Disclaimer: Death Note bukan punya nami.. tapi tuh tuh.. –tunjuk-tunjuk kakak Tsugumi Ohba ama Takeshi Ohba-

Rate: T

Pair: Always MelloxMatt –cinta banget sama pair ini-

Warning: OOC, ada sedikit kata-kata kasar didalam, udah kayanya mah.. -plakk-

A/N: Halooo…. Salam kangen dari author tercinta... Haih.. -muka lemes-

Kali ini author punya fic baru.. –ga baru sih sebenernya-

Yaya silahkan lihat dan nikmatilah.. ^^

Don't Like Don't Read

Oke, mari kita berangkat! ^o^

.

.

.


(Sabtu, 11 Desember 2010)

08.20 a.m

Mello Pov

Pagi ini begitu cerah..

Kulangkahkan kaki ku dengan bersenandung menuju lantai 2 Wammy House..

Tempat yang kutuju sudah ada dihadapan ku...

"Matt..." Aku mengetuk pintu bercat coklat dihadapanku.

Berharap, orang yang kupanggil segera muncul.

"Hoy matt! Dimana kamu?"

Tak ada jawaban sama sekali, sunyi..

Rasa heran menuntunku untuk masuk ke dalam..

"Ada dua sendal? Ada siapa di dalam?" Pikirku begitu melihat dua pasang sendal di dekat pintu..

"Ngh..." Suara aneh itu terdengar di sudut ruang baca.

"Matt...sedang apa ka..."

Kata-kataku terputus dan langkah ku terhenti saat melihat pemandangan yang tidak wajar di depan mataku.

"Ma...matt... A..apa yang ..kau ..lakukan de...dengan Near?"

"A..a...mell..I..ini..."

Disitu aku tidak bisa berkata apa-apa selain tercengang ..

Bagaimana tidak, seorang sahabat yang ku kenal sejak kecil, melakukan seperti ini dibelakang...Sakit...

Kubanting pintu dan segera pergi

Mello pov end

"Mello..!" Teriak matt.

"Matt-chan.. Sudahlah, biarkan saja dia... Ayo lanjutkan.." Ucap near

"Shit! Near! Kau mabuk tahu!"

Near memandang heran.

"Mello..! Tunggu...tunggu..." Matt berlari mengejar mello..

"Mell..!" Matt menangkap tangan mello dengan cepat.

"Lepas.." Elak mello kasar.

"Tidak.. Dengarkan dulu, tadi itu..."

"Kubilang lepaskan!"

"Mello! Tadi itu kau salah paham! Ini tidak seperti yang kau pikirkan"

"Apanya? Kau pikir aku salah hah? Jelas-jelas aku melihat mu dan Near berciuman! Kau sudah gila Matt..!"

"Bukan! Itu bukan mau ku, tapi Near tiba-tiba saja...

"Berisik! Aku tidak mau dengar!"
Mello berusaha kabur, tapi tidak semudah itu, laki-laki berambut merah itu segera mendorong Mello hingga menabrak tembok dan mencium nya...

"Ngh..." Matt mencium nya perlahan dengan lembut.

Mello mendorong keras tubuh Matt hingga hampir terjatuh..

"Cih! Setelah mencium pacar baru mu, kau mau menciumku?... Menjijikan! .. "

"Mello! Maafkan aku.. Kumohon..." Saat Matt mau mengejar nya, Mello mengeluarkan pistol dan mengarahkannya kepada Matt..

"Don't follow me, or I'll shoot you here.. "

Deg...

Hati matt bagai tertusuk pisau tajam begitu mendengar perkataan Mello barusan.

Ia menjatuhkan dirinya dan bersandar di tembok putih..

Tanpa terasa air matanya menetes..

"Matt-kun..."

"Near?" Ujar Matt lirih..

"Apa yang dilakukan mello padamu..?"
Near berusaha menyeka air mata matt, tapi Matt menyingkirkan tangan Near..

"Matt, maafkan aku.. Aku tidak tahu ini akan terjadi pada matt-kun, aku tiba-tiba saja mabuk dan... Maaf.." Near menunduk lesu.

"Tidak apa..." Matt berdiri dan berjalan meninggalkan near..

.

.

.

Sementara itu, disebuah kamar yang cukup besar dengan interior yang terbilang hem..cukup mewah.

Didekat jendela kamar, seorang pemuda berambut blonde tengah terduduk dengan tangan putihnya memeluk kaki yang ditekuk di depan dada.

