Bacalah petunjuk di bawah ini terlebih dahulu sebelum membaca.
You have been warned !
..
..
Title: See You On The Other Side
Chapter: 1 of 2
Length: Two shots
Pairing: YunJae ( YunHo x JaeJoong )
Warning: 18+, OOC, typos, genderswitch for UKEs, DLDR ..
.
No bashing ! No flame !
FF ini saya persembahkan untuk Cassie/fans yang mencintai DB5K/TVXQ5/Toho5hinki
Please respect my fan fiction. Enjoy the story, people~
.
.
~ Enam puluh tahun yang lalu ~
.
Daratan itu sangat luas dan ditumbuhi banyak tanaman, antara lain rumput-rumput liar dan bunga-bunga liar. Tapi itu tidak mengurangi keindahannya. Beberapa binatang seperti kuda dan rusa dibiarkan bebas berkeliaran. Aktivitas pagi sudah mulai tampak di sebuah pulau yang terletak di sebelah tenggara Republik Korea Selatan itu. Mayoritas penduduknya bermata pencaharian bertani dan beternak. Mereka mengirimkan hasil pertanian dan peternakan mereka ke Korea daratan melalui kapal feri yang berangkat tiap malam. Jarak yang ditempuh melalui lautan pun hanya sekitar satu jam saja. Alam pulau tersebut sangat indah, bahkan mungkin paling indah di seluruh penjuru Korea Selatan. Beberapa kuil peninggalan dinasti Joseon masih dirawat dengan baik oleh pemerintah setempat.
Satu yang paling mencolok dari pulau tersebut adalah pantainya. Pantai indah berpasir putih dan bersih karena pemerintah selalu menjaga kebersihannya. Di sisi sebelah selatan terdapat tebing-tebing tinggi yang terjal dan terbentuk secara alami. Pantai ini secara khusus dan pulau secara umum menjadi obyek wisata. Pengunjungnya kebanyakan berasal dari wilayah kota-kota besar yang ada di Korea misalnya Seoul, Busan atau Incheon.
Pada tahun lima puluhan hanya ada satu hotel untuk menampung semua wisatawan yang datang. Ya, hotel tersebut merupakan satu-satunya hotel yang ada di sana pada saat itu. Hotel itu dimiliki oleh keluarga Choi, keluarga paling kaya yang hidup di pulau tersebut. Pada masa tersebut wisatawan belum terlalu banyak sehingga di hotel pun kadang masih banyak kamar yang kosong dan belum terisi.
Pemerintah lokal masih belum terlalu mengembangkan sumber daya wisata yang ada disitu. Hal ini dikarenakan jumlah orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan wisata alias mempunyai cukup uang, masih sedikit. Hal ini karena kondisi ekonomi di Korea Selatan yang masih "memulihkan diri" pasca "perpisahan" dengan "saudara kandung"-nya yaitu Korea Utara.
Seperti biasa pagi hari dimulai dengan suara kokok ayam jantan membangunkan penduduk. Bagi penduduk yang memiliki hewan ternak, mereka segera bergegas menuju ke kandang binatang piaraan masing-masing. Ada yang membersihkan kandang, ada juga yang memberi makan binatang-binatang tersebut. Beberapa sapi dan ayam dibiarkan bebas berkeliaran di halaman sehingga menyebabkan suasana meriah di halaman.
Seorang gadis cantik tampak menyusuri kandang-kandang ayam sambil membawa sebuah keranjang. Kim Jaejoong, gadis berusia sembilan belas tahun itu berjalan sambil berdendang kecil. Kaki-kaki mungilnya melangkah dengan penuh semangat menuju salah satu kandang ayam. Perlahan dibukanya kandang ayam yang paling besar. Kokok ayam bersahut-sahutan menyambutnya. Dua ekor ayam tampak berlarian keluar ketika melihat pintu dibuka.
