hello! ini fic pertamaku, dan aku bikin pairing DraMione!
hope you like it guys! Don't Like Don't Read! :D
CHAPTER 1
Hermione terbangun pagi-pagi sekali, dia melihat ke arah arloji nya masih menunjukkan pukul 06.15. Hermione memandang kamar Ketua Murid-nya yang besar bagaikan kamar di hotel muggle.
Hermione langsung keluar menggunakan gaun tidurnya dan turun untuk membuat susu dan membuat sarapan. Tiba-tiba, dia berpikiran untuk mengintip sang Ketua Murid laki-laki di kamarnya.
Dia naik ke atas untuk melihat sang Ketua Murid. Dia mendorong pintunya sedikit, dan melihat sang Ketua Murid laki-laki masih tertidur pulas dan-astaga-dia tidak memakai baju! Hanya saja bawah nya ditutupi dengan selimut. Hermione langsung menutup pintunya cepat-cepat dan semburat merah kentara sekali di wajahnya.
Hermione langsung lari ke bawah untuk membuat sarapan lagi di pantry-nya. Setelah semua siap, dia mengambil buku yang diberikan Dumbledore dan membacanya sambil menghirup susu nya.
Setelah itu, Hermione langsung memakan sarapannya. Ada 2 buah telur mata sapi dan roti tawar. Yang dimaksudkan untuknya dan partner Ketua Murid-nya. Dia melahap habis makanannya itu dan tiba-tiba saja, sang Ketua Murid laki-laki itu muncul dari tangga.
"Pagi, Granger," sapa sang Ketua Murid.
"Pagi juga, Malfoy," jawab Hermione. Dia jadi ingat akan kejadian tadi yang melihat-ampun-si Pangeran Slytherin tidur telanjang. Dan untungnya sekarang dia sudah memakai bajunya. Celana pendek berwarna silver dengan garis hijau di sisinya serta kaos biasa dengan bergambar ular Slytherin.
"Sudah bangun, eh?" tanya Hermione. Draco mengangguk dan tersenyum.
Ya, setelah perang berakhir dan matinya Voldemort, keluarga Malfoy menjadi sangat baik dengan semuanya. Termasuk dia, Granger. Tidak ada lagi Darah Murni-Darah Lumpur. Tidak ada lagi perseteruan antara Slytherin dan Gryffindor seperti yang dicita-citakan Dumbledore.
"Rajin sekali kau, Granger. Sudah membuat sarapan dan-hei mana susuku?" tanya Draco. Hermione diam dan menunjuk ke pantry. Draco menurut dan membawa segelas susu.
Hermione melihat arlojinya. Sudah hampir pukul tujuh, batinnya. Dan Hermione pamit pergi mandi dan Draco hanya mengangguk.
Selama Hermione mandi, Draco membaca prophet pagi ini yang baru saja diantar burung hantu keluarganya. Draco hampir tersedak saat mengunyah rotinya. Matanya melotot.
"RUMAH KEDIAMAN KELUARGA MALFOY HAMPIR SAJA KEBOBOLAN MALING" begitu headline beritanya.
Draco membaca cepat headline itu dan bersyukur bahwa rumahnya tidak apa-apa.
Setengah jam kemudian, Hermione selesai mandi dan menawarkan Draco untuk mandi.
"Kau tidak apa-apa, Drake? Wajahmu sedikit pucat. Kau sakit?" tanya Hermione sambil menempelkan punggung tangannya ke dahi Draco.
"Baca saja prophet itu." kata Draco sambil menunjuk ke arah koran paginya. Hermione membaca cepat dan melihat ekspersi Draco.
"Untung saja tidak ada yang hilang dan orang tuamu selamat. Bagaimana bisa, Malfoy Manor hampir kebobolan? Bukannya dijaga ekstra ketat?" tanya Hermione pada Draco.
"Entahlah. Aku tak perlu memusingkannya. Hartaku kan di sini." jawab Draco sambil tersenyum jahil ke arah Hermione. Tapi Hermione memalingkan muka karena seekor burung hantu mematuk-matuk jendela ruang rekreasi itu.
