Suatu waktu di bulan, Kaguya Houraisan sedang bermain denganku. Kenalkan, namaku Kyuchi. Aku manusia bulan, atau bisa disebut juga… alien. Tapi aku manusia, manusia bulan! Kurang suka dibilang alien. Kemampuan terbaikku adalah; mochi dan dango! Aku puteri mochi yang bisa "menciptakan" dango bulan dan mochi berbagai rasa, sesuai keinginanku. Selain itu, keahlianku yang lain adalah refleks yang bagus dan gerak yang cepat. Kecepatanku bisa setara dengan kecepatan suara. Aku punya banyak variasi spell card yang tidak bisa kujelaskan saat ini, karena aku sedang bersama temanku, Kaguya.

"Mochi buatan Kyuchi memang yang paling enak." Puji Kaguya sambil menjilati tepung bekas mochi di jemarinya. "Lama-lama aku bisa gemuk." Kaguya melanjutkan permainannya; berkreasi dengan kue mochi, mengubahnya menjadi suatu bentuk.

"Iya? Ah, Kagunyan bisa saja." Aku punya kebiasaan memotong nama orang dan kutambahi embel-embel sesukaku sendiri. Karena, kalau tidak, aku tidak akan bisa menyebut nama orang itu dengan benar. Misalnya, Kaguya menjadi "Ka-u-ya". Hanya nama Reisen dan Tewi yang bisa kusebutkan dengan benar. Serius.

Aku menjentikkan jariku, dan –PLOP! Mochi bulat putih tercipta di udara. Aku segera menangkapnya sebelum mochi tersebut jatuh ke tanah, lalu kuberikan pada Kaguya untuk mengganti mochi yang telah dimakannya tadi. Di bulan kami, hukum gravitasi masih berlaku!

Agak lama aku memperhatikan Kaguya yang sepertinya serius sekali dengan mochinya. Tapi… Haup~ Ia sudah tak tahan untuk makan kue lagi ternyata. Padahal tadi bentuknya sudah bagus. Bentuk bulan. Kalau Anda tahu maksud saya sih..

"Aku kalah lagi, ehehe." Kaguya menggaruk-garuk belakang kepalanya.

"Kalah lagi ya? Aduh, aku sampai kehabisan hukuman." Kataku. "Akan kupikirkan nanti. Sebaiknya kita kembali sekarang. Eichin pasti khawatir." Aku berdiri, lalu membantu Kaguya bangun. Aku memberikan mochi berbentuk kelinci hasil permainan tadi kepada Kaguya yang langsung melahapnya bulat-bulat. Ya ampun… Ngomong-ngomong, pasti tahu kan siapa yang kumaksud Eichin? Kalau tidak tahu, kebangetan.

"Selamat datang." Kami disambut Eirin. Ya, orang yang kupanggil Eichin ini.

Disitu juga ada Reisen yang sedang makan wortel. Eirin, tampak sedang berkemas.

"Eichin mau kemana?" Tanyaku.

"Aku dan Reisen akan kembali ke Eientei di Gensokyo." Jawab Eirin tanpa menoleh sedikitpun padaku. Sesibuk itukah?

"Sudah lama sekali sejak Kyuchi terakhir ke Gensokyo. Bagaimana kalau dia juga ikut?" Ujar Reisen sambil tersenyum padaku. Sesaat perasaanku seperti…

"Tapi Kyuchi belum bersiap-siap dan kita harus berangkat sekarang. Aku khawatir Tewi tidak menjaga Eientei dengan benar." Kata Eirin tegas. Sekarang, aku merasa jadi beban saja.

"Tidak apa-apa. Eirin berangkat saja duluan. Aku akan menunggu Kyuchi sampai selesai siap-siap dan kami akan berangkat bersama." Reisen merangkulku. Eirin menghela nafas.

"Baiklah. Kaguya-san? Aku sudah menyiapkan barang-barangmu. Kita bisa langsung berangkat." Eirin berpaling pada Kaguya. Kejam, giliran Kaguya saja disiapkan. Bagaimanapun, aku ini puteri. Meskipun puteri mochi. Aku tetap saja puteri!

Maka berangkatlah mereka berdua. Sedangkan aku lebih memilih makan dulu. Meskipun aku puteri mochi, makanan favoritku adalah nasi dan lauk pauk khas Jepang. Nattoo, tofu, kamaboko, miso, semuanya enak! Diantara penghuni Eientei lainnya, aku dan Tewi adalah yang makannya paling banyak.

Setelah makan, aku membersihkan diri. Satu lagi kebiasaanku yang sering membuat teman-teman suka protes; mandiku lamaaa sekali. Kadang karena aku terlalu sering terpeleset, kadang karena melantunkan tujuh buah lagu sekalinya mandi, atau bahkan cuma gara-gara aku bengong menikmati air hangat.

