Dua keturunan dari klan besar pada zaman dahulu saling bermusuhan demi tahta dan kekuasaan mutlak. Berkeinginan memusnahkan dan berdiri di tingkat paling atas. Hingga berabad-abad kemudian, kebencian dan permusuhan mengalir pada darah keturunan terakhir dari masing-masing keluarga. Uzumaki Naruto dan Uchiha Sasuke. Akankah permusuhan berakhir dengan keduanya yang berdamai, ataukah diantaranya... Musnah.
Disclimer © Masashi Kishimoto
NaruSaku & SasuKarin
Genre : Supranatural, Action dan sedikit garam. -w-
"Alur ngebut"
Don't Like don't Read
.
.
.
Tok tok
Saphire seorang pemuda bergulir dari kertas pada pintu yang terketuk. Mengangkat tangannya pelan guna melepaskan kacamata yang bertengger di pangkal hidungnya, dirinya bergumam mempersilahkan masuk pada tamunya.
"Permisi... Uzumaki-sama. Rapat akan segera dimulai. Mohon untuk segera hadir." pemuda yang diminta hadir mengangguk dan membereskan berkas-berkas yang sedari tadi ia tekuni. Lantas berdiri dan berjalan menuju tempat yang telah ditunjuk sebagai ruang rapat.
"Apa sekarang kau menemukannya?" tanyanya disela waktu senggang saat perjalanan. Netranya tak teralih dari jalan yang ia tapaki.
"Sudah, Uzumaki-sama. Sesuai dengan apa yang anda minta."
Sang pemuda pirang mengangguk. Tersenyum sembari berucap terimakasih atas usaha asistennya.
"Maaf jika saya lancang, tetapi untuk apa anda meminta saya mencari informasi tentang Uchiha?" ujar asisten berkacamatanya. Menatap dirinya penuh hormat. Sang pemuda tak menjawab, terus berjalan dalam diam mengacuhkan pertanyaan perempuan itu yang mengambang. Yang tanpa disadari semua, seringaian tercipta di wajah rubahnya.
'Aku menemukanmu, Uchiha. Lihat saja, Uzumakilah yang akan keluar sebagai pemenang, Uchiha. Tunggulah.'
.
.
.
"Moshi-Moshi."
"Karin." suara serak nan dingin keluar dari mulut pemuda raven. Tangan kirinya apik dalam saku celana hitam setelan jas. Onix tajamnya menatap kota dengan gedung-gedung pencakar langit dari jendela besar ruang kerja miliknya.
"Ada apa, Sasuke-kun? Serius sekali, sih." ia dengar dengan jelas suara wanita itu tengah membercandai dirinya. Ia mendengus.
"Aku meminta bantuanmu bukan untuk menggodaku." balasnya, menghiraukan candaan gadis di sebrang sana.
"Oh, ayolah Sasuke-kun. Kau tahu aku merindukanmu? Jarang-jarang kita bisa berbicara seperti ini, ne?" Namun sepertinya ucapan tadi tak berpengaruh pada seseorang di telepon. Masih asik menggoda dirinya. Pemuda itu mendesah.
"Jangan bercanda. Kita baru bertemu enam jam yang lalu." ujarnya. Sunggingan mulus tercetak di wajah yang tadi terlihat datar. Kali ini, indra auditorinya yang menangkap dengusan dari lawan bicara membuat senyumnya tetap melekat.
"Mo~... Tak bisakah kau ucapkan Kau juga merindukanku? Buat aku senang atau apalah." ingin Sasuke tertawa, namun image bagusnya membuat tawa itu harus ia telan bulat-bulat.
Mimik wajahnya berubah serius.
"Bagaimana dengan tugasmu?" ujarnya singkat. Ia yakin orang di sebrang sana mengerti apa yang ia ucapkan.
Tawa lembut mengalun dari telepon. "Tentu saja berhasil. Kebetulan sekali saat aku mencari informasi tentang Uzumaki, orang yang mungkin seseorang yang ditugaskan untuk mencari informasi aku temukan sedang mengobrak-abrik berkas kita. Untungnya aku berhasil membuka Lock Server darinya. Sebagai imbalannya, data tentang Uzumaki itu telah ku dapatkan." seringaian tercipta pada wajah itu. Mata hitamnya berkilat tajam.
"Hn."
"Ck, apa itu Sasuke-kun? Mana pujian untukku?" rengek orang itu
"Iya, kau memang bisaku andalkan." ucapnya dengan terpaksa. Ia tak ingin mendengar rengkan dari sana lebih lama lagi. Cukup dengan kupingnya yang saat ini tengah gatal.
"Yatta, aku menunggu hadiah darimu nanti. Jaa, sampai bertemu di rumah."
Tut
Ia hanya mendengus kala sambungan tertutup sebelah pihak. Membiarkan dirinya yang telihat bodoh karena apa yang akan ia ucapkan kembali ia telan.
"Orang itu..." dengusnya. Namun tak berapa lama, mimik wajahnya berubah. Seringaian semakin jelas di wajahnya. Mata yang tadinya hitam, berubah merah dalam satu kedip.
