Disclaimer : Masashi Kishimoto –

Pairing : KakaSaku! Akhirnya sayah bisa juga nulis KakaSaku X)

SUMMARY :Mereka sama-sama sibuk. Tapi, hujan badai dapat menyatukan mereka. Bagaimana bisa?

Warning : M for Mesum contents! Yeaay! Asik ada rated M nambah lagi di fandom Naruto *ketawa setan*. OOC. Gaje. Abal. Aneh. Oh ya karena ini udah saya beri peringatan, tolong yang dibawah umur segera cabz dari sini. Kalau masih lanjut, tanggung sendiri akibatnya (?)!!

-

Malam telah larut saat seorang gadis melewati kawasan pertokoan kumuh di dekat kost-kostannya. Ia berjalan gontai karena lelah. sinar bulan yang memudar sepertinya ikut meraskan perasaan sang gadis yang tak bertenaga di ujung sana. Tenaganya terkuras untuk hari yang panjang yang baru saja dilaluinya. Badannya bergidik pelan saat angin kencang menghantam tubuh lemahnya. Ia menggigil.

-

chiu-chi Hatake presents, with love~


AFTER THE STORM

Chapter 1


Beberapa langkah sebelum ia sampai pada gubuknya yang menurtnya nyaman, ia merasakan kehadiran seseorang di belakangnya. Refleks gadis itu berbalik dan mendapatkan seseorang pria berdiri dengan gagah. Kharismanya terasa kuat sampai ke ubun-ubun yang memandang. Gayanya yang sederhana tapi elegan selalu membuat para wanita terbang dalam khayalan. Rambut peraknya yang melawan grafitasi melambai lembut tertiup angin malam yang cukup dingin. Mata onyxnya terasa liar dengan pendar-pendar rasa hangat sampai pada relung hati gadis di hadapannya. Tersadar dari pesona pria di hadapannya, gadis itu menunduk dalam-dalam.

"Hn.. Selamat malam pak direktur. Ada apa malam-malam begini mampir? Sepertinya penting sekali?"

"Tidak apa-apa sakura. Tidak perlu formal begitu. Ini bukan kantor." pria itu tersenyum lembut menambah sempurna sejuta pesona yang dimilikinya.

"Tumben sekali. Ada apa?" gadis itu membalas senyum pria di hadapannya.

"Tidak terlalu penting. Aku hanya.. Emm.. Berjalan-jalan di dekat sini. Angin sedang enak."

Kening gadis berambut pink itu berkerut sedikit mendapat beberapa poin ganjil dari kalimat pria tampan di hadapannya. Angin kencang yang berhembus hingga membuat bulu kuduk berdiri ini apakah termasuk angin yang enak? Entahlah. Mungkin begitu bagi direktur tampannya itu. dan lagi berjalan-jalan? Jalan-jalan ke kawasan kumuh? Itu terlalu aneh untuk orang setingkat direktur sepertinya. Lepas dari segalanya, gadis cantik dengan rambut merah muda lembut itu tersenyum sumringah.

"Mau mampir pak? rumahku.. emm.. Kost ku dekat dari sini."

"Bolehkah? apa tidak mengganggu?"

Gadis itu menggeleng cepat.

"Tidak. Lagipula sepertinya sebentar lagi hujan turun." tangan sang gadis terangkat untuk lebih meraskan angin yang berdesir disekitarnya. Wajahnya seketika mengekspresikan perasaan khawatir, "Malah mungkin badai."

"Hmm.. Badai ya? Boleh aku menumpang berteduh sampai hujan reda?"

Gadis itu mengangguk pelan. lalu melangkahkan kaki jenjangnya yang pada langkah ke lima akan sampai pada pintu rumahnya. Gadis itu membuka kunci rumahnya pelan dan membuka pintunya. Rumah itu masih gelap tanpa cahaya, sakura segera masuk untuk memberikan penerangan bagi tamunya.

Setelah lampu dinyalakan, gadis itu kembali ke pintu depan dan menghampiri direkturnya.

"Silahkan masuk pak. Maaf rumahku kecil." ujar sakura sungkan. Agak malu pada kenyataan. Direktur yang selalu dipuja olehnya datang ke tempatnya.

"Permisi."

"Silahkan."

Setelah pria berambut perak itu masuk ke dalam, sakura menutup pintu rumahnya dan segera berjalan ke arah dapur untuk membuat minuman hangat untuk dirinya dan direkturnya.

Selang waktu, gadis itu kembali ke ruang tamu dan membawakan nampan berisikan dua cangkir kopi.

"Silahkan diminum pak dire--"

"Kakashi saja." pria berambut perak itu memotong kalimat sang gadis, ia tersenyum lembut.

"Baik. Sikahkan, ...Kakashi."

