Chikushou

Naruto © Masashi Kishimoto

Author: Koru-kun

Disclaimer: Naruto belongs with Masashi Kishimoto. Other products her belongs with someone outside there. This Fanfiction belongs with Koro-kun. I get no material profit by write this Fanfiction, so feel free to read.

Warning : AU, OC, OOC. Typos everywhere~~

Happy Reading(^.^)


Chapter 01 [Chikushou]


Uchiha Sasuke menatap tanpa belas kasih pria dibawahnya yang kini tengah merintih menahan rasa sakit. Luka tebasan pedang di perut membuatnya semakin menderita.

Tak jauh berbeda, beberapa orang di sekitarnya juga mengalami nasib yang serupa. Bedanya, hanya dirinya lah yang masih hidup sedangkan rekan-rekannya telah menemaui ajalnya beberapa menit yang lalu.

"Sakamoto Ryuuchi… Nuke-nin Iwagakure. Kau bersalah karena telah melakukan aksi berupa mencuri informasi rahasia Konohagakure. Tak hanya itu saja, kau juga telah membunuh beberapa Anbu serta Jounin yang bertugas saat kau dan rekanmu melakukan penyusupan…"

"A-ampuni a-aku… t-tolong a-ampuni aku…" pria bernama Sakamoto tersebut berusaha mengharapkan belas kasih pada sosok yang mungkin akan menjadi shinigami untuknya beberapa menit kedepan.

Namun, jangankan mendengarkan ucapan pria malang itu. Sasuke malah terus membaca gulungan berisi biodata milik Sakamoto tanpa sedikitpun melirik pria tersebut . Nada intonasi yang tak berubah, tetap datar dan dingin.

"… dan Konoha telah memutuskan untuk memburumu berserta rekan-rekanmu. Dengan catataan Tak peduli apakah aku membawamu pulang dalam keadaan hidup atau berupa laporan kau mati di tempat."

Sakamoto berusah tetap agar nyawanya diampuni. Namun, detik berikutnya tak ada suara yang terucap dari bibirnya. Sebuah tusukan pedang sukses menutup jalan hidup Sakamoto Ryuuchi dengan tragis.

Sasuke menatap datar. Ia menginjak kepala Sakamoto, guna memeriksa apakah target sudah mati atau belum. Dirasa tak ada pergerakan, Sasuke lantas mencabut pedang, menebasnya ke udara kosong untuk menghilangkan noda darah yang menempel.

Shinobi berpangkat Jounin elit itu lantas meninggalkan padang rumput yang kini berubah menjadi kuburan masal puluhan nuke-nin hasil buruannya. Jubah hitam penuh noda darah yang ia kenakan berkibar ditiup angin. Membuat sosoknya menjadi semakin lebih menakutkan.

"Oya-oya… aku tak menyangka akan bertemu denganmu di sini Sasuke-kun."

Belum beberapa menit berselang, Sasuke sudah dihadapkan dengan seseorang yang sejujurnya tak ingin ia temui lagi. Melihat wajahnya saja membuat Sasuke ingin muntah saat itu juga.

"Orochimaru…"

Sosok bernama Orochimaru itu tersenyum, membuat wajahnya semakin mirp dengan ular. Jubah hitam dengan corak awan merah yang ia kenakan berkibar ditiup angin.

Sasuke tak terlalu memusingkan jika nukenin mantan murid Hokage ketiga itu kini berpenampilan berbeda. Selama di Konoha pria yang pernah dihormati itu selalu lihai berganti topeng, guna menyembunyikan kebusakan di baliknya.

"Jangan menatapku seperti itu Sasuke-kun, begini-begini aku adalah guru yang sudah banyak mengajarakan beraneka macam jutsu padamu. Setidiknya berikan pelukan hangat karena kita sudah lama tida berjumpa."

"Huh… mati saja kau." Sasuke lantas berjalan tak memperdulikan eksistensi Orochimaru di depannya. Namun, sang nukenin tak serta merta membiarkan murid kesayangannya pergi begitu saja. Sebuah lapisan kekkai tiba-tiba saja muncul. menghalangi jalan Sasuke.