"Tak perlu menunggu waktu lama lagi. Uchiha akan berada di puncaknya dan akan berada pada masanya, Uzumaki."
.
.
.
Uzumaki Naruto tersenyum saat keberadaannya tak disadari seseorang di hadapannya. Mengendap-endap pelan dengan berbagai rencana yang telah terkemas di otaknya. Mencincang? Mengikat? Mencambuk? Menikmatinya? Oh, air liurnya menetes. Dan satu langkah lagi, tangan kekarnya akan memeluk tubuh dari perempuan merah jambu di hadapannya yang tengah membereskan meja makan. Lupakan tenang aksi kejamnya, rencana yang lebih bagus telah ia temukan. Ia akan menciumnya, membungkusnya dan menggendongnya langsung ke kamar dan nyantapnya tanpa ampun. Jika saja itu berhasil. Tapi—
"Oh, kau sudah pulang, sayang?" alunan suara itu memaksa wajahnya cemberut. Semua rencana yang telah apik ia persiapkan menjadi sia-sia saat perempuan di hadapannya menyadari apa yang akan ia lakukan. Kepalang ketahuan, tangannya langsung merengkuh tubuh itu.
"Tadaima, Sakura-Chan." desahnya di dekat telinga sang pasangan membuat sang gadis menggeliat.
"Okaeri, Naruto-Chan." Naruto memutar saphire-nya. Merasa terejek akan suffix yang diberikan Sakura padanya.
"Pakai -kun, Sakura-Chan. Kau mau ku hukum ya?" cibirnya. Memeluk lebih erat tubuh wanita itu.
"Benarkah? Oh~, sepertinya menyenangkan." kekeh wanita itu. Menumpukan tangannya pada tangan Naruto dengan punggung yang ia rapatkan pada dada Naruto.
"Tapi sebelum itu kau mandi dulu, aku sudah menyiapkan air hangatnya. Setelah itu turun ke sini, kita makan malam. Ne?" Naruto menumpukan dagunya pada pundak Sakura. Menghirup bau bunga dari rambutnya.
"Tidak. Aku punya ide lain." gumamnya mengundang satu alis Sakura naik.
"Bagaimana kalau kau ikut aku mandi, gosok punggungku. Hm?" Sakura terkekeh. Melepaskan pelukannya dan berbalik menghadap Naruto.
"Baiklah, tapi lakukan dengan cepat. Nanti makanannya dingin." tangannya mengusap pipi Naruto halus. Naruto sendiri menyeringai.
"Aku tak janji. Ayo." tangannya membimbing tangan Sakura mengikutinya. Saling berbagi senyuman dan tawa.
.
.
.
Ruang makan Uchiha terdengar aman dan tentram. Meski salah satu dari dua manusia yang berdiam diri di sana adalah sosok yang cerewet dan bawel. Tetapi saat-saat seperti sekarang adalah moment tertenang—dan Sasuke menikmati ketenangan.
"Sekarang giliran Sasuke-kun yang cuci piring. Aku lelah." sosok wanita berambut merah pekat menyenderkan punggungnya pada Kursi. Melemaskan otot-ototnya yang serasa kaku.
Sregh
Tanpa kata, sang pemuda membereskan semua piring-piring kotor dan menumpuknya sebelum menggiring mereka pada washtafel dan memandikannya.
"Karin, kau sudah memindahkan file itu ke Laptop-ku?" ujar Sasuke dari arah dapur. Sedang Karin yang tengah menyangga dagunya membuka mata yang tadi sempat tertutup.
"Sudah. Sasuke-kun tinggal mencarinya di folder biasa." gumamnya, kembali menutup matanya yang serasa berat. Oh, ia lupa, tadi ia telah menyantap hidangan melebihi porsinya. Dan ini akibatnya, ia kekenyangan dan membutuhkan tidur untuk mempercepat proses pencernaan.
Tap
"Kau sudah mengantuk?" Sasuke menatap Karin. Acara membersihkan yang ia kerjakan telah usai, dan ia dibuat berhenti kala netranya melihat Karin yang terkantuk-kantuk di meja makan.
"Ck, masuk lah ke kamar! Wajahmu akan membentur meja jika kau tetap seperti itu." ucap datar Sasuke, menyimpan piring yang ia bawa pada rak dan menutup pintu itu kala telah beres.
"Ngh... Aku tak sanggup berjalan." alis Sasuke terangkat.
"Lalu? Kau ingin tidur di sana?" terlihat Karin yang menelungkupkan wajahnya pada kedua tangan di atas meja. Bergumam.
"Gendong aku." Sasuke hanya memutar bola matanya. Melangkah mendekati Karin dan mengendongnya Bridle Style.
"Untuk kali ini saja aku menerima modus-mu. Tidak untuk lain kali." Sasuke memulai langkahnya. Meniti tiap anak tangga menuju kamar mereka.