"Surat dari siapa ini?" Hermione langsung melangkah ke jendela dan membukakan jendela untuk burung hantu tersebut. Dan burung hantu itu membawa segulung perkamen di kaki nya dengan pita merah-emas khas Gryffindor.
Hermione langsung membuka nya dan membaca nya keras-keras.
Dear Hermione
Hey Hermione, susah sekali bertemu kau kemarin. Sibuk pelajaran, eh? Haha. Oh iya, tadi malam Hagrid baru saja memberi tahuku soal telur naga. Sepertinya dia akan mengulangi hal yang sama seperti tahun pertama kita. Ah dasar Hagrid.
Maukah kau ikut kami mengunjungi Hagrid setelah sarapan ini? Aku tak melihatmu di meja Gryffindor. Yah kuputuskan saja untuk mengirim surat ini. Daripada capek-capek naik ke atas menggunakan sapu. Hahaha. Oh iya, aku menunggumu di Aula Besar.
Salam,
Harry, Ronald
Nb: kau boleh mengajak Draco-yah kalau dia mau-dan ini burung hantuku yang baru.
"Naga?" tanya Draco heran setelah mendengar isi surat itu dari Hermione.
"Yeah, hobi Hagrid memang aneh-aneh. Bagaimana? Kau mau ikut?" tanya Hermione. Draco mengangguk riang.
"Cepatlah. Sudah hampir setengah delapan dan kau belum mandi. Jam untuk sarapan itu hanya sampai jam 8, mengingat kau mandinya cukup lama." kata Hermione. Draco nyengir dan langsung menyambar handuknya yang dia ambil dengan mantra pemanggil.
Hermione langsung naik ke kamarnya dan berganti pakaian. Hari ini Sabtu, dan tidak ada jam pelajaran apapun. Dia berencana untuk mengunjungi Hogsmeade setelah pulang dari rumah Hagrid.
Selesai berganti pakaian yang lumayan santai, Hermione berjalan menuju ruang rekreasi, sekarang dia melihat Draco yang masih memakai handuknya yang dililitkan hanya dari pinggang kebawah. Hermione hampir berteriak namun Draco buru-buru menutupi tubuhnya.
"Kenapa kau tidak bilang kalau kau masih ada di sini?" tanya Draco gugup, wajahnya memerah.
"Aku hanya berganti baju. Apa aku pernah meninggalkanmu kalau kita mau pergi bersama?" jawab Hermione dengan tatapan heran. Draco diam saja dan langsung lari menuju kamarnya. Hampir menabrak Hermione karena Hermione masih di puncak tangga.
"Merlin!" dengus Hermione setelah melihat pemandangan-well cukup menarik-ini.
Draco keluar dengan baju santainya. Entah kenapa Draco sekarang lebih suka casual daripada resmi seperti dulu. Dan sepertinya, rambutnya ditata asal-asalan saja. Tidak seperti Draco yang biasanya, membuat Hermione heran. Mungkin kalau orang tuanya melihat, Draco akan kena semprot.
"Drake, tidak biasanya kau tampil seperti Harry?" tanya Hermione agak geli. Karena-jujur saja-rambutnya memang dimodel mendekati seperti Harry saat tahun ke 3 nya.
"Aku bosan dengan penampilanku selama ini." kekeh Draco. Dan Hermione terkikik geli.
"Ayo, Granger." Draco langsung berjalan menuju pintu dan Hermione membuntutinya di belakangnya.
Lukisan gambar ksatria menunggangi kuda itu menutup. Draco mengacak rambutnya lagi dan Hermione melihat arlojinya. Mereka berjalan berdua di koridor. Koridor sangat penuh karena anak-anak baru saja selesai sarapan.
Draco dan Hermione langsung menuju Aula Besar dan melihat 2 orang pemuda yang satunya berambut merah cerah dan satunya berambut hitam sedang duduk di meja Gryffindor sedang bermain catur penyihir. 2 buah piala jus labu kuning ada di samping mereka.
Si Merah melihat ke arah pintu dan melambai ke arah Draco dan Hermione. Mereka langsung menghampiri kedua pemuda itu.
"Harry, Ron!" sapa Hermione. 2 pemuda itu yaitu Harry dan Ron menoleh lalu nyengir ke arah Hermione.