"Jangan membuatku membuang waktu disini Orochimaru," Sasuke menekan intonasinya sedalam mungkin, menunjukan bahwa ia dalam kondisi tak ingin diganggu oleh siapapun. "Cepat lepaskan kekkai bodoh ini."

Orochimaru masih tetap bergeming. Walau ia dapat merasakan aura membunuh yang kuat dari pria disebelahnya. Shinobi bergelar Sannin itu tak serta merta gentar begitu saja. Ia pun balas menatap tatapan dingin Sasuke, menunjukan bahwa dirinya bukan suatu keberadaan yang patut diremehkan.

"Aku hanya ingin berbincang denganmu beberapa menit. Aku menjamin obrolan kita nantinya tak akan membuatmu bosan."

"Tch…"

Sasuke lantas mengikuti kemana Orochomaru membawanya pergi. Selama perjalanan ia terus menatap tajam pria berambut panjang di depannya. Dirinya juga sudah siap melepaskan pedangnya bila sosok di depannya itu terlihat melaukan perbuatan yang mencurigakan.

Tak selang beberapa menit, kini Sasuke sudah berada di depan sebuah reruntuhan candi. Kedua matanya menyeledik tiap sudut bangunan di depannya sebelum mengalihkan tatapan ke sosok yang kini hanya bergeming menatap bangunan candi itu.

"Apa sebenarnya yang ingin kau lakukan? Untuk apa kau menunjukan bangunan yang sudah akan rusak seperti ini."

Orochimaru berbalik. Ia dapat melihat mantan muridnya menatap tak suka padanya. Tapi, hal itu sudah dianggap makanan sehari-hari olehnya. Lagipula, selama Sasuke dulu dibawah bimbingannya, Uchiha itu juga tak pernah sekalipun menunjukan ekspresi selayaknya murid yang respek kepada seorang guru.

"Ini adalah bangunan peninggalan Klan Ootsutsuki di masa lalu. Apa kau tahu Klan Ootsusuki itu Sasuke-kun."

Sasuke hanya diam. Orochimaru mendegus singkat, sebelum melanjutkan penjelasannya kembali.

"Awalnya Dunia tak mengenal yang namanya sistem cakra, sebelum seorang wanita memakan sebuah buah yang akan membawa perubahan sejarah di dunia ini. wanita bernama Kaguya Ootsutsuki itu kemudian dikenal dan dipuja oleh banyak orang karena kekuatan yang diperolehnya setelah memakan buah tersebut."

"Namun… keberadaan wanita itu sontak mengakibatkan kehancuran dimana-mana. Ia berubah menjadi sosok monster yang menakutkan. di sinilah roda sejarah mulai berputar, kedua anaknya Hogormo dan Hamura bertarung dengan ibunya selama tujuh hari tujuh malam. Pertarungan panjang yang memakan banyak korban dan keringat."

"Sebenarnya apa yang ingin kau sampaikan?" Sasuke mulai jengkel terhadap pria didepannya ini. bukan hanya mencuri waktunya yang berharga. Kini ia malah disuruh harus mendengar cerita orang-orang yang sudah mati di masa lalu.

"fufufufu… Sasuke anakku. Padahal aku baru saja akan masuk ke babak utamannya."

Sayangnya Sasuke tak suka membuang waktu. Ia menarik pedangnya dan mengacungkan tepat di depan mantan gurunya.

Namun, sikap yang Sasuke tunjukan hanya direspon Orochimaru sebela mata. Seakan ia yakin Sasuke tak akan melakukan apa yang dilakukan orang bila mengacungkan pedangnya ke orang lain.

"Hoh… eskpresi yang bagus. Kau sangat yakin sekali, jika aku tak akan melaukan sesutau yang macam-macam padamu. Tampaknya pengalaman hidupmu selama ini sudah membuatmu cukup berani. Ne… Orochimaru-sensei."

Orochimaru tertawa. Pastinya bukan sebuah tawa pada umumnya. "Aku terharu kau memanggilku dengan sebutan Sensei… sudah lama kedua telingaku tak mendengar ucapan manis seperti itu."

Sasuke tak menghiraukan ucapan Orochimaru. Ia pun berbalik dan meninggalkan sannin ular tersebut dalam larutnya kesunyian hutan.