Karin tersenyum. "Kau tahu aku bermodus, tapi kau selalu menurutinya." Karin menyamankan kepalanyanya di dada Sasuke. Menutup matanya dan menghirup bau parfum yang menyatu dengan bau tubuh Sasuke. Ia selalu menyukainya.
"Hn."
.
.
.
Naruto memasukan flashdisk pada laptop miliknya. Mengetik beberapa huruf yang merupakan beberapa kode untuk membuka file rahasia itu.
Tetapi Naruto termenung. Mengingat apa yang diucapkan asistennya.
"Tapi maaf, Uzumaki-sama. Saat saya mengambil file dari Uchiha, disaat yang sama mereka berhasil mengambil info mengenai anda."
Naruto menghembuskan nafasnya. Ia juga sudah mengira, Pihak Uchiha pasti juga telah bergerak mencari info tentangnya. Untuk itu ia tak memarahi Asistennya. Tersenyum dan mengatakan terima kasih serta imbalan untuk kerja keras asistennya.
Klik
Klik
Klik
Tangannya bergerak membuka beberapa file dan membacanya dengan cepat. Netranya hergulir kesana kemari dengan mudah sementara layar bergulir dengan cepat. Suara klik dan gesekan kecil mengiringi setiap detik yang berlalu.
"Hm, ini lengkap. Kupikir ini seimbang dengan informasi yang mereka ambil." gumam Naruto. MengClouse semua file yang telah dibuka.
"Naru, kau belum mau tidur?" sosok Sakura masuk ke kamar. Berjalan dan mendudukan diri di pinggiran kasur. Piyama merah jambu telah terpakai rapi di tubuh Sakura.
Naruto memutar kursinya. Tersenyum memandang Sakura. "Kau duluan saja, Sakura-chan. Masih ada yang harus aku lakukan."
"Apa kau sudah menemukan dimana Uchiha terakhir saat ini berada?" ucap Sakura. Naruto menggeleng.
"Masih belum. Tapi secepatnya akan aku temukan." Naruto kembali memutar kursinya menghadap laptop. Mengetik sesuatu dan melanjutkan pekerjaannya.
"Begitu? Baiklah, Jangan tidur terlalu larut. Aku tidur terlebih dahulu." ucap Sakura. Membarungkan tubuhnya dan menarik selimut menutupi sebagian tubuhnya.
"Hm, Oyasumi."
"Oyasumi, Naru-Chan." Naruto mendengus.
.
.
.
Sasuke menuruni tangga dengan hati-hati. Ruang bawah tanah kediamannya terlihat lumayan gelap jika tidak ada lampu kecil di beberapa titik tertentu. Ditambah hawa dingin sedikit membuat tulang di setiap tubuh Sasuke merasakannya.
Tap
Sasuke memerhatikan pintu di hadapannya. Sedikit lama termenung sebelum tangannya menyentuh knop pintu dan membukanya.
Setelahnya, terlihat ruangan yang dipenuhi beberapa benda yang bukan ciptaan tahun-tahun sekarang. Tumpukan gulungan, tugu batu, dan beberapa foster berisikan kanji-kanji berupa mantra dan teknik menempel di dinding ruangan. Onix-nya sudah tak asing lagi dengan semua ini, dengan perlahan langkahnya membawa tubuhnya sendiri pada peti dengan panjang satu setengah meter. Tangannya menyentuh peti itu sedang netranya tertutup. Tak lama, cahaya hijau muncul dari tanganya dan menyelubungi peti itu. Kanji-kanji muncul di atas peti, semakin terang dan terang sebelum meredup dan hilang. Tak lama, peti itu terbuka dengan sendirinya. Memperlihatkan sebuah benda panjang bermotifkan naga emas pada sarungnya dan tali merah pada gagangnya. Sebilah pedang.
Tangan Sasuke mengambil bilah pedang itu dan memisahkan sang bilah pedang dengan sarung yang membungkusnya. Cahaya biru menguar dari sana.
"Uzumaki... Aku telah menunggu lama untuk ini." Seringaian tercipta, dimulai dari kekehan, berubah menjadi tawa yang mengancam.
...
Pertarungan tinggal menunggu waktu. Hasil akhir telah di depan mata. Pertarungan yang menentukan harga diri dari masing-masing keluarga dan yang akan mengakhiri pertarungan yang telah berlangsung berabad-abad.
Uzumaki...
...atau...
...Uchiha?
TBC
Hallo-Hallo, Minna. Saya datang lagi, Author gagal dengan karyanya yang selalu gagal. Maaf malah bikin fict baru sementara fict yang onoh, onoh, dan onoh masih belum selese. Huks (T,T)
Okay, sekedar informasi, mungkin fict ini akan selese tiga chapter, atau kemungkinan dua chapter dengan chapter kedua puaaaanjaaaaang (+ Gaje). Khoho
Seperti biasa, bolehkah saya meminta reviewnya? Jangan sungkan. Boleh saran, kritik dan apa yah, khehe asal jangan kritik tentang Pairnya aja, gak ingin ada pair war lagi. ;V
Review
V
v
.
.