"Oh, hai, Mione, Draco. Kau ikut juga?" tanya Harry mengajukan pertanyaannya untuk Draco dengan ramah dan wajah senang.
"Yeah! Aku ingin melihat telur naga itu. Dulu ayah pernah menunjukan kepadaku saat kami berlibur ke Rumania. Dan itu sudah lama sekali. Aku ingin melihatnya lagi!" jawab Draco bersemangat. Tiba-tiba, Pansy datang dan mengecup pipi kiri Ron.
"Hei, kalian jadian, eh?" tanya Hermione terkejut melihat kehadiran Pansy yang langsung tiba-tiba mengecup pipi Ron sambil menahan tawanya.
"Sejak kapan, Pans?" tanya Draco ikut-ikut menahan tawanya. Muka Pansy dan Ron bersemu merah dan Harry langsung terkekeh geli melihat ekspresi dua sahabatnya ini.
"Kau terlalu sibuk dengan tugas Ketua Murid-mu. Sehingga kau lupa akan kita bertiga." jawab Harry sambil tertawa. Draco dan Hermione hanya ingin menahan tawanya saat melihat kemesraan antara Pansy Parkinson dan Ronald Weasley yang tidak akan mungkin terjadi jika Harry-the-boy-who-lived-tidak mengalahkan Voldemort.
"Kami pacaran baru 3 hari yang lalu. Aku baru sadar bahwa keeper Gryffindor ini sangat menarik." jawab Pansy dengan malu-malu dan Ron tanpa ragu-ragu merangkulnya.
Yeah, Hermione dan Ron memang sudah putus lama. Gara-gara, Hermione merasa tersinggung karena dia dihina oleh Ron "Darah Lumpur" karena saat itu Ron masih sangat terpukul akan kematian Fred. Sehingga dia mudah marah dan menjadi sangat sensitif. Saat itu, Hermione berusaha untuk membujuknya untuk tidak terus-terusan terpuruk akibat kematian Fred. Namun 3 minggu setelah itu, mereka sudah berbaikan lagi dan Ron meminta maaf walaupun mereka tidak bersama lagi seperti dulu. Hanya sebatas sahabat dan tidak ingin menjadikan Harry sebagai penonton di antara hubungan mereka mengingat mereka bertiga adalah sahabat baik. Sangat baik.
"Astaga Drakkie, ada apa dengan rambutmu?" tanya Pansy heran. Draco hanya nyengir dan memberi tatapan, aku-akan-memberi-tahumu-nanti.
"Ayo! Jangan buat Hagrid menunggu kita," kata Harry.
Harry berjalan dengan Hermione dan Draco di belakang Pansy dan Ron. Harry menceritakan bagaimana mereka berdua bisa berpacaran. Draco dan Hermione menahan tawa nya sampai mukanya merah karena cara menyatakan cinta Ron yang sedikit konyol.
"Dan, Harry, bagaimana hubunganmu dengan Ginny? Aku jarang sekali bertemu dengannya sekarang." tanya Hermione setelah Harry selesai bercerita tentang PansRon itu.
"Oh, kami sudah putus 2 minggu yang lalu. Yah, ini keputusan final kita. Ginny sepertinya sudah tidak nyaman denganku, karena-yeah kau tahu, aku ini sangat cuek. Mana ada sih, perempuan yang mau dicuekin sama cowok kayak aku?" jawab Harry nyengir.
"Tega sekali kau, Potter," kata Draco. Harry nyengir.
"Sepertinya aku sedang ingin memburu anak Slytherin. Hei, Draco, bisakah kau kenalkan aku anak Slytherin yang cantik-cantik?" tanya Harry usil. Draco tertawa sampai memegangi perutnya, Hermione hanya melihatnya heran dan ikut tertawa juga. Pansy dan Ron heran lalu menoleh ke belakang.
"Apa yang kalian tertawakan? Bukan aku dan Ron, kan?" tanya Pansy dengan muka agak jengkel.
"Tentu saja tidak, Pans. Kami hanya menertawai Harry. Yah, otaknya sudah konslet!" jawab Draco asal. Harry dan Hermione tertawa lagi.
