Setiap manusia memiliki guardian. Termasuk Kuroko Tetsuya—menyadari bahwa di kala malam selalu ada yang meniupkan mimpi-mimpi indah ke dalam tidurnya. Lalu, ada lagi peri yang datang mengunjungi hanya karena alasan tertentu. Ia menyelinap ke dalam kamar, lantas mengucap selamat tinggal.
.
Guardian and Goodbye!
By Retatsu Namikaze
Kuroko no Basuke and Characters (Kuroko T./Kagami T./Momoi S.) © Fujimaki Tadatoshi
Cover © Its owner
.
"Tetsu-kuun~!"
Angin mengembus tirai, mempersilakan seintip langit berbintang terlihat dalam bingkai jendela berkusen putih. Kamar yang ia masuki tidak begitu istimewa. Sederhana, namun rapi. Meja belajar ditata sedemikian rupa. Lampu tidur dipajang menyala di tepi atasnya, membiaskan bayang-bayang siluet bulan sabit dan planet saturnus ke layar tembok putih gading. Pada sandaran kursi di depan meja terlipat apik celana hitam. Lalu di bawah jam dinding yang jarum pendeknya kini menunjukkan ruang antara angka sebelas dan dua belas ikut digantung pula satu setel kemeja biru bersama dasi dan jas putih.
Di tengah suasana remang ruangan, si pemilik kamar tertidur pulas dalam balutan selimut biru pucat yang menutupi sampai batas pinggang. Ia terlelap membelakangi jendela, membiarkan tangan kiri menjadi bantal tambahan yang menangkup sebelah sisi wajah tembamnya.
"Berisik! Tidak lihat dia sedang tidur?"
"Mou~ masa aku keduluan olehmu terus, sih?!"
"Ya jelas! Jadwalku datang 'kan sebelum dia tidur, beda denganmu yang harus datang kalau dia sudah tidur!"
"Tidak adiil~!"
Namanya Kuroko Tetsuya. Anak—bukan, pemuda bersurai biru lembut yang suara dengkurnya terdengar halus dan pelan itu memang sedang tidak sendirian. Seorang berbadan tinggi-tegap duduk santai di dekat kepala Kuroko, bersandar pada kepala tempat tidur. Lalu ada seorang lagi yang baru saja menerobos masuk lewat jendela, terbang tepat di atas Kuroko. Menjadikan sayap perak berkilaunya yang tak berhenti mengepak bak sepasang sayap capung seakan memenuhi ruang kosong tersisa dalam kamar.
"Memang tidak adil sih, terus kau mau apa?" tawa renyah dari sosok pemuda bersurai merah gelap membuat kawan cantiknya bungkam.
Sambil menggembungkan pipi kesal gadis berambut panjang itu mendekati Kuroko. Ia berdiri di sisi lain tempat tidur, memilih mengistirahatkan sayapnya sejenak. Lalu saat tangan lentiknya meraba ke balik bantal yang ditiduri si pemuda biru muda, air mukannya dengan cepat berubah cerah.
"Oi, oi, jangan sampai membuat Kuroko bangun!"
"Aku sudah biasa melakukan ini, kok!" si gadis mengelak, "Nah, lihat!" dengan menggunakan sayapnya ia berpindah tempat ke hadapan si pemuda. Dia menjulurkan tangan, memamerkan sebuah gigi geraham yang didapat, "Giginya goyang karena ia terkena lemparan bola basket. Walaupun suka makanan manis, tapi Tetsu-kun selalu rajin menggosok gigi! Dia anak yang baik, 'kan?"
"Kuroko sudah bukan anak-anak lagi lho sekarang!" ingat si pemuda.
"Aah~ kau kenapa sih selalu membuatku ingin menangis?!" ia menghentakkan kaki, "Aku juga tahu, kok! Aku tahu sekarang Tetsu-kun sudah besar dan gigi yang kupegang ini gigi susunya yang terakhir. Makanya… m-makanya… hiks,"
"H-Hei, aku tidak bermaksud—"
"Kagamin jahaat…! Huwaa~!"
