FUYU NO YUME

By Ling-Ling Chinese

Pair : NaruSasu

Rate : M

Genre : Angst Romance

Disclaimer : Ling-Ling… *siap2 di sambit* dalam mimpi… *mbah Kishi sweat drop*

WARNING : ceritanya agak aneh, OOC, maybe AU, yaoi/shonen ai, miss typo.

DON'T FLAME! DON'T LIKE, DON'T READ!

MEMO :

Cerita ini idenya berasal dari mimpi Ling2. Jadi murni milik ling2.

Entah kenapa dan tumben-tumbennya otak ling2 berbaek hati mau memberikan ide ma ling2 setelah beberapa waktu yang lalu ling2 ga bisa nulis gara2 ga punya ide. Jadi ling2 akui Rin'ne Tensei chap pertama tu aneh dan jelek banget. Gomen~.

Tapi makasih banget buat yang udah kasih coment.*nangis haru*

Ok. Soal fict ling2 yang laen, masih dalam proses pencarian ide. Ling2 lupa idenya seperti apa. Jadi buat yang menunggu kelanjutan fict Ling2 yang laen, harap bersabar. Wkwkwkwk…. *dirajam*

EHM!EHM!

Ini adalah fict rated M pertama ling2! YAIIII! \^O^/ *kali ini syukuran pake nasi kuning*. Setelah kemarin 'pertama' dalam fict yaoi n genre angst, kali ini rated M. Lengkap sudah kenistaan ling2. Wkwkwk…

Semoga kali ini tidak mengecewakan reader ^^

SELAMAT MEMBACA ^^


FUYU NO YUME

Ch. 1 MIMPI


SASUKE'S POV

Gelap.

Sunyi.

Hanya ada suara genangan air yang beriak dan deru nafasku.

Aku terus berusaha berlari dari cengkraman ular itu. Manusia hina yang telah merampas masa depanku dengan paksa.

Tak peduli seberapa lelah kaki ini berlari. Aku mencoba untuk kabur dari balik jeruji dan ikatan ini. Namun,selama apapun aku berlari, tak terlihat adanya jalan untuk kebahagiaanku. Yang ada hanya jeruji-jeruji besi penuh kepedihan dan siksaan.

Aku bagai tikus tanah yang terperangkap dalam labirin yang telah digali orang itu. Aku tak bisa keluar dari sarangnya. Aku merindukan warna langit yang menentramkan dan matahari yang selalu dengan angkuhnya berdiri di atas segalanya namun memberikan perlindungan dari dingin.

Aku tak mampu lagi menopang tubuhku yang lelah. Dalam keputusasaanku, satu-satunya cahaya mentariku hanya dia. Bocah itu. Dia selalu mengisi hatiku. Dia ada setiap aku membutuhkannya.

Kerengkuh dia kedalam pelukanku. Begitu hangat, begitu nyata.

Suara jeruji besi yang saling berdenting membuatku terbangun.

Kubuka mataku dari tidurku.

Aku selalu memimpikan hal yang sama beberapa hari ini. Memimpikan sosok itu. Bocah itu. Siapa bocah itu? Tak ada yang mampu memberiku jawaban. Sosok yang mungkin akan menyelamatkanku dari mimpi buruk ini.

Aku membiasakan mataku pada kegelapan seperti biasanya. Suara denting yang terdengar tadi pasti suara yang dibuat oleh makhluk berbisa itu. Dia memperingatkanku untuk memuaskannya pagi ini.

'Aku harus bisa keluar dari sini.' Tekadku.

END SASUKE'S POV


NARUTO'S POV

"HOAAAAMMMM… " aku menguap lebar sekali hari ini.

"Yo!" seru Kiba yang menepuk bahuku, mengagetkanku.

Aku hanya mengangkat sebelah tangan untuk membalasnya. Hari ini sepertinya moodku agak buruk. 'Ini pasti gara-gara mimpi semalam.' Pikirku.

Aku menghela nafas panjang.

"Hei, hei, hei." Sergah Kiba menginterupsi. "Ada apa Naruto? Pagi-pagi udah menghela nafas panjang kayak gitu… " tanya Kiba khawatir. " Ntar umurmu berkurang lho… " ancamnya.

Aku hanya tersenyum masam kearahnya. Aku tak berminat untuk berdebat pagi ini.

"Hey… ayolah~." Pinta Kiba. "Jangan cuekin aku seperti itu… " rajuknya. "Kau bisa cerita masalahmu padaku." Tawarnya bangga sambil menepuk dadanya.

Aku meliriknya dari sudut mataku. Lalu kembali menghela nafas dan terus berjalan menuju sekolah.

"Hei! Kau benar-benar mengacuhkanku!" teriaknya kesal.

Aku tak menghiraukan celotehannya dan terus berjalan menuju ke sekolah.

.

.

"Pagi Gaara." Sapaku pada pemuda berambut merah yang duduk tepat disebelahku.