"Aku tahu apa yang kau sembunyikan dibalik eyepatch yang kau kenakan itu, Sasuke-kun. Kekuatan sebesar itu sangat disayangkan bila hanya digunakan untuk membunuh para kurcaci-kurcaci tidak berguna seperi orang-orang di padang rumput tadi. Apakah kehidupan menjadi Anjing peliaranmilik Sarutobi Sensei sangat menyangangkan buatmu?"

Sasuke menghentikan langkahnya. Ia menoleh ke belakang, melemparkan tatapan berupa mata kanan yang kini menampilkan Mangekyo sharingan sempurna penuh kebencian. Orochimaru yang melihat itu sedikit merasa terintimidasi. Namun, hal itu tak ia tunjukan secara terang-terangan.

"fufufufu… sorot mata yang bagus. Kau memang benar-benar menggambarkan sosok Uchiha yang sempurna, Sasuke-kun. "

Sasuke terdiam. Berikutnya sebuah kobaran api hitam muncul, melahap seluruh bagian candi.

"Berikutnya, api itu tidak akan meleset. Akan kupastikan api itu melahap habis tubuhmu sampai tak bersisa sedikitpun."

Sasuke meninggalkan Orochimaru yang menatap kepergian muridnya dengan penuh arti. Terpaku, takut, kagum, dan gila semua bercampur menjadi satu. Keberadaan Sasuke selalu membuat darah dalam tubuhnya bergejolak.

Sannin itupun berbalik dan menatap hasil karya seni ciptaan Sasuke. Candi yang menjadi situs sejarah peninggalan klan yang pernah Berjaya di masa lalu, kini telah habis dilalapan api berwarna hitam. Andai saja dirinya mempunyai kamera, Orochimaru pasti sudah mengabadikan momen tersebut.

"Bahkan… sampai Amaterasu… kau benar-benar wadah yang bagus Sasuke-kun."

Orochimaru berbalik dan berjalan meninggalkan kawasan reruntuhan. Selama perjalanan tak henti-hentinya ia menyeringai. Rasa lapar ingin segera mencicipi wadah barunnya semakin tak terbendung setelah kejadian barusan. Apapun yang terjadi Orochimaru harus mendapatkan Sasuke bagaimanapun caranya.

"Ara? Sasori… sudah menungguku? Maaf ada sedikit urusan yang harus kukerjakan."

Sasori melemparkan sederet makian kepada partner yang selalu membuatnya jengkel. "Teme… suatu saat aku akan mengubahmu menjadi kugutsu yang patuh dan tak banyak bicara."

"fufufufu aku takut keinginanmu itu tak akan pernah terwujud."

.

畜生

.

Hujan rintik menghiasi malam di desa Konoha, membuat aktifitas di luar menjadi lebih senggang. Orang-orang lebih memilih menghangatkan diri dalam rumah ketimbang keluyuran di bawah hujan.

Tak jauh berbeda dengan penduduk lainnya, orang terkuat nomor satu seentero desa, Sarutobi Hiruzen kini tengah asyik menikmati acara 'Shuuji'-nya di dalam base favoritnya.

Seharusnya malam ini sang Hokage harus menghadiri rapat dengan para kepala klan, guna membahas masalah isu yang akhir-akhir ini membuat resah kalangan shinobi muda. Namun, dengan kekuasan yang ia punya dan pengaruhnya yang besar, Seorang Hiruzen memerintahkan rapat untuk ditunda dengan alasan diirnya ingin bersantai dari kepenatan seorang pemimpin negara.

"Yosh…" Hiruzen mengamati karyanya dengan seksama. Rasa puas tercipta begitu karya seni yang ia kerjakan selesai dengan hasil memuaskan. Sebuah kanji (和) tergoret dengan cantik diatas selembar kertas. "Kuharap ini dapat dipajang di museum sebagai karya seni fenomenal ciptaan Sandaime Hokage."

"… yang ada itu hanya menjadi bualan para penduduk."

Hiruzen terkekeh. Pria itupun menoleh dan mendapti sosok kepercayaanya berdiri menatap dirinya dengan tatapan yang tak pernah berubah sejak pertama kali mereka bertemu.

