Desclaimer : Vocaloid © Yamaha Crypton Media Future
Hibiki Lui © Yamaha Crypton Media Future
Kagamine Len © Yamaha Crypton Media Future
Kagamine Rinto © Yamaha Crypton Media Future
Gumiya / GUMO © Yamaha Crypton Media Future
Ring Suzune © Yamaha Crypton Media Future
They all aren't mine.
Warning : OOC, OOT, those typo and mis-typos, alur kecepatan, etc.
Don't like don't read. Thanks.
Genre : Romance
Rated : Teen
.
.
Yosh. Author kembali dengan fict baru. Semoga para readers suka *bows*. Kali ini RingLui. Baiklah, happy reading~
Normal POV
Seorang anak berambut coklat melangkahi koridor SMP Crypton dengan lesu. Bukan, bukan karena nilai pelajarannya yang jelek. Di sekolah, nilainya sangat sempurna, tak ada celah. Kalau begitu, karena bertengkar dengan teman? Itu juga bukan. Dia malah punya 3 orang teman akrab, bernama Len Kagamine, Rinto Kaine, dan Gumiya Kamui. Mereka berempat adalah pangeran di sekolah ini.
Ah, sampai lupa memperkenalkan pangeran kita yang wajahnya sedang kusut ini. Lui Hibiki, pemuda sempurna yang duduk di bangku yang persis di depan meja guru bersama Len Kagamine; karena Len yang berisik setiap hari memohon-mohon untuk duduk dengannya, membuat Lui terpaksa mengalah. Sementara Rinto dan Gumiya duduk di belakang mereka. Membuat para anak-anak perempuan berebutan mengambil bangku di sekitar mereka. Tentu saja, karena mereka berempat adalah Perfect Four; begitu julukan untuk mereka, 4 anak cowok paling keren di sekolah yang dipuja-puja bak pangeran oleh para gadis di SMP Crypton.
Lui. Seorang pemuda pewaris muda perusahaan besar Hibiki. Ia memiliki rambut cokelat pendek yang rapi dan mata kuning tua; tubuh yang tinggi—walaupun tak setinggi Gumiya, tegap nan atletis; serta otak yang encer. Membuatnya menjadi populer di sekolah, tentu saja. Hampir tidak ada yang kurang darinya. Hanya satu. Sifatnya yang dingin, bahkan lebih dingin daripada seorang Gumiya. Lui hanya terbuka kepada ketiga sahabatnya. Dia menutup diri dari para gadis di sekolahnya. Tapi para fansnya malah menganggap hal itu adalah daya tarik tersendiri dari dalam diri Lui. Si pintar, Gumiya bahkan kalah dengannya.
Len. Pemuda blonde bermata biru azure nan pendek, meskipun tak terlalu pendek, tetapi dialah yang terpendek di antara mereka berempat. Anggota keluarga kaya Kagamine, tapi bukan pewarisnya. Karena hak ahli waris dipegang oleh kakaknya, Rei. Tapi hal itu bukan merupakan hal yang besar bagi Len, karena sejak awal dia memang tidak ingin terlibat dengan urusan mengurus perusahaan dan lain-lain. Anak yang super ceria, tapi bisa serius pada waktunya. Ketua klub sepak bola. Sangat suka main dan menggoda Lui, tentu saja. Dan semua akan berakhir ketika Rinto menjitak Len dan Gumiya hanya akan menghela nafas melihat kelakuan para sahabatnya. Si imut, tentu saja karena wajahnya yang shota.
Rinto. Blonde dan matanya persis seperti Len, hanya saja ia lebih tinggi beberapa sentimeter daripada Len, dan gaya rambut mereka berbeda, tentunya. Ahli waris keluarga Kaine. Ketua klub tenis. Sifatnya seperti 'menerima semua apa adanya', tapi dia akan memperjuangkan segala sesuatu yang ingin dia capai. Paling dewasa diantara mereka berempat, dan bijak—bukan, sok bijak lebih tepatnya. Hobinya adalah mengeluarkan pepatah-pepatah orang terkenal di dunia (yang berakhir dengan salah tokoh ataupun kalimat pepatahnya), dan membuat Gumiya harus membetulkan kata-katanya.
Gumiya. Seperti Len, dia tidak mendapat ahli waris karena warisan didapatkan oleh kakaknya, Luki. Tetapi, dia tetap membantu kakaknya menangani beberapa hal di perusahaan keluarganya itu. Ketua klub basket. Pembawa jalan keluar di setiap masalah. Selalu membawa buku kemana-mana, dan tentu saja—kacamatanya. Jangan pernah menyembunyikan kacamata Gumiya, kecuali kau seusil Len. Atau kau akan mendapatkan gratisan siksaan dark-side Gumiya. Satu-satunya yang nggak single, karena dia sudah mempunyai tunangan sekaligus sahabatnya sejak kecil, Gumi Misae.