Angin dingin yang berhembus dari jendela berbingkai kayu itu membuat rambut blonde pendeknya melambai lembut.

Pancaran cahaya kesedihan tersirat di mata hijaunya, pipinya yang sedikit basah membuktikan bahwa tidak lama, ah mungkin baru saja pemuda itu meneteskan air matanya.

Entah apa yang sedang bergelut di dalam pikirannya saat ini, yang terlihat dari air mukanya kini menunjukkan bahwa kesedihan sedang mendera dirinya.

Mello pov

Apa...

Apa yang kulakukan...

Tiba-tiba marah dan berkata kasar..

Shit!

Tapi...

Kenapa kau lakukan ini, matt

Ini menyakitkan.

Kau menghancurkan aku..

Lalu, kau anggap aku ini apa?

Bonekamu?

Bonekamu yang hanya diperlukan disaat tertentu

Bonekamu yang bisa kapan saja kau tinggalkan?

Kau bohong...

All your promise it's just nonsense, I hate it...

"Cih.." Aku menyeka air mataku.

"Kenapa harus menangis untuknya? Bodoh.." Pikirku...

Mello pov end...

Mata hijaunya menerawang jauh memandang langit biru yang cerah, tapi tidak dengan hatinya kini yang di penuhi rasa kecemburuan dan kesedihan.

Tiba-tiba memori ingatannya dulu kini muncul di otaknya.

Hari itu, dimana hari pertama kali Matt dengan segala kekonyolannya menyatakan perasaan yang selama itu ia simpan.

(Flash Back On)

"Disini..." Ucap seorang laki-laki berambut merah dengan goggle menggantung di lehernya..

"Dimana ini? Matt lebih baik kau segera buka penutup mataku..."

"Oke..." Laki-laki yang dipanggil Matt itu segera membuka penutup mata hitam Mello.

"Eh?"

"Bagaimana Mell-chan? Hehe.. Baguskan disini?"

Mello terbengong-bengong melihat sekelilingnya..

Pemandangan disitu begitu indah

Berdiri di atas pasir yang putih..

Deburan ombak yang mampu menyapu kegundahan hati

Terlebih lembayung sore berwarna orange membentang di atas menghiasi cakrawala..

"Pantai?"

Matt mengangguk dan tersenyum
"Kita main disini sampai malam..."

"Hah? Apa-apaan sih ini? Aku tidak punya banyak waktu dan... Eeehh..."

"Sst... Diamlah, aku mau memberikan mu sesuatu.. Tapi nanti malam... Sekarang kita jalan-jalan.. Ayoo.." Matt menarik tangan Mello, terpaksa Mello mau tidak mau harus mengikuti sahabat kecilnya itu..

.

.

.

.
Matahari telah kembali ke singgasananya

Waktu kini telah berganti menjadi malam

"Matt..! Sudah malam nih.. Kamu mau apa sih?" Tanya Mello heran sambil berjalan ke arah Matt yang sedang asik main pasir.

"Eh? Udah malem ya? Haha.. Ayo, balik lagi ke tempat tadi..."

"Hah? Yaya baiklah.. Ck..."

Matt tersenyum senang, tidak seperti matt yang biasanya selalu murung dan mengurung diri di kamar dengan laptop dan segala macam PSP nya..
Setelah bertemu dengan mello, ia ceria sekali
Sepertinya, Mllo telah mewarnai hidup Matt yang suram dan suka menyendiri menjadi lebih ceria dan lebih hidup..

"Matt.. Apa itu?" Tanya Mello heran sembari menunjuk ke arah cahaya yang dilihatnya.

"Entah... Ayo kesana cepat..."

Matt menarik tangan Mello lagi dan sesampainnya disana Mello terkejut untuk kedua kalinya.

Sekumpulan lilin-lilin putih menyala terang dihadapannya..

Lilin-lilin itu berderet dengan rapi dan membentuk sebuah bentuk hati yang sangat besar dan indah..

"Matt..."

Matt menuntun Mello dan masuk ke tengah-tengah bentuk hati itu...

"Ehem... Dengarkan... Untuk seseorang yang kucintai.. Bentuk hati ini melambangkan hati ku saat ini, dan nyala lilin ini melambangkan hatiku kepadamu yang selalu terus menyala dan tidak akan padam...lalu, suatu saat akan kuajak seseorang yang kucintai itu untuk masuk ke dalam hati ini bersamaku... Dan tinggalah untuk selamanya…"

"…" Mello hanya diam membisu, semburat merah menghiasi pipinya.