Setelah keluar kamar mandi, aku mengganti baju. Bajuku mirip seperti milik Reisen. Tapi milikku menggunakan dasi pita dan lengan jasnya sangat panjang, melebihi panjang tanganku sendiri.

"Sudah siap?" Tanya Reisen. Reisen memerhatikanku mulai dari ubun-ubun sampai ujung kaki. "Tunggu, ada yang kau lupakan." Katanya. Ia kembali masuk ke dalam. Dan aku sendiri tidak tahu, apa yang kulupakan? Aku ini… pelupa.

Ia kembali dengan membawa dua pita merah yang biasa kukenakan di sisi kepalaku. Pada pita sebelah kiri, ada giring-giring yang tersematkan di ujungnya. Gunanya? Seperti kucing yang memakai kalung giring-giring. Kata teman-teman, aku dikenal sering tersesat. Hanya beberapa detik saja lengah, aku sudah hilang dari pandangan. Aduh, sebegitunyakah aku?

Yak, semua siap. Kami berangkat!

Gelap. Kepalaku sakit. Untuk sesaat, aku bisa merasakan tubuhku terbaring di tanah. Perlahan kubuka mataku dan berusaha bangkit. Kakiku terkilir dan lecet. Aku melihat diriku di tengah hutan yang gelap. Ini sudah malam.

"Reisen.. Reisen..? Reisen!"

Disaat seperti ini, giring-giringku tidak ada gunanya. Sebanyak apapun aku bergerak dan berteriak, aku tetap tidak mendengar jawaban. Tiba-tiba aku mendengar suara gemeresak semak-semak entah darimana arahnya. Aku tidak peka.

"Apa yang kau lakukan disini?" Aku yang kaget ini, secara refleks, menoleh ke belakang dimana sumber suara itu berasal. Aku melihat perempuan dengan seragam maid dan rambut pendek sebahu.

"Aku terpisah dariku. Ah, maaf, apa ini Gensoyokyokoyo?" Termasuk dalam mengucapkan tempat. Lidahku bermasalah. Dan jangan tertawa!

"Sebenarnya.. Kau ini apa?" Pemudi itu tampak bingung, setengah tertawa sinis.

"Aku puteri mochi dari bulan. Manusia bulan." Begitu aku mengatakannya, perempuan itu langsung hilang dari hadapanku. Dan sebelum akhirnya aku pingsan lagi, aku merasakan sebuah pukulan keras di tengkuk. Orang ini tak tahu sopan santun. Baru bertemu 48 detik sudah bikin pingsan. Pertanyaanku saja tidak dijawabnya. Dan, dalam kondisi kesadaranku yang hanya 5%, aku tahu diriku dibawa di bahunya seakan-akan aku ini karung beras. Sialan!

Samar-samar aku mendengar dua orang bercakap-cakap. Aku membuka mataku sedikit. Buram, tapi aku bisa melihat maid tadi dan seorang bocah cilik bergaun pink dan bersayap kelelawar. Tadi aku ada di hutan, tapi sekarang aku ada di sebuah tempat luas dan mewah.

"..manusia bulan, seorang puteri."

"manusia?"

"ya, nona ingin dia saya apakan?"

"..masak. sudah lama tidak makan…"

Uh! Saat itu juga jiwaku terkumpul dan mataku terbuka lebar. Dimasak? Dimakan? Gila! Aku bukan sapi! Aku melonjak kaget, dan dua orang itu juga kaget. Kaget? Kurasa dosis detak jantung ini melebihi dosis detak jantung saat kaget.

"Tunggu! Aku mau diapakan?!" seruku.

"Sudah lama aku tidak makan manusia." Kata gadis dengan sayap. Oke, bocah ini tidak waras.

Lalu muncul seorang anak kecil lagi. Dengan gaun merah, rambutnya pirang, dan mirip dengan gadis bergaun pink tapi sepertinya lebih muda. Adiknya, mungkin? Dan, apa itu sayap? Terlihat seperti lampu bagiku.

Gadis bergaun merah itu menjerit. "Ada manusia selain Sakuya!". Suaranya melengkiiing sekali. Dia berlari ke arahku dengan wajah ganas nan binal. Untung refleksku bagus, aku sempat menghindar. Lagipula, siapa itu Sakuya?

"Tunggu, Flan!" Pekik gadis bergaun pink. "Sakuya, hentikan Flandre!"

Jadi, maid tadi namanya Sakuya dan gadis bergaun merah ini namanya Flandre. Flandre. Bagaimana aku mengucapkannya yah? Burandeeru?