Tak lama setelah itu, mereka sampai di rumah Hagrid. Hagrid sedang menyirami labunya yang luar biasa besar dengan ditemani Fang, anjingnya yang luar biasa penakut!
"Harry, Ron, Hermione dan wah kau membawa dua manusia Slytherin ini, hello Malfoy, Parkinson," sapa Hagrid ramah.
"Cukup Draco saja," kata Draco cepat-cepat. Pansy diam saja tetapi tersenyum.
"Hei Hagrid, kenalkan, wanita ku yang baru, Pansy. Bagaimana menurutmu? Cantik kan?" kata Ron dengan berbinar-binar. Serentak mereka semua tertawa dan Ron bingung.
"Diamlah, jangan kau buat aku malu!" kata Ron setengah jengkel. Namun, Pansy buru-buru mengelus tangannya lembut sambil tersenyum simpul.
Hagrid langsung mengajak mereka masuk dan menunjukkan telur naga yang seperti dikatakannya. Pansy sangat senang melihatnya karena dia belum pernah melihatnya. Harry, Hermione, dan Ron hanya terkagum-kagum dengan hobi aneh sahabat setengah raksasanya ini. Draco hanya mengamatinya dan tersenyum sambil manggut-manggut.
Mereka ngobrol agak lama, mungkin sekitar 1 jam mereka di rumah Hagrid. Draco merasa belum pernah dia segembira ini dulu. Walaupun dia masih sedih mengingat sahabat nya Crabbe mati gara-gara kutukannya sendiri.
Pansy juga seperti itu, dia baru pertama kali bersentuhan dengan "Manusia Gryffindor" yang dulu sangat dibencinya ini.
"Malfoy, kudengar dari Professor Sprout tadi pagi, bahwa rumahmu hampir kemalingan. Benarkah itu?" tanya Hagrid saat sedang memberikan Hermione tambahan teh-nya yang cangkirnya sebesar ember.
"Er-iya Hagrid. Aku juga membacanya di prophet hari ini. Dan kabarnya, sih orang tuaku baik-baik saja. Yah, semoga saja mereka memang benar baik baik saja." Ucap Draco sambil mengunyah kue buatan Hagrid yang tumben hari ini tidak sekeras karang.
"Kau sudah mengirimkan burung hantu?" tanya Ron sambil meneguk teh nya.
"Oh iya! Aku lupa untuk menyuratinya. Ya, nanti saja sehabis dari sini. Dad juga belum memberikan kabar." jawab Draco enteng sambil terus mengunyah kue nya.
"By the way, Drake, ada apa dengan rambutmu? Kau tak terlihat seperti seorang Malfoy!" seru Harry. Hagrid memandangnya dengan wajah heran.
"Er-aku bosan dengan gayaku yang dulu. Yah, walaupun itu ciri khas Malfoy, tapi, ingin aku menjadi orang biasa. Sepertinya seru seorang Malfoy menjelma seperti muggle biasa. Aku akan rapi lagi jika Mum dan Dad mengunjungiku." Draco terkekeh.
Setelah ngobrol cukup seru, mereka berlima pamit kembali ke kastil. Namun, Hermione buru-buru mengajak mereka ke Hogsmeade. Langsung saja mereka berseru setuju. Ron juga berkata bahwa cabang Sihir Sakti Weasley baru saja dibuka di Hogsmeade.
Harry tiba-tiba terdiam melihat sosok Ginny bergandengan dengan Dean Thomas yang juga akan ke Hogsmeade. Harry terdiam membuat Draco cengar-cengir sendiri.
"Harry, kau tidak cemburu, kan?" Tanya Draco sambil melihat Ginny dan Dean bergandengan tangan.
"Dia cantik, ya? Bodohnya aku melepaskannya kepada Si Hitam itu." gumam Harry. Draco tertawa terbahak-bahak. Bukan karena pujian Harry terhadap Ginny. Tetapi ejekan Harry terhadap Dean. Hermione yang berjalan di sebelahnya bingung.