Okesip, kembali lagi ke pangeran berambut cokelat muda kita. Terlihat dia sedang melangkahkan kakinya ke arah kelas 9-3, sambil membawa selembar kertas. Dan saat dia membuka pintu kelas…
"Ah, Hibiki-kun, bagaimana hasil ulangannya?" tanya para murid perempuan sambil mengelilingi Lui. Sebetulnya tujuan mereka bukan hanya untuk mengetahui hasil ulangan mereka, tapi juga untuk dekat-dekat dengan Lui. Wah wah, kesempatan dalam kesempitan nih.
Grep. Tiba-tiba ada yang memeluk Lui dari belakang, membuat beberapa murid perempuan blushing melihat siapa yang memeluk Lui.
"L-u-i~! Kau lama sekali~! Aku kesepian tau~" ringik Len sambil memeluk erat Lui. Sementara Rinto dan Gumiya hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan bocah shota tersebut.
"Oy, hanase yo, bocah! Aku mau menempelkan hasil test ini di papan! Oy!" seru Lui sambil berusaha melepaskan pelukan Len.
"Ah~. Hibiki-kun dan Kagamine-kun cocok sekali bersama ya~"
"Seperti pemandangan surga …"
Dan itu semua sudah cukup membuat Lui kehilangan kesabaran.
"RINTOOOO, SETIDAKNYA TOLONGLAH AKU!" amuk Lui yang belum juga membuat Len berhenti memeluknya.
Gumiya menyikut pelan Rinto, membuat Rinto menghela nafas dan beranjak dari duduknya; lalu mendekati si bocah pendek shota kita yang masih bergelayut manja pada Lui.
"Oi, Len, sudah, kasian Lui tuh—"
"Ng? Aku tidak dengar apa-apa~"
Bletak. Dan sebuah jitakan mendarat ke atas kepala Len, membuat Lui langsung melepaskan diri dan 'kabur' menempelkan kertas di papan, meninggalkan Len yang masih kesakitan.
"Ittai yo! Kau jahat, Rinto!" rintih Len sambil mengelus-elus bekas jitakan Rinto.
"Wah, betul ya pepatah kata Bill Jane. A hug is like a boomerang - you get it back right away."
"Bil Keane, Rinto. Bukan Bill Jane." sahut Gumiya membetulkan kata-kata Rinto.
"Ah, Bil Keane ya." kata Rinto tanpa wajah berdosa sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Membuat Len sweatdrop.
"Sudahlah, kalian ini. Nggak mau lihat hasil ulangan fisika yang ditimpelkan Lui di papan? Aku sudah lihat hasilku, lumayan, 98."
Len dan Rinto pun langsung beranjak, dan melihat ke papan yang sedang dikelilingi anak-anak yang melihat hasil ulangan fisika mereka. Mereka harus ikut berdesak-desakan.
"Permisi, orang imut mau lewat!" seru Len yang like a boss. Membuat Rinto hanya facepalm.
Dan setelah semenit, akhirnya mereka berada paling depan. Mereka segera mencari nama mereka dalam daftar.
"Huwah, namaku ketemu! Ah, 84. Haah, lumayanlah, sebelum ulangan ini aku nggak belajar. Kau gimana Len?" tanya Rinto sambil menepuk pelan Len yang tampak membatu.
"Oy? Len?"
Len menunjuk namanya dengan jari bergetar.
Kagamine Len. 61. (Mengikuti remidial)
"Itu karena kau kurang belajar." nasihat Lui saat istirahat di kelas; dimana mereka sedang membicarakan Len yang remidial.
"Dame, ini nggak adiiiil~! Kalian semua dapat bagus! Gumiya 98, kau 100, dan Rinto yang nggak belajar pun 84! Huwaaa!" seru Len keras.
"Well Len, mungkin pepatah "No matter how busy you may think you are, you must find time for reading, or surrender yourself to self-chosen ignorance."nya Confused itu berlaku untukmu." nasihat Rinto.
"Confucius, Rinto. Dan lagipula, kau ngapain aja sebelum ulangan, Len?" tanya Gumiya.
"Aku—nyoba game Super Battle yang baru rilis itu—"
"Kau ini bodoh apa bodoh sih, bocah?" ejek Lui.
"Baka janai, Lui! Kau minta kupeluk lagi ya!"
"Sudah. Kalian ini malah bertengkar. Kau juga salah, Len. Mana ada sebelum ulangan main game. Begini saja, sepertinya harus ada salah satu dari kita yang mengawasi Len belajar. Remidialnya besok kan, Len?"
"Dan aku nggak mau Rinto yang mengawasiku." ucap Len sambil mencibir ke arah Rinto.