"Eits! Kalian mau kemanaa?" seru Jaejoong kepada dua ekor ayam tersebut seolah-olah mereka mengerti bahasa manusia. Jaejoong hanya menggeleng-gelengkan kepala. Dua ekor ayam betina yang keluar kandang tadi memang dikenal sebagai ayam yang sering kabur dari kandangnya, jadi Jaejoong sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini. 'Uh kotor sekali,' keluh Jaejoong dalam hati sambil mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kandang. Sebetulnya tempat itu tidak bisa disebut kandang, melainkan serupa gudang berukuran sekitar delapan kali sepuluh meter. Gudang tersebut berisi rak-rak yang ditutupi jerami sebagai tempat ayam-ayam itu tidur (?) di malam hari. Keluarga Jaejoong memang memiliki peternakan kecil tempat mereka memelihara ayam dan sapi untuk dijual ke pasar.
Kim KangIn dan Kim Leeteuk hanya memiliki dua orang anak yang semuanya yeoja, Kim Jaejoong dan adiknya yang berusia lima belas tahun, Kim Taeyeon. Padahal biasanya yang bekerja di peternakan adalah para namja. Mereka harus mengurusi ternak, memasang pagar dan berbagai pekerjaan kasar lainnya. Lalu siapa yang bekerja di peternakan milik Kim? Orang tersebut baru akan memasuki gudang tempat ayam-ayam berada ketika sesuatu yang keras menghantam wajahnya.
"Ouch!"
Teriakan kesakitan terdengar dari mulutnya ketika pintu gudang tiba-tiba membuka dan menghantam kepalanya. Dia terhuyung ke belakang sambil memegangi jidatnya. Untung saja dia memiliki keseimbangan tubuh yang cukup baik hingga tidak sampai terjatuh. Tak lama terdengar suara jeritan yeoja yang memecah keheningan pagi di kandang ayam tersebut.
"Kyaaaa!" Jaejoong menjerit sambil melepas pegangan tangannya dari pintu gudang. Dia terlalu kaget karena pintu yang sedang dibukanya itu tiba-tiba membentur sesuatu dan terdengar suara orang mengaduh.
"Mi... mian oppa~ aku tidak melihatmuuu~" seru Jaejoong ketika melihat orang tersebut hampir saja jatuh terhuyung ke belakang kalau saja dia tidak memiliki keseimbangan yang bagus setelah kepalanya dihantam oleh kayu pintu yang keras.
Namja yang kepalanya terhantam tersebut segera menegakkan dirinya di hadapan yeoja cantik yang merupakan anak majikannya. Matanya terasa berkunang-kunang dan jidatnya tentu saja masih sakit, tapi biar bagaimanapun dia harus bersikap cool di depan yeojachingu-nya sendiri bukan?
Yeojachingu?
Kim Jaejoong menjalin hubungan dengan Jung Yunho yang merupakan pekerja di peternakan milik ayahnya. Dan siapakah Jung Yunho? Dia adalah anak kedua dari tiga orang bersaudara. Mereka bertiga yatim piatu karena kedua orang tua mereka meninggal sewaktu terjadi Perang Korea. Namja bermata musang ini mempunyai dua orang saudara yaitu seorang hyung bernama Yonghwa yang sudah menikah. Adik perempuan Yunho bernama Jung Sooyeon. Dia seumuran dengan Jaejoong. Mereka berdua tidak terlalu akrab meski bersekolah di tempat yang sama. Baik Yunho, Sooyeon dan Yonghwa beserta istrinya tinggal dalam satu rumah. Istri Yonghwa dan Sooyeon sama-sama tidak bekerja, hal yang sangat umum di Korea pada tahun 50-an.
Pada tahun lima puluhan sudah sangat biasa sekali bahwa anak yeoja tidak melanjutkan pendidikan setelah lulus sekolah. Biayanya sangat mahal karena universitas kebanyakan hanya ada di ibukota Seoul. Lagipula para keluarga pada jaman itu menganggap anak gadis tidak perlu bersekolah tinggi-tinggi.
"Se... selamat pagi, Jaejoong," sapa Yunho kepada Jaejoong. Wajahnya sedikit mengernyit karena menahan sakit dan pusing. Yang disapa tidak menjawab sapaan itu melainkan sibuk menutup mulutnya supaya tidak berteriak. Jaejoong sangat khawatir melihat wajah kesakitan Yunho dan jidatnya yang memerah. Bahkan mulai membengkak akibat benturan yang keras dengan pintu tadi. Butir-butir air mata pun mulai bermunculan di sela-sela bulu matanya.
"Hiks... hiks..."