Mendengar jeda cukup panjang sebelum namanya disebut serta wajah kemerahan sakura membuat pria itu jadi ikut salah tingkah. Tapi ia segera mendapatkan ketenangannya dan bersikap seperti biasanya.

Gadis di hadapannya memang sangat manis. Berbeda dari para gadis lain di kantor yang selalu berusaha mencari perhatiannya dengan segala cara. Tapi gadis itu tidak. Perlakuannya serta tingkah lakunya sederhana. Gadis itu pun pekerja keras. Tak jarang Kakashi mendapati nama gadis di depanny disebut sebagai karyawati tercantik yang hebat dari para karyawan laki-laki. Tak aneh ia pun terkadang mencuri pandang pada gadis itu.

"Lalu.. Bagaimana?"

Kakashi tersentak dari lamunannya saat menyadari suara sakura yang sayup-sayup. Kopinya tumpah sedikit ke kemeja mahal berwarna biru tua dengan motif garis-garis miliknya.

"Ah. Maafkan saya mengagetkan anda." sakura segera mengambil kain di dekatnya dan berusaha membersihkan percikan kopi di baju direkturnya. Saat membersihkan baju Kakashi, ia dapat merasakan aroma lemon segar yang menguar lembut dari pria di hadapannya. Saat tersadar, ternyata gadis itu berada sangat dekat dengan dada bidang pria di hadapannya. Ia mundur sedikit dan melanjutkan membersihkan cipratan kopi pada baju pria di hadapannya.

"Anu.. Sakura.." tak dapat disembunyikan lagi, wajah Kakashi sudah semerah kepiting yang sedang direbus. "itu bukan hal besar."

Gadis itu mendelik. Ia segera berdiri dari sofa dan berlari ke belakang. Gadis itu kembali dengan sebuah handuk di tangan.

"Buka bajumu... Kaka.. shi."

Pria yang dimaksud terlonjak kaget.

"Apa?"

"Buka bajumu. Aku cucikan. Lagipula kopi itu panas. Takut-takut iritasi."

Kakashi mengangguk dan segera melonggarkan dasinya dan membuka kancing kemejanya. Wajah sakura makin memerah.

"Dire.. maksudku, Kakashi! Ganti bajunya di kamar atau kamar mandi saja." gadis itu membuang muka berharap pria itu tak mengetahui perubahan wajahnya. Dari luar terdengar rintik-rintik hujan yang bersahut-sahutan. Malam semakin dingin dan direkturnya bertelanjang dada? Tidak mungkin.

Kakashi bangkit dari duduknya dengan dasi yang menggantung berantakan dan kemejanya yang beberapa kancing atasnya telah terbuka. Ia segera menyusuri lorong kecil rumah sakura dan mendapati sebuah kamar. Saat sampai di kamar itu, ia menutup pintunya dan menyalakan lampunya dan tertawa pelan. "Dia memang menggemaskan.." tanpa disuruhnya, bibirnya membentuk sebuah senyuman lembut.

Saat kancing terakhir telah dicapainya, ia melepas kemeja itu dan membuangnya asal-asalan. Ia tak tahu dengan apa ia akan menutupi tubuhnya. Malam pun semakin dingin dengan guyuran hujan yang semakin deras. Sebersit pikiran nakal menghantuinya. Ia tersenyum kecil.

TOK TOK TOK

Suara ketukan dari pintu di belakangnya membuatnya berbalik.

"Anu.. bajunya.."

"Bajunya kenapa Sakura?"

"Saya cucikan."

"Lalu? Aku pakai apa?"

Tersadar kebodohannya meningkat, Sakura menggetok kepalanya pelan.

"Anu.. nggak ada baju seukuran bapak. Bajuku kecil semua. Maafkan aku.."

Kakashi tertawa pelan. Suara khawatir dan penuh rasa bersalah terdengar dalam nada bicara lembut gadis itu.

"Sudahlah. Tak apa."

"... Mana kemejanya...?"

"Disini."

"Anu tolong beri pada saya.."

Kakashi terdiam beberapa saat. Suara hujan dengan badai menggelegar mengisi suasana sepi di antara mereka. "Ulurkan tanganmu." Ucapnya mengehentikan kesunyian di antara mereka.

Sakura menurut dan mengulurkan tangannya sehingga masuk pada celah pintu. Ia menunggu kemeja itu teraih oleh tangannya, tapi malah sebuah tangan kekar yang menyentuh tangan mungilnya yang kemudian menariknya masuk ke dalam. Setelah sepenuhnya bagian tubuh Sakura masuk, Kakashi menutup pintunya setengah membanting. Sakura hanya dapat memandang pintu naas itu dengan keadaan terkejut.

"Sakura... boleh aku bicara?"