"Sudah kau selesaikan misi yang kuberikan tempo hari?"

"Pertanyaan bodoh macam apa itu. Apakah umurmu yang semakin menua itu membuat kepalamu menjadi pikun? Sandaime-sama?" ucap Sasuke dingin. Sayangnya Hiruzen menanggapinnya sebagai lelucon yang biasa Uchiha itu berikan padannya.

Hiruzen tersenyum. Ia tahu bahwa Uchiha Sasuke tak akan pernah mengecewakan dirinya sedikitpun. Sosok yang telah banyak berkorban demi desa melebihi dirinya sendiri.

"Tentu saja tidak… Oh ya, kau sudah makan? Kebetulan ada donat oleh-oleh dari Asuma. Dokter melarang keras diriku untuk makan makanan manis selama gula darahku belum turun." Entah hanya firasat Sasuke, jika ucapan sang Hokage barusan seperti rengekan anak kecil yang tidak dibelikan mainan oleh ayahnya

"Lidahku tidak toleran dengan makanan manis." Jelas Sasuke singkat, padat dan jelas.

Hiruzen hanya mengangguk paham. Tanpa membuang waktu, Sasuke segera memberikan laporan hasil misi serta beberapa gulungan yang dicuri oleh para nuke-nin tersebut.

"Seperti biasa kau selalu meyampaikan laporan dengan rapi. Tak ada satupun hal yang terlewatkan sedikitpun." komentar Hiruzen membaca laporan di tangannya. Ia pun tersenyum puas dan memberikan bayaran yang sudah mereka sepakati bersama.

"Maaf selama ini kau hanya melakukan misi yang kuberikan secara individu padamu. Sehingga penghasilan yang kau dapat tidak sebanyak dulu."

"Tidak perlu minta maaf," Sasuke mengambil bayaran miliknya dan segera menyimpanya di balik jubah hitam yang ia selalu pakai ketika menjalan sebuah misi. "Lagipula saya tetaplah ninja kotor yang sudah menjadi aib Konoha. Seharusnya orang sepertiku suda tak pantas lagi berada disini. Apa lagi harus mengerjakan misi seperti ini."

"Jangan bicara seperti itu Sasuke!" sudah berkali-kali Hiruzen mengingatkan agar pemuda dihadapannya ini behenti menghnina diirnya sendiri. Tapi entah kenapa sifat keras kepalanya terlalu tinggi untuk sekedar menuruti apa yang dihasehatkan untuknya.

"Kau bukan aib. Kau adalah pahlawan. Seorang Shinobi yang tanggu. Aku sama sekali tak peduli dengan pembantaian Uchiha ataupun pandangan orang-orang terhadapmu. Bagiku kau adalah cucuku yang berhaga. Kau mengerti itu Sasuke!"

"Maaf…"

Keduanyapun terdiam kedalam pikirannya masing-masing.

"Aku ingin menanyakan sesuatu padamu," Sasuke melirik pria tua di depannya. Kini Hiruzen sudah menyalakan pipa tembakau kesayangannya, meniup asap dari mulutnya yang sudah sedikit dimakan usia.

"Tentunya kau masih mengingat penyerangan Kyuubi lima tahun yang lalu bukan?"

Sasuke menatap penuh arti sang Hokage, mencari tahu ke arah mana obrolan ini akan berlanjut. Namun, sayangnya tak ada yang bisa ia korek. Sulit untuk mebenak jika hanya melihat wajah Hiruzen yang selalu dipenuhi ekspresi damai dan tenang.

"Penyarang itu berhasil membuat Konoha kehilangan banyak korban jiwa. Termasuk mendiang Hokage keempat Minato, Kushina begitu pula Anak mereka yang baru lahir. Dan tanpa secara langsung berujung pada rencana kudeta Klan Uchiha."

Sasuke tak merasa terganggu dengan ucapan Hiruzen. Sejujurnya sejak awal ia tidak pernah mecintai klannya sendiri. Menurutnya Klan Uchiha hanyalah Klan bodoh yang mudah terbujuk oleh nafsu sekilas. Hal itulah yang membuat diirnya tak terikat dengan klan. Sehingga itu juga menjadi alasan kenapa dirinya dipilih untuk menutup sejarah panjang klan Uchiha.