"M-Momoi… aku minta maaf!"
Kuroko Tetsuya bergerak mengubah posisi. Dia sekarang tidur terlentang, menampakkan wajah polosnya. Seketika kamar Kuroko pun hening. Kedua makhluk itu terpaku mengamati wajah manis si pemuda—mata yang terpejam membentuk lengkungan seperti bulan-sabit-lampu-tidurnya, mulutnya yang sedikit membuka, juga rambutnya yang menegak dan berantakan. Kuroko menggosok matanya seolah-olah ia terbangun, namun kemudian tangan itu kembali terkulai. Ia masih tertidur nyenyak.
"K-Kawaii~!" si gadis menjerit tertahan sedangkan si pemuda hanya bisa bungkam, bersusah payah meredam rona di wajahnya.
Tak berselang lama, kegaduhan kembali melingkupi ruangan. Si gadis hendak menerjang memeluk Kuroko dan si pemuda menghalau cekatan, acuh dengan rengekan si gadis. Pasalnya, dia memang tidak bisa membiarkan sosok bersurai merah muda itu terus-terusan mengganggu anak asuh yang mesti ia lindungi.
.
"Aku selalu ingin jadi guardian," Satsuki Momoi kini lebih tenang. Ia duduk di ujung kasur dan memandang sendu wajah Kuroko.
"Bukannya justru jadi peri sepertimu itu bebas?" Kagami Taiga menjadikan kaki kirinya bantalan untuk kepala Kuroko dan sebelah kaki yang lain ia jadikan penyangga tangan kanannya. "Kau 'kan bisa berkeliaran kemana pun sesukamu, sementara aku harus menunggui seorang manusia tidur tiap malam. Jenuh rasanya, kau tahu."
"Aku memang bebas, tapi tidak selamanya aku bisa mengunjungi manusia yang sama! Kagamin juga tahu aku hanya bisa menukarkan koin dengan gigi anak-anak. Dan yang sedang kupegang adalah gigi susu terakhir milik Tetsu-kun, makanya… ini juga berarti malam terakhirku berkunjung ke kamar Tetsu-kun yang selalu wangi vanilla!"
Hening beberapa saat. Angin masih tak berhenti meniupkan tirai dan helai rambut Momoi. Kagami menghela napas, disisirinya poni pendek Kuroko ke belakang sehingga dahi putihnya terlihat.
"Besok hari pertamanya masuk SMP," pemuda beralis cabang itu coba membuka obrolan lagi.
Momoi mengangguk. Si gadis sama menunduk lesu dengan sayap di punggungnya. Basa-basi Kagami rupanya tidak terlalu mempan. Momoi Satsuki, peri yang duduk di seberang itu entah kenapa terlalu menganggap istimewa bocah dalam pangkuannya. Kalau Kagami tebak, Momoi pasti menjadikan setiap butir gigi Kuroko sebagai koleksi pribadi yang paling berharga. Sedikit konyol memang.
"Ne, Kagamin, Tetsu-kun sedang mimpi apa?" Momoi membuyarkan lamunan Kagami.
"Eh, ng… dia sedang memilah-milah es chu-chu yang akan dibeli karena uang yang ia bawa cuma sedikit."
"Ahaha, mimpi yang datar! Kau buat dia membawa uang lebih dong, Kagamin~! Lalu bilang padanya setelah makan es dia harus menggosok gigi!" Momoi menggurui.
"Oh, ok," tanpa banyak mengeluh Kagami menyapukan tangan besarnya pada kelopak mata Kuroko. Kemudian tampak perubahan pada ekspresi si pemuda mungil, dia mengulas senyum tipis dalam tidurnya.
Menyadari itu Momoi ikut tersenyum. Lagi, Kagami pun melihat manik sendu yang ditunjukkan si peri gigi.