Dua orang itu geraknya cepat, menyamai diriku. Tapi, apa yang bisa diharapkan dari kaki yang terluka ini? Tamatlah riwayatku, Flandre menangkapku. Cengkeramannya saja sudah sakit, kuku-kukunya menembus kulitku. Ia lalu membuka mulutnya, memperlihatkan gigi taring yang mengerikan.

Dunia… seakan berhenti berputar. Flandre menancapkan giginya ke leherku. Rasanya benar-benar tidak bisa kujelaskan. Ingin berteriak sampai pita suara putus, tapi tidak bisa teriak saking sakitnya. Saking sakitnya sampai tidak bisa bersuara. Terbayangkan kah?

Flandre tertarik ke belakang. Sakuya, dibantu seorang lagi yang bergaun hijau dan berambut merah, menarik Flandre dariku. Tidak ada yang kupikirkan lagi selain pergi dari situ.

Aku memang tidak bisa terbang, tapi mochiku bisa. Ada kemampuan khusus yang dapat membuat mochi hidup, tapi mochi itu akan hilang setelah 3 menit. Maka langsung saja aku men-summon mochi raksasa yang sukses membuat atap berlubang. Aku langsung menaiki mochi di depanku dan cabut dari situ. Aku dapat melihat ekspresi mereka dengan mata yang terbelalak dan kulit yang memucat. Kecuali Flandre, ia tetap pada wajah sangarnya. Dengan mulut belepotan darahku, ia tertawa-tawa mengerikan ala iblis. Dasar sarap!

Sebelum mochi itu lenyap dan aku terjatuh, aku memutuskan untuk mendarat. Tepat pada waktunya, belum ada 1 detik kakiku memijak di tanah, mochi itu menghilang dan berubah menjadi tepung yang lenyap diterpa angin malam.

Nasibku lebih beruntung kali ini. Sambil memegangi leherku yang pedih, aku berjalan terseok-seok ke sebuah kuil. Kuil Hakurei. Syukurlah, ada tempat kejepang-jepangan disini. Dengan begini, aku tidak akan merasa asing.

"Permisi…" Kataku berulang kali sambil berharap ada miko yang merespon. Dan, doaku terkabul.

"Astaga! Lihat lukamu itu! Ayo masuk." Seru gadis miko itu. Rambut dan matanya cokelat hampir hitam, Jepang sekali. Syukurlah, sykurlah. Seandainya aku bukan manusia bulan, rambut dan mataku juga pasti cokelat atau hitam.

Aku dipapahnya masuk. Didudukkannya aku di bantal duduk, diantara sebuah meja pendek dan futon. Ia merawat lukaku, menjamuku, memakaikanku sarashi dan celana pendek sebagai ganti bajuku yang sobek-sobek dan kotor. Inilah yang namanya sopan. Sekali lagi, syukurlaaah…

"Jadi.. Pertama-tama, siapa namamu? Aku Reimu Hakurei, miko Kuil Hakurei ini." Ucapnya.

"Aku Kyuchi, puteri mochi dari bulan. Salam kenal." Aku kapok menyebutkan 'manusia'.

"Oh, lunarian? Temannya Kaguya dan orang-orang di Eientei?" Cling! Reimu benar-benar penolongku.

"Reichu kenal Kaguya?!" Reichu, begitulah aku memanggilnya. "Tolong, tolong bawa aku ke Eientei!" Aku berdiri. Sekarang akulah yang tidak sopan.

"Tenang, tenang dulu. Tolong ceritakan padaku apa yang terjadi." Reimu mendudukkanku kembali.

"Begini, Eichin dan Kagunyan ke Eientei duluan. Aku dan Reisen menyusul. Lalu, sepertinya aku terpisah darinya dan terjatuh –aku lupa. Begitu aku membuka mata tiba-tiba aku sudah ada di hutan. Aku bertemu seorang maid dan dia membawaku ke sebuah rumah besar. Di situ ada dua gadis kecil yang ingin memakanku. Yang bersayap kelelawar ingin aku dimasak, sedangkan yang bersayap lampu sepertinya tidak sabar untuk segera memakanku. Dan dia menggigitku hidup-hidup." Aku menyentuh lukaku yang telah diperban. "Lalu, aku… berhasil keluar."

Reimu diam dengan mulut menganga yang segera ditutupnya. "Istirahatlah di futon itu." Hanya itu yang ia katakan. Baiklah, aku menurut saja. Aku berbaring dan merasakan tubuhku panas-dingin. Daripada tidur, ini lebih tepat dibilang pingsan. Jadi, hari ini aku sudah tiga kali tak sadarkan diri.

Saat membuka mata, aku sudah melihat Reisen dan Eirin. Rupanya aku dibawa ke Eientei saat masih hilang kesadaran. Reisen, ekspresinya agak terkejut dan matanya berkaca kaca.