Harry melamun sepanjang perjalanan. Draco dan Hermione tanpa sadar juga bergandengan. Rupanya Ron dan Pansy sudah mojok duluan entah di mana setelah mereka sampai di Hogsmeade.
"Sepertinya, kita memang The Trio. Bedanya, kini bukan Ron, melainkan Draco." kata Hermione sambil meminum Butterbeer-nya. (saat itu mereka lagi duduk-duduk di Three Broomsticks)
"Haha aku tidak akan pernah bisa menggantikan posisi Weaselbee untuk kalian." jawab Draco enteng sambil meminum Butterbeer-nya.
Harry terdiam lagi. Rupanya, dia melihat Ginny sedang berpelukan mesra di seberang kursinya. Mungkin Ginny tidak menyadari akan kehadiran Harry. Atau mungkin sadar sehingga ingin membuat panas Harry. Tapi Harry yakin Ginny bukan sosok yang seperti itu.
"Hei! Aku mencari kalian!" kata Ron jengkel sambil duduk di sebelah Hermione (yang ini langsung ditarik Pansy dan duduk di sebelah Harry)
"Sorry," jawab Ron singkat sambil memandang lurus-lurus. Sepertinya pandangannya sama dengan Harry.
"Dia mulai lagi," gerutu Ron. Harry melirik dan tersenyum. Draco ngobrol asyik dengan Hermione. Pansy cemberut karena dicuekin sama Ron. Sampai-sampai, Pansy menjambak rambut merah si Weasley.
"Sudah puas berduaannya, Mr Weasley, Mrs Parkinson?" goda Hermione. Harry tertawa. Lupa akan bayangan Ginny yang sudah mulai berciuman dengan Dean.
"Shhh..." Ron dan Pansy berbarengan meletakkan telunjuknya di bibirnya yang dimonyongin.
Setelah sekitar setengah jam mereka duduk-duduk di Three Broomsticks mereka memutuskan untuk ke cabang Sihir Sakti Weasley. Tokonya yang paling nyentrik diantara toko-toko yang lain karena toko lain sudah terlihat tampak tua tapi tetap saja ramai dikunjungi para murid Hogwarts dari tahun 3 sampai 7.
Tokonya serba merah dan emas menandakan mereka dulunya murid Gryffindor. Isinya penuh sekali dengan anak-anak kelas 3 ke atas. Tiba-tiba, Hermione dan Ron bertemu dengan Angelina.
"Hai Ron, Hermione, berdua saja?" sapa Angelina dari dalam toko yang berhasil melewati begitu banyaknya pengunjung.
"Tidak, ada Harry, Draco, dan Pansy. Mereka masih di luar sepertinya. Atau mungkin sedang berusaha menerobos banyaknya pengunjung-oh, George!" jawab Hermione sambil melambai ke arah George. Penampilan George agak aneh dengan telinga nya hanya sebelah. Namun itu yang membuat George bertambah unik.
"Hai Hermione, sedang kencan rupanya, eh?" goda George sambil melirik jahil ke arah Ron. Reaksi Ron langsung melotot dan menyuruhnya diam. George dan Angelina memang belum tahu kalau mereka berdua putus. Makanya dia masih senang menggoda adiknya ini.
"Kita sudah putus." jawab Hermione masam.
"Bukankah kau melihat pertengkaran kami?" sambung Ron. Ya, memang mereka putus di The Burrow saat liburan musim panas setelah pertempuran.
"Tapi kita tak tahu bahwa kalian akan putus." jawab George sekenanya. Hermione hanya tersenyum dan Harry, Draco, dan Pansy muncul dari beberapa pengunjungnya.
"Hei Malfoy, pacarmu, kah?" goda George sekali lagi. Kini sambil melirik Pansy.
Draco memberikan isyarat bukan, tetapi sambil menunjuk ke arah Ron. George hampir tertawa melihat isyarat Draco dan membuat Ron bingung. Dan dengan terang-terangan, dia menggandeng Pansy dan merangkulnya erat.
"Iya dia pacar baruku!" seru Ron. Hampir pengunjung yang ada di dekatnya mendengarnya. Ernie Macmillan hampir tertawa mendengarnya yang ada di belakang Draco. Sedangkan muka Pansy langsung merah padam karena malu.
