Disclaimer: Harry Potter © J.K. Rowling. I gain no financial advantages by writing this.
Characters: Albus Potter/Josie Nott (OC), Lily Luna Potter, James Sirius Potter
Warning: Setting: Canon dengan beberapa fakta kanon yang diubah dan dimodifikasi sesuai keinginan penulis. Bisa dibaca tanpa harus membaca FATE yang sebelumnya. Including some OCs. POV berganti-gantian setiap bab.

Enjoy!


FATE: Beyond the Boundary
© qunnyv19

.

Prologue
Albus


Namanya Josie Nott. Dia seorang gadis yang sulit ditebak tingkah laku selanjutnya walaupun aku termasuk pemuda yang mudah membaca ekspresi orang-orang.

Beberapa bulan yang lalu, kami mengalami hal-hal yang tak pernah kuduga sekali pun. Terungkapnya pembunuhan Hugo karena kecemburuan yang belebihan hingga terjadinya tindakan brutal yang mencelakakan orang lain.

Pembunuhan yang dilakukan Josie adalah rahasia antara aku, Josie, Rose dan Malfoy. Kenapa dua nama terakhir bisa ikut terlibat, ceritanya cukup panjang, jadi aku tak akan menceritakan kembali. Yang jelas, solusinya sudah kutemukan dan permasalahannya sudah selesai.

Perbuatan ini menimbulkan efek domino. Adik perempuanku, Lily Potter, mengalami shock berat karena terbunuhnya salah satu sepupu terdekatnya sehingga dia harus mendekam di St. Mungo selama lebih dari lima tahun tanpa perkembangan yang berarti. Penyembuh di St. Mungo sudah mencoba beberapa cara namun tetap tak ada hasil. Orangtuaku berdebat mengenai ingin mengirim Lily ke luar negeri untuk mencari orang yang bisa me'nyembuh'kannya (Mum) sementara argumen lain mengatakan bahwa Lily harus tetap di sini agar lebih mudah dijangkau (Dad). Aku dan James menyetujui usul Dad, sehingga Lily masih berada di St. Mungo sampai saat …

… aku pulang untuk libur Natal.

Itu kabar yang mengejutkan. Harusnya aku merasa senang, tapi aku tidak merasa demikian. Hubunganku dengan Lily tak begitu baik, rasanya janggal kalau ada dia di rumah. Aku menjenguknya hanya ketika aku berada di luar Hogwarts. Sikapnya tak pernah melunak ketika aku menjenguk.

The Burrow ramai sekali saat aku berada di sini. Rose memutuskan untuk ke sini tiga hari yang akan datang. Sebagai anak yang mempunyai standar tinggi untuk diri sendiri—aku—tidak akan pernah mengabaikan acara-acara penting terutama yang melibatkan keluarga. Aku tidak menyalahkan pilihan Rose, dia memang sulit berkomunikasi dengan sepupu-sepupu yang lain.

Aku tersenyum kepada setiap orang dan menyapa dengan sopan kepada siapa pun yang berada di dekatku. Aku mencapai tengah ruangan dan melihat beberapa orang yang mengerumuni sesuatu. Atau seseorang. Karena firasatku mengatakan, orang yang berada di tengah adalah adikku.

Firasatku tak pernah salah.

Louis dan Fred—dua sepupuku yang lain—langsung membuka jalan ketika melihatku. Aku tersenyum kepada mereka sebagai ucapan terima kasih dan mendekat kepada seseorang yang duduk di atas sofa dengan kedua kaki tertekuk rapat. Rambut panjangnya yang mencapai pinggang digerai begitu saja. Matanya menatap langsung padaku.

"Halo, Lily."

Hubungan kami tak pernah baik. Aku tak yakin dia akan membalas sapaanku. Aku mengulurkan tangan, berhendak untuk memberikan selamat atas dia yang sudah keluar dari St. Mungo, tapi ia tak tertarik untuk membalas tanganku yang terulur ke depan.

Dia masih memperhatikanku tapi tak mau berbicara apa pun. Kata sepupuku yang lain, ia sudah mau berbicara sedikit demi sedikit. Kalau dia memilih untuk berdiam jika ada aku … kenapa aku ambil pusing? Sebenarnya memang ini yang kuharapkan karena akan terasa canggung jika kami berbicara akrab. Aku tersenyum lagi dan berbalik meninggalkannya.

"Al."

Seseorang menepuk bahuku. Aku menoleh. James Potter. Ia menarikku ke sudut yang lain. Beberapa orang menghampiri kami. James membalas mereka dengan senyum ramah dan tawa ceria. Aku memberikan senyum sopanku seperti biasa, dan kemudian kami harus mencari tempat yang tak mengundang banyak perhatian.

"James, ada sesuatu yang ingin kaubicarakan?"

"Kau tahu—pembicaraan antar saudara laki-laki."

Hubunganku dengan James tak seburuk hubunganku dengan Lily, tapi rasanya tetap renggang dibandingkan kedekatanku dengan sepupu yang lain, Rose Weasley.