"Sebenaranya apa yang ingin Sandaime-sama sampaikan? Saya sudah mengatakannya berkali-kali, saya tidak mecintai klan bodoh itu. Mereka hanya sekumpulan orang yang mudah tertipu oleh bujukan iblis. Mereka—"

"Lalu apa yang kaucintai?" Hiruzen memootng penjelasan Sasuke. "Desa? aku berani bertaruh bukan itu jawabannya. Aku sudah mengenalmu sejak lama Sasuke… kau adalah orang yang tidak mau menjalin ikatan dengan apapun dan siapapun. Kau hanyalah orang yang bergerak atas dasar keinginanamu sendiri. Bukan atas paksaan orang lain."

Sasuke terdiam. Tak ada yang salah dengan ucapan Hiruzen. Apa yang Hiruzen ungkapkan sama persis dengan fakta yang ada. Fakta tentang seorang pembantai klan, Uchiha Sasuke.

"Maka dari itulah aku takut… aku takut kau mengikuti jalan seperti Orochimaru," Sasuke dapat merasakan perubahan intonsi nada sang Hokage. Kini sikapnya tampak seperti seorang Ayah yang tengah melindungi anaknya dalam bahaya. "Sudah cukup hanya muridku yang menjadi aib dalam hidupku. Aku tak ingin bila kau yang sudah kuanggap cucuku sendiri juga bernasib sama."

Tanpa ragu Hiruzen meneteskam air matanya. Aksinya bukan semata-mata untuk mencari belas kasihan. Tapi, murni ketulusan dalam hati dan Sasuke tahu akan hal itu

"Anda tak perlu khawatir. Sandaime-sama" Sasuke maju dan mencium tangan pria tua di depannya. "Saya tak akan pernah mengikuti jejak Orochimaru. Mungkin aku tidak pernah mecintai desa ini. tapi, aku tak akan pernah membuat Konoha berada dalam kehancuran. Selama masih ada orang-orang seperti anda, saya akan berusaha keras untuk mencoba melindungi tempat ini dengan cara saya sendiri."

Tak ada yang bisa Hiruzen ekspresikan selain sebuah senyuman hangat. Dirinya memang bukan orang tua sasuke yang berhak mengatur bagaimana pemuda uchiha itu hidup Dia hanyalah seorang yang bertugas sebagi penuntun para anak-anak muda tumbuh dan berkembang.

Hiruzen lantas memeluk erat Sasuke, menyalurkan semua perasaan kasih sayang seorang ayah pada anakanya.

"Terima kasih Sasuke."

.

畜生

.

Kini Sasuke sudah tiba di sebuah desa kecil di wilayah Kusagakure. Statusnya sebagai buronan pembantai Klan membuat dirinya tak bisa tinggal di Konoha maupun negara api. Sehingga Desa Aoi menjadi pilihan Uchiha tersebut. sebuah desa kecil aman di kelilingi pegungungan.

Sejujurnya tak ada tempat yang aman baginnya. Tapi untuk saat ini Aoi merupakan satu-satunya tempat yang terlindung dari pengaruh Shinobi. Sehingga Sasuke masih dapat hidup sebagai sosok pengelana di desa itu.

Teknik Hiraishin miliknya membuat ia dengan mudah pergi kemanapun. Asalkan ia sudah menandai tempat lokasi tujuan, hanya dalam seperkian detik ia sudah berada di tempat yang ia inginkan.

"Tadaima"

Sasuke membuka jubahnya begitu masuk ke rumah kecil mliknya. udara hangat perapian dan bau kare menjadi sambutan untuknya saat masuk ke dalam rumah.

"Naru… Nii-san sudah bilang jangan memasak sendirian. Tunggu sampai Nii-san pulang."

Teredengar suara langkah kaki yang sedang berlari dari arah dapur. Berikutnya sosok bocah lima tahun dengan rambut pirang serta mata sebiru lautan berlari dan memeluk Sasuke dengan erat. Menandakan bocah itu sangat rindung dengan Sasuke.