Yunho yang melihatnya tentu saja bingung. "Jo... Joongie?" Kenapa kekasihnya ini tiba-tiba saja menangis? Bukankah Yunho yang kesakitan? Seharusnya dia yang menangis, bukan Jaejoong.
Jaejoong masih saja mengusap matanya sambil sesenggukan. "Hiks... Oppaaa... Mian... Jidatmu pasti sakit ya hiks..." isaknya tanpa henti. Yunho hanya berdiri sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Bingung jika berhadapan dengan yeoja yang sedang menangis.
"Jongie, sudahlah. Jangan menangis. Oppa tidak apa-apa," ujarnya menenangkan.
"Tapi oppa~ lihatlah jidatmu jadi merah dan bengkak huhuuuu~"
Jaejoong masih saja terisak. Tapi kali ini sudah mulai reda dan dia sudah tidak mengucek-ucek matanya lagi. Tapi kedua bola matanya masih memerah dan sisa-sisa air mata masih bersarang di bulu matanya yang lentik. Bibirnya gemetar menahan diri supaya tidak menangis lagi. Kelopak matanya mengerjap-ngerjap dengan lucu. Yunho menghela napas. Kekasihnya sangat menggemaskan dalam keadaan menangis seperti ini. Tangannya terangkat dan hendak menghapus air mata Jaejoong ketika sebuah suara cempreng terdengar di kejauhan.
"Unnie! Oppa!"
Adik perempuan Jaejoong, Taeyeon, berjalan cepat menuju ke arah mereka. Dia mengenakan seragam sekolah. Rambutnya dikepang dan diberi pita berwarna pink. Kedua tangannya masing-masing memegang sebuah keranjang yang biasanya digunakan untuk menampung telur ayam yang akan dijual. Yunho menurunkan tangannya dari wajah Jaejoong ketika melihat Taeyeon berjalan ke arah mereka. Sedangkan wajah Jaejoong sendiri semakin memerah karena perlakuan Yunho. Sebagian lagi merasa takut akan ketahuan Taeyeon atau anggota keluarga Kim yang lain. Ya. Yunho dan Jaejoong memang menjalin hubungan dengan diam-diam.
Pada masa itu rata-rata anak gadis tidak memilih sendiri pemuda yang menjadi kekasih mereka. Perjodohan sudah menjadi hal yang biasa. Sesudah lulus sekolah pun biasanya mereka langsung dinikahkan jika ada pemuda yang berminat meminang anak gadis dari suatu keluarga.
Hubungan mereka baru terjalin selama sebulan meski Yunho sudah bekerja di peternakan keluarga Kim selama dua tahun. Seperti layaknya penduduk pada masa itu, mereka tidak terlalu agresif atau terang-terangan jika ingin membina hubungan dengan gadis yang disukainya, termasuk Yunho juga. Apalagi Jaejoong juga masih berusia tujuh belas tahun ketika Yunho pertama kali berkenalan dengannya.
Wajah Taeyeon sedikit memerah ketika berlari kecil menghampiri Jaejoong dan Yunho. Dan semakin bertambah merah ketika melihat pemuda yang bekerja pada ayahnya tersebut sudah berada di peternakan pada pagi hari seperti ini. "Annyeong oppa," sapanya Taeyeon malu-malu sambil menundukkan wajahnya sedikit. Dia meletakkan kedua keranjang itu di tanah.
"Annyeong Taeyeon-ah. Sedang apa?"
"Ah ini... aku disuruh umma membawa keranjang untuk mengambil telur... untuk persediaan di dapur..." Taeyeon berkata pelan sambil memelintir tali tas tuanya. Gadis berusia lima belas tahun itu tampak gugup berada di dekat pemuda bertubuh tegap yang sedang bersama unnie-nya tersebut.
"Gomawo Taeng. Sekarang berangkatlah ke sekolah. Nanti kau terlambat. Aku akan segera mengumpulkan telur untuk umma," tukas Jaejoong sambil mengambil kedua keranjang itu. "Baiklah unnie. Aku berangkat sekarang." Taeyeon berpamitan kepada unnie-nya. Dia sedikit menganggukkan kepala kepada Yunho. "Hati-hati di jalan," ucap Yunho sambil tersenyum. Pipi Taeyeon semakin bersemu merah. Dia membalikkan badan dan berjalan cepat-cepat menuju sekolah.