Sekarang kami berada di luar, cukup jauh dari jangkauan orang-orang yang ingin memanggil kami. Udara dingin langsung menerpa kami. Diam-diam aku menyusupkan tangan ke dalam saku mantel untuk memegang tongkat sihir dan memberikan mantra penghangat untuk tubuhku.

James berbicara dengan pelan; tak seperti kepribadiannya yang berisik dan ramah.

"Apa Lily sudah bicara denganmu?"

Aku menghilangkan senyum yang daritadi berada di wajahku. "Aku sudah berusaha untuk mengajaknya bicara."

Ia menghela napas panjang. "Sebenarnya ia sudah bisa keluar dua minggu yang lalu. Mum bersikeras mengecek Lily dan prosedur di St. Mungo selama satu minggu penuh, baru akhirnya ia bisa keluar dari sana. Dad mungkin belum memberitahumu soal ini, tapi ia memberitahuku sesuatu soal kebiasaan Lily yang … aneh."

Aku memang tidak punya kesempatan untuk bicara dengan Mum ataupun Dad hari ini, karena ramainya acara penyambutan Lily Potter yang menyibukkan mereka berdua. Bahkan saking ramainya, suara pesta bisa terdengar sampai jarak di mana aku dan James sedang berdiri.

Dilihat dari caranya berbicara, ini permasalahan yang cukup serius. Maksudku, aku sedang berhadapan dengan James Sirius Potter, dan kalau dia sudah merendahkan nada bicaranya berarti ini sangat serius.

"Lanjutkan."

"Lily sering berbicara sesuatu yang abstrak … namun terjadi tak lama setelahnya. Pertama kali keluar dari gedung St. Mungo, ia berkata—aku dapat info ini dari Mum—'anak yang malang akan tertimpa' dan tak lama kemudian, mereka menemukan anak kucing yang tertimpa tong sampah Muggle. Memang sepele, tapi persis. Dan berikutnya … hal-hal aneh terus berulang. Jangka waktunya bisa 5 menit, 45 menit, 24 jam, dan yang paling lama 4 hari."

Ini menarik.

Seolah-olah dia memang bisa meramal sesuatu. James terus mengoceh.

"Dad bilang, kalau ini terus terjadi, bisa-bisa Lily dapat melihat masa depan padahal ia baru saja membaik. Ada satu solusi yang diucapkan Dad, dan ini masih ingin didiskusikan dengan Mum dan—"

Ia berhenti bicara dan menoleh ke belakang. The Burrow yang tadinya ramai kini sunyi sekali. Kami saling memandang satu sama lain dan kemudian mengangguk, melangkah menuju ke dalam dengan hati yang tak keruan.

Suasana di dalam memang hening. Kemudian aku melihat Dad yang berada di sisi Lily. Kerutan di dahinya sangat dalam dan ia sedang memegangi Lily yang duduknya menyorot di sofa. Matanya terpejam. Ketika melihat kami, ia langsung berucap, "James! Al!"

Kami melihat Dad dan Lily bergantian.

"Lily pingsan mendadak," seseorang di dalam ruangan menjelaskan pada kami. Aku tak perhatikan siapa. Ketika James ingin mendekat, aku menahan pergelangan tangannya. Ada yang tak beres dengan ini.

Lily bangun perlahan dan entah kebetulan atau sengaja, matanya kembali bertemu denganku.

Ia berkata sesuatu dengan perlahan namun terdengar jelas di suasana yang sepi seperti ini.

"Ada korban karena suatu janji."

Ia masih menatapku dan aku tak bisa mengalihkan pandangan. Untuk pertama kalinya aku merasa tak bisa berbuat apa-apa di tengah banyak orang, padahal biasanya aku bisa mengontrol diriku sendiri.

Yang lain ikut-ikutan melihat ke arahku. Peganganku pada James mengendur dan James menolehkan kepalanya bergantian ke aku dan Lily.

Sesuatu yang abstrak dan akan terjadi setelahnya.

Aku mengeluarkan senyum. Senyum yang tidak biasa. Tarikan bibir yang lebih rendah dan tatapan tajam ke arah Lily.

Ternyata, takdir sangat suka mempermainkanku.

.

.

.

to be continue.

.

.

.

notes:

haaaay! untuk pembaca yang sudah membaca FATE sebelumnya, pasti sudah tahu soal pembunuhan Hugo. dan untuk yang belum membaca, well, selamat datang, semoga masih bisa dimengerti plotnya.

saya ingin berterimakasih kepada kalian yang memberikan review pada epilog di FATE: Between Seditious and Karma. lagi-lagi kalian berperan sebagai motivator sehingga saya mau menulis lanjutannya.

masih dengan ciri yang sama: POV yang berganti-gantian dan selipan misteri sebagai dasar utama dan tentunya ada romance. kali ini tokoh utamanya … Albus/Josie \o/

harapan saya juga masih sama: semoga bisa cepet kelar XD

trims yang sudah mau baca (apalagi review + fav + alert) ^^

love,
qunnyv19