"Pagi Naruto." Balasnya. "Ada apa?" tanyanya datar. Namun ada rasa khawatir dari nada bicaranya.

Naruto menatap Gaara dengan pandangan lesu.

"Hei Gaara, lebih baik kau tidak usah bertanya. Tadi saja aku di cuekin habis-habisan. Hari ini dia lagi bad mood." Cerocos Kiba mengingatkan.

Namun Gaara tetap tidak peduli pada ocehan Kiba.

"Jika kau tak ingin bicara juga tak apa. Kau bisa bicara kalau kau mau." Tambah Gaara masih dengan nada yang datar.

"Tak mungkin…" celetuk Kiba meremehkan. "Aku saja tadi tidak di tang-"

"Gaara!" seru Naruto tiba-tiba sembari memeluk Gaara.

Kiba cengok. Dia sedari tadi memang merasa di cuekin. Tapi dia tidak menyangka ternyata dia malah benar-banar dianggap tidak ada. Dia pun kembali ke mejanya dengan lesu.

Gaara mengusap kepala pirang Naruto dengan lembut. Seperti seorang ibu yang sedang menenangkan anaknya akan mimpi buruk yang di alami sang anak.

"Gaara…"

"Hn,"

"Aku mimpi aneh."

"…" tak ada jawaban.

Naruto melepaskan pelukannya dari Gaara. Dia menarik kursinya dan mendudukkan diri di samping Gaara.

"Seorang anak kecil." Ujarnya. "Seorang anak kecil berambut hitam dan dia memakai kalung rantai seperti seekor anjing." Lanjutnya dengan tatapan serius.

Gaara menautkan alisnya yang super tipis itu. Tidak mengeti arah pembicaraan Naruto.

FLASHBACK

Hitam.

Gelap.

Tempat ini lagi.

Perasaan tidak enak memenuhi hatiku.

Kenapa aku ada disini?

Terdengar suara langkah kaki yang mendekat. Semakin lama semakin dekat.

Tak ada tempat untuk bersembunyi.

Siapa itu?

Sesosok anak kecil muncul.

'Anak kecil ini lagi…' pikirku.

Aku tak dapat melihat sosoknya dengan jelas karena gelap. Yang ku tahu, rambutnya berwarna hitam. Dia memakai kalung rantai yang telah terputus di bagian rantai pengekangnya. Sepertinya penampilannya selalu mengenaskan. Badannya penuh dengan luka-luka.

Pertama kali ku melihatnya, ada cairan bening yang jatuh dari bagian wajahnya. Aku beranggapan bahwa itu adalah air mata. Dia sedang menangis…

Dia membutuhkan pertolonganku…

Kubuka tanganku lebar untuk merengkuhnya.

Awalnya dia ragu dan sedikit takut. Namun lama kelamaan, dia sendiri yang menghambur kearahku.

Aku mendekapnya erat. Seakan tak ingin kehilangan sosoknya dalam kegelapan yang pekat ini. Dia pun membalas dekapanku dan menenggelamkan wajahnya di dadaku. Tubuhnya yang tadinya gemetar berangsur-angsur mulai tenang.

Aku tak tahu siapa anak ini. Namun, ada perasaan hangat saat bersamanya.

.

.

.

END OF FLASHBACK

Hening.

Naruto menunggu jawaban dari Gaara.

"Sepertinya ada yang membutuhkan bantuanmu." Tanggapnya.

"Siapa?" tanyanya penasaran.

"Mana ku tahu." Jawabnya.

Belum sempat Naruto mengungkapkan pertanyaannya, pintu kelas terbuka dan memunculkan seorang pria berambut silver yang memakai masker dan penutup mata. Dia adalah Kakashi-sensei, guru matematika mereka.

" Pasti bocah itu yang minta tolong." Tebak Gaara mengakhiri pembicaraan mereka.

.

.

.

TBC

MEMO :

Yup. Chap 1 berhenti disini.

Soal mimpi yang dialami Naruto ma Sasuke tu benar adanya muncul di mimpi ling2. Ling2 ga tau maksudnya pa mimpi itu. Karena endingnya menarik n membuat perasaan ling2 'penuh', jadinya ling2 putuskan untuk membuat fict-nya deh. XD

Di rate-nya memang M. Tapi di chap ni mungkin lum da. Mungkin harusnya ling2 tulis T dulu kali ya?

Pi ling2 keburu udah punya ide nista ini… *puppy eyes*. Ntar kalo ga di tulis ling2 lupa lagi…

Baca juga fict ling2 yang laen ya . Setelah ni ling2 akan upload Emotion chap 3. Jangan lupa baca ya ^^ *promosi mode on*

Walo mungkin fict ini agak pendek dan aneh, ling2 tetep meminta review dari reader.

Oya. Karena ling2 punya kebiasaan lupa yang lumayan akut, ingatkan ling2 untuk segera buat lanjutannya dan yang lain ya… *menunduk dalam2*

Itu pun kalau berkenan…

Yang pasti, REVIEW pliss… ^^