Matanya kini teralihkan dan menatap wajah didepannya yang memancarkan kehangatan. Gadis itu sangat menyukai kehangatan direkturnya. Lain dengan perasaan hangat yang menguar dari wajah direkturnya, tangan pria yang menggenggam tangan mungil Sakura terasa sangat dingin.

"Anu.. tangan direktur dingin sekali.." Sakura menarik lengan kekar Kakashi dan menggosok-gosokkannya dengan kedua tangannya. Merasa belum cukup, Sakura menghembuskan nafas hangatnya ke tangan dingin Kakashi lalu menggosoknya lagi dengan tangannya. Kakashi merasakan sensasi lain. Perasaan cinta yang telah lama dipendamnya untuk gadis itu membuat perlakuan Sakura benar-benar membuat tubuhnya hangat. Tubuhnya. Tubuhnya yang bertelanjang dada. Tidak hanya tangannya yang disentuh secara langsung oleh sang gadis.

Kakashi mendorong gadis itu sampai menempel pada tembok. "Sakura.. aku ingin bicara.."

Akhirnya mata emerald gadis itu menatap wajah tampan direkturnya dan menilik mata onyx itu tepat di maniknya.

"Bicara apa, Kakashi?" sepertinya bibir Sakura mulai lancar menyebutkan kata itu. 'Kakashi' yang dari tadi sangat sulit ia ucapkan. Walaupun cukup lancar, wajahnya masih bersemu. Apalagi ketika merasakan kehangatan yang terpancar dari Kakashi. Perasaan ingin melindungi yang kuat. Perasaan sayang yang dalam, lebih dari dalamnya lautan. Selalu, selalu seperti itu rasa yang ia tangkap dari pria di hadapannya. Selalu, selama dua tahun kebelakang. Tapi ia, atau direkturnya ini, tidak pernah punya waktu untuk benar-benar bertemu. Salam pun hanya sesekali jika mereka bertemu. Dan waktu mereka bertemu hanya pada saat mereka berada di divisi yang sama.

"Aku.. mencintaimu."

Wajah Sakura bersemu merah. Lembut. Hangat. Sesuatu berdesir kuat di balik kulitnya yang putih seputih porselen. Darahnya bergejolak. Jantungnya berdegup kencang. Telah lama ia menantikan kalimat itu terucap dari direkturnya yang sempurna di mata para wanita yang menatapnya. Wajah cantik Sakura tertunduk. Perasaan itu tidak dapat dibendung. Perasaan itu tumpah ruah membuat tubuh sang gadis lemas. Kakinya kini tak dapat menopang. Tangannya tak dapat menggenggam. Bibirnya pun bergetar.

Kakashi segera menangkap tubuh gadis itu yang masih dalam jangkauannya. Matanya menatap cemas. Cemas akan cinta dan asa. Juga cemas akan tubuh sang gadis yang seketika menjadi lemah. Suatu perasaan terlepas dari punggungnya. Tubuhnya terasa ringan. Cinta selama dua tahun yang ia peluk erat di sudut hatinya sampai hari ini telah dilepaskan berupa pengakuan. Ia tertunduk untuk menyejejerkan wajahnya dengan wajah gadis di hadapannya. Mata emerald sang gadis yang ditatapnya mengalirkan cairan bening membentuk anak sungai yang mengalir ke pipi lembutnya. Sesaat setelah mendapatkan tenaganya kembali, gadis itu menyeka air matanya lembut. Ia memeluk direkturnya.

"Selama ini, aku pun begitu.." ucapnya serak setengah berbisik di telinga Kakashi. Sebuah senyuman terkembang di bibir pria itu dan membalas pelukan Sakura hangat.

Setelah seluruh perasaan terasa lepas kepada masing-masing orang yang mereka cintai, mereka canggung. Sakura mengalungkan handuk miliknya agar Kakashi tidak kedinginan.

"Untuk apa handuk ini?" tanya Kakashi mengernyitkan dahinya.

"Untuk menghangatkanmu."

Kakashi tertawa pelan. "Menghangatkan?" Ia memeluk Sakura lembut, "begini baru yang namanya menghangatkan." Pria itu kemudian mengecup kening Sakura dengan hangat.

"Aku mencintaimu.."

-

-

-

-

-

T B C

-

-

-

-

-

Maaf atas lemonnya yang belum muncul. Eh, tapi sempet muncul juga kan? Itu loh parfumnya si Kakashi wangi lemon *bunuhed* wkwkwkwk :p

Oh ia masih pendek nih. Baru opening. :D hehooo ~

Makasih yah udah mau baca fic abal KakaSaku impian sayah. *negri dongeng mode on*

Akhir kata,

KEEP, or DELETE?

kalau ngga ngerepotin, klik tombol hijau dibawah sini untuk tambahan energi lanjutin fic sayaah . sankyuu ~ :)