"Lalu? Kau maunya siapa, Len?" tanya Gumiya sambil mengangkat salah satu alisnya.
"L-u-i-k-u-n~!" kata Len sambil melemparkan tatapan menggoda ke arah Lui.
"Ogah. Ujung-ujungnya kau cuma peluk-peluk lagi. Gak." protes Lui dingin.
"Uwaah, hidoi!" keluh Len.
Gumiya menarik nafas, "Begini saja, sepulang sekolah, kita semua ke rumah Len untuk belajar bersama, sekalian main. Ini maumu kan Len?"
"Ah, sudah lama nggak main ke rumah si shota. Pasti kamarnya berantakan." ejek Rinto.
"Nggak! Sudah kubereskan. Dan—tentu saja ... Kau ikut kan, Lui~?"
"Bagaimana ya. Sebetulnya sih aku malas."
"L-u-i~"
Gyut.
Dan sekali lagi, bocah shota kita memeluk si tokoh utama.
"Oy! Iya, aku mengerti. Dan sekarang lepaskan aku, bodoh!"
"Nggak mau ah~ hangat~"
Bletak. Dan Len pun dihadiahi sebuah jitakan dari Rinto.
"Kau lagi! Lui aja nggak marah!" erang Len.
"Tapi itu pelecehan, bodoh!" balas Rinto.
Sementara Lui hanya termenung sambil bertopang dagu dan menatap ke arah luar jendela. Awan putih tampak berarak tertiup angin, bergerak-gerak tersemburat di langit biru bersih yang cerah.
"Doushita, Lui? Ada masalah?" tanya Gumiya yang sedang membaca sebuah buku.
"Daijobu. Hanya … Memikirkan sesuatu yang sudah lama kupikirkan."
Lui POV
"Akhirnya, kita sampai. Tadaimaaa~" ucap Len sambil masuk ke rumahnya yang megah nan luas ini. Tampak seorang pria tua berambut putih mendatangi mereka.
"Okaeri, tuan muda. Ah, konnichiwa, Lui-sama, Gumiya-sama, dan Rinto-sama. Terima kasih telah menjaga tuan saya selama di sekolah." ucap Wei-san, salah satu pelayan Len. Wei-san adalah pelayan yang melayani keluarga Len sejak ayah Len masih kecil.
"Ah, bukan masalah besar." ucap Rinto sambil tersenyum lebar, membuat Len hanya mencibir melihatnya.
"Baiklah, silahkan masuk."
Dan kemudian Len membawa kami ke kamarnya yang luas dan sejuk. Dan entah kenapa … Rapi.
"Tumben banget kamarmu rapi, Len." ucap Rinto yang cengo melihat isi kamar Len yang tertata.
" … Yang pasti, dugaanku, ini bukan perbuatan seorang Len Kagamine." sahut Gumiya.
"Kau benar." lanjutku.
"KALIAN JAHAAAT!" teriak Len kesal, membuat kami bertiga tertawa kecil melihat kelakuan Len yang mirip anak kecil.
Gumiya mulai mengeluarkan kata, "Nah, jadi, kita akan belaja—"
"Wah! Battle Saga 5! Ini kan game best seller itu Len!" pekik Rinto.
"He'eh. Mau main?"
"Oy. Ayo belajar fisika."
"Ayo! Aku mau pakai chara ini!"
"Oy. Kalian mendengarkanku?"
"Kalau aku—"
"APAKAH KALIAN BERDUA MENDENGARKANKU?"
Rinto dan Len terdiam, lalu mengangguk pelan. Aku hanya menghela nafas. Gumiya yang sedang marah memang mengerikan, jadi aku diam saja deh.
Gumiya mengatur nafas, "Jadi, ayo. Len, keluarkan buku fisikamu. Mana soal yang sulit, tandai."
"Game-nyaaa?!" pekik Len dan Rinto bersamaan.
Gumiya memelototi mereka. Yah, kalian tentu mengerti apa yang terjadi selanjutnya. Mereka menjadi batu? Tentu saja iya.
.
.
.
…. Tidak. Gumiya bukan Medusa. Jadi, mereka berdua hanya terdiam ketakutan dan mengikuti perintah Gumiya. Aku lalu duduk di samping Gumiya dan membaca rumus-rumus baru fisika.
.
.
"Akhirnya selesai …" ucap Rinto lemas sambil tiduran di lantai.
"Rinto, ayo kita main!"
Mendengar kata main, Rinto langsung bangun dan mengikuti ajakan Len. Beberapa menit kemudian, mereka sudah asyik bermain di depan TV.
Gumiya membetulkan letak kacamatanya, kemudian mengoreksi lagi jawaban milik Len.
"Mau kubantu?" tawarku.
"Ah, boleh. Tolong ya Lui, yang punya Rinto."