"Okaeri Sasu-nii!" dengan cemprengnya ia menyambut kedatangan Sasuke.

Sasuke tersenyum dan mengusap rambut Naruto penuh kasih sayang. Ekspresi nya kini benar-benar berbeda ketika berada diluar, penuh kahangaatan dan rasa kasih sayang. "Kenapa kau masak sendiri? Bagaimana jika terjadi sesuatu padamu."

Naruto kecil hanya menggembungkan pipinya, tanda ia sedang kesal. "Habisnya Sasu-nii tidak meninggalkan Naru cemilan… jadi kerana perut naru sudah lapar…"

"Naru menghangat kare sendiri?" tebak Sasuke.

"Hehehe..."

Sasuke menghlela nafas panjang. Padahal ia sudah mendidik Naruto sejak balita untuk bersikap menjadi anak kecil yag baik dan penurut. Namun tampaknya usaha kerasnya terbuang Cuma-Cuma. Bukannya tumbuh jadi anak baik dan penurut, yang ada malah menjadi sosok yang usil dan hyperaktif.

Benar-benar sama denga dia yang dulu…

"… Sasu-nii?"

"Ah maaf," Sasuke sadar dari ingatan masa lalunya. "Huh… karena ini juga salah Nii-san maka kali ini nii-san maafkan. Tapi ingat, jika sampai Naru mengulangi lagi. Tidak ada coklat untuk akhir pekan."

Langsung saja Naruto bersikap seperti seorang prajurit patuh atas perintah atasannya. Sasuke tertwa kecil melihat aksi lucu bocah lima tahun itu. Ia pun memberkan sekotak pocky yang tentu saja di terima oleh Naruto dengan senang hati.

Keduanya menikmati malam itu seperti pada malam-malam sebelumnya. Mandi air hangat bersama, makan malam bersama—yang tentunya Naruto selalu membuat onar, bermain permainan apapun yang bisa mengahbiskan waktu sebelum tidur. Bahkan ketika tidur saja Naruto masih tidur satu ruangan dengan Sasuke.

Sasuke sendiri merasa tak kebearatan walau harus bebragi. Toh ia juga senang ketika memandang wajah polos Naruto ketika tidur dengan pulas.

"Selamat tidur adik kecilku."

.

畜生

.

"Heh menjijkan. Perilakumu yang penuh dengan kebongingan membuatku ingin muntah kapan saja."

"Kalau kau ingin muntah… muntah saja di sini. Toh air selolakanini akan memberishkan semua sampah perutmu yang keluar."

Kyuubi menggeram kesal hingga gigi taringnya terlihat sangat jelas. Andai saja dia tak tersegel ke dalam tubuh bocah lima tahun ini, pasti sudah mencabik-cabik Uchiha di depannya itu. Sampai kapanpun ia memang selalu membenci kuturanan Madara terkutuk.

Sasuke bukanlah seorang Jinchuriki,lantas bagaimana dia berada di satu tempat bersama Kyuubi. Cukup mudah untuk menjelaskannya. Dengan kemampuan Mangekyou miliknya, ia dapat mudah masuk dan keluar kedalam alam bawah sadar Naruto.

Kebiasaan ini sudah ia lakukan sejak dulu guna memastikan bahwa bijuu terkuat itu tidak membuat ulah.

"Kau benar-benar suka membuat orang lain kesal rupanya. Bagaimana kalau kita bertanding dan menunjukan siapa diantara kita yang terkuat. Akan kuberikan pelajaran tentang cara menghormata orang lain padamu Uchiha Sasuke."

Sasukemenatap rubah dinbalik kurungan itu dengan senyum mengejek. "Kau bodoh ya hingga yakin aku akan melakukan hal seperti itu. Yah… walaupun aku melepaskanmu juga. Kau tak lebih dari sekedar gumpalan energi yang dapat kukendalikan semauku."

Sebuah bola mata yang menampakan Mangekyo Sharingan sukses membuat Kyuubi merinding. Ia mempunyai pengalaman buruk dengan mata terkutuk itu.