" Hehe... Norak ya?" Matt cengengesan sambil garuk-garuk kepala.

"Haha... Kau lucu matt.. " Mello tertawa melihat tingkah shabatnya itu.

"Jadi... You want to be my sweetheart? "

"Hm….?" Matt mendekatkan wajahnya ke Mello dan menatap dalam mata Mello, berusaha menerawang apa yang akan dikatakan oleh Mello.

"Baiklah, tapi, satu syarat..." Mello menunjukkan jari kelingkingnya.."Jangan pernah meninggalkan aku sendiri.. Mengerti..."

"Ya.. Janji..." Matt menautkan jari kelingkingnya dengan tersenyum dan memeluk kekasihnya...

Di langit, sebuah kembang api menyala dengan indah...

Sungguh suasana yang sangat sempurna..

Dua hati yang saling mencintai, kini bersatu dengan janji yang mereka ucapkan.

"Aishiteru..."

(Flash back off)

.

.

.

Tok tok tok

Lamunan Mello buyar gara-gara ketukan pintu.

Ia segera membuka dan terkejut, Matt berdiri dihadapannya ..

Sambil menangis, Matt berlutut dan mengucapkan "Maafkan aku Mello.. Kumohon"

Mello memandang sinis kepada Matt.

"Buat apa? Pergi saja sana dengan Near, pacar baru mu itu.."

"Mello, bukan... Kumohon biarkan aku menjelaskannya semua padamu.."

"Apa yang mau dijelaskan? Semua sudah jelas Matt..!"

"Kau selalu salah paham, dengarkan.."

"Tidak!"

"Mello..."

"Keluar kau...!"

"MELLO...! DENGARKAN AKU DULU!" Matt berteriak sekuat tenaga.

Baru kali ini matt berani berteriak di hadapan Mello

"Kau bisa tidak dengarkan aku sedikit?"

Mello diam, mata hijaunya menatap Matt lekat-lekat ...

"Near itu tadi pagi mabuk, entah apa yang membuat nya mabuk.. Tapi...

Tok tok tok

"Mello-kun... L-san memanggilmu.." Ujar Linda mengintrupsi.

"Cukup sampai disitu cerita nya.." Mello berlalu meninggalkan Matt seorang diri.

"Mello, biarkan aku menjelaskan semua..! Mello!" Percuma Matt berteriak, Mello tidak akan mendengarnya, teriakkan Matt dianggap hanya angin lalu oleh Mello.

Hanya sebuah penjelasan tentang kejadian tadi pagi, kenapa susah sekali diutarakan..

Sedikit lagi saja, Mello pasti akan mengerti dan mungkin akan memaafkan Mello.

Yah, itu akan terjadi bila tidak ada Linda yang mengganggu pembicaraan mereka berdua.

Bagi Matt, Mello adalah segala nya, orang yang dicintainya sekarang membenci dirinya..
Sikap Mello memang tempramental dan tidak sabaran, tapi Matt berusaha sabar untuk itu.. Ia berusaha menerima semua nya.
Walau semua tidak berjalan sesuai rancangan, Matt tetap akan membuktikan bahwa cintanya kepada Mello seperti lilin yang bercahaya dan tidak akan pernah padam.

Tapi, sebuah lilin suatu saat pasti akan padam..

Bagaimana jika cinta itu padam dalam hati Mello?

"Mell... Cuma kamu yang kusayang.. Tapi, kenapa kau tidak mendengarkanku?"
.

.

.

.
To Be Continue...

Hiyaahhh…. Ampun deh si author ini, bukannya nyelesein fic yang lain malah bikin fic baru, ckckck..

Yasudahlah, soalnya ini fic lama yang author tulis dan sebenernya ini khusus buat ultah Mello, hahaha…tapi udah kelewat banget…hiksu.. T3T –pundung dipojokan-

Tapi gapapalah daripada bulukan di fb-?- mending nami publish dah…
hahaha

Oke…. Akhir kataa….

R.I.V.E.W P.L.E.A.S.E

Kritik dan Saran author terima dengan lapang dada…. Flame boleh, tapi jangan pedes-pedes yaaa…

INGAT! yang baca kudu musti RIVEW! WAJIB! Ga susah kok, cuma klik tombol ajaib yang ada dibawh ini…Okeh,… -pemaksaan mode: On- XDD