih. Tapi berhasil membuat Jongin lega karena Sehun masih ingin menjawab pertanyaannya. Tidak bisa membayangkan dia bagaimana jadinya kalau Sehun tidak membalasnya tadi.
Jongin pun terdiam lagi. Dia sebenarnya tidak tahu apa yang mau dia bicarakan dengan Sehun jika dia sedang seperti ini, takut salah ngomong katanya. Dia hanya sesekali melihat ke arah Sehun yang pandangannya lurus ke depan. Seharusnya, Jongin sudah bisa menjemput Sehun lebih awal tadi, tetapi karena hanya dia yang belum selesai mengerjakan pekerjaannya, dia dipaksa bosnya untuk menyelesaikannya hari ini. Jadi ya, Jongin baru sampai tadi.
Sehun, yang daritadi diam sebenarnya mendumel dalam hati. Dia kesal kepada Jongin yang hanya diam, bukannya minta maaf karena sudah datang telat menjemputnya, jika dia bisa marah-marah sekarang, dia ingin sekali. Tetapi sayang, Sehun sedang tidak mood marah-marah. Andaikan Jongin datang lebih awal dan tidak merusak mood Sehun, Sehun ingin menceritakan apa yang dikatakan publisher tadi tentang ceritanya. Tapi ya mau bagaimana lagi, salah Jongin sendiri kenapa dia merusak mood Sehun yang tadinya cerah menjadi gelap?
"Hun." Jongin memanggil Sehun. Tidak dijawab. Mulutnya gatal sebenarnya, ingin mengutarakan permintaan maaf kepada Sehun. Tapi dia belum sadar dia salah apa (atau memang Jongin saja yang terlalu gengsi untuk minta maaf. Jadi dia mengurungkan niatnya untuk minta maaf.
Melihat Sehun yang tidak menjawab panggilannya, dia pun menghela nafas lagi. Sudah berkali-kali Jongin menghela nafas, bosan dia dengan acara berdiam diri berjama'ah bersama Sehun. Ingin rasanya dia memeluk Sehun seperti biasanya, dengan Sehun yang mengoceh tidak jelas.
Tapi mungkin dewi fortuna sedang senang dengan Jongin, rumah Sehun sudah dekat. Jongin pun berhenti di dekat rumah Sehun. Dia sengaja sebenarnya tidak berhenti di depan rumah Sehun. Agar dia punya kesempatan berbicara dengan Sehun.
"Hun, sudah sampai, nih. Kamu mau aku antar ke dalam atau sampai depan pintu saja?" Jongin bertanya sambil melirik ke arah Sehun.
"Depan rumah saja. Gak usah sampai dalam, ngerepotin nanti." Jawab Sehun sambil berjalan keluar. Ah, Jongin senang sekali. Itu kalimat terpanjang yang diucapkan Sehun kepadanya hari ini. Dia pun tersenyum.
"Yasudah, ayo, aku antar keluar." Kata Jongin sambil menarik pergelangan tangan Sehun keluar mobil. Ternyata, saat Sehun berbicara tadi, Jongin sudah keluar duluan.
Sehun dan Jongin pun berjalan ke arah rumah Sehun. "By the way, Hun." Jongin melirik kearah Sehun, yang masih diam daritadi. "Sorry I'm late." Katanya sambil mengalungkan tangannya di bahu Sehun. Sehun tersenyum kecil mendengar Jongin berucap seperti itu.
"Akhirnya sadar juga ya kamu salahnya apa, jadi ikut senang aku." Sehun berkata sambil tertawa kecil. Jongin pun tersenyum lebar, jadi Sehun marah dengannya karena dia telat.
Tak terasa, Jongin dan Sehun sudah sampai di depan rumah Sehun. Jongi n pun melepaskan tangannya dari bahu Sehun. "Kalau aku tinggal sampai sini, gak apa-apa kan? Masih ada yang harus aku kerjain." Jongin mengacak surai Sehun pelan.
Sehun tersenyum kecil. "Nggak apa-apa kok. Yasudah sana, kamu selesain dulu, habis itu langsung pulang ya, jangan sampai kelelahan." Jawab Sehun sambil perlahan berjalan menuju pintu rumahnya.
"Siap, bu." Ucap Jongin sambil tertawa. Melihat Sehun sudah tidak ada lagi di depannya, dia pun perlahan berjalan menjauhi rumah Sehun. Dasar Oh Sehun, mood dan orang sama saja, labil.