"Aahh, dia sangat imut ya," ujar Yunho tanpa sadar sembari melihat sosok Taeyeon yang semakin menghilang di kejauhan.
Jaejoong cemberut. Tanpa bicara apapun dia berlalu dan membawa dua keranjang itu ke dalam gudang. Segera dia mengambil telur-telur dari rak-rak tempat ayam berada. Telur-telur malang yang tidak bersalah itu dihempaskan dengan sedikit keras ke dalam keranjang. Setelah selesai melakukan pekerjaannya, dia berjalan menuju dapur rumah tanpa menghiraukan Yunho yang kebingungan.
"Wae?" tanya si pemuda dengan bingung. Rasanya dia tidak melakukan sesuatu yang salah bukan?
Jaejoong semakin cemberut dan mempercepat langkahnya. Kenapa Yunho tidak sensitif sekali? Karena tidak berhati-hati, dia tidak melihat ada batu di depannya dan tersandung. Kedua keranjang yang dibawanya terjatuh. Telur-telur yang memenuhi keranjang sebagian terlempar keluar dan jatuh di tanah. Tentu saja telur-telur itu langsung pecah.
"Joongie!" Yunho kaget ketika Jaejoong tiba-tiba jatuh. Mulanya dia pikir kaki Jaejoong terbelit roknya yang panjang. Tapi kemudian dia melihat sebuah batu yang tertutup rerumputanlah yang menjadi penyebabnya. "Hiks..." Jaejoong menangis untuk kedua kalinya hari ini. Telapak tangannya sedikit lecet dan penuh tanah karena tadi digunakan untuk menopang tubuhnya yang jatuh. Satu yang paling dikhawatirkan Jaejoong adalah telur-telurnya. Sebagian telur-telur itu pecah karena jatuh berhamburan di tanah. "Hiks~ aku pasti dimarahi umma nanti."
"Kau tidak apa-apa?" Yunho berjongkok di sebelahnya. Wajahnya terlihat khawatir.
"Appo~ hiks~" Jaejoong sudah lupa bahwa dia tadi sempat marah kepada Yunho. Yang dipikirkannya sekarang hanyalah telur-telur ayam yang harus dibawanya ke dapur.
"Kau bisa berjalan sendiri kan?" tanya Yunho sambil membantu Jaejoong berdiri.
"Umm~"
Jaejoong mengangguk. Untung saja dia memakai rok panjang jadi kakinya tidak lecet terkena gesekan dengan tanah. Meski demikian, lututnya tetap saja sakit karena terjatuh.
"Ayo. Kuantar kau ke dapur menemui Kim ahjumma." Yunho pun mengambil kedua keranjang yang jatuh di tanah dan mengumpulkan telur-telur yang masih bagus.
Mereka berdua berjalan menuju ke dapur "Ada apa Joongie?" tanya Leeteuk khawatir ketika kedua orang itu sampai di dapur keluarga Kim. Wanita paruh baya itu melihat putrinya berjalan tertatih-tatih. Sebagian roknya terkena noda tanah.
"Jaejoong terjatuh, ahjumma," jelas Yunho sambil meletakkan keranjang berisi telur di meja dapur. Dia berdiri sambil menunggu Leeteuk mengatakan sesuatu.
Mata Leeteuk membulat. "Bagaimana bisa?" tanyanya sambil mengangkat keranjang dan mulai menghitung telur-telur yang ada di dalamnya. Jaejoong memandangnya dengan sedih. Telur-telur itu hasil kerja kerasnya mengurusi ayam-ayam milik keluarganya. Sekarang rusak dan tidak bisa digunakan karena Jaejoong tidak berhati-hati ketika berjalan.
"Sudahlah umma. Jaejoong kurang berhati-hati tadi. Maafkan Jaejoong." Dia menunduk, merasa bersalah.
Leeteuk menghela napas. "Baiklah Joongie. Lain kali kau harus hati-hati. Dan kau Yunho, kembalilah bekerja." ujarnya memberi perintah kepada pekerjanya tersebut.
"Baik ahjumma. Saya pamit dulu." Yunho mengangguk dan bergabung bersama hyung-nya di peternakan untuk mengerjakan tugas mereka sehari-hari.