"Reisen!"

"Kyuchi..!" Reisen memelukku. Tanpa dikomando, dalam keadaan berpelukan dan suara yang agak tersendat-sendat, Reisen menceritakan semuanya.

"Kau hilang dari pandanganku saat mengejar sesuatu. Aku mencari kemana-mana dan tidak ketemu. Begitu sampai Eientei pun, Kyuchi tidak ada. Aku sangat khawatir. Lalu pagi ini Reimu dan temannya mengantarmu kemari. Reimu menceritakan apa yang terjadi padamu."

Ah… Aku mengejar sesuatu? Apa ya? Dan, kenapa tiba-tiba aku sudah di Gensokyo? Apa aku terjatuh? Dari bulan ke Gensokyo? Aku lupa semuanya. Reisen melepas pelukannya dengan perlahan.

"Kyuchi.. Kau dingin sekali. Sangat." Dia memandangku dengan ngeri. Eirin mengambil sebah cermin dan diberikannya padaku. Aku dengan ragu menerimanya dan memegang cermin itu di depan wajahku, kemudian kulempar jauh-jauh.

"Apa yang-?!" Aku syok berat. Yang kulihat tadi adalah sesosok yang putih pucat dengan mata berwarna kemerahan. Itu aku?! Tidak mungkin! Kulitku agak terbakar matahari karena sering bermain di luar, dan mataku biru jernih. Tapi sekarang semua berubah. Aku sangat sangat pucat. Mataku juga, kini tak lagi biru karena sudah tercemar merah darah.

Oke, kuanggap ini efek dari kelelahan, meski aku tahu tidak ada hubungannya. Dan aku sadar, aku kedinginan terus.

Seharian itu aku menghabiskan waktu di kamar. Diajak makan juga aku tak mau makan, sekalipun lauknya nattoo atau tofu yang sangat kusukai. Aku hanya diam di kamar. Tapi aku perlu mandi, maka bangkitlah aku dan keluar dari kamar. Tanpa sengaja, saat aku lewat di depan ruang makan, aku menguping pembicaraan di dalam.

"Kyuchi digigit vampire di Scarlet Devil Mansion." Suara Reimu. Dia ada disini rupanya.

"Aku dan Reimu sudah mengunjungi mansion tersebut dan berbicara pada tuan rumah. Ia akan bertanggung jawab atas apapun yang terjadi." Lanjut seseorang yang tidak kukenal suaranya.

Dari pembicaraan mereka, aku menyimpulkan bahwa tempat kemarin namanya Scarlet Devil Mansion. Dua bocah kemarin dijuluki the Scarlet Devils. Mereka kakak beradik vampire yang hidup di situ selama ratusan tahun. Si kakak bernama Remilia Scarlet, yang memakai gaun pink dan sayap kelelawar. Si adik bernama Flandre Scarlet. Dan si adik inilah yang sangat berbahaya. Saking berbahayanya, ia dikurung di basement selama hidupnya. Flandre, yang menyerangku kemarin malam. Chief maid di mansion itu adalah Izayoi Sakuya, yang membawaku ke mansion. Sakuya sangat dekat dengan Remilia. Penjaga gerbangnya adalah youkai, namanya Hong Meiling, yang berbaju hijau dan berambut merah. Selain itu, ada dua penghuni lainnya yang mendiami perpustakaan mansion tersebut.

"Perubahannya sudah terlihat. Ia mulai berubah menjadi vampire." Kini Eirin yang berbicara, suaranya berat sekali. Lalu mulai terdengar isak-isak Reisen. Tewi dan Kaguya menangis, lumayan keras.

"Aku turut menyesal, tapi Kyuchi tidak dapat terus tinggal. Dengan kalian. Kalaupun ia bisa menahan nafsunya memangsa kalian, ia pasti mati kelaparan." Ujar Reimu.

Aku juga menangis, tidak terasa. Entah apa yang kupikirkan, aku masuk kesana.

"Aku akan pindah ke Scarlet Devil Mansion sesegera mungkin."

Aku menerima kenyataan bahwa kini diriku adalah karnivora yang hidup abadi.

Mulai malam ini, hidupku berubah total…

To be continued . . . .

A/N: R&R! ^^ Oya, Kyuchi ini adalah diriku yang 'masuk' kedalam ceritaku sendiri. Setelah ini, aku akan sering memasukkan diriku sendiri kedalam fict Touhou terutama yang mengambil setting di Scarlet Devil Mansion. Judul ini, anggap saja sebagai penjelasan terhadap pertanyaan "siapa sebenarnya karakter Kyuchi ini?" dan "Bagaimana bisa ia menjadi vampire dan tinggal di Scarlet Devil Mansion?". I hope you would enjoy this, thanks! :D