"Hei Weasley, laris sekali tokomu? Dan aku turut berduka cita atas meninggalnya saudara kembarmu, ya?" kata Draco.
"Iya, aku tak menyangka bahwa toko kita akan laris seperti ini. Ini berkat Harry yang meminjamkan modal untuk kita. Masalah itu, terimakasih, Malfoy. Oh iya, aku baca di prophet pagi ini, rumah mu hampir kebobolan maling. Benarkah itu?" tanya George. Draco hampir kesal diberi pertanyaan yang sama terus. Tetapi, Draco memberikan jawaban yang juga sama terus.
Mereka lama di Hogsmeade. Sampai tiba waktunya makan siang. Ron membelikan Pansy sebuah Pygmy Puff berwarna hijau semu putih yang kata George itu terbaru. Pansy senang nya bukan kepalang karena Pygmy Puff itu sangat imut!
"Aku akan memberikan namanya, Billie. Setujukah kau, Ron?" tanya Pansy manja. Ron agak terbelalak mengingat kakaknya juga ada unsur 'Bill' nya. Tapi toh dia meng-iya-kan juga.
Mereka kembali menuju kastil dengan rasa lelah yang berlebihan. Harry membeli lumayan banyak barang di toko George tadi. Draco hanya membeli beberapa mainan iseng buatan George dan Fred yang dibelinya di toko yang sama. Hermione dan Pansy tidak membeli apa-apa.
Mereka makan siang bersama di Aula Besar. Draco dan Pansy meminta bergabung dengan meja Gryffindor karena masih ingin bercerita seru dengan Trio Gryffindor. Mungkin ini pengalaman terakhirnya sebelum mereka lulus dari Hogwarts.
Rencananya malam ini Draco akan menginap di ruang bawah tanah Slytherin. Begitu juga Hermione yang akan menginap di menara Gryffindor. Tetapi, setelah makan siang, mereka menghabiskan waktu bersama di Aula Besar sampai akhirnya, Hermione dan Pansy pergi menemui Slughorn untuk pelajaran tambahan karena pelajaran sebelumnya mereka izin karena sakit.
"Ah, Hermione dan Pansy pergi. Bagaimana kalau kita bermain di ruang rekreasi Ketua Murid?" usul Draco. Ron dan Harry bersemangat. Setelah mengambil beberapa makanan, mereka naik ke menara paling tinggi di Hogwarts.
"Bulu Ketiak" kata Draco dan lukisan ksatria menunggangi kuda mengayun terbuka. Draco langsung buru-buru ke kamar mandi karena dari tadi ada yang ditahannya. Sedangkan Harry dan Ron duduk di ruang rekreasi nya sambil melihat-lihat.
Tiba-tiba, ada burung hantu dengan warna keperakan masuk ke ruangan itu. Sepertinya Hermione lupa untuk menutup jendelanya tadi pagi. Burung itu menjatuhkan sebuah amplop dengan logo keluarga Malfoy dan burung itu langsung melesat pergi.
Harry dan Ron diam saja tidak bereaksi. Mereka berpikir, itu untuk Draco. Dan benar saja, setelah tak lama burung itu pergi, Draco keluar kamar mandi. Draco membukanya.
Dear Draco
Sudahkah kau membaca Daily Prophet tadi pagi? Headline itu mengatakan Malfoy Manor hampir kebobolan maling. Ya, itu memang benar. Mum dan Dad tidak apa-apa. Dan jangan khawatir. Barangmu di sini tidak apa-apa. Tukang kebun kita yang jiwanya sedikit terganggu itu mencoba membobol kamarmu.
Bagaimana kau di sana? Semoga kau baik-baik saja dengan si Granger.
Salam,
Narcissa Malfoy
"Semoga kau baik-baik saja dengan si Granger?" tanya Ron heran setelah membaca surat dari ibu Malfoy itu. Draco hanya mengangkat bahu dan duduk di kursi berlengan kesayangannya.
Mereka ngobrol-ngobrol seru dan mengerjai Harry habis-habisan karena tidak ada target untuk diajaknya tunangan.