Sore hari ketika sudah selesai mengerjakan semua tugasnya, Jaejoong biasanya akan duduk-duduk di beranda. Pada waktu itu sarana hiburan seperti TV masih jarang dimiliki oleh penduduk, termasuk juga keluarga Kim. Daripada bosan tidak ada kerjaan, dia duduk-duduk di beranda, minum teh dan makan camilan sambil menunggu Leeteuk memanggil untuk membantunya menyiapkan makan malam.
Sebelum berpacaran dengan Yunho, Jaejoong duduk-duduk di depan rumah hanya untuk mengisi waktu luang. Tapi sebulan terakhir ini Jaejoong juga mempunyai tujuan lain: menunggu Yunho selesai bekerja mengurusi peternakan keluarganya. Yunho akan lewat depan rumah keluarga Kim dimana Jaejoong sudah menantinya. Setelah itu mereka akan menghabiskan waktu berbincang-bincang di bawah pohon yang berada sekitar seratus meter dari rumah keluarga Kim. Yunho tidak pulang bersama Yonghwa karena hyung-nya itu sudah pulang duluan. Yunho selalu beralasan akan bertemu temannya jadi pulang terlambat. Setiap hari seperti itu.
Jaejoong sudah menunggu Yunho hampir setengah jam lamanya ketika pemuda itu muncul di kejauhan dan melambai padanya. Dia memeriksa kembali penampilannya di cermin kecil yang selalu dibawanya kemana-mana: syukurlah wajahnya tidak berminyak dan rambutnya masih rapi terkepang. Jaejoong meninggalkan piring di meja dan berjalan ke arah kekasihnya.
"Annyeong oppa~" Dia berdiri dalam jarak dua meter dari Yunho. Pipinya yang putih bersih tiba-tiba bersemu merah ketika menyapa Yunho. Kedua tangannya merapat di depan tubuhnya, terlalu gugup. Meski demikian, hatinya berdebar-debar karena gembira bisa bertemu dengan kekasih tercinta.
"Jaejoongie..." angguk Yunho. Dia pun sedikit gugup tapi wajahnya nampak biasa saja. Biar pun setiap hari bertemu Jaejoong, rasanya dia tidak akan pernah bosan.
Mereka berdua hendak menuju ke padang rumput yang biasa menjadi "tempat kencan" mereka. Letaknya sekitar sepuluh menit dari rumah Jaejoong. Mereka segera menuju ke bawah pohon tempat mereka biasa berdiri. Lokasinya sepi dan jarang dilewati orang.
"Aku... aku membawakanmu sesuatu." Yunho sedikit malu ketika mengatakan itu. Dengan ragu dia memberikan bungkusan berwarna coklat kepada Jaejoong. Kedua tangannya berkeringat.
Mata Jaejoong membulat. Hatinya berdebar-debar. Hadiah apakah yang akan diterimanya? Dengan tidak sabar dia membukanya.
"Pelan-pelan saja membukanya~" Yunho tersenyum melihat antusiasme yeoja di depannya sekaligus kuatir apakah Jaejoong akan menyukai hadiahnya?
"Oh!"
Jaejoong menarik sebuah syal dari dalam bungkus tersebut. Syal itu berwarna kuning dan hijau, warna yang cocok untuk musim gugur seperti sekarang ini. Dielusnya syal itu. Bahannya tebal dan lembut. Tanpa ragu Jaejoong memakainya di leher.
"Bagaimana penampilanku, oppa?" tanyanya malu-malu sambil menunduk.
Yunho tertegun. Syal berwarna kuning hijau dengan lembut membungkus leher Jaejoong yang putih. Warna syalnya juga cocok dengan kemeja berwarna krem yang dipakainya. Tapi yang lebih membuatnya terpana adalah semburat merah di pipi gadis itu.
"Jaejoongie-ku selalu cantik di mataku." Dielusnya pipi Jaejoong dengan buku-buku jarinya. Semburat itu tampak semakin merah.
"Bohong!" Jaejoong membalikkan badan tiba-tiba. "Oppa tadi pagi bilang bahwa Taeyeon imut!" Dia merajuk sambil mengerucutkan bibir. Kedua lengannya terlipat di depan dada.
Yunho menggaruk-garuk kepalanya. Kenapa mood yeoja suka sekali berubah? Tadi Jaejoong masih bersikap malu-malu. Sekarang dia malah marah karena ingat perbuatannya tadi pagi yang memuji Taeyeon adiknya.