"Tetsu-kun anak yang baik," Momoi berujar lebih seperti berbicara pada angin, "Kalau sudah dewasa nanti dia pasti tampan! Hihi, rasanya baru kemarin aku menukar gigi susu pertamanya yang tanggal akibat jatuh dari tangga—"
"Kau tidak bisa terus-terusan meratap begitu."
Momoi menengadah, melihat tepat pada manik crimson Kagami.
"Saat kau bertemu seseorang kau juga harus bersiap untuk perpisahan. Bukan hanya kau, aku pun pasti akan berpisah dengan bocah ini pada waktunya!"
Menunggu Kagami tidak melanjutkan ucapan, Momoi lalu tersenyum, "Ara~ kadang Kagamin jadi banyak omong seperti Dai-chan, ya?"
"Jangan samakan aku dengan si Bodoh Tengik itu!"
Membiarkan seyuman cantik terus terpoles di wajah, Momoi beranjak. Ia mengembangkan sayap dan menghampiri Kuroko. Dikecupnya singkat pelipis si bocah sebelum ia berjalan menuju jendela lalu menyibakkan tirai.
"Masih ada banyak waktu sampai kau berpisah dengan Tetsu-kun. Hingga saat itu tiba aku titip Kuroko Tetsuya-kun, ya! Jaga dia baik-baik lho, Kagamin!"
"...Titip?" tepat sebelum Momoi meninggalkan kamar Kuroko, Kagami mencegatnya, "Oi, satu lagi!"
"Hm?" Momoi menoleh.
"Tidak usah pakai acara farewell kiss segala!" Kagami memandang Momoi sengit.
"Eh? Lho? K-Kagamin, jangan-jangan—"
"Wajar, 'kan? Setiap malam aku menonton wajah tidurnya," Kagami memalingkan muka, "Makanya apa yang minta 'titip', hah? Seperti Kuroko punyamu saja!"
"Jadi selama ini Kagamin itu sainganku, ya!?" Momoi melotot gemas. Namun setelahnya ia segera menghela napas dan tersenyum maklum, "Yah, itu berarti aku memang tidak perlu khawatir lagi. Sudah ada guardian yang selalu menjaga Kuroko Tetsuya-kun. Iya 'kan, Bakagamin?"
Kagami menoleh dengan alis berkerut sok angkuh. Dilihatnya gadis itu melambai tangan lantas melepas pijakan pada bingkai jendela, terbang menuju langit malam. Ia sempat mendengar pesan si peri gigi yang memintanya untuk menyampaikan salam kepada sang 'Tetsu-kun'. Kagami mendengus geli. Tanpa berhenti menyisiri rambut tidur Kuroko dengan jemarinya, ia menyaksikan apa yang tengah dimimpikan si bocah.
"Padahal dari awal pun kau sudah menyelinap masuk ke dalam mimpinya, Ba—ka!"
Kagami Taiga juga tahu malam ini adalah malam terakhir bagi si peri gigi paling cerewet. Karenanya, meski sedikit ogah, dia merelakan khusus malam ini Momoi Satsuki akan ikut ambil peran dalam mimpi Kuroko Tetsuya.
"Berterima kasihlah, karena cuma malam ini saja aku mau berbaik hati," Kagami membetulkan posisi selimut Kuroko. Sambil menerka mimpi apa lagi yang hendak ia tiupkan ke dalam sisa tidurnya Kagami tak berhenti mengelus kepala si bocah—menggantikan lullaby yang tak ia lantunkan.
"Selamat bermimpi indah, Tetsuya. Akan kubangunkan kau nanti pagi."
.
Fin
.
A/N: Ini… mungkin cuma fic sederhanaaaa banget, ya saya tahu. Haha. Ngomong-ngomong masih ada yang kenal diriku ngga ya, di sini? /enggaa!
RnR? :)