"Apakah kau sudah ada, Draco?" tanya Harry yang sudah kesal dengan ejekan kedua sahabatnya. Draco yang masih terkekeh itu menggeleng.
"Nah, kau saja belum punya! Kenapa kau meledekku?" kata Harry yang pandangannya tajam.
"Okay, Potter. Hentikan. Sudah, sudah" kata Draco yang masih saja ingin tertawa.
"Oh ya, Weasley, lucu sekali kau bisa pacaran dengan Parkinson itu? Aku sudah mendengar semuanya dari Harry dan sangat menarik sekali ceritamu itu. Kau diberi dia amortentia?" kekeh Draco yang sekarang melemparkan sebuah apel ke Harry dan Ron.
"Oh diamlah. Kami hanya pendekatan setelah pertandingan saat melawan Ravenclaw sebulan yang lalu. Dia mendekatiku di ruang ganti dan berkata aku ini hebat sekali. Tapi aku diam saja karena aku masih tidak percaya. Seorang Slytherin mendekati seorang Weasley yang tidak mungkin terjadi.
"Dan akhirnya, kami sering bertemu. Apalagi kelas Gryffindor dan Slytherin hampir selalu bersama. Dan setelah pelajaran, kami sengaja mengobrol. Sampai akhirnya, saat malam Halloween yang aku menyamar menjadi zombie muggle dan dia menjadi-er-banshee sedikit membuatku ngeri. Kau tahu? Pesta halloween yang sangat buruk!
"Tetapi, saat itu rencana untuk menembaknya gagal. Akhirnya, seminggu setelah itu aku berani berkata padanya bahwa sepertinya aku menyukainya. Dan kau tahu apa yang kukatakan? Aku meminta George untuk membuatkan sebuah kembang api untuk menyatakan cinta. Awalnya berjalan mulus. Namun ledakan terakhir mengenaiku. Dan mukaku hitam legam. Sialnya aku!" cerita Ron panjang lebar dan Draco manggut-manggut seperti burung yang sedang minum. Harry masih tak kuasa menahan tawanya karena Harry melihat juga proses penembakannya.
"Amazing, Weaselbee." komentar Draco sambil tertawa kecil.
Setelah bercerita lama, tiba-tiba Ron tertidur di sofa. Harry dan Draco bermain catur penyihir. Draco sudah hampir kalah tiga kali melawan Harry. Tiba-tiba, Draco meluncurkan kata-kata yang membuat Harry hampir terlonjak.
"Harry, tahukah kau, bahwa sebenarnya Hermione sangat cantik?" gumam Draco. Harry terbelalak. Apakah Hermione berhasil memberikannya amortentia?
"Um-yeah. Dia memang cantik. Pintar, rajin, yah, dia siswi terbaik di sini. Bahkan dia Ketua Murid kan seperti kau?" jawab Harry berusaha menyembunyikan gugupnya.
"Lalu rencananya, Potter. Kau mau menembak siapa?" Tanya Draco. Harry yang sedang meminum jus labu yang disihir nya sendiri tersedak mendengar pertanyaan Draco.
"What? Mungkin Cho, atau Lavender kalau perlu?" jawab Harry asal sambil membersihkan mulutnya.
"Lavender Brown yang dungu itu? Mantan Weaselbee?" tanya Draco kaget. Harry menganggukkan kepalanya tanda setuju.
"Tidak! Lebih baik Cho atau mungkin Hannah Abbot. Hufflepuff." Jawab Draco tiba-tiba.
"Hannah? Dia pacarnya Ernie kan?" jawab Harry. Draco mengangguk sambil memakan Bertie Botts permen segala rasa yang dibelinya tadi di Honeydukes.
"Tidak. Sepertinya aku akan mencoba di Cho dulu." jawab Harry.
"Kau seperti playboy kurasa." kata Draco terkekeh.
Setelah pembicaraan mereka yang cukup alot karena Harry malu untuk mengungkapkan. Sebenarnya dia masih sangat mencintai Ginny. Tetapi, Ginny sudah keburu bersama Dean. Yah, apa boleh buat. Harry pamit ke menara Gryffindor karena waktunya sudah cukup sore.