"Hmm, memang iya sih Taeyeon imut. Tapi kalau Joongie cantik. Benar-benar cantik."
Yunho mendekat. Jaejoong bisa merasakan sosoknya yang tinggi besar di belakangnya. Tubuhnya gemetar. Hatinya berdebar. Oppa-nya ini selalu bisa merayunya. Jaejoong tidak bisa marah lama-lama padanya. Apalagi ketika Yunho perlahan memeluknya dari belakang seperti ini.
"Oppa..."
"Sshh... Biarkan aku menikmati ini, Joongie..." pinta Yunho.
Jaejoong mendesah. Angin musim gugur yang dingin berhembus di sekeliling mereka. Meniup rok sepanjang betis yang dipakainya. Suasana sore ini sangat hening, tidak ada orang di sekeliling mereka karena mereka berdua berdiri di kerimbunan pohon, berusaha untuk tidak terlihat siapa pun. Beginilah tiap hari jika mereka sedang bertemu. Mereka akan melakukannya diam-diam supaya tidak ketahuan.
Sebulan yang lalu Yunho mendapat keberanian untuk menyatakan cinta kepada Jaejoong. Gayung pun bersambut. Jaejoong ternyata juga menyukainya dan dia menerimanya. Ternyata sudah lama Jaejoong suka padanya, tepatnya mulai dua tahun lalu sejak pertama kali Yunho bekerja di peternakan keluarga Kim. Namun pada waktu itu tabu bagi yeoja untuk menyatakan cinta duluan.
Pandangan Jaejoong menerawang ke padang rumput yang ada di sekitar mereka. Dia mendesah. Dulu padang rumput ini begitu luas. Tapi sekarang lokasinya semakin sempit karena adanya pembangunan sebuah losmen untuk turis. Di sebelah barat padang tersebut ada jurang yang langsung menyambung ke hutan.
Setelah sekian lama, waktu pun berlalu dan saatnya Jaejoong kembali ke rumah. Matahari akan terbenam dan angin dingin semakin kencang berhembus. Sebelum berpisah, Yunho akan mencium kening Jaejoong seperti biasanya. "Pakailah yang benar. Udaranya dingin sekali." Yunho merapatkan syal yang dipakai Jaejoong.
Jaejoong memandangnya dengan malu dan berkedip-kedip lucu. Namja itu menghela napas. Jaejoong adalah separuh napasnya. Jika uangnya sudah terkumpul, Yunho akan memberanikan diri berbicara kepada keluarga Kim dan melamarnya.
"Ah!" Yunho menjentikkan jarinya. Jaejoong ikut terkejut. "Akhir pekan ini ada pasar malam di dekat hotel Choi. Maukah kau pergi bersama oppa?"
Mendengar itu wajah Jaejoong berbinar-binar. Pasar malam yang diadakan tiga bulan sekali merupakan ajang muda mudi di Pulau Jeju untuk berkumpul dan bersenang-senang. Mall waktu itu belum ada disana.
"Tapi aku takut nanti appa tidak memberiku ijin kesana," ujar Jaejoong dengan sedih. Kim KangIn, appa-nya, memang terkenal keras terhadap kedua anak gadisnya.
Atas alasan ini pula Jaejoong belum berani memberitahukan perihal hubungannya dengan Yunho kepada kedua orangtuanya, terutama appa-nya.
"Kau ajak saja Taeyeon," usul Yunho.
"Boleh juga. Baiklah oppa. Sampai berjumpa disana."
.
~ TBC ~
.
.
April-18-2013
.
Chapter 1 ini menceritakan tentang kisah YunJae di tahun 1950-an. Untuk chapter 2 akan ada penambahan setting waktu di masa kini dan penambahan tokoh juga.
Jangan lupa baca juga cerita saya yang lain:
- "Love Me, Love Me Not" (MinJae, yaoi, BL, 18+)
- "The Way You Are" (HoMin, genderswitch, 18+)
- "Yunnie! Marry Me!" (YunJae, yaoi, BL, 21+)
Last but not least, RnR please ^_^ Terima kasih.
.
-Nina-
Twitter: ninanutter (NO FOLLOWBACK but I do reply mentions)
Tumblr: ninanutter116
.