Aku memakai kacamataku, kemudian mulai mengoreksi jawaban-jawaban milik Rinto. Aku memang memakai kacamata untuk membaca, karena menderita rabun dekat.
Soredemo, kimi ga sukidayo …
Tiba-tiba, lagu Sarishinohara oleh penyanyi terkenal, Hatsune Miku berbunyi. Ternyata dari ponsel milik Gumiya. Ia langsung mengangkatnya.
"Moshimoshi. Ah, Gumi. Aku sedang bersama anak-anak, di rumah Len. Iya, habis belajar. He em, mungkin habis ini mau makan. Iya, aku akan pulang sebelum gelap. Kau mau main nanti malam? Ah, aku akan senang sekali. Kaa-san pasti juga senang melihatmu nanti. Oke. Iya, jaa."
"Dari Gumi-chan ya?" tanya Rinto yang mempause gamenya, lalu duduk mendekati kami. Begitu pula dengan Len.
Gumiya mengangguk pelan.
"Apa yang dia katakan?" tanyaku.
"Dia bertanya aku di mana, lalu berkata supaya aku jangan lupa makan siang."
"Uwaaah~ punya seseorang yang istimewa memang enak ya~" keluh Len.
"Kau masih anak-anak, Len Kagamine." kata Rinto.
Jleb. Terlihat Len langsung terdiam.
"Dan lagi, kau shota kan? Adakah anak cewek yang mau denganmu?"
Jleb lagi. Tunggu, kali ini raut mukanya berubah menjadi merah. Dan—sebaiknya aku menutup telingaku.
"KAU JAHAT, RINTO! SEPERTI KAU SUDAH PUNYA SESEORANG SAJA!" omel Len.
Dan kemudian mereka sibuk perang mulut. Haaah, begitu terus setiap hari.
"Hei Gumiya, memangnya punya seseorang yang istimewa itu asyik?" tanyaku.
Gumiya menoleh, kemudian ia tersenyum dan mengangguk pelan, "Ya. Seakan ada mengisi bagian dalam dirimu yang kosong. Tunggu—kau berpikiran untuk mencari pacar, Lui Hibiki?!"
Aku menggeleng, "Perempuan itu cerewet. Mereka menyebalkan. Setidaknya semua siswi di sekolah begitu. Dan lagi, aku mencari orang yang benar-benar berbeda. Setidaknya—aku ingin menemukan seseorang yang mengenalkanku pada hal-hal baru."
Gumiya tersenyum lagi, "Kau pasti akan menemukannya. Semoga berhasil."
Aku membalas senyuman Gumiya.
Akankah aku menemukannya?
Aku … Mencari seseorang yang berbeda.
Karena aku jenuh pada diriku sendiri.
Pintar, nilai-nilaiku selalu sempurna, tidak ada yang jelek.
Kaya, apa sih kebutuhanku yang tidak terpenuhi? Bahkan semua ini lebih dari cukup.
Dan lagi, aku dikelilingi oleh teman-teman yang baik.
… Namun tetap saja aku merasa ada yang kurang dan kosong.
Akankah aku menemukannya?
Akhirnya aku sudah pulang dari rumah Len. Langit sudah berubah warna menjadi jingga, dan jam di tanganku sudah menunjukkan pukul 4. Haah, cukup lama juga aku main di rumah Len.
Aku melangkahkan kakiku. Dan akhirnya aku melewati sebuah taman yang luas dan bersih. Tiba-tiba, mataku menangkap sesuatu.
Seorang gadis sedang duduk di atas pohon, memegang sangkar burung yang berisi bayi-bayi burung yang sepertinya baru lahir. Gadis itu berambut biru muda panjang, dan memiliki mata berwarna serupa dengan rambutnya. Ia melemparkan senyum hangat kepada bayi-bayi burung tersebut, dan mulutnya komat-kamit, seakan mengatakan sesuatu kepada para bayi burung itu.
… Dan entah kenapa, kedua mataku tak bisa lepas darinya. Jantungku seakan berhenti berdetak. Waktu seakan berhenti, dunia juga seakan berhenti berputar.
… Rasanya … Aku seperti terhenti di saat ini. Dan memang, aku tak bisa mengalihkan pandanganku darinya.
Dia lalu menaruh sarang itu. Dia tidak hati-hati, dan tiba-tiba dia-
Jatuh?
Tidak, aku harus melakukan sesuatu!
"HEI! AWAS!"
BRUK.
Yo yo! Akhirnya selesai juga chapter 1, gimana minna-san? Bagus? Jelek? Kurang menarik? Mohon tumpahkan dan gambarkan semua di kotak review ya XD
Saya janji akan segera ngapdet Kimi no Egao. Ahaha, sudah ya.
Sekali lagi, RnR?