Sebenarnya saat Sasuke menganggapnya hanya sebagai gumpalan energi, ada rasa kesal yang Kyuubi rasakan. Ucapan Uchiha itu sama persis dengan apa yang di ucapakan bajingan Madara. Tapi ia sadar posisinya yang sekarang sama sekali tak menguntungnya sedikitpun.

"Baik-baik terserah kau saja." Kyuubi membuang muka dan memlih tidur.

Sasuke melanjutnya kembali membaca novel yang sempat tertunda tadi. Kyuubi sedikit menoleh dan melirik apa yang sedang dilakukan Uchiha itu sekarang. Sebenci apapun dia pada Uchiha, entah kenapa ada sesuatu yang membuat dirinya tak bisa membenci Uchiha yang satu ini.

"Sebenarnya apa yang kauinginkan. Kenapa kau berbuat hingga sejauh ini untuk orang yang bahkan tak ada hubugan darah dengan mu. Merekayasa kematian anak yondaime agar penduduk percaya kalau bocah malang ini tewas. Bahkan kau juga memberikan laporan palsu saat Hiruzen yakin Naruto diculik, agar kakek tua bodoh itu percaya jika Naruto memang sudah tewas."

Sasuke terdiam. "Baru pertama kali kau mengajukan rentetan pertanyaan sebanyak itu…"

"Cepat jawab saja."

Sasuke menutup novelnya. Ia menatap Kyuubi yang mau tak mau bijuu itu juga melakukan hal yang sama, menatap intens pemuda di depannya. Tak ada sorot Mangekyou. Hanya mata kelam malam hari yang penuh misteri.

"Memang apa salahnya jika seorang kakak ingin menyayangi adiknya?"

Sontak jawaban Sasuke yang diluar dugaan membuat Kyuubi tertawa histeris. Sampai-sampai dinding ruang pengap bergetar akibat tawa bijuu tersebut.

"Adik? Jangan membuat lelucon. Sejak kapan kau menjadi kakaknya. Kau hanya memanfaatkan bocah bodoh ini agar dapat kau gunakan kelak sebagai senjata saat dia dewasa bukan? semua Uchiha itu munafik. Mereka selalu dipenuhi kebohongan."

Sasuke membiarkan saja Kyuubi menertawainya. Ia ingin melihat sejuah mana bijuu itu dapat tertawa dengan puas.

"Tampaknya sudah saatnya aku menunjukan jati diriku yang sebanrnya. Kurama-san."

Kyuubi berhenti tertawa saat mendengar ucapan barusan. Kedua bola mata bijuu berbentuk rubah itu membulat sempurna. Pasalnya sudah lama dirnya tidak dipanggil dengan nama itu. Bahkan, harusnya orang di depannya ini juga tidak tahu nama asli miliknya, karena hanya kakek tua Rikudo beserta kedua anaknya yang tahu nama itu.

Mata yang selama ini tertutup eyepatch telah menunjukan jati dirinya. Sebuah pola riak berwarna ungu terpasang manis di rongga bola mata Sasuke. Mamgekyou Sharingan di mata kanan dan Rinegan di mata kiri.

Sedikit demi sedikit Kyuubi melangkah mundur. Dia bukannya takut ketika melihat Doujutsu terkuat itu, tapi dia takut saat merasakan aura yang kini bukan aura Sasuke yang ia kenal.

"Ti-tidak mungkin! Ini pasti bohong… Aura ini… tidak mungkin kau itu…"

Sasuke menyeringai. "Ini bukan kebohongan Kurama-san."

Uchiha itu melangkah sehingga jaraknya hanya terpaut beberapa centi dari jeruji besi yang menyegel sang Kyuubi alias Kurama.

"Ijinkan aku memperkenalkan diriku sekali lagi. Aku adalah anak pertama Rikodo Sennin. Pewaris kemampaun mata miliknya. Kakek buyut dari seluruh Uchiha yang ada. Ootsutsuki Indra… senang berjumpa denganmu kembali Kurama no Kyuubi."[]


Uzumaki Naruto (lima tahun)

Uchiha sasuke aka Ootsutsuki Indra ( tujuh belas tahun)

*Disini Sasuke adalah anak tunggal Fugaku dan Mikoto. Sehingga dialah yang membantai Klan Uchiha. Bukan Itachi.