OoooooooO
Minggu pagi, Hermione terbangun dari tempat tidur Gryffindor-nya. Dilihat Lavender sudah berdandan seru di depan cermin dan Parvati yang masih ogah-ogahan. Hermione duduk di tempat tidurnya dan melihat arlojinya. Setengah tujuh. Batinnya.
Dia bangun dan mengambil handuknya sebelum Parvati mendahuluinya. Dia mandi cukup lama sehingga membuat Parvati menggedor pintunya.
Hermione selesai mandi, dia turun ke Aula Besar bersama Ron dan Harry yang rupanya tadi malam sampai larut di menara Ketua Murid. Mereka ngobrol banyak di perjalanan sehingga tidak sadar bahwa mereka sudah sampai di Aula Besar.
Harry duduk di samping Hermione dan Ron duduk menghadap meja Slytherin yang mendapati Pansy duduk di samping Millicent menghadap Ron. Draco memunggunginya tetapi menyapa mereka saat mereka masuk. Harry melamun memandang meja Ravenclaw yang membuat Ron dan Hermione heran.
Ron sudah mengambil banyak sekali makan. Cukup banyak untuk hari ini. Karena, Harry berkata, hari ini ada latihan quidditch sampai makan siang. Maka dari itu, Ron sengaja makan banyak-banyak agar takarannya pas sampai makan siang.
"Addie," gumam Harry lirih. Hermione dan Ron tidak mendengarnya. Hermione sibuk membaca korannya dan Ron sibuk berkutat dengan roti panggang dan daging asapnya.
"Harry, kau tidak sarapan? Kau gila? Katamu kita mau latihan keras hari ini untuk mengalahkan Hufflepuff mengingat tim mereka kuat sekarang!" seru Ron membuat Harry kaget mendengar teriakan Ron.
"Oh yeah, benar." Harry mengambil daging asap dan roti panggang sama seperti Ron tapi dalam jumlah lebih sedikit. Dia juga meminum susu nya terlebih dahulu. Baru 5 menit, makanan sudah habis di lahapnya.
"Ku kira kau sampai larut tadi malam, Harry." kata Hermione. Harry mengangguk sambil menempelkan bibirnya pada bibir piala. Ron dengan semangat memakan roti panggangnya sambil membaca prophet.
"HEI! Mundungus ditangkap Azkaban lagi!" seru Ron sehingga separo Aula Besar hampir mendengarnya. Hermione memberi isyarat agar mengecilkan suaranya sedikit mengingat topik ini tidak terlalu penting untuk dibicarakan.
"Aku tidak kaget. Dia mencuri barang warisan untukku tahun lalu di Grimmauld Place. Dan bengisnya lagi, dia ikut dalam misi kita. ikut menjadi Potter dan tiba-tiba tidak muncul di The Burrow. Pengkhianat!" desis Harry.
Harry memang benci sekali dengan Mundungus sejak dia menemukannya di Hogsmeade membawa barang-barang peninggalan Sirius untuk dijualnya lagi. Harry malah senang karena Mundungus ditahan di Azkaban lagi, yang kini sudah tidak dijaga Dementor.
Selesai sarapan, Harry dan Ron pamit menuju lapangan quidditch. Hermione sedang tidak mood untuk nonton latihan, akhirnya, dia memutuskan berjalan-jalan di danau dekat kastil.
Cukup lama Hermione ada di danau itu sambil bermain dengan Crookshanks. Tiba-tiba, Draco menghampirinya.
"Kemana saja kau, Nona Ikal? Aku mencarimu daritadi. Ku kira kau ke lapangan quidditch menonton Gryffindor latihan. Ternyata di sini dengan Crookshanks."
Hermione menolehkan kepalanya ke sumber suara. Dia hanya tersenyum dan kembali mengelus-elus belakang telinga Crookshanks. Draco mendekatinya dan tanpa sadari dia merangkulnya. Hermione tertegun atas perlakuan Draco tersebut. Dia diam saja. Namun, jantung Hermione tidak dapat diajak kompromi. Jantungnya berdegup amat cepat.
-To be Continued-
maaf ya kalo bahasanya masih berantakan dan kurang oke, review kalian bakal ngebantu banget.
so, review please :)
