Belasan tahun dikenal sebagai idola, belasan tahun hidupnya jadi santapan jutaan pasang mata. Sang Baskara, yang selalu dipuja dan dipuji, sekali waktu ada celanya. Di pertengahan usia kepala tiga, lubang hitam kehidupan menyedotnya sampai tak bersisa. Habis. Tak lagi pantas menjadi pusat orbit.
Donghyuck, Haechan, Full Sun, atau puluhan nama lain yang diam-diam disandangkan kepadanya oleh para penggemar. Seorang solois kondang selepas pensiun dari grup musik yang melejitkan namanya. Dialah Sang Baskara, tersedot habis dari tata surya karena kesalahan yang tanpa sengaja diperbuatnya. Cela yang dibuat Sang Baskara terlalu besar, membuat publik mendadak buta dan tuli akan pesona dan senandungnya. Sang Baskara tidak termaafkan, bahkan dengan penjualan ratusan ribu kopi kaset dan puluhan piala penghargaan atas dedikasinya untuk musik.
Sekadar pertanyaan tentang kabar bukan lagi bentuk perhatian yang dia inginkan. Dia butuh pertolongan, malang hanya satu yang sudi menolong. Satu yang tidak selalu berada di sisinya, yang hidupnya sibuk dari Senin sampai Senin lagi. Satu yang menyesal di kemudian hari. Satu, Mark Lee, yang mencinta tanpa kenal hidup mati.
Lubang hitam menyedotnya semakin dalam, Sang Baskara lelah terhempas ke kekosongan. Kekosongan membuatnya gila, Donghyuck tidak mau hidup di ambang batas waras. Ada baiknya kekosongan itu berakhir saja.
Karena itu, sebuah tekad nekat membulat. Dalam hening malam musim gugur, Sang Baskara memilih lebur. Salam terakhirnya tak semegah supernova, hanya secarik kertas yang mampu menjawab semua tanya. "Terima kasih untuk segalanya. Sampai jumpa jika sudah saatnya," Mark menangis sampai lupa makan dan tidur selepas membaca isinya.
